LAPORAN PRAKTIKUM
PENGELOLAAN GULMA
Disusun oleh:
Nama : Desyanggi Hadi Putri
NIM : H0717033
Kelompok : 17
Co Ass : Elyna Puspita Rahayu
i
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun oleh:
Nama : Desyanggi Hadi Putri
NIM : H0717033
Kelompok : 17
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan sebuah
praktikum dan menyelesaikan penyusunan Laporan Praktikum Pengelolaan Gulma
tepat pada waktunya.
Dalam menyelesaikan Laporan Praktikum Pengelolaan Gulma ini penulis
mendapat bantuan baik secara moril maupun materiil dari pihak-pihak lain. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak tersebut :
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia-Nya sehingga acara
praktikum berjalan lancar dan Laporan Praktikum Pengelolaan Gulma ini dapat
terselesaikan dengan baik.
2. Dosen Pengampu yang telah membimbing penulis dalam mata kuliah
Pengelolaan Gulma.
3. Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan dan motivasi baik berupa
doa maupun materi.
4. Kepada tim Co-Asisten yang sudah memberikan pengarahan dan bimbingan
kepada penulis.
5. Teman-teman dan semua pihak yang telah memberi dukungan dan bantuannya
dalam menyusun laporan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Dan semoga laporan
praktikum ini bermanfaat bagi penulis maupun pembaca. Amin.
Penulis
iii
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vii
I. IDENTIFIKASI GULMA ......................................................................... 1
A. Pendahuluan ........................................................................................ 1
1. Latar Belakang ............................................................................... 1
2. Tujuan Praktikum .......................................................................... 2
B. Metodologi praktikum ........................................................................ 3
1. Waktu dan Tempat Praktikum ....................................................... 3
2. Alat dan Bahan............................................................................... 3
3. Cara Kerja ...................................................................................... 3
C. Hasil pengamatan dan pembahasan.................................................. 4
1. Hasil Pengamatan .......................................................................... 4
2. Pembahasan ................................................................................... 18
D. Kesimpulan dan saran ........................................................................ 21
1. Kesimpulan .................................................................................... 21
2. Saran .............................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA
II. ANALISIS VEGETASI DENGAN METODE KUADRAT ................... 23
A. Pendahuluan ........................................................................................ 23
1. Latar Belakang ............................................................................... 23
2. Tujuan Praktikum .......................................................................... 24
B. Metodologi praktikum ........................................................................ 25
1. Waktu dan Tempat Praktikum ....................................................... 25
2. Alat dan Bahan............................................................................... 25
3. Cara Kerja ...................................................................................... 25
C. Hasil pengamatan dan pembahasan.................................................. 26
1. Hasil Pengamatan .......................................................................... 26
2. Analisis Data .................................................................................. 27
3. Pembahasan ................................................................................... 32
D. Kesimpulan dan saran ........................................................................ 35
1. Kesimpulan .................................................................................... 35
2. Saran .............................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA
iv
v
v
vi
DAFTAR TABEL
vi
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
I. IDENTIFIKASI GULMA
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh pada tempat dan
waktu yang tidak dikehendaki. Definisi tersebut menunjukkan bahwa
gulma adalah tumbuhan yang merugikan baik secara langsung maupun
tidak langsung. Gulma dibedakan menjadi tiga kelompok besar
berdasarkan morfologi daunnya, yaitu gulma berdaun lebar, gulma
berdaun sempit, dan golongan teki-tekian.
Identifikasi gulma dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah
satunya dengan melihat sifat-sifat morfologi atau sifat-sifat yang
nampak dan kelihatan. Sifat-sifat yang diamati dapat berupa sifat
vegetatif maupun generatif. Sifat vegetatif gulma meliputi perakaran,
batang, daun, dan lain sebagainya. Sifat generatif gulma biasa diamati
dari bunga dan buah serta biji. Cara lain untuk mengidentifikasi gulma
adalah dengan membandingkan gulma dengan spesies asli yang telah
diidentifikasi sebelumnya, mencari melalui kunci determinasi, dan
bertanya pada ahli-ahli yang berpengalaman dan berwawasan luas.
Identifikasi gulma memiliki tujuan agar cara pengendaliannya dapat
dilakukan dengan tepat, sehingga pengendalian gulma dapat berjalan
secara efektif dan efisien.
Identifikasi gulma perlu dilakukan agar kita mengetahui
karakteristik dari gulma tersebut. Hal ini diakibatkan karena banyak
sekali jenis gulma yang ada di bumi ini. Pengetahuan tentang
identifikasi gulma dapat membantu kita dalam mengendalikan
pertumbuhan dari gulma. Gulma dapat dikategorikan ke dalam gulma
perairan dan gulma lahan kering. Gulma perairan merupakan jenis
gulma yang hidup pada lahan yang jenuh air. Gulma lahan kering
merupakan jenis gulma yang yang tumbuh pada tempat yang rendah
1
2
atau minim air. Kedua jenis gulma tersebut memiliki karakeristik yang
berbeda, sehingga dalam upaya pengendaliannya juga akan berbeda.
2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum Pengelolaan Gulma acara I tentang
Identifikasi Gulma ini adalah agar mahasiswa mampu mengidentifikasi
dan menentukan nama ilmiah dari individu gulma dalam tingkatan
taksonominya dalam suatu lahan.
3
B. Metodologi praktikum
Kunci determinasi :
1b. Tumbuhan dengan bunga
sejati setidaknya dengan benang
sari dan putik.Tumbuhan
berbunga…2
2b. Tidak ada alat pembelit…
3b. Tumbuhan tidak berbentuk
jarum…4
4a. Bangsa rumput rumputan
atau yang meneyerupainya
bertulang daun sejajar atau
melengkung tidak berduri
dengan pangkal daun
pelepah.Bunga merupakan bulir
terdepat diketiak sekam…5
5b. Batang umumnya
bersegitiga.Ibu tangkai
karangan bunga tidak
berbuku,tidak terdapat lidah
lidah sekam,tidak berbulu
seperti pada ujungnya…20
Cyperaceaea
1b. Bulir tidak hanya satu…2
2b. Bulir bulir terkumpul
menjadi berbentuk seperti
payung…3
3a. Sekam berhadapan batang
terdapat diujung umbi,yang
pada peremasan berbau
harum…3 Cyperus rotundus
DAFTAR PUSTAKA
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Analisis vegetasi merupakan cara yang dilakukan untuk
mengetahui seberapa besar sebaran berbagai spesies dalam suatu area
melaui pengamatan langsung. Analisis vegetasi dilakukan dengan
membuat plot dan mengamati morfologi serta mengidentifikasi vegetasi
yang ada. Kehadiran vegetasi akan memberikan dampak positif bagi
keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih luas. Secara umum,
peranan vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan pengaturan
keseimbangan karbondioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat
fisik, kimia dan biologis tanah, pengaturan tata air tanah dan lain-lain.
Bentuk analisis vegetasi dapat berupa analisis secara kualitatif dan
kuantitatif.
Bentuk petak contoh yang dibuat tergantung pada bentuk morfologis
vegetasi dan efisiensi sampling pola penyebarannya. Misalnya untuk
vegetasi rendah, petak contoh berbentuk lingkaran lebih menguntungkan
karena pembuatan petaknya dapat dilakukan secara mudah dengan
mengaitkan seutas tali pada titik pusat petak. Selain itu, petak contoh
berbentuk lingkaran akan memberikan kesalahan sampling yang lebih
kecil daripada bentuk petak lainnya karena perbandingan panjang tepi
dengan luasnya lebih kecil. Tetapi dari segi pola distribusi vegetasi, petak
berbentuk lingkaran ini kurang efisien dibanding bentuk segiempat.
Sehubungan dengan efisiensi sampling banyak studi yang dilakukan
menunjukkan bahwa petak bentuk segiempat memberikan data komposisi
vegetasi yang lebih akurat dibanding petak berbentuk bujur sangkar yang
berukuran sama, terutama bila sumbu panjang dari petak tersebut sejajar
dengan arah perubahan keadaan lingkungan atau habitat. Umumnya
dilakukan jika hanya vegetasi tingkat tanaman saja yang menjadi bahan
penelitian, metode kuadrat lebih digunakan karena dengan metode tersebut
23
24
B. Metodologi Praktikum
1. Hasil Pengamatan
Tabel 2.1 Pengamatan Vegetasi Suatu Lahan dengan Metode Kuadrat
Petak
Nama FR DR
No contoh K KR F d1 d2 D INP SDR
Vegetasi (%) (%)
1 2 (%)
1 Taraxacum 4 - 4 6,34 0,5 11,11 132 24 42.653,76 5,51 22,96 7,63
Digitaria 313.057,2
2 17 8 25 39,68 1 22,22 607 328,5 40,4 102,3 34,1
sanguinalis 15
Cynodon 409.607,6
3 16 7 23 36,5 1 22,22 808 319 52,27 110,99 36,9
dactylon 4
Amaranthu
4 6 2 8 12,69 1 22,22 27 10 423,9 0,05 34,96 11,65
s spinosus
Heliotropiu
5 - 1 1 1,58 0,5 11,11 122 67 12.833,18 1,65 14,34 4,78
m indicum
Ageratum
6 - 1 2 3,17 0,5 11,11 25,5 12 480,42 0,06 14,34 4,78
conyzoides
77.411,11
∑ 43 20 63 99,96 4,5 99,99 1721,5 760,5 99,94 299,89 99,86
5
Rat
129.019,8
a- 10,5 16,66 0,75 16,665 286,91 126,75 16,65 49,98 16,64
5
rata
Sumber : Laporan Sementara
26
27
2. Analisis Data
a. Metode Kuadrat
1) Kerapatan Mutlak (K)
K = Jumlah individu Petak 1 + Petak 2
1. Taraxacum = Jumlah individu Petak 1 + Petak 2
= 4+0 = 4
2. Digitaria sanguinalis = Jumlah individu Petak 1 + Petak 2
= 17+8 =25
3. Cynodon dactylon = Jumlah individu Petak 1 + Petak 2
= 16+7 = 23
4. Amaranthus spinosus = Jumlah individu Petak 1 + Petak 2
= 6+2 =8
5. Heliotropium indicum = Jumlah individu Petak 1 + Petak 2
= 0+1 = 1
6. Ageratum conyzoides = Jumlah individu Petak 1 + Petak 2
= 0+2 = 2
Jumlah Kerapatan Mutlak (K) = ∑ K1 + ∑ K2 + ∑K3 + ∑K4 +
∑K5 + ∑K6
= 4+25+23+8+1+2 = 63
Rata-rata Kerapatan (K) = ∑ Ktotal / jumlah vegetasi
= 63/6 = 10.5
= 4.5 / 6 = 0.75
Jumlah Frekuensi Relatif (FR) total = FR1 + FR2 + FR3 + FR4 + FR5 +
FR6
= 11.11% + 22.22% + 22.22% +
11.11% + 11.11%
= 99.99%
Rata-rata FR = ∑ FR / jumlah vegetasi
= 99.99% / 6 = 16.665%
5) D (Dominansi Mutlak)
𝑑1𝑥𝑑2
𝐷=( ) 𝑥 2𝜋 𝑑𝑖𝑏𝑎𝑔𝑖 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
4
132×24
1. Taraxacum : 𝐷1 = ( 4
) × 2𝜋 ÷ 1000
= 42.653,76
607×328,5
2. Digitaria sanguinalis : 𝐷2 = ( 4
) × 2𝜋 ÷ 1000
= 313.057
808×319
3. Cynodon dactylon : 𝐷3 = ( ) × 2𝜋 ÷ 1000
4
= 409.670,67
27×10
4. Amaranthus spinosus : 𝐷4 = ( ) × 2𝜋 ÷ 1000
4
= 423,9
122×67
5. Heliotropium indicum : 𝐷5 = ( ) × 2𝜋 ÷ 1000
4
= 12.833,18
25,5×12
6. Ageratum conyzoides : 𝐷6 = ( 4
) × 2𝜋 ÷ 1000
= 480.67
JumlahDominasiMutlak (D) total = 774.119,115
774.119,115
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 129.019,85
6
313.057
2. Digitaria sanguinalis : 𝐷𝑅2 = × 100% = 40,4 %
774.119,115
409.670,67
3. Cynodon dactylon : 𝐷𝑅3 = 774.119,115
× 100% = 52,27 %
423,9
4. Amaranthus spinosus : 𝐷𝑅4 = × 100% = 0,05 %
774.119,115
12.833,18
5. Heliotropium indicum : 𝐷𝑅5 = × 100% = 0,05 %
774.119,115
480.67
6. Ageratum conyzoides : 𝐷𝑅6 = 774.119,115 × 100% = 62,09%
8) SDR
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑡𝑖𝑛𝑔
SDR =
3
22,96
1. Taraxacum : SDR1 = = 7,65
3
102,3
2. Digitaria sanguinalis : SDR2 = = 34,1
3
110,99
3. Cynodon dactylon : SDR3 = = 36,9
3
34,96
4. Amaranthus spinosus : SDR4 = = 11,65
3
14,34
5. Heliotropium indicum : SDR5 = = 4,78
3
14,34
6. Ageratum conyzoides : SDR6 = = 4,78
3
Jumlah SDR = 99, 86
Rata-rata SDR = 16,64
32
3. Pembahasan
Analisis vegetasi adalah suatu analisis dalam ekologi tumbuhan
yang untuk mengetahui berbagai jenis vegetasi dalam suatu komunitas
atau populasi tumbuhan yang berkembang dalam skala waktu dan ruang.
Keadaan vegetasi tumbuhan dapat diperkirakan bagaimana kondisinya
dimasa sekarang dan menduga kemungkinan perkembangan dimasa
depan. Menurut Supeksa et al. (2012), metode kuadrat adalah salah satu
cara atau langkah untuk pengambilan data yang paling umum digunakan
dalam analisis vegetasi. Kuadrat yang dimaksud dalam metode ini adalah
suatu ukuran luas yang diukur dengan satuan kuadrat dengan besar
ukuran dalam cm dan m. Metode kuadrat dilakukan dengan
menggunakan beberapa petak contoh seperti lingkaran, segiempat,
dan/atau segipanjang. Luas petak sampel pada metode kuadrat menurut
Perdana dan Syam (2013) minimal adalah 0,25 cm2, pada areal dengan
kondisi gulma yang tidak terlalu rapat dan penyebaranannya merata. Luas
petak sampel menyesuaikan dengan jenis vegetasi yang akan dianalisis.
Semakin besar atau tinggi jenis vegetasi di suatu lahan, maka luasan
petak sampel akan semakin besar, agar keakuratan data lebih terjamin.
Pengamatan dalam metode kuadrat, menurut Puslitkoka (2010)
dapat dilakukan secara destruktif dan tidak destruktif. Pengamatan secara
destruktif adalah gulma dicabut atau dipotong untuk diamati jumlah dan
berat biomassanya. Pengamatan tidak destruktif adalah menghitung
jumlah masing-masing jenis gulma yang ada. Data yang diperoleh berupa
parameter kerapatan, frekuensi dan dominansi. Hasil pengamatan
parameter tersebut dapat langsung diterjemahkan menjadi nilai penting
(Important Value= IV). Bentuk petak contoh dapat berupa persegi empat,
persegi panjang atau lingkaran. Metode ini cukup teliti, cocok untuk
vegetasi gulma campuran yang rapat dan tidak jelas batas-batasnya, tetapi
memerlukan lebih banyak waktu dibandingkan dengan metode garis.
Bentuk petak contoh yang dibuat tergantung pada bentuk morfologis
vegetasi dan efisiensi sampling pola penyebarannya.
33
1. Kesimpulan
Berdasarkan Praktikum Pengelolaan Gulma acara II tentang
Metode Analisa Vegetasi Gulma dengan Metode Kuadrat maka dapet
disimpulkan sebagai berikut :
a. Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis)
dan bentuk (struktur) vegetasi atau kelompok tumbuh-tumbuhan.
b. Metode kuadrat menurut merupakan analisis vegetasi dengan
pengamatan pada petak contoh yang luasnya diukur dalam satuan
kuadrat.
c. Rumput grinting merupakan gulma penting dikarenakan memiliki
Nilai Penting (NP) sebesar 101.98.
d. Metode kuadrat cukup detail dan teliti sehingga cocok untuk vegetasi
gulma campuran yang rapat dan tidak jelas batas-batasnya.
e. Analisis vegetasi dengan metode kuadrat memberikan manfaat
dalam kegiatan pengendalian gulma.
f. Beberapa jenis gulma yang didapat dengan menggunakan metode
kuadrat pada lahan laboratorium FP UNS yaitu Taraxacum,
Digitaria sanguinalis, Cynodon dactylon, Amaranthus spinosus,
Heliotropium indicum, Ageratum conyzoides.
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
37
38
B. Metodologi Praktikum
40
41
41
42
42
43
2. Analisis Data
a. Frekuensi Mutlak (F)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑡𝑎𝑘 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖 𝑆𝑢𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠
F=
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑃𝑒𝑡𝑎𝑘 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
1
1. Taraxacum : F = = 0,3
3
2
2. Digitaria sanguinalis : F = = 0,67
3
2
3. Cynodon dactylon : F = = 0,67
3
1
4. Amaranthus spinosus : F = = 0,3
3
1
5. Heliotropium indicum : F = = 0,3
3
1 Commented [EPR1]: Formatnyadibenerinlagi
6. Ageratum conyzoides : F = = 0,3 1. Nama gulma = rumus
3
Jumlah Frekuensi Mutlak (F) = 7,54
Rata-rata Frekuensi (F) = 0,42
b. Frekuensi Relatif (FR)
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑀𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘 𝑆𝑢𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠
FR = 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠
x 100%
0,03
1. Taraxacum : FR = x 100% = 11,8 %
7,54
0,67
2. Digitaria sanguinalis : FR = x 100% = 22,37 %
7,54
0,67 Commented [EPR2]: Beda samatabel
3. Cynodon dactylon : FR = x 100% = 22,37 %
7,54
0,03
4. Amaranthus spinosus : FR = x 100% = 11,8 %
7,54
0,03
5. Heliotropium indicum : FR = x 100% = 11,8 %
7,54
44
0,03
6. Ageratum conyzoides : FR = x 100% = 11,8 %
7,54
Jumlah Frekuensi Relatif (FR) total = 99,94 %
Rata-rata FR = 16,65 %
c. Dominansi Mutlak (D)
𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒑𝒂 𝒌𝒂𝒍𝒊 𝒔𝒖𝒂𝒕𝒖 𝒋𝒆𝒏𝒊𝒔 𝒕𝒆𝒓𝒌𝒆𝒏𝒂 𝒕𝒖𝒔𝒖𝒌𝒂𝒏
D=
𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐞𝐥𝐮𝐫𝐮𝐡 𝐭𝐮𝐬𝐮𝐤𝐚𝐧
1
1. Taraxacum : D= = 0,03
30
7
2. Digitaria sanguinalis : D= = 0,23
30
13
3. Cynodon dactylon : D= = 0,43
30
2
4. Amaranthus spinosus : D= = 0,067
30
1
5. Heliotropium indicum : D= = 0,03
30
1
6. Ageratum conyzoides : D= = 0,03
30
Jumlah Dominasi Mutlak (D) = 0,987
Rata-rata Dominasi Mutlak (D) = 0,1645
d. Dominansi Relatif (DR)
𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑀𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘 𝑆𝑢𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠
DR = x 100%
𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠
0,03
1. Taraxacum : DR = x 100% = 3,03 %
0,987
0,23
2. Digitaria sanguinalis : DR = x 100% = 23,3 %
0,987
0,43
3. Cynodon dactylon : DR = x 100% = 43,5 %
0,987
0,067
4. Amaranthus spinosus : DR = x 100% = 6,78 %
0,987
45
0,03
5. Heliotropium indicum : DR = x 100% = 3,03 %
0,987
0,2 Commented [EPR3]: Formatnyadibenerinlagi
6. Ageratum conyzoides : DR = x 100% = 20,2 % 1. Nama gulma = rumus
0,987
Jumlah Dominansi Relatif (DR) total = 93,06 %
Rata-rata DR = 15,51 % Commented [EPR4]: Enter dihapus
3. Pembahasan
Metode garis merupakan metode yang secara khusus digunakan
dalam penarikan contoh tipe-tipe vegetasi yang bukan hutan. Metode garis
(line intercept) umumnya digunakan pada suatu vegetasi yang luas,
berbentuk semak dan vegetasi yang rendah. Tipe komunitas ini umumnya
berupa semak rendah/rumput. Menurut Kastanja (2011), metode garis atau
rintisan merupakan petak contoh memanjang yang diletakkan pada
komunitas vegetasi. Metode ini sering digunakan pada area yang sangat
luas karena cepat dan memiliki ketelitian yang tepat pada sasaran. Profil
arsitektur metode ini menjadi dasar untuk memperoleh gambaran
komposisi, struktur vertical dan horizontal suatu vegetasi, sehingga
memberikan informasi mengenai dinamika pohon dan kondisi ekologinya.
Interaksi antara masing-masing individu pohon dan peranannya di dalam
ekosistem suatu komunitas vegetasi dapat diketahui dari profil arsitektur
ini juga.
Beberapa parameter pengamatan dalam metode ini yaitu kerapatan,
frekuensi dan dominansi yang dinyatakan dalam kelindungan. Kerapatan
dalam metode garis dapat dihitung dengan nilai mutlak dan relatif dalam
suatu rintisan. Kerapatan menurut Bambang et al. (2015) merupakan
jumlah individu suatu jenis dalam suatu kelompok yang dilalui rintisan.
Kerapatan relatif merupakan presentase kerapatan mutlak suatu jenis
dibanding dengan kerapatan seluruh jenis dalam suatu rintisan. Dominasi
merupakan jumlah panjang semua interval rintisan yang memuat suatu
jenis vegetasi yang melalui rintisan. Dominasi relatif merupakan
presentase dominasi mutlak suatu jenis dengan dominasi mutlak seluruh
jenis.
Frekuensi merupakan presentase kemunculan suatu spesies pada
suatu rintisan yang ada. Frekuensi dalam metode ini dapat dihitung dengan
frekuensi mutlak dan frekuensi relatif. Frekuensi mutlak merupakan
perbandingan jumlah rintisan yang ditemukan suatu jenis/spesies vegetasi
dengan jumlah seluruh rintisan yang dibuat.
47
1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
a. Metode yang dapat digunakan dalam analisis vegetasi yaitu metode
garis dan metode titik.
b. Metode garis yaitu suatu metode yang menggunakan cuplikan
berupa garis biasa digunakan pada areal yang luas sebab cepat dan
teliti.
c. Metode titik yaitu suatu metode yang menggunakan cuplikan
berupa titik, tumbuhan yang dapat dianalisis hanya satu tumbuhan
yang benar-benar terletak pada titik-titik yang disebar.
d. Parameter pengukuran metode garis yaitu nilai kerapatan, frekuensi
dan dominansi, sedangkan untuk metode titik yaitu nilai frekuensi
dan dominansi.
e. Indek Nilai Penting (INP) tertinggi dalam metdoe garis adalah
gulma Cynodon dactylon sebesar 110,99
f. Indek Nilai Penting (INP) tertinggi dalam metode titik diperoleh
oleh gulma Cynodon dactylon sebesar 69,87.
g. Manfaat dari analisis vegetasi metode garis dan titik yaitu untuk
mengetahui komposisi jenis gulma dan menetapkan jenis yang
dominan, mengetahui tingkat kesamaan atau perbedaan antara dua
vegetasi dan mengetahui gulma - gulma yang memiliki kemampuan
tinggi dalam penguasaan sarana tumbuh dan ruang hidup.
2. Saran
Saran yang dapat diberikan untuk praktikum pengelolaan gulma
kedepannya yaitu alat yang digunakan untuk analisis vegetasi metode titik
seharusnya diperbaiki sebab ada lubang jarum yang terlalu sempit
sehingga jarum sulit untuk masuk.
50
DAFTAR PUSTAKA
Abadi IJ, Sebayang HT, Widaryanto E. 2013. Pengaruh jarak tanam dan teknik
pengendalian gulma pada pertumbuhan dan hasil tanaman ubi jalar
(Ipomoea batatas). J Produksi Tanaman 1(2): 67-75
Bambang P, Margareta R, M Abdullah. 2015. Keanekaragaman vegetasi dan
profil habitat di taman kehati Universitas Negeri Semarang. J Sain
dan Teknologi 13(2) : 96-102
Ismaini L, Masfiro L, dkk. 2015. Analisis komposisi dan keanekaragaman
tumbuhan di Gunung Dempo, Sumatera Selatan. Pros Sem Nas Masy
Biodiv Indon 1(6) : 1397-1402
Kastanja AY. 2011. Identifikasi jenis dan dominansi gulma pada pertanaman
padi gogo. J Agroforestri 6(1): 40-46
Prawoto AA. 2008. Panduan lengkap kakao: manajenem agribisnis dari hulu
hingga hilir. Jakarta: Penebar Swadaya.
Roemantyo, Adriani SN, Ngurah NW. 2012. Struktur dan komposisi vegetasi
sekitar sarang penyu hijau (Chelonia Mydas Linnaeus) Pantai
Pangumbahan, Sukabumi Selatan, Jawa Barat.
J Biologi 11(3): 373-387
Rohman F dan I Wayan S. 2011. Petunjuk praktikum ekologi tumbuhan. Malang:
JICA
51
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
51
52
2. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum Pengelolaan Gulma acara IV tentang Kalibrasi
Hand Sprayer dan Knapscak Sprayer adalah untuk mengetahui akurasi
takaran dalam penggunaan Sprayer.
53
B. Metodologi Praktikum
54
55
2. Analisis Data
a. Hasil Kalibrasi Alat Hand Sprayer dalam lahan seluas 210 x 80 cm = 16800
cm2 = 1,68 m2
1) Volume Terpakai = Vol awal - Vol akhir
a) Ul 1: 30 ml = 0,03 L
b) Ul 2: 60 ml = 0,06 L
c) Ul 3: 50 ml = 0,05 L
Jumlah volume terpakai = 1,4 L
Rata-rata volume terpakai = 0,04667 L Commented [EPR8]: Perhitungannya
1 ha
2) Vol per Hektar = Luas lahan
x Vterpakai Dijadiin liter
10000
a) Vol per Hektar 1 = x 0,03 L = 178,571 L/Ha
1,68
10000
b) Vol per Hektar 2 = x 0,06 L = 357,142 L/Ha
1,68
10000
c) Vol per Hektar 3 = x 0,05 L = 297,6 L/Ha
1,68
Jumlah volume per hektar = 833,313 L/ha
Rata-rata = 277,771 L/ha Commented [EPR9]: Perhitungannya
b. Hasil Kalibrasi Alat Knapshack Sprayer dalam lahan seluas 16 m2
Vol per ha 1 = 10000/1,68 x 0,03 L
1) Volume Terpakai = Vol awal - Vol akhir = 178,57 L/Ha
a) Ul 1 = 8 L – 6,4 L = 1,6 L
b) Ul 2 = 8 L – 6,8 L = 1,2 L
c) Ul 3 = 8 L – 6,9 L = 1,1 L
Jumlah volume terpakai = 3,9 L
Rata-rata volume terpakai = 1,3 L Commented [EPR10]: perhitungannya
1 ha
2) Vol per Hektar = Luas lahan
x Vterpakai
10000
a) Vol per Hektar 1 = x 1,6 L =1000 L/ha
16
10000
b) Vol per Hektar 2 = x 1,2 L = 750L/ha
16
10000
c) Vol per Hektar 3 = x 1,1 L = 687,5L/ha
16
Jumlah volume per hektar = 2437,5 L/ha
Rata-rata = 812,5 L/ha Commented [EPR11]: perhitungannya??
2. Pembahasan
Menurut Tarmana (2008) kalibrasi adalah mengukur berapa
banyak larutan semprot yang dikeluarkan oleh alat semprot (sprayer),
sehingga dapat mengetahui berapa banyak larutan semprot yang
disemprotkan pada setiap satuan lahan. 4 parameter yang
mempengaruhi kalibrasi sprayer, yaitu curah (flow rate) dari nozzle
yang digunakan (C; liter/menit), lebar gawang penyemprotan
(G; meter), kecepatan aplikasi (K; meter/menit) dan volume aplikasi
(V; liter/hektar). Manfaat kalibrasi yaitu menentukan takaran aplikasi
dengan tepat, mencegah pemborosan, dan mengadakan penyeragaman
perhitungan aplikasi. Kebanyakan kasus, kalibrasi adalah menentukan
volume semprot. Sesudah volume semprot diketahui, kemudian dapat
memperhitungkan konsentrasi (bila dosis diketahui) dan dosis (bila
konsentrasi ditentukan) penggunaan yang sesuai.
Menurut Tarmana (2008) berdasarkan tenaga yang digunakannya
alat penyemprot dibedakan menjadi alat penyemprot dengan tenaga
tangan (hand sprayer), dan alat penyemprot dengan pompa tekanan
tinggi. Kinerja sprayer sangat ditentukan kesesuaian ukuran droplet
aplikasi yang dapat dikeluarkan dalam satuan waktu tertentu sehingga
sesuai dengan ketentuan penggunaan dosis pestisida yang akan
disemprotkan. Hasil studi yang dilakukan oleh Departemen Pertanian
di beberapa tempat di Indonesia menunjukkan bahwa sprayer tipe
gendong sering mengalami kerusakan. Komponen-komponen sprayer
yang sering mengalami kerusakan tersebut antara lain : tabung pompa
bocor, batang torak mudah patah, katup bocor, paking karet sering
sobek, uliraus, selang penyalur pecah, nozzle dan kran sprayer mudah
rusak, tali gendong putus, sambungan las korosi, dsb. Masalah pada
perangkat alatnya, masalah lain adalah kebanyakan pest yang
direkomendasikan dan ini salah satunya disebabkan oleh disain sprayer
yang kurang menunjang aplikasi.
57
(shut-off valve) serta katup penahan tekanan udara (f) Selang dan pipa
(hose and lance, merupakan bagian penyalur dari aliran cairan semprot
(g) Nosel, terdiri dari mulut nosel, saringan, tutup, plat cincin, gasket,
dan siku (elbow) merupakan komponen yang berfungsi sebagai
pemecah cairan bahan kimia menjadi butiran partikel halus (droplet)
yang langsung dihadapkan ke tanaman (h) Penyambung dan penyatu
(connectors and fasteners).
Kalibrasi digunakan untuk menyeragamkan setiap perlakuan
herbisida dan mendapatkan volume herbisida yang akan disemprotkan
per hektar. Menurut Lopes dan Djadani (2011) jika dosis herbisida tidak
diaplikasikan secara merata, maka akan terjadi dua hal yang tidak
diinginkan, yaitu gulma tidak akan mampu dikendalikan di areal yang
teralikasi herbisida dengan dosis yang lebih sedikit dari dosis yang
sebenernya dan tanaman budidaya akan mati di areal yang teraplikasi
herbisida dengan dosis tinggi, untuk menghindari kesalahan tersebut,
diperlukan penentuan areal penyemprotan yang aktual dengan
memperhatikan jumlah herbisida yang diperlukan, hal ini melibatkan
kalibrasi dari alat semprot (sprayer) yang akan digunakan dan orang
yang akan melakukan penyemprotan.
Menurut Moekasan dan Prabaningrum (2011) daya racun
pestisida ditentukan oleh dosis atau konsentrasi formulasi pestisida
yang digunakan. Dosis atau konsentrasi pestisida yang lebih rendah atau
lebih tinggi dari yang dianjurkan akan memacu timbulnya generasi OPT
yang akan kebal terhadap pestisida yang digunakan. Penggunaan
pestisida diharuskan mengikuti dosis atau konsentrasi formulasi yang
direkomendasikan. Hal ini membutuhkan kalibrasi, karena dengan
kalibrasi dapat ditentukan pencampuran dari pestisida dengan air yang
akurat dengan alat semprotnya serta areal lahan yang disemprot.
60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
63
Metode Kuadrat
Metode Garis
Asystasia gangetica
65
Metode Titik