Anda di halaman 1dari 11

A.

Latar Belakang
Dalam rentang waktu penyebaran agama Islam pada masa Rasul sampai masa
Khulafa’ Ar-Rasyidun menyisakan banyak sekali kesulitan-kesulitan yang dihadapi.
Perjuangan Rasul menyi’arkan agama Islam dengan cara diam-diam serta
terangterangan pada masyarakat Arab yang mengakibatkan banyaknya cemoohan pada
diri beliau, kemudian Hijrahnya kaum muslimin dari Makkah ke Madinah, sampai
wafatnya Rasul yang kemudian dilanjutkan oleh para sahabat empat yakni Abu Bakar,
Umar, Utsman, serta Ali terlihat banyak hal yang dapat kita ambil nilai-nilai positif
darinya.
Diantaranya adalah nilai potif dari aspek pendidikan Islam yang diajarkan oleh
beliau. Begitu luasnya nilai-nilai itu, sehingga membutuhkan penafsiran kita dari
sejarah yang ada untuk menggali nilai-nilai pendidikan itu.
Oleh karena itu, dalam makalah ini sedikit banyak akan menggali nilai-nilai pendidikan
Islam pada masa Khulafa’ Ar-Rasyidun, khususnya pada masa Abu Bakar As-Siddiq
Radiallahu annhu.

A. Khulafaur Rasyidin
Khulafaur Rasyidin berasal dari kata Khulafa’ dan Ar-Rasyidin. Kata Khulafa’
bersaal dari kata Khalifah yang berarti pengganti, sedangkan kata Ar-rasyid artinya
mendapat petunjuk. Jadi, Khulafaur Rasyidin menurut bahasa adalah orang yang
ditunjuk sebagai penggnti, memimpin, dan penguasa yang selalu mendapat petunjuk
dari Allah SWT.. Menurut istilah, Khulafaur Rasyidin adalah pemimpin umat dan
kepala negara yang telah mendapat petunjuk dari allah SWT., untuk meneruskan
perjuangan Nabi Muhammad SAW.
Khulafaur rasyidin adalah empat orang khalifah (pemimpin) pertama agama
Islam, yang dipercaya oleh umat Islam sebagai penerus kepemimpinan Nabi
Muhammad setelah ia wafat, empat orang tersebut adalah para sahabat dekat Nabi
Muhammad yang tercatat paling dekat dan paling dikenal dalam membela ajaran yang
dibawanya disaat masa kerasulan Nabi Muhammad SAW., empat khalifah tersebut
dipilih bukan berdasarkan keturunannya, melainkan berdasarkan konsensus bersama
Umat Islam. Empat Khalifah yang dimaksud adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq (632 M-
634 M), Umar bin Khattab (634 M-644 M), Utsman bin Affan (644 M- 655 M), dan Ali
bin Abi Thalib (655 M – 661 M).1
Tidak lama Khulafaur Rasyidin menjadi penerus Nabi yaitu hanya 31 tahun,
dimulai tahun 632 M dan berakhir tahun 661 M. Namun, 31 tahu tersebut sangat
menentukan bagi keberadaan Islam. Masa itu adalah masa konsolidasi dan pemantapan
dasar-dasar Islam dan peradabannya. Khulafaur Rasyidin yang berhasil menyelamatkan
akidah Islam kaum Muslim dari pembangkangan kaum murtad dan para Nabi palsu.2

B. Biografi Abu Bakar Ash-Shiddiq


Nama lengkap Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah Adullah bin Utsman bin Amir
bin Ka’ab At-Taimi Al-Qurasyi. Sebelum masuk islam ia bernama Abdul Ka’bah, lalu
Rasulullah menamainya dengan nama Abdullah dan sering dipanggil dengan sebutan
Abu Bakar. Ia lahir di Makkah 2 tahun beberapa bulan setelah kelahiran Nabi
Muhammad SAW. Ia berkulit putih, kurus, matanya cekung, badannya bungkuk,
rambutnya lebat dan suka menyemir rambutnya dengan bahan pewarna Al-Hinna dan
Khatam.
Abu Bakar digelari Ash-Shiddiq (membenarkan) karena ia membenarkan
peristiwa isra’. Nabi pernah mengatakan, “ Sesungguhnya tidak ada seorangpun
diantara manusia yang sanggup berkorban dengan diri dan haranya karena aku selain
dari Abu Bakar bin Abi Qhuafah. Sekiranya aku ingin mengambil seorang kekasih, aku
akan mengambil Abu Bakar sebaga kekasihku. Akan tetapi persaudaraan Islam lebih
utama. Hendaklah kalian menutup semua pintu yang ada dimasjid ini kecuali pintu Abu
Bakar.” (HR. Bukhari). Ia juga digelari Al-Atiq (yang dibebaskan) karena Rasulullah
pernah mengatakan kepadanya “Anda adalah orang yang dibebaskan oleh Allah dari
api neraka”. Selain itu, ia mempunyai gelar Al-Awwah AlMunib (tunduk dan kembali),
julukan ini diungkapkan oleh Ali bin Abi Thalib R.a. ketika ia berkhutbah
“Sesungguhnya Abu Bakar adalah orang yang hatinya tertunduk dan kembali.
Sesungguhnya Umar adalah orang yang dinasehati Allah sehingga Dia menasehatinya”.
Menurut Ibrahim al-Nakha’i, abu Bakar dijuluki Al-Awwah karena kelembutan dan
kash sayangnya.3

1
www.masuk-islam.com diakses pada Selasa, 20 Maret 2018 pkl. 10.20 WIB
2
Wahid Achmadi, dkk., Sejarah Kebudayaan Islam, (Yogyakarta: Insani Madani, 2008), hlm. 32-33.
3
Musthafa Murad, Kisah Hidup Abu Bakar Ash-Shiddiq, (Jakarta: Zaman, 2009), hlm. 34.

2
Abu Bakar adalah laki-laki pertama yang beriman kepada Rasulullah.
Tentang keislamannya Rasulullah SAW., berkata, “Tidak kuajak seorangpun masuk
Islam melainkan ia ragu dan bimbang, kevuali Abu Bakar. Ia tidak ragu dan bimbang
ketika kusampaikan kepadanya”. (HR. Ibnu Ishaq). Abu Bakar juga merupakan salah
satu diantara sepuluh sahabat yang memperoleh jaminan masuk surga. Ia pernah
memerdekakan tujuh orang budak dan mereka semua pernah disiksa karena
memperjuangkan Islam,mereka adalah Bilal, Amir bin Fuhairah, Zuhairah, Zunairah,
Nahdiyah dan putrinya, Jariyah binti Mu’ammil, dan Ummu Ubays. Abu Bakar
merupkn teman setia Rasulullah dalam perjalanan hijrah dan yang menemani beliau
ketik berada di Gua Tsur. Ia tidak pernah absen mengikuti semua peperangan bersama
Rasulullah.
Abu Bakar Ash-Shiddiq dikenal dengan sebagai sahabat yang paling
mengetahui al-Quran. Selain itu ia juga paling mengetahui Sunnah Rasulullah SAW., ia
sering menjadi rujukan para sahabt lain mengenai Sunnah Nabi SAW., ia hafl banyak
Hadist Rasulullah dan dapat menyebutkannya ketika dibutuhkan. Dialah yang paling
cakap dalam hal ini diantara para sahabat lainnya. Ditambah lagi, ia merupakan sahabat
yang paling cerdas dan pintar. Jika Abu Bakar diketahui hanya meriwayatkan beberapa
Hadist, itu karena ia hidup hanya sebentar setelah Nabi wafat. Seandainya ia hidup lebih
lama, tentu akan sangat banyak hadist nabi yang diriwayatkan darinya.
Abu Bakar juga merupakan sahabat yang paling mengasai tafsir al-Qur’an, istinbath
hukum darinya, dan memahami hikmah-hikmah yang terkandung didalamnya.
Abu Bakar meninggal pada tahun 12 H dalam usia 63 tahun, persis seperti usi
Nabi saat meninggal. Jasadnya dimakamkan disamping makam Rasulullah dikamar
Aisyiah, sebelum meninggal ia menunjuk Ummar bin Khattab sebagai Khallifah untuk
menggantikannya.4

C. Proses Pengangkatan dan Masa Pemerintahan


1. Proses pengangkatan
Setelah Rasulullah wafat, kaum muslimin dihadapkan suatu problem yang berat,
karena Nabi sebelum meninggal tidak meninggalkan pesan apa dan siapa yang akan
menggantikan Nabi sebagai pemimpin umat. Suasana wafatnya Rasul tersebut

4
Syaikh Muhammad Sa’id Mursi, Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah, (Jakarta: Pustaka
AlKautsar, 2007), hlm. 5-10.
3
menjadi umt Islam dalam kebingungan. Hal ini, karena mereka sama sekali tidak
siap kehilangan beliau baik sebagai pemimpin, sahabat, maupun sebagai
pembimbing yang mereka cinta.
Ditengah kekosongan pemimpin tersebut, ada golongan sahabat Anshar yang
berkumpul ditempat seorang sahabat, sebuah tempat yang biasa digunakan sebagai
pertemuan dan musyawarah penduduk kota Madinah. Pertemuan golongan Anshar
tersebut dipimpin oleh seorang sahabat dekat Rasulullah SAW., yaitu Sa’ad bin
‘Ubadah (tokoh terkemuka suku Khazraj). Pada saat Sa’ad bin ‘Ubadah mengajukan
wacana dan gagasan tentang siapa yang pantas untuk menjadi pemimpin sebagai
pengganti Rasulullah, ia menyatakan bahwa kaum Ansharlah yang pantas
memimpin kaum muslimin. Pada saat berargumen baha golongan Ansharlah yang
telah banyak menolong Nabi dan kaum Muhajirin dari kerajaan dan penindasan dari
orang-orang kafir Quraisy. Tentu gagasan itu disetujui oleh para sahabat dari
golongan Anshar.
Pada saat beberapa tokoh Muhajirin mengetahui pertemuan orang-orang Anshar
tersebut, mereka langsung menuju kerumah sahabat dari hgolongan Anshar
tersebut, dan kaum Anshar tersebut nyaris bersepakat untuk mengangkat dan
membaiat Sa’ad bin ‘Ubadah menjadi khalifah. Karena padaa saat kaum Muhajirin
datang maka mereka juga diajak untuk mengangkat dan membaiat
Sa’ad bin ‘ubadah. Namun, kaum Muhajirin ang diwakili Abu Bakar menolaknya
dengan tegas membaiat Sa’ad bin ‘Ubadah. Abu Bakar mengatakan pada golongan
Anshar bahwa jabatan khalifah sebaiknya diserahkan kepada kaum Muhajirin.
Dengan usulan tersebut, golongan Anshar tidak dapat membantah usulannya. Kaum
Anshar menyadari dan ingat, bagaimana keadaan mereka sebelum Nabi dan para
sahabatnya dari Makkah mengajak masuk Islam, bukanlah diantara mereka sering
terlibat perang saudara yang berlarut-larut.
Abu Bakar mengusulkan agar memilih satu diantara Umar bin Khattab dan Abu
Ubaidah bin Jarrah. Tetapi Umar bin Khattab menolaknya, melainkan Umar bin
Khttab mmengayunkan tangannya ke tangan Abu Bakar yang segera diikuti oleh
Abu Ubaidah. Dan akhirnya diikuti kaum Anshar untuk membaiat Abu Bakar.5
2. Masa Pemerintahan

5
Wahid Achmadi, dkk., Sejarah Kebudayaan Islam, (Yogyakarta: Insani Madani, 2008), hlm. 22-24.

4
Kepergian Rasululloh meninggalkan pekerjan rumah sangat berat bagi siapapun
yang menjadi pemimpin setelahnya. Ketika nabi Muhammad SAW wafat, islam
telah menyebar ke seantero jazirah arabiah. Terutama setelah peristiwa futu
makkah, berbagai suku dan kabilah berbondong-bondong menyatakan keislaman
dan mengakui nabi sebagai pemimpin mereka. Keadaan seperti itulah yang dihadapi
Abu Bakar r.a. ketika ia di angkat dan dibaitan sebagi khalifah umat islam.
Menghadapi situasi-situsi sosial politik Abu Bakar r.a memustkan seluruh
perhatiannya untuk menciptakan stabilitas umatnya mengemblikan akidah sebagian
merek yang telah murka, serta memaksa mereka yang tidak mau mebayar zakat.
Perhatian Abu Bakar terpusat pada tugas untuk membersihkan islam dari para
pembangkang dan orang-orang yang murtad. Selama kepemimpinannya yang
singkat, khalifah Abu Bakar masih sempat menjalankan kebijakan luar negri, seperti
penaklukan daerah-daerah baru dan menahan serangan musuh-musuh luar.6 Pada
masa khalifah Abu Bakar, sebagaimana pada masa Rasullah itu bersifat sentral yang
berarti bahwa kekuasaan legislatif, eksekutuf dan yudikatif terpusat ditangan
khalifah. Selaian menjalankan roda pemerintahan, khalifah Abu Bakar juga
melaksanakan hukum. Mekipun demikian, seperti juga nabi Muhammad, Abu
Bakar selalu mengajak sahabat-sahabat besarnya bermusyawarah.7
Secara umum kebijakan internal Abu Bakar tidak jauh berbeda dari kebjakan
yang dijalankan oleh nabi Muhammad karena orang-orang yang menentang abu
bakar merupakan orang yang menentang nabi Muhammad. Kebijakan internal yang
diterpkan abu bakar yang bertujun untuk menjaga keutuhan dan kesehteraan umat
islam adalah sebagi berikut:
a) Ia menetapkan bahwa gaji untuk khalifah diambil dari baitul mal.
b) Menetapkan jalan musyawarah sebagai pemutus perkara dan mengangkat
dewan syura atau dimasa sekarang disebut dengan dewan legislatif ( umar
bin khatab).
c) Abu bakar membentuk dewan syariah sebagai embrio bagi lembaga
peradilan islam yang bertugas untuk memutuskan berbagai perkara yang
dihadapi umat islam.

6
Musthafa Murad, Kisah Hidup Abu Bakar Ash-Shiddiq, (Jakarta: Zaman, 2009), hlm. 132. 7
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Rajagrafindo, 2003), hlm. 36.
5
d) Abu bakar mengutus beberapa sahabat untuk menjadi wakil khalifah
dibeberapa wilayah yang dikuasai negara islam, dan wilayah-wilayah
ttaklukan lainnya. Mereka bertugas memelihara keamanan dan kestabilan
wilayah, menyebarkan agama islam, berjihad dijaln Allah, mengajari kaum
muslim tentang agama islam, memelihara kesetiaan kepada khalifah,
mendirikan shalat, menegakkan hukum islam, dan melaksanakan sariat
Allah. Berikut ini beberapa wilayah dibawah negara islam dan orang yang
dipercaya menjadi wakil khalifah diilayah itu adalah:
- Itab ibn Asid sebagai gubernur Makkah.
- Utsman ibn Abi Al- Ash sebagai gubernur Taif.
- Al-muhajir ibn Abi Umayyah sebagai gubernur Shana’a.
- Ya’la ibn Umayyah sebgai gubernur Khaulan.
- Abu Musa Al-asy’ari sebagai gubernur Zabid dan Rafa.
- Abdullah ibn Nur sebagai gubernur Jarasy.
- Muaz ibn Jabal sebagai gubernur Yaman.
- Jarir ibn Abdillah sebagai gubernur Najran.
- Al-ala ibn Al-Khadrami sebagai gubernur Bahrain.
- Hudzaifah al-ghalfani sebagai gubernur oman.
- Sulaith ibn qais sebagai gubernur yamamah.7

Sementara itu , terdapat permaslahan yang dihadapi oleh Abu Bakar,


yaitu:

a) Perang melawan Kaum Murtad


Orang-orang arab yang murtad dan memisahkan diri dari
jama’ah kaum muslim menjadi persoalan penting yang dihdapi Abu
Bakar karena mereka telah memunculkan kekacuan dan keraguan
dihati kaum muslim lainnya. Jika mereka dibiarkan maka lama
kelamaan kaum muslim kan semakin terpecah. Karena itulah abu
bakar menyiapkan pasukannya untuk menyerang orang-orang yang
enggan kembali dalam pelukan islam. Ia menasehati

7
Musthafa Murad, Kisah Hidup Abu Bakar Ash-Shiddiq, (Jakarta: Zaman, 2009), hlm. 135. 9
Ibid, hlm. 150-151.

6
pasukanpasukannya agar mewaspadai setiap tipu daya yang di
siapkan musuh-musuh islam.
Untuk menghadapi para pembangkang, orang-orang murtad, dan
musuh-musuh islam lainnya, abu bakar menyusun stategi sebagai
berikut:
- Mengharuskan semua penduduk madinah untuk lebih berdiam
dimasjid sampai mereka bernar-benar mempersiapkan dan
mempertahankan diri jika musuh menyerang madinah.
- Mengatur para penjaga perbatasan madinnah dan mewajibkan untuk
tetep berada di pos-posnya masing-masing.
- Setiap pos penjagaan ditanggung jawabi oleh para sahabat besar
termasuk ali bin abi thalib, zubair bin al awwan, thalhah bin
ubaidillah, sa’d bin abu waqqas, abdurrahman bin auf, dan abdullah
bin mas’ud.9
b) Perang Ummu Zamal dan perang Fajja’ah
Sekolomok besar pengikut Thulaihh dari bani Ghatafah
berkumpul dan menemui Ummu Zamal pad hari perang Bazakhah.
Nama lengkap wanita itu adalah Salma bint Malik bin Hudzaifah.
Ia termasuk wanita bangsawan Arab seperti Ibunya, Ummu Qurfah.
Ia menyerupai ibunya dari sisi kbngsawanan karena memilki banyak
anak. Ia mulia karena keistimean suku dan keluarganya. Ketika
mereka berkumpul dan menemui Ummu Zamal, ia mengobarkan
semngat mereka untuk berperang melawan Khalid bin Walid.
Mereka mengikutinya dengan semangat menuju medan perang. Ia
juga mengajak kabilah lainnya seperti Bani Sulaim, Thayyi,
Hawwazin, dan bani Asad. Ia dapat mengumpulkan pasukan yang
cukup banyak dan ia memimpin langsung pasukannya. Ketika
mendengar kedatngan pasukan, Khalid bin walid, mereka bersiap-
siap memeranginya. Ia berperang gagah, berani, seraya menunggang
unta milik ibunya yang dikatakan mengenainya, “Siapa yang dapat
menyentuh untanya, ia akan mendapatkan seratus ekor unta betina”.
Ucapan itu menyejukkan ketinggian derajatnya dan kecakapannya

7
menunggang unta. Namun, Khalid terlalu kuat wanita itu. Ia
menghncurkan pasukn Ummu zamal dan berhsil membunuhnya.
Selain Ummu Zamal, ada sosok lain yang ikut merecoki dan
mengusik kedamaian umat Islam. Dikisahkan bahwa Abu Bakar
sedangt berada di Baqi, Madinah al-Munawwarah, seorang lakilaki,
yang menurut Ibn Ishaq bernama Iyas ibn Abdullah ibn Abd Yalail
ibn Amirah ibn Khaffaf dari bani Sulaim, menemui Abu Bakar. Ia
menghadap kepada Abu Bakar dan menytakan keislmannya. Untuk
membuktikan kesetinnya, Abu Bakar memintanya menyediakan
pasukan untuk membantunya memerangi kaum murtad. Ia bersedia
dan membawa pasukan yang dimaksud. Namun, dalam perjalanan
mereka membinasakan siapa saja yang mereka temui, baik yang
muslim maupun yang murtad, lalu merampas harta benda mereka.
ketika Abu Bakar mendengar kabar tentang mereka, ia segera
mengirim pasukan untuk menumpasnya. Mereka dapat menumpas
para pengacau itu dan menawan Iyas, yang kemudian dikirimkan ke
Madinah, tepatnya ke Baqi. Ia digiring dengan tangan dan kaki
terbelenggu untuk menghadapi hukuman yang berat dari khalifah.8

D. Kemajuan dalam Pemerintahan Abu Bakar


Meskipun fase permulaan dari kekhalifahan Abu Bakar penuh dengan
kekacauan, beliau tetap berkeras melanjutkan rencana Rasulullah Saw untuk mengirim
pasukan ke daerah Shiria dibawah pimpinan Usama bin Zaid. Beliau berpendapat,
bahwa itu rencana Rasulullah dan demi memantapkan keamanan wilayah Islam dari
serbuan Persia dan Bizantium. Langkah politik yang ditempuh Abu Bakar itu adalah
sangat strategis dan membawa dampak yang sangat positif dan sukses Selanjutnya
melakukan ekspansi ke daerah Irak dan suriah. Ekspansi ke Irak dipimpin oleh panglima
Khalid bin Walid. Sedangkan ke Suria dipimpin oleh Amru Ibn Ash, Yazid bin Abi
Sufyan dan Syurahbil bin Hasan. Pasukan Khalid dapat menguasai Al-Hirrah pada
tahun 634. Akan tetapi tentara Islam yang menuju Suria, kecuali pasukan Amru Ibn Ash
mengalami kesulitan karena pihak lawan yaitu tentara Bizantium memiliki kekuatan
yang jauh lebih besar dan perlengkapan perangnya jauh lebih sempurna.

8
Ibid, hlm. 176-177.

8
Untuk membantu pasukan Islam di Suriah, Abu Bakar memerintahkan Khalid
bin Walid segera meninggalkan Irak menuju Suria, dan kepadanya diserahi tugas
memimpin seluruh pasukan. Khalid mematuhi instruksi Abu Bakar. Mereka berhasil
memenangkan pertempuran, tapi sayang kemenangan itu tidak sempat disaksikan oleh
Abu Bakar karena ketika pertempuran itu sedang berkecamuk beliau jatuh sakit dan tak
lama kemudian beliau meninggal dunia. Selain usaha perluasan wilayah Islam, beliau
juga berjasa dalam pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an yang selama ini berserakan di
berbagai tempat. Usaha ini dilakukan atas saran Umar bin Khattab. Pada mulanya beliau
agak berat melakukan tugas ini karena belum pernah dilakukan oleh nabi. Akan tetapi
'Umar banyak mengemukakan alasan. Di antara alasannya adalah
bahwa banyak sahabat penghafal Qur’an gugur di medan perang dan dikhawatirkan
akan habis seluruhnya. Pada akhirnya Abu Bakar menyetujuinya. Untuk selanjutnya ia
menugaskan Zaid bin Thabit untuk mengerjakan tugas pengumpulan itu. Abu bakar
sebagai seorang sahabat nabi yang berupaya meneladani beliau berusaha semaksimal
mungkin untuk meningkatkan kesejahteraan umum. Untuk itu ia membentuk lembaga
Bait al-Mal, semacam kas negara atau lembaga keuangan. Pengelolaannya diserahkan
kepada Abu Ubaidah sahabat nabi yang digelari Amin Al-'Ummah (Kepercayaan
Ummat).
Pada masa Abu Bakar, kegiatan bait al-mal masih tetap seperti pada masa nabi
Muhammad Saw. Pada tahap awal Abu Bakar menjadi khalifah, dia memberikan 10
dirham kepada setiap orang. Lalu pada tahap kedua, dia memberikan 20 dirham untuk
perorangan (Ensiklopedi Islam, 1994: 222). Fungsi Bait al-Mal ini adalah untuk
mengelola pemasukan dan pengeluaran negara secara bertanggung jawab guna
terpeliharanya kepentingan umum. Bait al-Mal adalah amanat Allah dan masyarakat
kaum muslimin. Karena itu, beliau tidak mengizinkan pemasukan atau pengeluarannya
berlawanan dengan apa yang telah ditetapkan oleh syari'at (alMaududi, t.th: 116). Selain
mendirikan Baitul Mal ia juga mendirikan lembaga peradilan yang ketuanya diserahkan
kepada Umar bin Khattab. 9

9
https://www.google.com/search?q=peistiwa+penting+zaman+Abu+Bakr+pdf+jurnal&ie=utf-8&oe=utf-8
diakses pada Selasa, 20 Maret 2018 pukul. 14.35 WIB
9
A. Simpulan
Khulafaur Rasyidin berasal dari kata Khulafa’ dan Ar-Rasyidin. Kata Khulafa’
bersal dari kata Khalifah yang berarti pengganti, sedangkan kata Ar-rasyid artinya
mendapat petunjuk. Jadi, Khulafaur Rasyidin menurut bahasa adalah orang yang
ditunjuk sebagai penggnti, memimpin, dan penguasa yang selalu mendapat petunjuk
dari Allah SWT.. Menurut istilah, Khulafaur Rasyidin adalah pemimpin umat dan
kepala negara yang telah mendapat petunjuk dari allah SWT., untuk meneruskan
perjuangan Nabi Muhammad SAW. Nama lengkap Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah
Adullah bin Utsman bin Amir bin Ka’ab At-Taimi Al-Qurasyi.
Abu Bakar Ash-Shiddiq dikenal dengan sebagai sahabat yang paling
mengetahui al-Quran. Selain itu ia juga paling mengetahui Sunnah Rasulullah SAW.
Proses pengangkatan abu bakar sebelumnya masing-masing dari kaum muhajirin dan
ansor memiliki kandidat yaitu ‘Ubaidan dan Utsman, tetapi Utsman enggan
menerimanya dan mengayunkan tangannya kepada Abu Bakar lalu diikuti dengan
‘Ubaidah. Kemajuan dalam Pemerintah Abu Bakar adalah menetapkan bahwa gaji
untuk khalifah diambil dari baitul mal, menetapkan jalan musyawarah sebagai pemutus
perkara dan mengangkat dewan syura (dewan legislatif), dan membentuk dewan
syariah.

10
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Wahid dkk. 2008. Sejarah Kebudayaan Islam. Yogyakarta: Insani Madani.

Murad ,Musthafa. 2009. Kisah Hidup Abu Bakar Ash-Shiddiq. Jakarta: Zaman.

Yatim, Adri. 2003. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Rajagrafindo.

Syaikh Muhammad Sa’id Mursi. 2007. Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah. Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar.

https://www.google.com/search?q=peistiwa+penting+zaman+Abu+Bakr+pdf+jurnal&ie=utf8&oe
=utf-8 diakses pada Selasa, 20 Maret 2018 pukul. 14.35 WIB.

www.masuk-islam.com diakses pada Selasa, 20 Maret 2018 pkl. 10.20 WIB.

11

Anda mungkin juga menyukai