Anda di halaman 1dari 21

Uji Coba Prototipe Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut, BPPT

by: Erwandi

Kecepatan arus laut yang keluar masuk Selat Larantuka antara Pulau Flores dan
Pulau Adonara, sangat fenomenal. Pada saat bulan baru dan bulan purnama
kecepatan arus laut yang keluar dari Selat Larantuka menuju Laut Flores pada
beberapa titik dapat mencapai 4.0 meter/detik. Arus laut dengan kecepatan seperti
itu sungguh menyimpan energi kinetik yang besar, yang dapat diubah menjadi
tenaga listrik.

Illustrasi Konsep Turbin Arus Laut Sumbu Vertikal

Berdasarkan hal itu maka pada akhir Maret 2010 lalu, seminggu sebelum
perayaan Semana Santa, Pekan Suci Paskah di Larantuka, tim perekayasa Unit
Pelaksana Teknis Laboratorium Hidrodinamika Indonesia (UPT LHI) BPPT mulai
menguji coba prototipe Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL). Turbin
PLTAL yang dipasang adalah turbin poros vertikal tipe Darrieus berbilah turbin
lurus. Berdiameter putar 2 m dan panjang bilah 2 m, dengan efisiensi total 35%,
turbin dapat menghasilkan listrik 2 kW pada kecepatan arus 1.4 m/detik.
Generator PLTAL yang digunakan adalah generator tipe magnet permanen
(permanent magnetic generator) dengan kapasitas 3.5 kW pada putaran 250 rpm.
Untuk menstabilkan daya listrik yang naik turun mengikuti naik turunnya
kecepatan arus laut maka output listrik AC 3 phasa diubah menjadi DC. Arus DC
diubah kembali menjadi AC stabil bertegangan 220 V dan frekuensi 50 Hz
melalui inverter kapasitas 2 kW.

Prototipe PLTAL dipasang pada posisi kurang lebih 100 m dari dermaga
penyeberangan Dusun Tanah Merah Desa Wureh Kecamatan Adonara Barat
Pulau Adonara. Agar ponton penyangga turbin tidak hanyut terbawa arus laut
maka 4 buah jangkar dan sistem tambat dipasang untuk menjaga agar ponton tetap
pada tempatnya.
Prototipe Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut saat senja. Air laut di tengah
ponton bergolak karena putaran turbin yang menghasilkan nyala lampu.

Pada uji coba pertama itu, disaksikan oleh masyarakat desa Wureh dan aparat
Pemda Flores Timur, PLTAL sukses berputar menghasilkan listrik berfluktuasi
antara 900 – 2000 W.

Bulan Juni 2010 lalu, kembali tim perekayasa UPT LHI menguji coba PLTAL
setelah perbaikan sistem tambat dan radial arms turbin. Dalam uji coba kedua ini
tim perekayasa dibantu staf dinas PU Pemda Flores Timur dan penduduk desa
Wureh sukses menguji prototipe PLTAL. Listrik menyala dan disalurkan ke
lampu-lampu yang dipasang di atas prototipe. Meskipun saat uji coba bentuk
bulan terlihat separuh, atau saat pasang perbani (neap tide), yakni saat arus laut
paling lemah dalam siklus arus laut bulanan, PLTAL tetap menghasilkan listrik.
PLTAL tidak menghasilkan listrik hanya saat pergantian arah arus laut, dari arus
masuk ke arus keluar dari Selat Larantuka atau sebaliknya. Lama pergantian arah
arus laut berkisar antara 0.5 – 1 jam.

Seperti pernah disinggung dalam tulisan penulis tentang sumber energi arus laut
(Kompas, Senin 29 Agustus 2005), arus laut yang keluar masuk Selat Larantuka
dan selat-selat lain di sepanjang Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur
terutama disebabkan oleh gaya tarik menarik antara bumi, bulan, dan matahari.
Gaya ini menimbulkan pasang naik dan pasang surut di Laut Sawu, dan Laut
Flores. Karena ada perbedaan tinggi muka air laut antara kedua laut tersebut maka
air mengalir dan bertambah kecepatannya menjadi arus laut yang deras saat
melewati selat-selat sempit.

Sejak tahun 2006 melalui pembiayaan DIPA APBN, tim perekayasa dari UPT
LHI BPPT telah melakukan pemetaan potensi energi arus laut di Indonesia dengan
menggunakan teknik simulasi numerik. Hasil pemetaan, seperti dilaporkan ke
anggota Dewan Energi Nasional, menunjukkan bahwa potensi daya listrik Selat
Larantuka lebih dari 6000 MW bergantung pada jumlah turbin yang dipasang.
Potensi ini baru pada satu selat, padahal di Propinsi Nusa Tenggara Timur
terdapat banyak selat yang potensinya sama atau lebih besar dari Selat Larantuka.
Prototipe PLTAL dengan latar dermaga Tanah Merah Desa Wureh Adonara

Berdasarkan simulasi numerik tersebut, pada tahun 2007 tim perekayasa UPT LHI
mulai melakukan proses rancang bangun PLTAL. Dalam proses pengkajian jenis
turbin PLTAL yang cocok untuk perairan Indonesia, dipilih turbin arus laut poros
vertikal tipe Darrieus dengan tiga bilah turbin. Turbin tipe ini konstruksinya
sederhana, mudah pembuatannya, mudah pemeliharaannya, dan murah. Model uji
bilah turbin yang lurus memanjang dan berpenampang bentuk foil, seperti sayap
pesawat terbang, berbahan aluminium, dapat dibuat dengan mudah di pabrik
pengecoran velg sepeda motor di Surabaya. Keuntungan lainnya bilah turbin dapat
dipasang pada dua buah engsel, seperti daun pintu, agar dapat digerakkan pada
sudut serang (angle of attack) tertentu. Manfaatnya untuk menaikkan gaya angkat
(lift), menambah besarnya momen putar (torsi), dan meningkatkan efisiensi
turbin.

Turbin arus laut berputar saat arus lemah

Model uji turbin arus laut berdiameter putar 1 meter dan panjang bilah 1 meter,
telah diuji di kolam uji tarik (towing tank) LHI BPPT. Model uji ini berkapasitas
1 kW. Dari pengujian beberapa potongan foil bilah turbin yang berbeda, dipilih
foil LHI-18 hasil rancangan tim perekayasa PLTAL. Dengan foil LHI-18 turbin
arus laut dapat berputar pada kecepatan arus sangat rendah 0.30 m/detik. Rata-rata
efisiensi turbin tanpa generator 42%.

Tahun 2008 dimulai proses perancangan prototipe PLTAL. Karena keterbatasan


dana riset, prototipe yang seharusnya dapat diselesaikan pada akhir tahun 2008,
baru lengkap dan siap diluncurkan pada tahun 2009. Uji coba PLTAL akhirnya
dapat dilakukan di Selat Larantuka pada akhir Maret 2010 dan bulan Juni 2010
lalu.

Oktober 2010 nanti dengan anggaran penelitian DIPA APBN dan dibantu
tambahan anggaran APBD-P Kabupaten Flores Timur tim perekayasa PLTAL
merencanakan untuk melakukan uji coba prototipe PLTAL dengan kapasitas 10
kW. Listrik direncanakan akan disalurkan untuk menerangi dermaga dan sebagian
penduduk dusun Tanah Merah Adonara yang selama ini belum mendapat aliran
listrik.

Erwandi,

Anggota tim perekayasa UPT Laboratorium Hidrodinamika Indonesia, BPPT

Dipublikasi di Uncategorized | 5 Komentar

PEMANFAATAN ENERGI ARUS SUNGAI


SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF
UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK
Posted on September 21, 2010 by Indonesian Marine Current Turbine

Afian.K , Rina

Sebagai Negara kepulauan sumber-sumber energi alternatif berbasis air yang


berkelanjutan dan terbarukan (energi arus laut/sungai,energi ombak, energi pasang
surut permukaan laut, dan energi perbedaan temperatur antara permukaan laut dan
dasar laut (OTEC) cukup melimpah . Dari sumber-sumber energi alternatif
tersebut, yang tersedia melimpah namun belum dimanfaatkan secara optimal
adalah sumber energi yang berasal dari arus laut/sungai. Sumber ini banyak
terdapat hampir di seluruh wilayah Indonesia, khsususnya Indonesia bagian Timur
yang memiliki sumber arus dengan kecepatan cukup kuat. Potensi arus laut
banyak ditemukan di Selat-selat NTB, NTT, Maluku dan Papua. Sedangkan
potensi arus sungai cukup banyak ditemui di Sumatra,Kalimantan dan Papua.

Keuntungan penggunaan energi arus laut/sungai adalah selain ramah lingkungan


juga energi arus laut/sungai mempunyai densitas yang jauh lebih besar
dibandingkan dengan energi angin (830 kali) sehingga dengan kapasitas yang
sama, dimensi turbin arus akan jauh lebih kecil dibandingkan turbin angin (lebih
efisien).
Turbin arus Sungai

Listrik adalah sumber utama dalam kehidupan. Tanpa listrik maka aspek-aspek
yang lain, seperti aspek ekonomi,sosial, keamanan dan pendidikan tidak akan
berjalan. Faktanya, masih banyak wilayah-wilayah yang memiliki sumber
kecepatan arus cukup besar tetapi wilayahnya belum sepenuhnya terlayani oleh
listrik PLN sehingga aspek-aspek seperti disebutkan di atas menjadi tidak
berjalan dengan baik. Kondisi inilah yang menyebabkan suatu Daerah menjadi
terbelakang tingkat pembangunan-nya dibanding Daerah lainya yang sudah
terlayani listrik.

Pada dasanya sistem operasional turbin arus Sungai sama dengan Turbin arus laut.
Perbedaan-nya adalah arus laut bergerak dua arah (bi-direction) sedangkan arus
sungai bergeak satu arah (mono-direction). Perhitungan-perhitungan ukuran bilah
turbin, radial arms,poros turbin dan komponen lainnya mengikuti prinsip
perhitungan yang sama dengan perhitungan desain turbin arus laut.

Manfaat :

 Dapat diaplikasikan di Sungai yang memiliki kecepatan arus sekitar 2.5


m/dt. Sebagai sumber energi listrik bagi peduduk di wilayah pedalaman
(Kalimantan,Papua,Sumatra atau Daerah Aliran Sungai (DAS) di Pulau
Jawa)
 Membantu Pemerintah dalam program pengembangan dan pemanfaatan
sumber energi terbarukan untuk pembangkit listrik sehingga mampu
mengurangi polusi dan kerusakan lingkungan.
 Dapat dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan dan wisata teknologi ( jika
dipasang di wilayah pariwisata atau sungai di perkotaan (Taman kota)

DESAIN TURBIN ARUS SUNGAI

Perhitungan Daya listrik didasarkan pada formula :

Dimana :

0.593 adalah besaran efisiensi berdasarkan ketetapan Betz (Betz law)

r adalah density air (Kg/m3)

A luasan penampang piringan turbin (m2)

V besaran kecepatan arus (m/det)

Pada Daerah yang memiliki selisih ketinggian desain turbin di Sungai dibuat
dengan sistem membuat Dam (bendungan) aliran sungai. Akibat terjadi suatu
pressure head (Selisih tekanan) antara bagian atas dan bagian bawah maka aliran
yang dibendung tadi kemudian dialirkan menuju rotor turbin dengan kecepatan
aliran yang lebih besar sehingga akan memutar rotor turbin, seperti gambar di
bawah ini :

Gambar.1 tipikal Turbin arus


sungai sistem bendungan (dam)

Konstruksi ini memerlukan biaya yang sangat mahal dan tidak sesuai dengan
sungai yang memiliki permukaan datar.

Desain ini berbeda untuk desain turbin untuk aliran sungai datar seperti yang pada
umumnya terdapat di sejumlah sungai-sungai besar di Sumatra,Kalimantan atau
Papua. Tidak diperlukan bendungan (Dam) untuk menahan tekanan air, tetapi
cukup dilengkapi dengan duct sebagai pemercepat aliran.

Energi listrik dihasilkan dengan cara mengubah energi kinetik arus laut yang di
alirkan ke rotor turbin kemudian melalui generator dirubah menjadi listrik. Pada
struktur turbin tanpa Duct, energi yang dihasilkan oleh rotor relatif kecil karena
penurunan tekanan aliran di daerah sekitar rotor sangat kecil sehingga aliran juga
kecil. Dengan menggunakan duct, maka arus dapat dipercepat hampir dua kali
lipat karena terjadi penurunan tekanan (Pressure drop yang cukup besar) sehingga
menyebabkan peningkatan kecepatan aliran menuju rotor . Peningkatan kecepatan
ini berpengaruh pada semakin besar-nya tenaga yang dihasilkan untuk
menghasilkan listrik, atau dengan kata lain untuk menghasilkan tenaga yang sama
maka dimensi dari rotor bisa deperkecil hampir separohnya sehingga akan
menghemat biaya produksi.

Selain fungsi tersebut, beberapa keuntungan dari turbin yang menggunakan Duct
adalah :

 Efisiensi turbin menjadi lebih besar sehingga dengan kebutuhan tenaga


yang sama, tidak memerlukan ukuran peralatan pendukung yang terlalu
besar.

 Dapat melindungi turbin dari benda-benda di sungai yang dapat


mengganggu operasional turbin.
 Melindungi turbin dari terpaan gelombang yang dapat menyebabkan
turunnya efisiensi.

 Melindungi turbin dari sinar matahari secara langsung sehingga akan


menghambat pertumbuhan binatang/tumbuhan laut yang menempel pada
daun turbin.

 Pada corong duct dapat dipasang kisi-kisi untuk mencegah kotoran,atau


barang-barang lainnya masuk ke turbin.

 Aliran pada duct yang dipercepat akan mempercepat putaran turbin


sehingga dapat mengurangi ongkos pembuatan gear box.

Ada beberapa penelitian yang pernah dilakukan untuk mendesain bentuk duct agar
menghasilkan efisiensi operasional yang paling optimum, termasuk pengujian
model duct yang pernah di lakukan oleh UPT-BPPH, BPPT di kolam uji tarik
(Towing tank ) Laboratorium Hidrodinamika . Hasilnya adalah dengan
penggunaan Duct mampu meningkatkan kecepatan aliran disekitar rotor serta
aliran menjadi lebih steady (tidak bergantung pada perubahan kecepatan aliran di
luar duct). .

Dalam paper yang ditulis oleh Ponta dan Dutt (1999),’An Improved vertical axis
water current turbine incorporating a channeling device”, telah didesain sebuah
duct untuk ditempatkan di Sungai sehingga arus sungai yang melewati daerah
kerja rotor akan dipercepat. Tipe duct ini terbuka di atasnya. Desain ini sangat
cocok untuk sungai tanpa ketinggian statis (static head) atau sungai yang mendatar
tanpa riam seperti gambar di bawah ini :

Gambar.2 Turbin arus sungai


desain Ponta dan Dutt

Keuntungan dari turbin ini adalah tidak membutuhkan bendungan (dam) sehingga
biaya produksi menjadi jauh lebih murah serta tidak terlalu menghalangi lalu
lintas perahu yang melewati alur sungai tersebut.

Literatur lainnya yang ditulis oleh Kirke,B.K (2005).” Developments in ducted


water current turbines” dilaporkan hasil desain duct dari gabungan potongan foil
sehingga foil tersebut membentuk leher dan corong duct. Dari hasil penelitian
terbukti mampu meningkatkan efisiensi daya turbin.

Gambar .3 Duct hasil desain Brian


Kirkie

Gambar.4 Prototipe Duct di


Bengkel UPT-BPPH

Gambar.5 Rotor turbin berputar di


dalam Duct

Faktor kelayakan :

Teknis
Sejak tahun 2006, UPT BPPH,BPPT telah melaksanakan penelitian
pengembangan potensi arus laut di beberapa lokasi di Seluruh wilayanh Indonesia,
dimulai dari Pemetaan numerik, Desain turbin, desain Duct (selubung),
pembuatan dan uji model di Laboratorium Hidrodinamika sampai ke skala
pembuatan prototipe dimana pada awal tahun 2010 telah berhasil di uji cobakan di
Selat Flores-NTT.

Untuk teknologi turbin arus di sungai, pada dasarnya tidak ada perbedaan
prinsipiil antara desain turbin di laut dan di Sungai, bahkan teknologi turbin di
sungai relatif lebih mudah. UPT-BPPH,BPPT sedang merintis kerjasama desain
dan pemasangan Turbin Arus Sungai di Kabupaten Nunukan, Kalimantan.

Ekonomis.

Suatu kenyataan bahwa masih banyak saudara-saudara kita yang sampai dengan
saat ini belum bisa menikmati layanan listrik PLN dikarenakan keterbatasan
supply bahan bakar untuk pembangkit listrik maupun lokasi yang sulit dijangkau
untuk keperluan transmisi dan distribusi sehingga secara ekonomis PLN merasa
tidak profitable (tarif listrik lebih rendah dari biaya operasional). Instalasi turbin
arus ini diharapkan mampu mengatasi permasalahan di atas, khususnya bagi
Daerah-daerah yang memiliki Sungai-sungai dengan kecepatan arus cukup deras
dan layak untuk di pasang turbin arus. Biaya pembuatan dan perawatan di desain
se ekonomis mungkin sehingga penduduk setempat mampu untuk meng-
operasikannya.

Disamping itu, untuk wilayah area sungai di perkotaan, pemasangan turbin arus
Sungai ini disamping dapat digunakan sebagai sarana pendidikan juga bisa
dimanfaatkan sebagai sarana wisata (taman teknologi) untuk memperkenalkan
kepada warga (khususnya para pelajar ) tentang pentingnya pemanfaatan sumber
energy terbarukan yang ramah lingkungan dan tidak akan pernah habis sampai
akhir zaman.

Dipublikasi di Uncategorized | 3 Komentar

Sumber Energi Arus : Alternatif Pengganti BBM,


Ramah Lingkungan, dan Terbarukan
Posted on September 14, 2010 by Indonesian Marine Current Turbine

Sumber : Kompas (29 Agustus 2005)

oleh: Erwandi (Peneliti di Laboratorium Hidrodinamika Indonesia BPP


Teknologi)

Saat ini sebagian besar energi yang digunakan rakyat Indonesia berasal dari bahan
bakar fosil, yaitu bahan bakar minyak, gas, dan batu bara. Kerugian penggunaan
bahan bakar fosil ini selain merusak lingkungan, juga tidak terbarukan
(nonrenewable) dan tidak berkelanjutan (unsustainable). Bahan bakar fosil
semakin habis dan sebentar lagi Indonesia akan menjadi pengimpor BBM.

Beban kerugian yang disangga bangsa Indonesia semakin berkali lipat dengan
naiknya harga BBM di pasaran dunia sampai lebih dari 60 dollar AS per barrel.
Untuk mengatasi kerugian akibat kenaikan harga BBM tersebut, pemerintah telah
melakukan langkah-langkah penghematan dengan cara mengeluarkan Instruksi
Presiden Nomor 10 Tahun 2005.

Kebijaksanaan

Untuk mendukung kebijaksanaan pemerintah, perlu dilakukan langkah-langkah


pencarian sumber-sumber energi alternatif yang ramah lingkungan serta
terbarukan. Berdasarkan tempatnya, ada dua sumber energi alternatif, yakni
sumber energi alternatif yang berasal dari daratan dan sumber energi yang berasal
dari laut. Untuk Jawa yang padat penduduknya, pembangunan fasilitas
pembangkit listrik dengan energi alternatif yang berasal dari daratan kemungkinan
akan mengalami kendala peruntukan lahan.

Sebagai negara kepulauan yang besar, laut Indonesia menyediakan sumber energi
alternatif yang melimpah. Sumber energi itu meliputi sumber energi yang
terbarukan dan tak terbarukan. Selain minyak bumi di lepas pantai dan laut dalam,
sumber energi yang tak terbarukan yang berasal dari laut dalam di wilayah
Indonesia adalah methane hydrate. Methane hydrate adalah senyawa padat
campuran antara gas methan dan air yang terbentuk di laut dalam akibat adanya
tekanan hidrostatik yang besar dan suhu yang relatif rendah dan konstan di
kedalaman lebih dari 1.000 meter.

Sumber energi yang terbarukan dari laut adalah energi gelombang, energi yang
timbul akibat perbedaan suhu antara permukaan air dan dasar laut (ocean thermal
energy conversion/OTEC), energi yang disebabkan oleh perbedaan tinggi
permukaan air akibat pasang surut dan energi arus laut. Dari keempat energi ini
hanya energi gelombang yang tidak dapat diprediksi kapasitasnya dengan tepat
karena keberadaan energi gelombang sangat bergantung pada cuaca. Sedangkan
OTEC, energi perbedaan tinggi pasang surut serta energi arus laut dapat diprediksi
kapasitasnya dengan tepat di atas kertas.

Wilayah Indonesia

Untuk wilayah Indonesia, energi yang punya prospek bagus adalah energi arus
laut. Hal ini dikarenakan Indonesia mempunyai banyak pulau dan selat sehingga
arus laut akibat interaksi Bumi-Bulan-Matahari mengalami percepatan saat
melewati selat-selat tersebut. Selain itu, Indonesia adalah tempat pertemuan arus
laut yang diakibatkan oleh konstanta pasang surut M2 yang dominan di Samudra
Hindia dengan periode sekitar 12 jam dan konstanta pasang surut K1 yang
dominan di Samudra Pasifik dengan periode lebih kurang 24 jam. M2 adalah
konstanta pasang surut akibat gerak Bulan mengelilingi Bumi, sedangkan K1
adalah konstanta pasang surut yang diakibatkan oleh kecondongan orbit Bulan
saat mengelilingi Bumi.

Interaksi Bumi-Bulan diperkirakan menghasilkan daya energi arus pasang surut


setiap harinya sebesar 3.17 TW, lebih besar sedikit dari kapasitas pembangkit
listrik yang terpasang di seluruh dunia pada tahun 1995 sebesar 2.92 TW (Kantha
& Clayson, 2000). Namun, untuk wilayah Indonesia potensi daya energi arus laut
tersebut belum dapat diprediksi kapasitasnya.

Keuntungan penggunaan energi arus laut adalah selain ramah lingkungan, energi
ini juga mempunyai intensitas energi kinetik yang besar dibandingkan dengan
energi terbarukan yang lain. Hal ini disebabkan densitas air laut 830 kali lipat
densitas udara sehingga dengan kapasitas yang sama, turbin arus laut akan jauh
lebih kecil dibandingkan dengan turbin angin. Keuntungan lainnya adalah tidak
perlu perancangan struktur yang kekuatannya berlebihan seperti turbin angin yang
dirancang dengan memperhitungkan adanya angin topan karena kondisi fisik pada
kedalaman tertentu cenderung tenang dan dapat diperkirakan.

Kekurangan dari energi arus laut adalah output-nya mengikuti grafik sinusoidal
sesuai dengan respons pasang surut akibat gerakan interaksi Bumi-Bulan-
Matahari. Pada saat pasang purnama, kecepatan arus akan deras sekali, saat
pasang perbani, kecepatan arus akan berkurang kira-kira setengah dari pasang
purnama. Kekurangan lainnya adalah biaya instalasi dan pemeliharaannya yang
cukup besar. Kendati begitu bila turbin arus laut dirancang dengan kondisi pasang
perbani, yakni saat di mana kecepatan arus paling kecil, dan dirancang untuk
bekerja secara terus-menerus tanpa reparasi selama lima tahun, maka kekurangan
ini dapat diminimalkan dan keuntungan ekonomisnya sangat besar. Hal yang
terakhir ini merupakan tantangan teknis tersendiri untuk para insinyur dalam
desain sistem turbin, sistem roda gigi, dan sistem generator yang dapat bekerja
secara terus-menerus selama lebih kurang lima tahun.

Dari penelitian PL Fraenkel (J Power and Energy Vol 216 A, 2002) lokasi yang
ideal untuk instalasi pembangkit listrik tenaga arus mempunyai kecepatan arus
dua arah (bidirectional) minimum 2 meter per detik. Yang ideal adalah 2.5 m/s
atau lebih. Kalau satu arah (sungai/arus geostropik) minimum 1.2-1.5 m/s.
Kedalaman tidak kurang dari 15 meter dan tidak lebih dari 40 atau 50 meter.
Relatif dekat dengan pantai agar energi dapat disalurkan dengan biaya rendah.
Cukup luas sehingga dapat dipasang lebih dari satu turbin dan bukan daerah
pelayaran atau penangkapan ikan.

Simulasi numerik

Simulasi numerik potensi daya listrik di beberapa daerah di Indonesia telah


dilakukan oleh Laboratorium Hidrodinamika Indonesia BPP Teknologi. Gambar
di bawah ini merupakan contoh hasil simulasi potensi daya listrik di selat Bali dan
Lombok dengan menggunakan program MEC-Model buatan Research Committee
of Marine Environment, The Society of Naval Architects of Japan. Dengan asumsi
efisiensi turbin sebesar 0,593 dan menggunakan kecepatan arus rata-rata selama
satu periode pasang surut (residual current) untuk tidal constant M2, potensi daya
listrik di beberapa tempat di selat Bali pada kedalaman 12 meter, kondisi pasang
perbani, dapat mencapai 300 kW bila menggunakan daun turbin dengan diameter
10 meter. Untuk selat Badung dan selat Lombok bagian selatan potensi energinya
berkisar 80-90 kW.

Hasil numerik tersebut dapat digunakan sebagai dasar pemilihan lokasi untuk
instalasi turbin arus. Hasil ini masih bersifat global dan kasar. Untuk mengetahui
karakteristik kecepatan arus secara lebih detail di tempat-tempat terpilih, perlu
diadakan survei lapangan atau simulasi numerik detail dengan menggunakan
program khusus Full-3D yang juga disediakan oleh MEC-Model program.

Ada dua jenis rotor (daun turbin) untuk konversi energi kinetik, yang pertama
adalah jenis rotor yang mirip dengan kincir angin. Tipe ini sering disebut juga
dengan turbin dengan poros horizontal. Yang kedua adalah cross-flow rotor atau
rotor Darrieus. Ini adalah tipe turbin dengan poros vertikal karena porosnya tegak
lurus dengan arah arus. Menurut PL Fraenkel, rotor Darrieus mempunyai
beberapa kekurangan, rotor tidak dapat langsung berputar, kalau sudah berputar
sulit dihentikan bila ada keadaan darurat, dan butuh ongkos tambah untuk
konstruksinya. Untuk mempertinggi efisiensi, kedua tipe rotor ini biasanya
ditambahi dengan nozzle, duct, atau venturi untuk mempercepat aliran arus yang
masuk ke piringan daun rotor.

Dewasa ini penelitian tentang teknologi konversi arus laut menjadi energi listrik
sedang berlangsung sangat gencar. Inggris sudah memasang prototipe skala penuh
dengan kapasitas 300 MW di Foreland Point, North Devon, pada Mei 2003.
Norwegia juga telah melakukan instalasi di Kvalsundet Hammerfest dengan
kapasitas 700 MW. Jepang, dengan menggunakan program MEC-Model,
melakukan studi kelayakan pemasangan turbin di Selat Kanmon antara Pulau
Honshu dan Kyushu. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia
seharusnya mulai meneliti secara intensif potensi energi arus laut ini dan
memanfaatkannya untuk menghadapi bencana krisis energi karena masalah
kenaikan harga dan langkanya BBM.

Dipublikasi di Uncategorized | 2 Komentar

Arus Laut
Posted on Agustus 17, 2010 by Indonesian Marine Current Turbine

Energi arus laut adalah energi kinetik yang dapat dengan mudah dikonversikan
menjadi energi listrik dengan efisiensi yang cukup tinggi. Meskipun prinsip dasar
teknologi proses konversi energi arus laut adalah sama dengan teknologi proses
konversi energi pada turbin angin namun dalam penggunaan praktis serta berapa
ongkos ekonomis dari teknologi konversi energi arus laut belum banyak
dikembangkan dan diketahui. Melalui kegiatan penelitian dan rancang bangun
pembangkit listrik tenaga arus laut ini, diharapkan muncul sebuah solusi teknologi
untuk suplai listrik di pulau-pulau yang cukup jauh dari sumber listrik, sehingga
pulau-pulau tersebut menjadi mandiri di bidang energi, yang berarti juga
mendorong kemandirian bangsa dalam bidang energi
Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut
16 Mar

Pada umumnya PLTA ialah pembangkit listrik yang energi penggerak utamanya
bersumber dari air yang dibuat sedemikian rupa sehingga mampu menggerakan
turbin. PLTA merupakan jenis pembangkit sumber energi terbarukan dan tanpa
menimbulkan emisi. Tetapi untuk skala besar masih banyak masalah-masalah
yang harus dihadapi dari pengembangan PLTA ini. Permasalhan yang sering
timbul adalah besarnya biaya untuk pembangunan dan pemeliharaan PLTA,
kebutuhan lahan yang sangat luas, dan efek samping yang diakibatkan terhadap
lingkungan juga menjadi kendala.

Karena alasan tersebut, akhir-akhir ini banyak yang mengembangkan alternatif


teknologi baru sistem pembangkit listrik yang menggunakan tenaga air untuk
mengahasilkan enegi listrik, salah satunya adalah Pembangkit Listrik Tenaga Arus
Sungai/Laut.
Arus sungai mempunyai kelebihan dibandingkan dengan angin ataupun matahari
yang cenderung lebih dipengaruhi oleh cuaca, sementara arus sungai mempunyai
aliran yang tetap dan tidak banyak mengalami perubahan hingga ratusan tahun.
Selain itu, air mempunyai berat jenis yang lebih besar dibandingkan dengan udara,
dan hal itu berarti bahwa potensi energi yang bisa dihasilkan 321.800 km sungai-
sungai besar di dunia lebih besar dibandingkan dengan energi yang bersumber
dari angin.
Berbeda dengan arus sungai, arus laut juga mempunyai kandungan energi yang
bisa dimanfaatkan sebagai energi terbarukan. Namun arus laut cenderung
mengalami perputaran atau biasa disebut juga arus putar sehingga cenderung pula
untuk merusak. Pada selat, teluk dan tempat-tempat lainnya dimana arus laut
mengalami penyempitan berupa bottle neck, arus laut akan sangat kuat sehingga
sangat potensial untuk dimanfaatkan energinya.

Teknologi
Teknologi yang digunakan bekerja dengan cara mengkonversi energi kinetik dari
arus laut ke energi listrik. Untuk melakukan hal tersebut, tidak dapat dilakukan
dengan cara menghalangi seluruh jalan dari arus tersebut. Jika jalan dari arus
tersebut dihalangi seluruhnya, maka energi yang ada tidak dapat diambil atau
bahkan dapat merusak ekosistem yang ada. Maka dibuatlah desain untuk
memaksimalkan jumlah energi yang dapat diambi sementara arus laut dapat
berjalan sebagaimana mestinya tetapi dengan energi yang berkurang.
Ada beberapa macam kategori untuk mengubah energi arus laut menjadi energi
listrik. Salah satu kategorinya ialah berdasarkan pada konfigurasi rotor :
1. Horizontal axis
2. Reciprocating hydrofoil
3. Vertical axis

Tidal Fence
Tidal fences ini sangat efektif untuk menghalangi arus. Keuntungan lain dari alat
ini ialah bahwa semua peralatan listrik (generator dan transformator) dapat ditaruh
di atas permukaan air. Selain itu, dengan memotong saluran arus, maka kecepatan
turbin akan meningkat secara signifikan. Namun alat ini mempunyai beberapa
kekurangan. Karena alat ini ditempatkan di tepi muara, maka dapat mengganggu
ekosistem yang ada.
Pembangkit Listrk Tenaga Gelombang Laut
October 6, 2013 · by pulungan08 · in Energi. ·

Energi ombak adalah energi


alternatif yang dibangkitkan melalui efek osilasi tekanan udara (pumping effect)
di dalam bangunan chamber (geometri kolom) akibat fluktuasi pergerakan
gelombang yang masuk ke dalam chamber. Berkaitan dengan hal tersebut pada 22
Juni 2007 bertempat di Parang Racuk Yogyakarta telah diresmikan Technopark
Parang Racuk melalui Uji Operasional PLTO (Pembangkit Listrik Tenaga
Ombak) pada Kondisi Air Pasang oleh Kepala BPPT Said D. Tujuan kegiatan ini
adalah memberikan paket model sumber energi alternatif yang ketersediaan
sumbernya cukup melimpah di wilayah perairan pantai Indonesia. Paket model
tersebut akan menunjukkan tingkat efisiensi energi yang dihasilkan dan
parameter-parameter minimal hidrooseanografi yang layak, baik itu secara teknis
maupun ekonomis untuk melakukan konversi energi.
Hasil survei hidrooseanografi di wilayah perairan Parang Racuk menunjukkan
bahwa sistem akan dapat membangkitkan daya listrik optimal jika ditempatkan
sebelum gelombang pecah atau pada kedalam 4m-11m. Pada kondisi ini akan
dapat dicapai putaran turbin antara 3000-700rpm. Posisi prototip II OWC
(Oscilating Wave Column) masih belum mencapai lokasi minimal yang
diisyaratkan, karena kesulitan pelaksanaan operasional alat mekanis. Posisi ideal
akan dicapai melalui pembangunan prototip III yang berupa sistem OWC apung.

Yogyakarta merupakan daerah di Indonesia yang memiliki potensi gelombang laut


terbesar dibanding daerah lainnya. Pantai Selatan di daerah Yogyakarta memiliki
potensi gelombang 19 kw/panjang gelombang). Pembangkit Listrik Tenaga
Gelombang Laut di daerah Yogyakarta dikembangkan oleh BPPT khususnya
BPDP (Balai Pengkajian DinamikaPantai). Pembangkit Listrik Tenaga
Gelombang Laut ini menggunakan metode OWC (Ocillating Water Column).

KONSTRUKSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA OMBAK

Unsur yang paling penting dari instalasi PLTO adalah pada pemodifikasian
saluran air masuk, kemudian dinaikkan di penampungan. Bangunan ini terdiri dari
dua unit, yaitu kolektor dan konvertor. Kolektor berfungsi menangkap ombak,
menahan energinya semaksimal mungkin dan mengarahkan gelombang itu ke
konverter. Oleh converter yang ujungnya meruncing, air diteruskan menuju ke
penampungan. Saluran ini dinamai tapchan, kependekkan dari tappered channel
atau saluran penjebak. Setelah air terkumpul, tahap berikutnya tidak jauh berbeda
dengan mekanisme kerja yang ada pada pembangkit listrik umumnya. Banyak
manfaat yang bisa dipetik dari teknologi PLTO. Selain hemat biasanya investasi
dan biaya operasional, pembangkit listrik tersebut juga ramah lingkungan karena
tidak mengeluarkan limbah padat, cair, maupun gas. Bahkan, kolam
penampungannya dapat digunakan untuk budidaya ikan air laut.
Selain memanfaatkan ombak, energi listrik ternyata juga bisa diperoleh dari arus
laut. Arus laut mempunyai kelebihan dibanding gelombang, karena bisa dihitung
dan diperkirakan. Untuk wilayah Indonesia, energi arus laut memiliki prospek
yang cukup baik karena Indonesia memiliki banyak pulau dan selat. Ketika
melewati selat yang sempit, arus laut mengalami percepatan sebagai akibat dari
interaksi bumi-bulan-matahari. Energi inilah yang digunakan untuk
menggerakkan roda gigi generator sehingga dapat menghasilkan setrum
(arus/energi/tenaga listrik). Energi arus laut bersifat ramah lingkungan, juga
mempunyai intensitas energi kineticyang besar. Karena kerapatan air laut 830 kali
lipat dibandingkan dengan udara sehingga daun turbin arus laut akan jauh lebih
kecil dibandingkan dengan daun turbin angin. Turbin arus laut juga tidak
memerlukan rancangan struktur dengan kekuatan berlebihan seperti halnya turbin
angin yang dirancang dengan memperhitungkan adanya angin topan. FWP adalah
suatu peningkatan pada desain Oscillating water column (OWC). Itu mengadopsi
beberapa konsep dari mesin bahan bakar. FWP berisi suatu array dari kolam air
yang dapat bergerak kesana kemari.Selain itu, tegangan listrik yang dihasilkan
generator diukur dengan voltmeter, sedangkan untuk mengetahui kuat arus yang
dihasilkan dapat dilakukan dengan menggunakan data tegangan dan hambatan
yang ada.

Gelombang laut dilirik menjadi alternatif baru sumber daya listrik. Grean Ocean
Energy, lembaga peneliti laut asal Skotlandia, membuat penelitian untuk masalah
itu. Mereka menghasilkan wave treader, alat pembangkit listrik tenaga
gelombang.

Wave treader punya dua lengan, silinder sistem hidrolik sebagai pusat dan tiang
menjulang dengan baling-baling di ujungnya. Pergerakan ombak akan membuat
lengan-lengannya bergerak naik dan turun. Bagian yang disebut aft sponson akan
menerima pergerakan itu dan meneruskannya ke silinder sistem hidrolik.

Dalam silinder, gerakan tersebut memberikan tekanan di fluida hidrolik. Tekanan


itu diperhalus dan disampaikan ke hidrolik akumulator. Dari situ barulah energi
gelombang tersebut menggerakkan motor yang akan menggerakkan generator
penghasil alat listrik. Listrik yang dihasilkan itu kemudian disalurkan melalui
kabel dengan terlebih dulu dibagi oleh turbin baling-baling.

Listrik yang bisa diproduksi lumayan besar. Satu unit wave treader mampu
menghasilkan minimal 500 kW. Energi listrik sebesar itu mampu mencukupi
kebutuhan 125 rumah. Alat tersebut didesain mampu mengatasi terjangan ombak
selama 25 tahun saja dan lima tahun tambahan jika benar-benar dirawat.
Rencananya, alat itu dipasarkan pada 2010. (dri/jpnn).
Untuk memperbesar energi yang dapat dihasilkan per satuan waktu, dapat
dilakukan dengan cara memperluas bidang yang dikenai oleh gelombang laut.
Selain itu, memperbesar ukuran dinamo (alat pengubah energi mekanik menjadi
energi listrik), dan memperbesar putaran roda pemutar dinamo.

Energi Gelombang Laut

Energi gelombang laut adalah satu potensi laut dan samudra yang belum banyak
diketahui masyarakat umum adalah potensi energi laut dan samudra untuk
menghasilkan listrik. Negara yang melakukan penelitian dan pengembangan
potensi energi samudra untuk menghasilkan listrik adalah Inggris, Francis dan
Jepang.

Secara umum, potensi energi samudra yang dapat menghasilkan listrik dapat
dibagi kedalam 3 jenis potensi energi yaitu energi pasang surut (tidal power),
energi gelombang laut (wave energy) dan energi panas laut (ocean thermal
energy). Energi pasang surut adalah energi yang dihasilkan dari pergerakan air
laut akibat perbedaan pasang surut. Energi gelombang laut adalah energi yang
dihasilkan dari pergerakan gelombang laut menuju daratan dan sebaliknya.
Sedangkan energi panas laut memanfaatkan perbedaan temperatur air laut di
permukaan dan di kedalaman. Meskipun pemanfaatan energi jenis ini di Indonesia
masih memerlukan berbagai penelitian mendalam, tetapi secara sederhana dapat
dilihat bahwa probabilitas menemukan dan memanfaatkan potensi energi
gelombang laut dan energi panas laut lebih besar dari energi pasang surut.

Pada dasarnya pergerakan laut yang menghasilkan gelombang laut terjadi akibat
dorongan pergerakan angin. Angin timbul akibat perbedaan tekanan pada 2 titik
yang diakibatkan oleh respons pemanasan udara oleh matahari yang berbeda di
kedua titik

tersebut. Mengingat sifat tersebut maka energi gelombang laut dapat


dikategorikan sebagai energi terbarukan.

Gelombang laut secara ideal dapat dipandang berbentuk gelombang yang


memiliki ketinggian puncak maksimum dan lembah minimum. Pada selang waktu
tertentu, ketinggian puncak yang dicapai serangkaian gelombang laut berbeda-
beda, bahkan ketinggian puncak ini berbeda-beda untuk lokasi yang sama jika
diukur pada hari yang berbeda. Meskipun demikian secara statistik dapat
ditentukan ketinggian signifikan gelombang laut pada satu titik lokasi tertentu.

Ketinggian dan periode gelombang tergantung kepada panjang fetch


pembangkitannya. Fetch adalah jarak perjalanan tempuh gelombang dari awal
pembangkitannya. Fetch ini dibatasi oleh bentuk daratan yang mengelilingi laut.
Semakin panjang jarak fetchnya, ketinggian gelombangnya akan semakin besar.
Angin juga mempunyai pengaruh yang penting pada ketinggian gelombang.
Angin yang lebih kuat akan menghasilkan gelombang yang lebih besar.
Gelombang yang menjalar dari laut dalam (deep water) menuju ke pantai akan
mengalami perubahan bentuk karena adanya perubahan kedalaman laut. Apabila
gelombang bergerak mendekati pantai, pergerakan gelombang di bagian bawah
yang berbatasan dengan dasar laut akan melambat. Ini adalah akibat dari
friksi/gesekan antara air dan dasar pantai. Sementara itu, bagian atas gelombang di
permukaan air akan terus melaju. Semakin menuju ke pantai, puncak gelombang
akan semakin tajam dan lembahnya akan semakin datar. Fenomena ini yang
menyebabkan gelombang tersebut kemudian pecah.

Pusat stasiun pembangkit listrik gelombang laut komersial yang pertama di


Australia mengapung persis di lepas pantai Australia. Stasiun pembangkit tersebut
siap untuk menyalurkan tenaga listrik dan air minum ke sekitar 500 rumah di
selatan Sydney, Australia. Listrik dihasilkan ketika muncul gelombang yang
menerpa corong yang menghadap ke lautan; gerakan ini mengalirkan udara
melalui pipa dan masuk ke putaran roda air (turbin) yang mampu memompa 500
kw daya listrik setiap harinya ke jaringan kota. Stasiun ini merupakan proyek
pencontohan untuk pemasangan dalam skala yang lebih besar yang akan dibangun
di pantai selatan Australia. Minat untuk membangun tempat yang sama telah
berdatangan dari Hawai, Spanyol, Afrika Selatan, Meksiko, Cili, dan Amerika
Serikat. John Bell, Direktur Keuangan Energetech yang mengembangkan stasiun
tersebut, mengatakan bahwa ”Energi gelombang merupakan sumber energi yang
tiada habisnya dibandingkan sumber energi alam lainnya. Gelombang selalu ada
dan tidak hilang seperti matahari dan angin.”

Tidal turbin
Tidal turbin merupakan alternartif dari tidal fence. Bentuknya yang menyerupai
turbin angin, mempunyai beberapa kelebihan daripada tidal fence. Alat ini lebih
aman bagi lingkungan, tidak menghalangi kapal kecil untuk bergerak di atasnya
atau di area tempat turbin ini berada, dan pembuatannya yang membutuhkan
sedikit material daripada tidal fence.

Tidal turbin dapat bekerja dengan baik di tempat yang mempunyai arus 2-2.5 m/s
(arus yang lebih lambat tidak ekonomis sedangkan arus yang lebih cepat akan
memberikan tekanan yang besar pada peralatan yang ada). Arus tersebut akan
memberikan kerapatan energi empat kali lebih besar daripada udara, yang berarti
turbin air dengan diameter 15 m akan menghasilkan energi yang sama dengan
turbin angin dengan diameter 60 m. Sebagai tambahan, arus laut dapat diprediksi
dan andal, sehingga dapat dikatakan lebih baik daripada energi angin atau energi
matahari.
Ada banyak tempat di seluruh dunia yang memungkinkan untuk dipasang tidal
turbin. Tempat yang ideal ialah tempat yang dekat dengan tepi laut (1 km) dan di
air dengan kedalaman 20-30m. Menurut Peter Fraenkel,direktur dari UK-based
Marine Current Turbines, tempat yang ideal akan menghasilkan 10 MW/km2. Uni
Eropa telah mengidentifikasi 106 tempat yang cocok untuk dipasang turbin ini.
Fraenkel juga percaya bahwa Indonesia juga dapat mengembangkan teknologi ini
untuk membangkitkan energi.

Kesimpulan
Pembangkit listrik tenaga arus laut mempunyai beberapa keuntungan jika
digunakan sebagai pembangkit listrik :
1. Merupakan energi terbarukan.
2. Mengurangi ketergantungan kepada bahan bakar fosil.
3. Tidak menghasilkan polusi/ ramah lingkungan
4. Konstruksi yang besar dapat menarik ikan , burung, dan hewan lain sebagai
tempat bersarang.
5. Pembangunannya yang relative cepat.

Anda mungkin juga menyukai