Anda di halaman 1dari 29

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kematian ibu merupakan salah satu indiaktor untuk melihat derajat

kesehatan perempuan. Pada tahun 2015, AKI mengalami penurunan menjadi

305/100.000 kelahiran hidup dari tahun 2012 yang mencapai 359/100.000

kelahiran hidup namun masih jauh dari target Sustainable Development Goals

(SDG’s) (SDKI,2012 ; Dinkes, 2015). Salah satu target SDG’s 2016-2030

adalah penurunan AKI secara global hingga kurang dari 70 per 100.000

kelahiran hidup (WHO, 2015).

Berdasarkan data diatas ada lima penyebab kematian ibu terbesar yaitu

perdarahan (30,1%), hipertensi dalam kehamilan (26,9%), infeksi (5,5%),

partus laama/ macet (1,8%), abortus (1,6%) dan lain-lain (34,5%). Abortus

masih merupakan masalah besar dalam pelayanan obstetrik karena

merupakan salah satu penyebab kematian ibu dan janin sampai saat ini

(Kementrian Kesehatan RI, 2015 : Desyanti, 2016).

Peran bidan dalam upaya mengedukasi keajdian abortus pada ibu hamil

dapat dilakukan dengan cara: memberikan penyuluhan tentang bagaimana

mengkonsumsi makanan yang bergizi dengan menu seimbang selama hamil,

mengonsumsi vitamin sebelum atau selama keahamilan, melakukan Antenatal

Care (ANC) minimal dilakukan 4 kali selama kehamilan dengan distribusi

waktu minimal satu kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12

minggu), satu kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu) dan

2 kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu sampai persalinan),


2

melakukan imunisasi tetanus toxoid sesuai status imunisasi, memberikan

tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan pada ibu hamil, zat

besi memiliki peranan yang cukup penting untuk pertumbuhan janin. Selama

hamil, asupan zat besi harus ditambah mengingat selama kehamilan, volume

darah pada tubuh ibu meningkat. Sehingga untuk dapat tetap memnenuhi

kebutuhan ibu dan menyuplai makanan serta oksigen pada janin melalui

plasenta, dibutuhkan asupan zat besi yang lebih banyk, istirahat secukupnya,

kepada suami diberitahukan untuk mendukung istri selama masa kehamilan

baik dari segi fisik maupun psikologinya agar kehamilan berjalan lancar dan

terhindar dari komplikasi terutama abortus (KemenKes RI, 2015).

B. Tujuan

Mahasiswa mampu memahami asuhan kebidanan

kegawatdaruratanpartofisiologi, penegakan diagnosa dan farmakologi

abortus.

C. Manfaat

Mahasiswa dapat menerapkan teori yang didapat di bangku kuliah dalam

praktek di lahan serta memperoleh pengalaman secara langsung dalam

masalah memberikan asuhan kebidanan kegawatdaruratan partofisiologi,

penegakan diagnosa dan farmakologi abortus.


3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi yang usia kehamilan nya

kurang dari 20 minggu (purwo astuti, 2015).

Diagnosis di tegakkan berdasarkan ada nya amenorhea,tanda tanda

kehamilan perdarahan hebat pervagina ,pengeluaran jaringan plasenta dan

kemungkinan kematian janin. pada abortus seftik ,perdarahan pervagina yang

banyk atau sedang, demam (mengigil), kemungkinan gejala iritasi

peritoneum,dan kemungkinan syok (Masruroh,2016).

B. Etiologi

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan abortus antara lain (Masruroh:

2016):

1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi

Kelainan inilah yang paling umum menyebabkan abortus pada kehamilan

sebelum umur kehamilan 8 minggu. beberapa faktor yang menyebabkan

kelainan ini antara lain: kelainan kromosom/ genetik, lingkungan tempat

menempelnya hasil pembuahan yang tifak bagus atau kurang sempurna

dan pengaruh zat-zat yang berbahaya bagi janin seperti radiasi, obat-

obatan, tembakau, alkohol dan infeksi virus.


4

2. Kelainan pada plasenta

Kelainan ini bisa berupa gangguan pembentukan pembuluh darah pada

plasenta yang disebabkan oleh karena penyakit darah tinggi yang

menahun.

3. Faktor ibu seperti penyakit-penyakit kronis yang diderita oleh sang ibu

seperti radang paru-paru, tipoyd, anemia berat, keracunan dan infeksi

virus tokso plasma.

4. Kelainan yang terjadi pada organ kelamin ibu seperti gangguan pada

mulut rahim, kelainan bentuk rahim terutama rahim yang lengkungannya

kebelakang (secara umum rahim melengkung kedepan), mioma uteri, dan

kelainan bawaaan pada rahim.

C. Partofisiologis (Menurut Rukiya, 2014) :

1. Pada awalnya abortus terjadi terjadi pendarahan dalam desidua basalis,

kemudian diikuti oleh nekrosis jaringan disekitarnya yang menyebabkan

hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus.

2. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.

3. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu villi korialis belum menembus

desidua secara dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya.

4. Pada kehamilan 8-14 minggu penembusan sudah lebih dalam hingga

plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak

pendarahan.
5

5. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dahulu

daripada plasenta.

6. Pendarahan tidak banyak jika plasenta segera dilepas dengan lengkap.

7. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniatur.

8. Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk.

9. Ada kalanya kantong amnion kosong atau tampak kecil tanpa bentuk yang

jelas, mungkin pula janin telah mati lama, mola kruenta, maserasi, fetus

kompresus.

D. Klasifikasi

Pembagian abortus bisa dibedakan berdasarkan: (Menurut Masruroh, 2016)

1. Berdasarkan proses

a. Abortus spontan

yaitu abortus yang terjadi secara spontan tanpa manipulasi sebelum

janin mencapai viabilitas

b. Abortus disengaja (provokatus)

Yaitu abotus dilakukan dengan intervensi yang disengaja dengan

dihentikannya kehamilana sebelum janin mencapai viabilitas.

c. Abortus tidak aman (unsafe abortion)

Yaitu abortus yang prtosedurnya dilaksanakan oleh orang yang tidak

berpengalaman atau dalam lingkungan yang tidak memenuhi standar

kesehatan atau keduanya sehingga dapat menimbulkan masalah.


6

d. Abortus septik

Yaitu abortus yang mengalami komplikasi dengan infeksi. Dan ini

cenderung terjadi jika terdapat sisa hasil konsepsi atau terjadi

penundaan pengeluaran hasil konsepsi.

2. Berdasarkan gejala klinik

a. Abortus Iminens

Abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya

abortus, ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup

dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan.

Penegakkan diagnosa:

1) Perdarahan sedikit melalui ostium uteri externum

2) Cervik belum membuka

3) Mulas sedikit/ kadang tidak mules

4) Uterus membesar sesuai umur kehamilan

Penatalaksanaan:

1) Tirah baring dan pembatasan aktifitas sampai dengan perdarahan

berhenti

2) Pasien dianjurkan untuk tidak melakukan senggama, karena

kemungkinan dapat meningkatkan rangsangan prostaglandin.

3) Tidak ada pengobatan khusus, pengobatan sedative atas instruksi

dokter.

4) Kalau perlu pemberian obat hormonal dan antispasmodik untuk

mengurangi kerentanan otot-otot uterus( misalnya gestanon)


7

5) Jika perdarahan berhenti lakukan asuhan antenatal lanjut seperti

biasanya.

6) Jika perdarahan terus berlangsung nilai kondisi janin dengan USG.

b. Abortus insipiens (sedang berlangsung)

Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks

telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi

masih dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran.

Penegakkan diagnosa:

1) Perdarahan sedang hingga banyak, terkadang kelaur gumpalan darah.

2) Serviks terbuka

3) Uterus membesar sesuai masa kehamilan

4) Kram nyeri perut bagian bawah karena kontraksi rahim yang kuat

Penatalaksaan :

1) Pasien dirawat di RS

2) Jika kehamilan kurang dari 16 minggu:

 Lakukan aspirasi vakum manual (AVM)

 Jika evakuasi tidak bisa segera dilaksanakan dapat dberikan

ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang sesudah 15 menit kalau

perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4

jam jika perlu)

3) Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu

 Tunggu ekspulsi spontan, kemudian lakukan evakuasi sisa-sisa

hasil konsepsi
8

 Jika perlu berikan infus 20 unit oxsitosin dalam larutan 500 ml

NACL dengan kecepatan 40 tetes per menit membantu epulsi

hasil konsepsi.

4) Pantau kondisi ibu setelah penanganan

c. Abortus inkomplitus (sebagian sudah keluar)

Sebagian hasil konsepsi telah kelaur dari kavum uteri dan masih

ada yang tertinggal.

Penegakkan diagnosa:

1) Abortus ditandai dengan perdarahan sedang hingga banyak

2) Setelah terjadinya dengan pengeluaran perdarahan masih tetap

berlangsung

3) Serviks terbuka karena masih ada bagian dari janin yang masih

tertinggal di kurpus uteri, sehingga uterus berusaha mengeluarkannya

dengan mengadakan kontraksi

Penanganan:

1) Jika perdarahan tidak terlalu banyak dalam kehamilan kurang dari 16

minggu evakuasi dapat dilakukan secara digitam atau dengan cunam

ovum, jika perdarahan berhenti beri ergometrin 0,2 mg IM atau

misoprostol 400 mcg peroral

2) Jika perdarahan banyak dan terus berlangsung dan usai kehamilann

kurang dari 16 minggu lakukan evakuasi sisa hasil konsepsi dengan

 Lakukan aspirasi vakum manual( AVM)


9

 Jika evakuasi tidak bisa segera lakukan dan beri ergometrin 0,2 mg

IM atau misoprostol 400 mcg peroral (dapat dilakukan sesudah 4

jam jika perlu

3) Jika usia kehamilan lenih dari 16 minggu:

 Berikan infus 20 unit oxitosin larutan 500 ml NACL kecepatan 40

tetes permenit sampai terjadinya ekpulsi hasil konsepsi

4) Pantau kondisi ibu setelah penanganan

d. Abortus komplitus

Adalah abortus dimana seluruh hasil konsepsi telah keluar dari

rahim padan kehamilan kurang dari 20 minggu.

Penegakkan diagnosa:

1) Abortus ini ditandai dengan oerdarahan sedikit hingga sedang

2) Servik telah menutup

3) Uterus lebih kecil dari besarnya kehamilan

4) Sedikit atau tanpa nyeri pertu bagian bawah

5) Dengan riwayat dimulai dengan perdarahan hebat dan mengeluarkan

hasil konsepsi

Penanganan:

1) Tidak perlu evakuasi lagi

2) Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak

3) Berikan tablet Perosus 600 mg / hari selama 2 minggu

4) Pantau kondisi ibu setelah penanganan

5) Konseling kepada ibu pasca keguguran


10

e. Missed abortion (janin mati, belum keluar)

Adalah sebagian retensi berkepanjangan hasil konsepsi setelah

kematian janin. Ditandai dengan embrio telah meninggal sebelum

kehamilan 20 minggu.

Penegakkan diagnosa:

Abortus ini ditandai dengan amenorhea pada usia kehamilan 14-20

minggu penderita biasanya merasakan rahimnya semakin mengecil, tanda-

tandanya kehamilan sekunder pada payudara mulai menghilang, serviks

tertutup dan ada sedikit perdarahan.

Penanganan:

1) Rawat pasien di RS

2) Evakuasi dengan kuretase

3. Berdasarkan Frekuensi

a. Abortus Habitualis

Adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut.

Penegakkan diagnosa:

Untuk mendiagnosa abortus habitualis dapat dipastikan dengan

melihat tanda dan gejala seperti kehamilan triwulan kedua terjadi

pembukaan serviks tanpa disertai mulas, ketuban menonjol (bias

sampai pecah), timbul mulas yang selanjutnya disertai dengan

melakukan pemeriksaan vaginal tiap minggu, penderita sering

mengeluh bahwa ia telah mengeluarkan banyak lendir dari vagina.

Diluar kehamilan penentuan serviks inkompeten dilakukan dengan


11

histerosalifingografi yaitu ostium internum uteri melabar lebih dari 8

mm (Hutapea, 2016).

Penanganan:

Penanganan pada kasus abortus Habitualis adalah dengan

memperbaiki keadaan umum ibu, pemberian makanan yang sempurna,

anjuran cukup istirahat, larangan koitus selama masa pengobatan dan

lakukan olahraga yang teratur, terapi dengan hormone progesterone,

vitamin, hormone tiroid, dan lainya yang mungkin hanya mempunyai

pengaruh psikologis ibu (Hutapea, 2016).

b. Abortus non habitualis

Abortus non habitualis adalah abortus spontan yang tidak berulang

kali, abortus yang terjadi sekali kemudian selanjutnya berakhir dengan

persalianan.
12

BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL NY. “N”


UMUR 27 TAHUN G1P0A0 HAMIL 11 MINGGU
DENGAN ABORTUS IMMINENS
DI PUSKESMAS RAWAT INAP GEDONG TATAAN

Tanggal masuk : 15 November 2018

Pukul : 08.15 WIB

I. Pengkajian

A. Data Subjektif

1. Identitas

Nama : Ny. N Nama Suami : Tn. H

Umur : 27 tahun Umur : 30 Tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pendidikan : Swasta

Suku : Jawa Suku : Jawa

2. Anamnesa

a. Keluhan Utama

Ibu menyatakan keluarnya flek-flek dari pukul 01.00 – 06.00 WIB

kemudian keluar darah segar menggumpal dan merasakan mules

b. Riwayat perkawinan

Ibu mengatakan ini perkawinannya yang pertama, lama pernikahan 1

tahun, status sah secara agama dan negara.


13

c. Riwayat menstruasi

Ibu mengatakan menarche sejak umur 13 tahun, lama menstruasi 5-6

hari, siklus 28 hari teratur, ganti pemballut 2-3x/hari, tidak ada

keputihan, tidak ada nyeri saat menstruasi.

HPHT= 30-08-2018 TP=06-06-2019

d. Riwayat Obstetri

No Tahun Penolong Jenis Tempat JK PB BB Komplikasi Ket


persalinan persalinan

e. Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan yang lalu

Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti

TBC, hepatitis, penyakit menurun seperti DM, asma, dan penyakit

kronis seperti jantung.

2) Riwayat kesehatan sekarang

Ibu mengatakan saat ini sedang tidak menderita penyakit menular

seperti TBC, hepatitis, penyakit menurun seperti DM, asma, dan

penyakit kronis seperti jantung.

3) Riwayat kesehatan keluarga

Ibu mengatakan baik dari keluarga ibu maupun suami tidak ada yang

menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis, penyakit

menurun seperti DM, asma, dan penyakit kronis seperti jantung.


14

4) Pola kebutuhan sehari hari

a) Nutrisi

Makan : 3x/hari porsi satu piring

Jenis : Nasi, sayur, lauk

Keluhan : Tidak ada

Minum : 7-8 gelas/hari

Jenis : Air putih, Susu

Keluhan : Tidak ada

b) Eliminasi

BAB : 1-2x/hari, warna kuning kecoklatan,bau khas feces,

konsistensi padat

Keluhan : tidak ada

BAK : 4-5x/hari

Keluhan : tidak ada

c) Aktivitas

Ibu mengatakan sebagai ibu rumah tangga aktivitas sehari harinya

yaitu melakukan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu,

memasak, mencuci, dan lain lain.

d) Istirahat

Siang : 1 jam

Malam : 6-7 jam

Keluhan : Tidak ada


15

e) Pola seksual

Ibu mengatakan tidak ada keluhan dalam hubungan seksual

f) Personal hygiene

Mandi : 2x/hari

Gosok gigi : 2x/hari

Keramas :3x/minggu

Ganti baju :2x/hari

Potong kuku :1x/minggu

g) Data psikososial

Ibu mengatakan ibu dan keluarga sangat senang dengan

kehamilan ini Ibu mengatakan dalam mengambil keputusan

secara bermusyawarah.

B. Data Objektif

1. Pemerisaan umum

KU : lemah

Kesadaran : Compos Mentis

TTV : TD : 100/70 mmHg N : 80 x/m

S : 36,6º C RR : 20 x/m

BB : 48 kg

BB Sebelum Hamil : 45kg

TB : 157

LILA : 24 cm
16

2. Pemeriksaan fisik

Kepala : tidak ada masa/benjolan, kulit kepala, bersih

Muka : Tidak pucat, tidak ada cloasma gravidarum, tidak ada

oedem

Mata : Konjungtiva merah muda, sclera putih

Hidung : Tidak ada polip, tidak ada secret, bersih

Mulut : Tidak ada stomatitis, tidak ada caries gigi, bersih

Telinga : Simetris, tidak ada serumen, bersih

Leher : Tidak ada masa/ benjolan, tidak ada pembengkakan

kelenjar tiroid,

Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada,

Payudara : Tidak ada masa/benjolan, areola hiperpigmentasi, putting

susu menonjol

Abdomen : Tidak ada striae gravidarum, tidak ada luka bekas operasi

leopold I : teraba ballotement 2 jari diatas simpisis

Genetalia : Keluar flek flek

Ekstremitas (atas dan bawah) simetris, tidak ada oedem, reflek patella

(+)

3. Pemeriksaan penunjang

Hb : 10,7 gr%

Protein urin : (-)


17

II. Interprestasi Data

Diagosa : Ibu G1P0A0 UK : 11 minggu

Dasar :

 Ibu mengatakan keluar flek-flek sekitar jam 01.00

 Ibu mengatakan cemas dan takut setelah flek-flek kemudian keluar darah

merah segar disertai mules pada perut

 Ibu mengatakan ini kehamilannya yang ke – 1

Masalah : ibu merasa cemas dan takut setalah flek-flek kemudian

keluar darah merah segar.

Kebutuhan : memberikan dukungan psikologis pada ibu dan istirahat

III. Diagnosis Data

Perdarahan Infeksi

IV. Tindakan Segera

Kolaborasi dengan dokter

V. Perencanaan

1. Informasikan hasil pemeriksaan dengan kolaborasi dengan dokter dan

berikan dukungan psikologis pada ibu

2. Jelaskan kepada ibu mengenai kondisinya saat ini dan ibu perlu di rawat

inap di Puskesmas Rawat Inap Tataan

3. Jelaskan pada ibu pentingnya bedrest total dan mengurangi aktivitas


18

4. Observasi keadaan umun dan tanda vital ibu

5. Motivasi cukup makan dan minum

6. Kolaborasi dengan dokter dan beri terapi obat

7. Dokumentasikan tindakan

VI. PELAKSANAAN

1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu mengalami

abortus imminens atau ancaman keguguran, namun ibu tidak perlu

khawatir dan cemas karena janin masih bisa dipertahankan.

2. Menjelaskan pada ibu bahwa ibu perlu rawat inap di Puskesmas Rawat

inap Gedong Tataan agar keadaaan ibu bisa terpantau dengan baik oleh

dokter

3. Menjelaskan kepada ibu pentingnya bedrest total atau tirah baring di

tempat tidur serta mengurangi aktivitas baik itu duduk, pergi kekamar

mandi maupun aktivitas lainya, menganjurkan ibu agar tetap berbaring di

tempat tidur

4. Mengobservasi keadaan umum dan tanda vital ibu dengan melakukan

pemeriksaaan TTV meliputi : TD : 100/70, N: 80x/m, S : 36,6ºC, P :

20x/m

5. Memotivasi ibu untuk cukup makan dan minum untuk memenuhi nutrisi

ibu dan bayi dalam kandungan serta mempercepat pemulihan

6. Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam memberikan terapi,yaitu

Preabor 50 mg 3 x 1, Asam mefenamat 500 mg 3 x 1, Asam folat400 mg


19

2 x 1 dan infus RL 20 tpm.terapi obat yang sesuai dan melakukan

pemeriksaan USG untuk memastikan keadaan janin dalam kandungan.

7. Mendokumentasikan tindakan di RM Ibu sudah mengerti hasil

pemeriksaan dan ibu merasa yakin dirinya dapat melaluinya dengan baik

dan dengan dukungan suami serta keluarga

VII. EVALUASI

1. Ibu mengerti dengan kondisinya saat ini

2. Ibu bersedia dilakukan rawat inap.

3. Ibu bersedia untuk bedrest total dan mengurangi aktivitasnya

4. Telah dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dan pemantauan keadaan

umum ibu

5. Ibu bersedia makan dan minum yang cukup

6. Telah diberikan obat sesuai terapi, obat dari dokter dan ibu bersedia

meminumnya sesuai dengan anjuran dokter dan telah dilakukan

pemeriksaan USG dan ibu mengerti hasil pemeriksaan

7. Telah didokumentasikan di RM
20

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada pembahan ini kami akan menjalaskan tentang kesenjangan yang

terjadi antara praktik dan teori yang di lakukan di puskesmas rawat inap gedong

tataan dengan teori yang ada .disini kami akan menjelaskan kesenjangan tersebut

menurut dalam menajemen kebidanan menurut varney yang meliputi 7 langkah .

1. Pengkajian

Pengkajian dan pengumpulan data dasar yang merupakan tahap awal dari

manajemen kebidanan di laksakan dengan cara pengkajian data sabjektif dan

data objektif .

Menurut masruroh (2016) Abortus Iminens adalah Abortus tingkat

permulaan dan merupakan ancaman terjadinya abortus, ditandai perdarahan

pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam

kandungan. tanda dan gejala nya pemeriksaan di dapat ada nya pendarahan

sedang hingga banyak .

Berdasarkan hasil pengkajian data yang penulis proleh pada kasus Ny. N

terdapat tanda-tanda sebagai berikut :

a. Keluar flek felek kecoklatan dari jalan lahir

b. Perut bagian bawah tidak terasa sakit

c. TFU 2 jari di atas simpisis

d. Hasil pemeriksaan dalam tidak ada pembukaan servik

Sehingga antara teori dan praktik tidak terdapat kesenjagan


21

2. Interpretasi data

Interpretasi data terdiri dari diagnosa kebidanan menuntukan masalah dan

kebutuhan ibu hamil dengan abortus imminens.

Pada kasus ini kami mendapat kan diagnosa kibidanan Ny.N G1P0A0

umur 27 th ,usia kehamilan 11 minggu dengan abortus imminens.

Dalam menentukan diagnosa kebidanan tersebut didasari dengan adanya

data subyektif dan data obyektif. Sedangkan masalah dari kasus ini adalah

Ny. N merasa cemas dengan keadaan yang dialaminya, mengeluarkanflek-

flek yang berwarna kecoklatan dari jalan lahir dan tidak mules. Kebutuhan

yang diperlukan oleh Ny. N adalah memperoleh dukunganmoral. Menurut

Taber, B (2002), masalah yang timbul pada ibu hamil dengan Abortus

Imminens yaitu kecemasan pasien terhadap perdarahandan kehamilan.

Menurut Taber, B (2002), kebutuhan pada Abortus Imminens adalah

memberikan pendidikan kesehatan tentang masalah yang timbul. Pada kasus

Ny. N masalah dan kebutuhan yang diperlukan sesuai dengan teori menurut

Taber, B (2002), sehingga dalam langkah interpretasi data tidak terdapat

kesenjangan antara teori dan praktik.

3. Diagnosa Potensial

Masalah potensial adalah suatu pernyataan yang timbul

berdasarkanmasalah yang sudah identifikasi.Langkah ini dibutuhkan

antisipasi danbila memungkinkan dilakukan pencegahan. Pada kasus ibu

hamil denganAbortus Imminens ini, maka diagnosa potensialnya adalah

bilaperdarahan terus menerus yaitu potensial akan terjadi abortus


22

insipens(Sarwono, 2006). Pada kasus Ny. N diagnosa potensial tidak

terjadikarena mendapatkan perawatan secara intensif, sehingga pada langkah

initidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik.

4. Antisipasi

Antisipasi mencerminkan kesinambungan dari proses

manajemenkebidanan, di dalam teori antisipasi yaitu mengidentifikasikan

situasi yanggawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan

dankeselamatan jiwa.

Pada kasus Ny. N dengan Abortus Imminens antisipasi yangdiberikan

yaitu tirah baring, penambahan hormon progesteron 1 cc,pemeriksaan USG

dan PP test dan melakukan kolaborasi dengan dokterobsgyn.

Menurut Manuaba (2008), antisipasi pada pasien dengan

AbortusImminens yaitu antara lain memberikan terapi hormonal dan istirahat

total/bed rest.

Sehingga pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori

danpraktik, hal ini dikarenakan pada kasus Ny. N dengan Abortus imminens

dilakukan pemeriksaan USG dan PP test serta berkolaborasi dengan dokter

obsgyn.

5. Perencanaan

Menurut Feriyanto (2007), perencanaan asuhan kebidanan padapasien

Abortus Imminens yaitu: bed rest total/ tirah baring, anjurkan untuktidak

melakukan hubungan seks dahulu dan kolaborasi dengan dokterSpOG.


23

Sedangkan pada kasus Ny. N hamil dengan Abortus

Imminensperencanaan yang diberikan yaitu bed rest total, tidak berhubungan

seksdahulu, menganjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi,

personalhygiene dan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian

terapi,yaitu Preabor 50 mg 3 x 1, Asam mefenamat 500 mg 3 x 1, Asam

folat400 mg 2 x 1 dan infus RL 20 tpm.

Dalam langkah perencanaan terdapat kesenjangan antara teoridengan

praktik, yaitu dalam praktik direncanakan untuk menganjurkanmakan

makanan yang bergizi dan personal hygiene.

6. Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapaitujuan

yang spesifik (Wiknjosastro, 2005). Pelaksanaan pada pasiendengan Abortus

Imminens antara lain bed rest total, tidak bolehmelakukan hubungan seksual,

pemberian terapi dan pemeriksaan USG(Feriyanto, 2007).

Pada kasus Ny. N dengan Abortus Imminens pelaksanaannyameliputi bed

rest total, tidak boleh melakukan hubungan seksual,menganjurkan ibu untuk

makan makanan yang bergizi, personal hygiene,kolaborasi dengan dokter

SpOG untuk pemberian terapi, yaitu Preabor 50mg 3 x 1, Asam mefenamat

500 mg 3 x 1, Asam folat 400 mg 2 x 1 daninfus RL 20 tpm.

Sehingga dalam kasus ini terdapat kesenjangan antara teori denganpraktik,

yaitu dalam praktiknya dilakukan penganjuran makan makananyang bergizi

dan personal hygiene.

7. Evaluasi
24

Abortus imminens merupakan suatu kejadian kegawatdaruratanobstetri

terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan 20 minggudengan berat

badan janin 500 gram tanpa disertai dengan adanyapembukaan serviks dan

atau tanpa disertai rasa mules-mules dan hasilkonsepsi masih di dalam uterus.

Evaluasi merupakan langkah terakhiruntuk menilai keefektifan dari rencana

asuhan yang diberikan meliputipemenuhan kebutuhan apakah benar-benar

telah terpenuhi sesuai dengankebutuhan dalam masalah dan diagnosa

(Varney, 2004).

Evaluasi dari kasus ini setelah dilakukan perawatan oleh dokterobsgyn,

keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis, ibu sudahtidak merasakan

cemas lagi, pengeluaran flek-flek kecoklatan sudahberhenti, tidak terjadi

potesial abortus insipiens, serta abortus tidakberlanjut dan kehamilan ibu

masih bisa dipertahankan. Secara umumpenanganan kasus abortus imminens

ini tidak jauh berbeda dengan teori-teori yang telah dikemukakan di atas,

sehingga pasien dapat tertanganidengan baik.


25

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan yang penulis dapatkan dalam studi kasus dan

pembahasanpada asuhan kebidanan pada Ny. N dengan Abortus Imminens di

Puskesmas Rawat Inap Grdong Tataan, maka kami mampu mengambil

kesimpulan yaitu:

1. Asuhan kebidanan pada Ny. N dengan Abortus Imminens dapat

diterapkanmelalui pendekatan manajemen kebidanan menurut tujuh

langkah Varneydengan baik sebagai berikut:

a. Pengkajian telah dapat dilaksanakan dengan mengumpulkan semuadata

menurut lembar format yang telah tersedia melalui teknikwawancara

dan observasi sistemik. Data subjektif khususnya padakeluhan utama

yaitu Ny. N hamil 11 minggu dengan keluhanmengeluarkan flek-flek

kecoklatan dari jalan lahir, ibu cemas danmengatakan perutnya tidak

mules. Kemudian data objektif yaitukeadaan umum baik, kesadaran

composmentis, tekanan darah 100/ 70mmHg, nadi 80 x/ menit,

respirasi 20 x/ menit, suhu 36,6ºC, tinggi badan 156 cm, BB sebelum

hamil 47 kg, BB sekarang 48 kg, LLA 24cm, pemeriksaan USG

(terdapat kantung kehamilan) dan PP test (+).

Pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik.

b. Interpretasi data dari hasil pengkajian diperoleh diagnosa

kebidananNy. N G1P0A0 umur 27 tahun hamil 11 minggu dengan

AbortusImminens. Dengan masalah ibu merasa cemas terhadap


26

kehamilannya.Untuk mengatasi masalah ini, maka kebutuhan yang

diberikan adalahpendidikan kesehatan tentang Abortus Imminens dan

dukungan moril.Pada kasus ini tidak terdapat kesenjangan antara teori

dan praktik.

c. Diagnosa potensial Ny. N adalah tidak terjadi karena

mendapatkanperawatan secara intensif. Pada kasus ini tidak terdapat

kesenjanganantara teori dan praktik.

d. Antisipasi yang dilakukan yaitu tirah baring, penambahan

hormoneprogesteron dan melakukan kolaborasi dengan dokter obgyn.

Padakasus ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik.

e. Perencanaan yang diberikan pada kasus ini yaitu bed rest total,

tidakberhubungan seks dahulu, menganjurkan ibu untuk makan

makananyang bergizi, personal hygiene dan kolaborasi dengan dokter

SpOGuntuk pemberian terapi, yaitu Preabor 50 mg 3 x 1, Asam

mefenamat500 mg 3 x 1, Asam folat 400 mg 2 x 1 dan infus RL 20

tpm. Padakasus ini terdapat kesenjangan antara teori dan praktik, yaitu

dalampraktik direncanakan untuk menganjurkan makan makanan

yangbergizi dan personal hygiene.

f. Pelaksanaan pada ibu hamil dengan Abortus Imminens yaitu bed

resttotal, tidak boleh melakukan hubungan seksual, kolaborasi

dengandokter SpOG untuk pemberian terapi, yaitu Preabor 50 mg 3 x

1, Asammefenamat 500 mg 3 x 1, Asam folat 400 mg 2 x 1 dan infus

RL 20tpm dan pemeriksaan USG dan menganjurkan ibu untuk


27

makanmakanan yang bergizi dan personal hygiene. Pada kasus ini

terdapatkesenjangan antara teori dan praktik, yaitu dalam praktik

direncanakanuntuk menganjurkan makan makanan yang bergizi dan

personalhygiene.

g. Evaluasi dari kasus ini setelah dilakukan perawatan oleh dokterobgyn,

keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis, ibu sudahtidak

merasakan cemas lagi, pengeluaran flek-flek kecoklatan sudahberhenti,

tidak terjadi potesial Abortus Insipiens serta Abortus tidakberlanjut dan

kehamilan ibu masih bisa dipertahankan.

2. Pada kasus Ny. N terdapat kesenjangan antara teori dengan praktik,

aitupada langkah perencanaan dan pelaksanaan, yaitu dalam

praktiknyadilakukan penganjuran makan makanan yang bergizi dan

personalhygiene.

3. Pemecahan masalah yaitu dengan melakukan asuhan kebidanan

secaratepat pada Ny. N dengan Abortus Imminens, sehingga walaupun

terdapatkesenjangan antara teori dengan praktik, permasalahannya

dapattertangani.

B. Saran

Dari kesimpulan di atas, maka perkenankanlah penulis memberikansaran

sebagai berikut:

1. Bagi Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan sebaiknya memberikan konseling kepada

pasiententang Abortus Imminens agar mengerti dan paham tentang


28

faktor-faktoryang mempengaruhi terjadinya abortus, tanda dan gejala

AbortusImminens sehingga pasien dapat mengantisipasi terjadinya

AbortusImminens.

2. Bagi Pasien

Pasien diharapkan lebih hati-hati untuk kehamilan berikutnyadengan

cukup istirahat dan mengurangi aktivitas yang berlebihan padakehamilan

muda karena merupakan salah satu predisposisi terjadinyaAbortus

Imminens selain itu juga ibu disarankan untuk mengkonsumsimakan

makanan yang bergizi dan melakukan ANC secara rutin.


29

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. Riset Kesehatan Dasar 2013. Provinsi


Lampung. 2013.

Hutapea, Martha. (2016). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Abortus


Di Rumah Sakit Bangkatan PTPN II Binjai Tahun 2016. Binjai: Jurnal
Ilmiah Kohesi Vol 1 No. 1 April 2017.

Kementrian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar 2015.

Mariza, Ana dan Rosmiyati. (2014). Karakteristik Ibu Yang Mengalami Kejadian
Abortus Insipeiens Di RSUD Dr. Dadi Tjokrodipo Kota Bandar Lampung
Tahun 2014. Jurnal Kebidanan vol 1, No 3 oktober 2015: 139-142.

Masruroh. (2016). Buku Ajar Kegawatdaruratan Maternal Dan Neonatal.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Prawirohardjo, S. (2014). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

Purwoastuti, Th Endang dan Walyani, Elisabeth Siwi. (2015). Asuhan kebidanan


Kegawatdaruratan Maternal Dan Neonatal. Yogyakarta:
PUSTAKABARUPRESS.

Rukiyah, Ai Yeyeh dan Yulianti, Lia. (2014). Asuhan Kebidanan Patologi


Kebidanan. Jakarta: TIM.

Anda mungkin juga menyukai