Anda di halaman 1dari 21

KEPERAWATAN MATERNITAS 2

“KonsepPenyakitdanAsuhan Keperawatan pada


Hyperemesis Gravidarum (HEG)”

Disusun Oleh :
Zahwa Randa Shalsabila I1031171013
Vega Yamaha I1031171016
Marina I1031171023
Muhammad Rifaldi I1031171025
Elsa Annisa I1031171039

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah asuhan keperawatan gastroenteritis. Makalah ini untuk
memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah Keperawatan Maternitas 2 Tahun Akademik
2019/2020.
Dalam penulisan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dorongan dari
pihak-pihak luar, sehingga makalah ini terselesaikan sesuai dengan yang diharapkan. Pada
kesempatan ini, kami ucapkan terima kasih kepada :
1. FitriFujiana Y, S. Kep, Ns., M. Kep. Selaku dosen mata kuliah Keperawatan
Maternitas 2 Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura.
2. Teman – teman Program Studi Keperawatan Angkatan 2017 Fakultas Kedokteran
Universitas Tanjungpura.
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kepada para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang
bersifat membangun.

Pontianak, 9Septembar 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..........................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN ..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................................2
1.4 Metode Penulisan ...........................................................................................................2
BAB II : KONSEP PENYAKIT .......................................................................................... 3
2.1 Pengertian ...................................................................................................................... 3
2.2 Etiologi ........................................................................................................................... 3
2.3 Manifestasi Klinik ..........................................................................................................4
2.4 Patofisiologis..................................................................................................................4
2.5 Pemeriksaan Penunjang .................................................................................................7
2.6 Penatalaksanaan .............................................................................................................7
BAB III : KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN........................................................... 10
3.1 Pengkajian .................................................................................................................... 10
3.2 Data Fokus ................................................................................................................... 12
3.3 Analisa Data .................................................................................................................12
3.4 Intervensi Keperawatan ............................................................................................... 16
BAB IV : PENUTUP .........................................................................................................19
4.1 Kesimpulan ..................................................................................................................19
4.2 Saran ............................................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pencernaan adalah adalah proses pemecahan zat-zat makanan sehingga dapat
diabsorpsi oleh saluran pencernaan. Proses pencernaan meliputi pengambilan makanan
(prehensi), memamah (mastikasi), penelanan (deglutisi), pencernaan (digesti), dan
pengeluaran sisa-sisa pencernaan (egesti). Berdasarkan proses pencernaannya dapat
dibedakan menjadi digesti makanan secara mekanis, enzimatis, dan
mikrobiotis(Istiqomah dan Fadlil, 2013).
Penyakit pencernaan adalah semua penyakit yang terjadi pada saluran pencernaan.
Penyakit ini merupakan golongan besar dari penyakit pada organ esofagus, lambung,
duodenum bagian pertama, kedua dan ketiga, jejenum, ileum, kolon, kolon sigmoid, dan
rektum (Istiqomah dan Fadlil, 2013).
Penyakit pada saluran pencernaan merupakan penyakit yang berbahaya dan banyak
menyebabkan kematian. Berdasarkan data dari WHO (World Health Organization),
penyakit pada saluran pencernaan, diantaranya kanker usus merupakan penyakit yang
paling banyak menyebabkan kematian nomor 6 di dunia, dan penyakit diare merupakan
penyakit yang menyebabkan kematian nomor 7 di dunia (Istiqomah dan Fadlil, 2013).
Menurut data WHO (2012) setiap tahunnya lebih dari satu milyar kasus
gastroenteritis. Angka kesakitan diare pada tahun 2011 yaiu 411 penderita per 1000
penduduk. Diperkirakan 82% kematian akibat gastroenteritis rotavirus terjadi pada
negara berkembang, terutama di Asia dan Afrika, dimana akses kesehatan dan status gizi
masih menjadi masalah. Sedangkan data profil kesehatan Indonesia menyebutkan tahun
2012 jumlah kasus diare yang ditemukan sekitar 213.435 penderita dengan jumlah
kematian 1.289, dan sebagian besar (70% - 80%) terjadi pada anak-anak di bawah 5
tahun. Seringkali 1% - 2% penderita diare akan jatuh dehidrasi dan kalau tidak ssegera
tertolong 50% - 60% meninggal dunia (Depkes RI, 2012).
Prevalensi diare klinis adalah 9,0% (rentang : 4,2% - 18,9%), tertinggi di Provinsi
NAD (18,9%) dan terendah di Yogyakarta (4,2%). Beberapa provinsi mempunyai
prevalensi diare klinis >9% (NAD, Sumatera Barat, Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi
Tenggara, Gorontalo, Papua Barat dan Papua (Kementerian Kesehatan RI, 2011).
Apabila dilihat per kelompok umur diare tersebar di semua kelompok umur dengan
prevalensi tertinggi terdeteksi pada anak balita (1-4 tahun) yaitu 16,7%. Sedangkan

1
menurut jenis kelamin prevalensi laki-laki dan perempuan hampir sama, yaitu 8,9% pada
laki-laki dan 9,1% pada perempuan (Kementerian Kesehatan RI, 2011).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar gasroenteristis?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien gastroenteristis?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui konsep dasar gastroenteritris
2. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien gastroenteritis
1.4 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam hal ini adalah literature review. Bahan atau artikel
yang digunakan dicari melalui browsing internet dan melalui studi kepustakaan berupa
artikel ilmiah dan penelitian, adapun situs pencarian yang digunakan adalah Google
schoolar dan Google.

2
BAB II
KONSEP PENYAKIT

2.1 Definisi
Hiperemesis gravidarum merupakan mual dan muntah dengan intensitas lebih
dari 10 kali dalam 24 jam, sering terjadi sampai gestasi sekitar 16 minggu. Mualdan
muntah merupakan gejala umum, mulai dari rasa tidak enak sampai muntah yang
berkepanjangan. Dalam kedokteran sering dikenal morning sickness karena munculnya
seringkali pagi hari. Mual dan muntah diperberat oleh makanan yang baunya menusuk
dan juga oleh emosi penderita yang tidak stabil (Kusmiyati, 2012).
Hiperemesis gravidarum adalah muntah begitu hebat sampai usia kehamilan
20 minggu, di mana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga
mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun,
dehidrasi, terdapat aseton dalam urine bukan karena penyakit (Syamsuddin, Lestari, &
Fachlevy, 2018).
Hiperemis gravidarum adalah keluhan mual dan muntah hebat dengan
frekuensi lebih dari 10 kali dalam sehari pada masa kehamilan yang bisa menyebabkan
kekurangan cairan, penurunan berat badan, atau gangguan elektrolit, sehingga
mengganggu aktivitas sehari-hari dan dapat membahayakan janin dalam kandungan.
Mual dan muntah berlebihan yang terjadi pada wanita hamil akan menyebabkan
terjadinya ketidakseimbangan kadar elektrolit, penurunan berat badan (lebih dari 5%
berat badan awal), dehidrasi, ketosis, dan kekurangan nutrisi. Hal tersebut mulai terjadi
pada minggu keempat sampai kesepuluh kehamilan dan akan membaik pada usia
kehamilan 20 minggu, namun pada beberapa kasus dapat terus berlanjut sampai pada
kehamilan tahap berikutnya (Runiari, 2010).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa hiperemesis gravidarum merupakan keadaan
mual dan muntah hebat yang dialam lebih dari 10 kali sehari sampai usia kehamilan 20
minggu yang dapat mengganggu kesehatan dan aktivitas ibu hamil dan membahayakan
janin.

2.2 Etiologi
Penyebab dari hiperemis gravidarum belum dapat diketahui dengan pasti.
Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak
ditemukan kelainan faktor biokimia. Namun, ada beberapa faktor predisposisi dapat

3
dijabarkan sebagai berikut:
a. Umur ibu hamil
Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20-35 tahun. Kehamilan di
umur kurang dari 20 tahun daun diatas 35 tahun dapat menyebabkan hiperemesis
gravidarum karena pada kehamilan di umur kurang dari 20 tahun secara biologis
belum optimal emosinya, cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga
mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian
terhadap pemunuhan kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilannya, sedangkan
pada umur 35 tahun terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan dan
penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa di umur
ini (Muchtar, 2018).
b. Paritas
Hiperemesis gravidarum lebih sering dialami oleh ibu hamil primigravida
dibandingkan dengan multigravida, hal ini karena pada ibu primigravida belum
mempunyai kesiapan fisik dan psikis untuk untuk menerima perubahan-perubahan
yang terjadi selama kehamilan seperti perubahan bentuk tubuh, dengan kata lain
seorang primigravida belum mempunyai pengalaman nyata dalam kehamilan
maupun proses persalinan (Muchtar, 2018).
c. Psikologis
Psikologis ibu hamil berhubungan erat dengan terjadinya hiperemesis gravidarum
dikarenakan kesiapan menjalani kehamilan dan menerima bayi yang dilahirkan
akan mempengaruhi hormone dalam tubuh sehingga timbul rasa mual muntah
yang berlebihan. Tekanan psikologis yang sering dialami oleh ibu hamil seperti
penolakan terhadap kehamilan saat ini, kehamilan tidak diinginkan oleh suami
atau istri, ketidaknyamanan dengan kehamilan ini, takut kehilangan pekerjaan
karena kehamilan ini, takut keretakan hubungan dengan suami, cemas dengan
anak yang akan dilahirkan, cemas terjadi jenis kelamin anak yang belum diketahui
dan takut tidak sesuai dengan jenis kelamin yang diinginkan, merasa stres, merasa
bersalah, sering marah-marah tanpa sebab (Safari, 2017).
d. Usia kehamilan
Hiperemesis gravidarum terjadi pada usia kehamilan 12-16 minggu pertama. Hal
ini disebabkan karena faktor hormon HCG (Human Chorionic Gonadotropin)
yang meningkat pada masa awal kehamilan. HCG menstimulasi produksi
esterogen pada ovarium, diketahui bahwa esterogen meningkatkan mual dan

4
muntah. HCG juga dapat merangsang kelenjar thiroid memproduksi Thyroid
Stimulating Hormon (TSH). Kadar TSH yang tinggi juga memicu terjadinya mual
muntah berlebih (Muriyasari, Septiana, & Herlina, 2017).
e. Pekerjaan
kehamilan yang sehat dipengaruhi oleh pekerjaan ibu, ibu yang bekerja lebih
berisiko mengalami gangguan saat hamil seperti mengalami hiperemesis
gravidarum karena pada ibu bekerjaan kondisi fisik ibu lebih terbeban karena
pekerjaan yang dilakukan serta psikis ibu mengalami tekanan karena pekerjaan
sehingga berisiko mengalamihiperemesis gravidarum (Handayani & Aiman,
2018).
2.3 Manifestasi klinis
Batas antara mual dan muntah dalam kehamilan yang masih fisiologik dengan
hiperemesis gravidarum masih belum jelas, akan tetapi muntah yang menyebabkan
gangguan kehidupan sehari-hari dan dehidrasi memberikan petunjuk bahwa wanita hamil
tersebut memerlukan perawatan yang intensif( Rukiyah AY, 2010).

Pada hiperemesis gravidarum, gejala-gejala yang dapat terjadi adalah:


a. Muntah yang hebat
b. Haus, mulut kering
c. Dehidrasi
d. Foetor ex ore(mulut berbau)
e. Berat badan turun
f. Kenaikan suhu
g. Ikterus
h. Gangguan serebral (kesadaranmenurun)
i. Laboratorium :hipokalemia dan asidosis. Dalam urin ditemukan protein,
j. aseton, urobilinogen, porfirin bertambah, dan silinder positif.
Hiperemesis gravidarum dibagi berdasarkan berat ringannya gejala menjadi 3 tingkat,
yaitu:
a. Ringan
Ditandai dengan muntah terus menerus yang membuat keadaan umum ibu
berubah, ibu merasa sangat lemah, tidak ada nafsu makan, berat badan menurun, dan
nyeri ulu hati. Pada pemeriksaan fisik ditemukan denyut nadi sekitar 100 kali

5
permenit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit berkurang, lidah mongering
dan mata cekung.
b. Sedang
Pasien terlihat lebih lemah dan apatis, turgor kulit berkurang, lidah mongering
dan tampak kotor, denyut nadi lemah dan cepat, suhu akan naik dan mata sedikit
ikteris, berat badan turun dan mata cekung, tensi turun, hemokonsetrasi,
oliguria(volume buang air kecil sedikit) dan konstipasi(sulit buang air besar). Bau
aseton dapat tercium dari nafas dan dapat pula ditemukan dalam urin.
c. Berat
Keadaan umum tampak lebih parah, muntah berhenti, penurunan kesadaran, bisa
somnolen sampai koma. Nadi lemah dan cepat, tekanan darah menurun dan suhu
meningkat. Komplikasi pada susunan saraf yang fatal dapat terjadi, dikenal dengan
ensefalopati wernicke, dengan gejala nistagmus, diplopia dan perubahan mental.
Keadaan tersebut diakibatkan oleh kekurangan zat makanan, terutama vitamin B1 dan
B2.
2.4 Patofisiologi
Menurut Muttaqin (2011), peradangan (inflamasi) pada gastroenteritis disebabkan
oleh infeksi dengan melakukan invasi pada mukosa, memproduksi enterotoksin atau
sitotoksin. Mekanisme ini menghasilkan peningkatan sekresi cairan dan menurunkan
absorbsi cairan sehingga akan terjadi dehidrasi dan hilangnya nutrisi dan elektrolit.
Menurut Diskin (2008) mekanisme dasar yang dapat menyebabkan diare, adalah sebagai
berikut :
a. Gangguan osmotik, dimana asupan makanan atau zat yang sukar diserap oleh
mukosa intestinal akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus
yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul
diare.
b. Respons inflamasi mukosa, pada seluruh permukaan intestinal akibat produksi
enterotoksin dari agen infeksi memberikan respons peningkatan aktivitas sekresi air
dan elektrolit oleh dinding usus ke dalam rongga usus, selanjutnya diare timbul
karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
c. Gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare,

6
sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul
berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.

Dari ketiga mekanisme diatas dapat menyebabkan :


a. Kekurangan volume cairan (terjadi dehidrasi yang mengakibatkan gangguan
keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hipokalemia)
b. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh (masukan kurang,
pengeluaran bertambah)
c. Gangguan eliminasi BAB (Diare)

Patofisiologi hiperemesis gravidarum masih belum jelas namun peningkatan kadar


progesteron, esterogen, dan human chorionic gonadotropin (HCG) dapat menjadi faktor
pencetus mualdan muntah. Peningkatan hormone progesterone menyebabkan otot polos pada
sistem gastrointestinal mengalami relaksasi sehingga motilitas lambung menurun dan
pengosongan lambung melambat. Refluks esofagus, penurunan motilitas lambung dan
penurunan sekresi asam hidroklorid juga berkontribusi terhadap terjadinya mual dan muntah.

7
Hal ini diperberat dengan adanya penyebab lain berkaitan dengan faktor psikologis, spiritual,
lingkungan, dan sosiokultural. Ketidakseimbangan elektrolit disertai alkalosis hipokloremik,
sera dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan
energi. Oksidasi lemak yang tidak sempurna menyebabkan ketosis dengan tertimbunnya
asam asetoasetik, asam hidroksi buturik, dan aseton dalam darah. Kekurangan intake dan
kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraselular dan
plasma berkurang. Natrium dan klorida dalam darah maupun dalam urine turun, selain itu
dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi sehingga menyebabkan aliran darah kejaringan
berkurang. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat
ginjal berakibat frekuensi muntah bertambah banyak, sehingga dapat merusak hati dan
terjadilah “lingkaran setan” yang sulit dipatahkan.
Keadaan dehidrasi dan intake yang kurang mengakibatkan penurunan berat badan yang
terjadi bervariasi tergantung durasi dan beratnya penyakit. Pencernaan serta absorbs
karbohidrat dan nutrisi lain yang tidak adekuat mengakibatkan tubuh membakar lemak untuk
mempertahankan panas dan energy tubuh. Jika tidak ada karbohidrat maka lemak digunakan
untuk menghasilkan energi, akibatnya beberapa hasil pembakaran dari metabolism lemak
terdapat dalam darah dan urine (terdapat atau kelebihan keton dalam urine).
Pada beberapa kasus berat, perubahan yang terjadi berhubungan dengan malnutrisi dan
dehidrasi yang menyebabkan Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi pada
hamil muda, bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi, terdapatnya non protein
nitrogen, asam urat, urea, dan penurunan klorida dalam darah. Kekurangan vitamin B1, B6,
dan B12 mengakibatkan terjadinya neuropati perifer dan anemia; bahkan pada kasus berat,
kekurangan vitamin B1 dapat mengakibatkan terjadinya wernickeen chephalopati.

8
2.5 Pathway

2.6 Penatalaksanaan
1. Obat – obatan; Sedativa : Phenobarbital, Vitamin : Vitamin B1 dan B6 atau B –
kompleks, Anti histamine : dramamin, avomin, Anti emetik (pada keadaan lebih
berat) : Dislikomin hidrokloride atau khlorpromasine. Penanganan hiperemesis
gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di rumah sakit

9
2. Isolasi; Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah danperedaran
udara yang baik, catat cairan yang keluar masuk, hanya dokter dan perawat yang
boleh masuk ke dalam kamar penderita sampai muntah berhenti pada penderita mau
makan. Tidak diberikan makanan atau minuman dan selama 24 jam. Kadang – kadang
dengan isolasi saja gejala – gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
3. Terapi psikologika; perlu diyakinkan kepeda penderita bahwa penyakit dapat
disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta
menghilangkan masalah dan konflik.
4. cairan parenteral; cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan
glukosa 5% dalam cairan fisiologis (2 – 3 liter/hari), dapat ditambah kalium dan
vitamin (vitamin B komplek, vitamin C), bila kekurangan protein dapat diberiakan
asam amino secara intravena, bila dalam 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan
umum membaik dapat diberikan minuman dan lambat laun makanan yang tidak cair.
Dengan penanganan diatas, pada umumnya gejala – gejala akan berkurang dan
keadaan akan bertambah baik.
5. Menghentikan kehamilan; Bila keadaan memburuk dilakukan pemeriksaan medik dan
psikiatrik, manifestasi komplikasi organis adalah delirium, takikardi, ikterus, anuria
dan perdarahan dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri
kehamilan keadaan yang memerlukan pertimbangan gugur kandung diantaranya:
a. Gangguan kejiwaan ditandai dengan: delirium, apatis, somnolen sampai koma,
terjadi gangguan jiwa.
b. Gangguan penglihatan ditandai dengan: pendarahan retina, kemunduran
penglihatan.
c. Ganggguan faal ditandai dengan: hati dalam bentuk ikterus, ginjal dalam bentuk
anuria, jantung dan pembuluh darah terjadi nadi meningkat, tekanan darah
menurun. (Wiknjosastro, 2015)

2.7 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi akibat hiperemesis gravidarum antara lain:
a) Komplikasi ringan:
Kehilangan berat badan, dehodrasi, asidosis dari kekurangan gizi, alkalosis,
hipokalemia, kelemahan otot, kelainan elektrokardiografik, tetani, dan gagguan
psikologis.
b) Komplikasi yang mengancam kehidupan:
Rupture oesophageal berkaitan dengan muntah yang berat, encephalophaty
wernicke’s, mielinolisis pusat pontine, retinal haemorage, kerusakan ginjal,
pneumomediastinum secara spontan, keterlambatan pertumbuhan didalam kandungan,
dan kematian janin. (Arif, 2010)

10
BAB III
PEMBAHASAN
3. 1. Pengkajian
Dikutip dari Mityani (2009) pengkajian keperawatan pada ibu hiperemesis
gravidarum adalah sebagai berikut:
1. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pada riwayat kesehatan sekarang terdapat keluhan yang dirasakan berupa mual
dan muntah yang terus-menerus, merasa lemah dan kelelahan, merasa haus
dan terasa asam di mulut, serta konstipasi dan demam. Selanjutnya dapat juga
ditemukan berat badan yang menurun. Turgor kulit yang buruk dan gangguan
elektrolit, terjadi oliguria, takikardi, mata cekung dan ikterus.
b. Riwayat kesehatan dahulu
 Kemungkinan ibu pernah mengalami hiperemesis gravidarum sebelumnya.
 Kemungkinan ibu pernah mengalami penyakit yang berhubungan dengan
saluran pencernaanyang menyebabkan mual muntah.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Kemungkinan adanya riwayat kehamilan ganda pada keluarga.
2. Data fisik biologis
a. TTV: ada tidaknya demam, takikardi, hipotensi, frekuensi napas meningkat,
adanya napas bau aseton
b. Status gizi: berat badan menurun
c. Status kardiovaskuler: takikardi, hipotensi
d. Status hidrasi: turgor kulit buruk, membrane mukosa dan bibir kering
e. Muka: tampak anemis karena terpengaruh pada keadaan umum
f. Mata: cekung
g. Keadaan abdomen: suara abdomen, adanya nyeri tekan, distensi abdomen
h. Status eliminasi: konstipasi dan perubahan frekuensi berkemih
i. Keadaan janin: pemeriksaan DJJ, TFU dan perkembangan janin (apakah
sesuai dengan usia kehamilan
3. Riwayat menstruasi
a. Kemungkinan menarche usia 12-14 tahun
b. Siklus 28-30 hari

11
c. Lamanya 5-7 hari
d. Banyaknya 2-3 kali ganti duk/hari
e. Kemungkinan ada keluhan waktu nyeri, sakit kepala, dan muntah
4. Riwayat perkawinan
Kemungkinan terjadi pada perkawinan usia muda
5. Riwayat kehamilan dan persalinan
a. Hamil muda: ibu pusing, mual dan muntah, serta tidak ada nafsu makan
b. Hamil tua: pemeriksaan umum terhadap ibu mengenai kenaikan berat badan,
tekanan darah, dan tingkat kesadaran
6. Data psikologi
Riwayat psikologi sangat penting dikaji agar dapat diketahui keadaan jiwa ibu
sehubungan dengan perilaku terhadap kehamilan. Keadaan jiwa ibu yang labil,
mudah marah, cemas, takut akan kegagalan persalinan, mudah menangis, sedih,
serta kekecewaan dapat memperberat mual dan muntah. Pola pertahanan diri
(koping) yang digunakan ibu bergantung pada pengalamannya terhadap kehamilan
serta dukungan dari keluarga dan perawat.
7. Data sosial ekonomi
Hiperemesis gravidarum bisa terjadi pada semua golongan ekonomi, namun pada
umumnya terjadi pada tingkat ekonomi menengah ke bawah. Hal ini diperkiran
dipengaruhi oleh tingkat pengeahuan yang dimiliki.
8. Data penunjang
Data penunjang didapat dari hasil laboratorium, yaitu pemeriksaan darah dan
urine. Pemeriksaan darah yaitu dengan menilai hemoglobin dan hematokrit yang
meningkat menunjukkan hemokonsentrasi yang berkaitan dengan dehidrasi.
Pemeriksaan urinalisis yaitu urine yang sedikit dan konsentrasi yang tinggi akibat
dehidrasi, juga terdapatnya aseton di dalam urin.
3. 2. Analisa Data
Diagnosa Keperawatan:

1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d Nausea dan


Vomitus yang berlebihan
2. Kekurangan volume cairan b/d intake cairan tidak adekuat
3. Gangguan rasa nyaman b/d peningkatan asam lambung
4. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan

12
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
- Mengeluh lelah - Konstipasi
- Mual muntah terus menerus - Hipertermi
- Merasa haus - Sianosis
- Terasa asam dimulut - Oliguria
- Sakit kepala - Gelisah
- Tidak nafsu makan - mata tampak cekung
- nyeri tekan abdomen - Takikardi
- Dispnea saat beraktivitas - membran mukosa kering
- merasa cemas - Tekanan darah menurun
- sulit tidur - BB menurun
- ketidakyamanan saat beraktivitas - Nadi teraba lemah
- Ansietas
- Turgor kulit menurun
- kulit kering
- tampak merintih
- Aritmia

No. Problem/Masalah Etiologi Sign & Symptomp


1 Kekurangan volume Intake cairan tidak adekuat Data Objektif :
- Membran mukosa
cairan - 00027
kering
- mata tampak cekung
(Domain 2, kelas 5) - Konstipasi
- Oliguria
-Tekanan darah
menurun
- Nadi teraba lemah
- Takikardi
- BB menurun
- Kulit kering
-Turgor kulit menurun
- Hipertermi
Data Subjektif :

13
- Merasa haus
- Mengeluh lelah
- Mual muntah terus
menerus
2 Ketidakseimbangan Nausea dan Vomitus Data Objektif :
-BB menurun
nutrisi: kurang dari yang berlebihan
- Membran mukosa
kebutuhan tubuh - kering
- Konstipasi
00002
Data Subjektif :
- Tidak nafsu makan
- nyeri tekan
(Domain 2, kelas 1)
abdomen
- Terasa asam
dimulut
- Mual muntah terus
menerus
3 Gangguan rasa peningkatan asam lambung Data Objektif :
- Ansietas
nyaman - 00214
- Gelisah
Data Subjektif :
- tampak merintih
(Domain 12, kelas 1)
- sulit tidur
- nyeri tekan
abdomen
- mual
- ketidakyamanan
saat beraktivitas

4 Intoleransi aktivitas - kelemahan Data Objektif :


- Sianosis
0002
- Aritmia
- Takikardi
(Domain 4, kelas 4)
- TD Menurun saat
beraktivitas
Data Subjektif :
- Dispnea saat
beraktivitas
- Mengeluh lelah
- ketidakyamanan saat

14
beraktivitas

3. 3. Rencana Keperawatan
No. Problem/masalah NOC NIC
1 Ketidakseimbangan Tujuan : kebutuhan nutrisi Manajemen gangguan
nutrisi kurang dari terpenuhi makan (1030)
kebutuhan tubuh b/d Kriteria hasil : 1) Kolaborasi dengan
keparahan mual dan 1) Frekuensi mual dan tim kesehatan lain
muntah muntah menjadi tidak untuk
ada mengembangkan
2) Intensitas mual dan rencana perawatan
muntah menjadi tidak dengan melibatkan
ada klien dan orang-
3) Tidak terjadi orang terdekatnya
kehilangan berat badan dengan tepat
4) Ketidakseimbangan 2) Tentukan pencapaian
elektrolit menjadi tidak berat badan harian
ada sesuai keinginan
3) Dorong klien untuk
mendiskusikan
makanan yang
disukai bersama ahli
gizi
4) Timbang berat badan
secara rutin (pada
hari yang sama dan
setelah BAB/BAK)
5) Monitor intake /
asupan dan asupan
cairan secara tepat
6) Batasi aktivitas fisik
sesuai kebutuhan
untuk meningkatkan

15
berat badan
7) Monitor berat badan
secara rutin

2 Kekurangan Volume Kebutuhan cairan terpenuhi 1) Tentukan frekuensi atau


Cairan b/dintake Setelah dilakukan tindakan beratnya mual/muntah.
cairan tidak adekuat keperawatan selama 2) Tinjau ulang riwayat
2x30menit, diharapkan kemungkinah masalah
kebutuhan cairan pasien medis lain (misalnya
terpenuhi dengan kriteria hasil Ulkuspeptikum,
sebagai berikut : gastritis.
1) Keseimbangan cairan dan 3) Kaji suhu badan dan
elektrolit akan kembali ke turgor kulit, membran
kondisi normal, yang mukosa, TD,
terbukti dengan turgor input/output danberat
kulit normal, membran jenis urine. Timbang
mukosa lembab, berat BB klien setiap hari.
badan stabil, tanda-tanda 4) Anjurkan peningkatan
vital dalam batas normal; asupan minuman
elektrolit, serum, berkarbonat, makan
hemoglobin, hematokrit, sesering mungkin
dan berat jenis urin akan dengan jumlah sedikit.
berada dalam batas Makanan tinggi
normal. karbonat seperti : roti
2) Klien tidak akan muntah kering sebelum
lagi bangun dari tidur.
3) Klien akan
mengkonsumsi asupan
dalam jumlah yang
adekuat.

3 Gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji skala nyeri,


nyaman : nyeri b/d keperawatan selama 1x24 jam karakteristik, kualitas,

16
peningkatan asam diharapkan nyeri yang frekuensi, dan lokasi nyeri.
lambung dirasakan klien berkurang, 2. Kurangi atau eleminasi
dengan kriteria hasil: faktor-faktor yang dapat
1. Nyeri yang dilaporkan mencetuskan atau
klien dalam skala ringan meningkatkan nyeri, seperti
2. Klien tidak lagi cemas dan kurang
memegangi area perutnya pengetahuan
di bagian epigastrium 3. Ajarkan penggunaan
3. Ekspresi wajah tidak teknik non farmakologi
meringis distraksi dan relaksasi
4. Tanda-tanda vital dalam (napas dalam dan kompres
rentang normal hangat)
5. Nafsu makan klien 4. Berikan informasi yang
membaik akurat untuk meningkatkan
pengetahuan dan respon
keluarga terhadap
pengalaman nyeri.
5. Kolaborasi pemberian
analgesik sesuai indikasi
4 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1. Anjurkan klien
membatasi aktivitas
b/d kelemahan keperawatan selama 1x24 jam
dengan istirahat yang
diharapkan klien dapat cukup.
2. Anjurkan klien untuk
beraktifitas seperti biasanya
menghindari
dengan Kriteria Hasil: mengangkat berat.
3. Bantu klien beraktivitas
- Mampu melakukan
secara bertahap.
aktivitas sehari-hari 4. Anjurkan klien tirah
baring yang
- Keseimbangan
dimodifikasi secara
aktivitas dan istirahat indikasi.

17
Rukiyah AY, Yulianti L. Asuhan Kebidanan IV. Jakarta. Trans InfoMedia; 2010.p.120-122
Mose JC. Gestosis.Dalam: Sastrawinata S, Maartadisoebrata D,Wirakusumah FF,
editors.Obtetri Patologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2005. p. 66
Manuaba, Ida BagusGde. (2007). PengantarKuliahObstetri. Jakarta: EGC
Runiari, Nengah. (2010). Asuhan keperawatan pada klien dengan hiperemesis gravidarum:
penerapan konsep dan teori keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Handayani, S., & Aiman, U. (2018). Analisis kejadian hiperemesis gravidarum (HEG)
berdasarkan karakteristiknya. Babul Ilmi Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan, 9(1),
99–108.
Muchtar, A. S. (2018). Hubungan umur dan paritas ibu hamil dengan kejadian hiperemesis
gravidarum. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 12(6), 598–602.
Muriyasari, F., Septiana, R., & Herlina. (2017). Faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian hiperemesis gravidarum di RSU Muhammadiyah Metro. Jurnal Kesehatan
Metro Sai Wawai, X(1), 41–48.
Safari, F. R. N. (2017). Hubungan karakteristik dan psikologis ibu hamil dengan hiperemesis
gravidaum di RSUD H. Abd. Manan Simatupang Kisaran. 6(1), 202–212.
Syamsuddin, S., Lestari, H., & Fachlevy, A. F. (2018). Hubungan antara gastritis, stres, dan
dukungan suami pasien dengan sindrom hiperemesis gravidarum di wilayah kerja
puskesmas poasia kota kendari. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Pelayanan
Kesehatan, 2(2), 102–107. https://doi.org/10.22435/jpppk.v2i2.136
Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.

18

Anda mungkin juga menyukai