Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Darah adalah matrik cairan dan merupakan jaringan pengikat
terspesialisasi yang dibentuk dari sel-sel bebas (Bryon and Doroth, 1973).
Darah terdiri dari komponen cair yang disebut plasma dan berbagai unsur
yang dibawa dalam plasma yaitu sel-sel darah. Sel-sel darah terdiri dari
eritrosit atau sel darah merah, yaitu sel yang mengangkut oksigen, leukosit
atau sel darah putih yaitu sel yang berperan dalam kekebalan dan pertahanan
tubuh dan trombosit yaitu sel yang berperan dalam homeostasis (Frandson,
1986).
Sel darah putih atau Leukosit merupakan "bala tentara" kita. Tugasnya
melindungi tubuh agar tahan menghadapi serangan kuman, entah itu virus,
bakteri, atau sejenisnya.Pendek kata leukosit berperan penting dalam sistem
kekebalan tubuh.
Dalam melakukan aktivitas sehari-hari manusia tidak luput dari
serangan berbagai macam kuman pembawa bibit penyakit. Beruntung, tidak
setiap serangan tersebut bisa merobohkan tubuh, berkat pasukan tempur yang
selalu siap melawan kuman. Pasukan tempur itu adalah sel darah putih yang
dikenal dengan sebutan leukosit.
Sebagai gambaran, luka akibat goresan merupakan pintu masuk bagi
kuman. Nah, di daerah luka itulah sel darah putih akan berkumpul dan
berperang melawan kuman hingga tuntas. Bagian tubuh yang luka seringkali
tampak merah dan membengkak serta seringkali mengeluarkan nanah. Itu
merupakan efek dari peperangan kuman melawan sel darah putih.
Jika sel darah putih menang, kuman akan hilang dan tubuh kembali
normal. Sebaliknya, jika sel darah putih kalah, diperlukan obat-obatan dari
luar untuk membantu sel darah putih melawan kuman. Bisa dibayangkan
betapa pentingnya sel darah putih dalam tubuh kita.

1
1.2 TUJUAN PENULISAN
a. Untuk mengetahui pengertian dari leukemia
b. Untuk mengetahui klasifikasi dari leukemia
c. Untuk mengetahui penyebab dari leukemia
d. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari leukemia
e. Untuk mengetahui patofisiologi dari leukemia
f. Untuk mengetahui pathway dari leukemia
g. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari leukemia
h. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari leukemia

1.3 RUMUSAN MASALAH


a. Apakah pengertian dari leukemia ?
b. Apa saja klasifikasi dari leukemia?
c. Apa saja etiologi dari leukemia?
d. Apa saja manifestasi klinis dari leukemia ?
e. Bagaimana patofisiologi dari leukimia ?
f. Bagaimana pathway dari leukemia ?
g. Apa saja pemeriksaan penunjang dari leukemia ?
h. Bagaimana penatalaksanaan dari leukemia ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KONSEP DASAR TEORI


2.1.1 Definisi
Leukemia adalah kanker dari salah satu jenis sel darah putih di
sumsum tulang belakang, yang menyebabkan proliferasi salah satu
jenis darah putih dengan menyingkirkan jenis sel lain (Corwin, 2008)
Leukemia tampak merupakan penyakit klonal, yang berarti satu
sel kanker abnormal berproliferasi tanpa terkendali, mwngghasilkan
sekelompok sel anak yang abnormal. Sel-sel ini menghambat sel darah
lain di sumsum tulang utnuk berkembang secara normal, sehingga
mereka tertimbun di sumsum tulang. Karena faktor-faktor ini,
leukemia disebut gangguan akumulasi sekaligus gangguan klonal.
Pada akhirnya, sel-sel leukemia mengambil alih sumsum tualng,
sehingga menurunkan kadar sel-sel nonleukemik di dalam darah yang
merupakan penyebab berbagai gejala umum leukemia (Corwin, 2008)

2.1.2 Klasifikasi
Menurut Perpustakaan Nasional (2008), Tambayong (2000),
dan Handayani (2008), klasifikasi leukemia dapat berdasarkan jenis
sel (limfositik atau mielositik) dan perjalan penyakit (akut atau
kronik).
1. Leukemia Akut
Leukemia Akut dapat dibagi menjadi dua kategori umum,
leukemia mieloid akut (AML) dan leukemia limfoblastik akut
(AAL).Pasien biasanya mengalami riwayat penurunan berat badan
yang cepat, memar, perdarahan, pucat, lelah, dan infeksi berulang
di mulut dan tenggorokan.Hitung darah lengkap sering kali
menunjukkan anemia dan trombositopenia.Hitung sel darah putih
dapat meningkat atau sangat rendah.Perdarahan di area vital,
akumulasi leukosit dalam organ vital.

3
2. Leukemia Mieloid Akut
AML jarang terjadi pada anak dan insidennya meningkat
seiring pertambahan usia. AML sekunder kadang terlihat pada
orang yang diobati dengan kemoterapi sitotoksik atau radioterapi.
3. Leukemia Limfoblastik Akut
ALL adalah bentuk keganasan hematologisyang umum
terjadi pada anak. Akan tetapi, ALL terjadi pada orang dewasa,
dengan peningkatan insidens seiring pertambahan usia.
Banyak tanda dan gejala ALL yang mirip dengan AML serta
sebagian besar menyebabkan kegagalan sumsum tulang. Pasien
juga mengalami manifestasi spesifik ynag meliputi pembesaran
nodus limfe (limfadenopati), hati, dan limpa (
hepatosplenomegali),serta infiltrasi pada sistem saraf pusat.
4. Leukemia Mieloid Kronik
CML adalah gangguan sel benih yang disebabkan produksi
tidak beraturan dari sel darah putih mieloid. CML dapat mengenai
semua kelompok usia, namun terutama berusia antara 40 dan 60
tahun.
5. Leukemia Limfosit Kronik
CLL adalah gangguan proliferatif limfosit.Sel ini
terakumulasi di darah, sumsum tulang, nodus limfe dan limfa.CLL
adalah kasus di jumpai pada individu berusia di atas 50 tahun.

2.1.3 Etiologi
Menurut Handayani (2008) ada beberapa faktor yang terbukti
dapat menyebabkan leukemia, faktor genentik, sinar radioaktof, dan
virus.
1. Faktor genetik
Insidensi leukemia akut pada anak-anak penderita sindrom
Down adalah 20 kali lebih banyak daripada normal. Pada anak
kembar identik yang akan berisiko tinggi bila kembaran yang lain
mengalami leukemia.

4
2. Radioaktif
Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling
jelas dapat menyebabkan leukemia pada manusia. Akhir-akhir ini
dibuktikan bahwa penderita yang diobati dengan dinar radioaktif
akan menderita leukemia pada 6 % klien,dan baru terjadi sesudah
5 tahun.
3. Virus
Sampai saat ini belum dapat dibuktikan bahwa penyebab
leukemia pada manusia adalah virus.namun, ada beberapa hasil
penelitian yang mendukung teori virus sebagai penyebab
leukemia, yaitu enzyme reverse transcriptase ditemukan dalam
darah manusia.

2.1.4 Manifestasi Klinis Leukimia


Leukemia akut memperlihatkan gejala klinis yang
mencolok.Leukemia kronis berkembang secara lambat dan mungkin
hanya memperlihatkan sedikit gejala sampai stadium lanjut.
1. Kepucatan dan rasa lelah akibat anemia
2. Infeksi berulang akibat penurunan sel darah putih
3. Perdarahan dan memar akibat trombositopenia dan gangguan
koagulasi
4. Nyeri tulang akibat penumpukan sel di sumsum tulang, yang
menyebabkan peningkatan tekanan dan kematian sel. Tidak
seperti nyeri yang semakin mingkat, nyeri tulang berhubungan
dengan leukemia biasanya bersifat progresif.
5. Penurunan berat karena berkurangnya nafsu makan dan
peningkatan konsumsi kalori oleh sel-sel neoplastik.
6. Limfadenopati, spinomegali, dan hepatomegali akibat infiltrasi sel
leukemik ke organ-organ limfoid dapat terjadi.
7. Gejala system saraf pusat dapat terjadi. (Davey, 2005)
Gejala leukemia akut biasanya terjadi setelah beberapa minggu
dan dapat dibedakan menjadi tiga tipe:

5
1. Gejala kegagalan sumsum tulang merupakan manifestasi keluhan
yang paling umum. Leukemia menekan fungsi sumsum tulang,
menyebabkan kombinasi dari anemia, leucopenia (jumlah sel
darah putih rendah), dan trombositopenia (jumlah trombosit
rendah). Gejala yang tipikal adalah lelah dan sesak napas (akibat
anemia), infeksi bakteri (akibat leucopenia), dan perdarahan
(akibat trombositopenia dan terkadang akibat koagulasi
intravascular diseminata (DIC). Pada pemeriksaan fisis ditemukan
kulit yang pucat, beberapa memar, dan perdarahan. Demam
menunjukkan adanya infeksi, walaupun pada beberapa kasus,
demam dapat disebabkan oleh leukemia itu sendiri. Namun,
cukup berbahaya apabila kita menganggap bahwa demam yang
terjadi merupakan akibat leukemia itu sendiri.
2. Gejala sistemik berupa malaise, penurunan berat badan,
berkeringat, dan anoreksia cukup sering terjadi.
3. Gejala local, terkadang pasien datang dengan gejala atau tanda
infiltrasi leukemia di kulit, gusi, atau system saraf pusat. (Corwin,
2009)

2.1.5 Patofisiologis
Menurut Hidayat (2006) dan Handayani (2008), leukimia
terjadi akibat dari beberapa faktor antara lain faktor genetik, sinar
radioaktif, dan virus. Menurut Corwin (2009) dan Hidayat (2006),
leukimia tampak merupakan penyakit klonal, yang berarti satu sel
kanker abnormal berpoliferasi tanpa terkendali, menghasilkan
sekelompok sel anak yang abnormal sehingga dapat menyebabkan
terjadinya anemia trombositopenia.Kemudian leukimia atau limfositik
akut merupakan kanker jaringan yang menghasilkan leukosit yang
imatur dan berlebih sehingga jumlahnya yang menyusup ke berbagai
organ seperti sum-sum tulang dan mengganti unsur sel yang normal
sehingga mengakibatkan jumlah eritrosit kurang untuk mencukupi
kebutuhan sel (Hidayat, 2006). Karena faktor-faktor ini leukimia

6
disebut gangguan akumulasi sekaligus gangguan klonal. Pada
akhirnya, sel-sel leukemik mengambil alih sum-sum tulang. Sehingga
menurunkan kadar sel-sel nonleukemik di dalam darah yang
merupakan penyebab berbagai gejala umum leukimia. Trombosit pun
berkurang sehingga timbul pendarahan. Proses masuknya leukosit
yang berlebihan dapat menimbulkan hepatomegali apabila terjadi pada
hati, splenomegali, dll. (Hidayat, 2006)
Leukimia limfoid atau limfositik akut (acute lymphoid,
lymphocytic, leukemia, ALL) adalah kanker jaringan yang
menghasilkan sel darah putih (leukosit). Di hasilkan leukosit yang
imatur atau abnormal dalam jumlah yang berlebihan, dan leukosit-
leukosit tersebut melakukan invasi ke berbagai organ tubuh.Sel-sel
leukemik berinfiltrasi kedalam sumsum tulang, mengganti sel-sel yang
normal.Akibat nya, timbul anemia, dan dihasilkan sel darah merah
dalam jumlah yang tidak terpenuhi.Timbul pendarahan akibat
menurunnya jumlah trombosit yang bersikulasi.Infeksi juga terjadi
lebih sering karena erkurangnya jumlah leukosit normal.Invasi sel-sel
leukemik kedalam organ-organ vital menimbulkan hepatomegali,
splenomegali, dan limfadenopati.

7
2.1.6 PATHWAY

Faktor lain (
Faktor utama Faktor lingkungan
infeksi virus,
belum pasti
leukemia : radiasi, zat
genetik, agen )
kimia, kemoterapi

Terjadi poliferasi sel Sel kanker bersaing dengan sel


kanker normal dalam mendapatkan nutrisi

Menyebabkan keganasan Sel normal


pada sum-sum tulang kalah
Menyebabkan
MK : Intoleransi Terjadinya depresi tulang terjadinya
aktivitas infiltrasi
Terjadi peristiwa
Terjadi nyeri organomegali

MK : Nyeri akut
Sel normal digantikan
oleh sel kanker

Kelainan fungsi darah

Kanker darah
Dilakukan Kemoterapi
leukemia
Penurunan
nafsu makan Peradangan
pada organ-
Anoreksia
organ
MK : Defisit
Berat badan MK : Resiko tinggi
volume cairan
munurun infeksi

MK : Nutrisi kurang
dari kebutuhan

2.1.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Hitung darah lengkap (FBC) biasanya menBunjukkan gambaran
anemia dan trombositopenia. Jumlah sel darah putih yang normal

8
biasanya berkurang dan jumlah sel darah putih total dapat rendah,
normal, atau meningkat. Apabila normal atau meningkat,
sebagian besar selnya adalah sel darah putih primitif (blas).
(Patrick, 2005)
a. Leukemia limfoblastik akut
Pada kira-kira 50% pasien ditemukan jumlah leukosit
melebihi 10.000/mm3 pada saat didiagnosis, dan pada 20%
pasien melebihi 50.000/mm3.Neutropenia (jumlah neutrofil
absolut kurang dari 500/mm3 [normalnya 1500/mm3] sering
dijumpai.Limfoblas dapat ditemukan di darah perifer, tetapi
pemeriksa yang tidak berpengalaman dapat melaporkan
limfoblas tersebut sebagai limfosit atipik. (William, 2004)
b. Leukemia nonlimfositik akut
Evaluasi laboratorium secara tipikal menunjukkan
adanya neutropenia, anemia, da trombositopenia.Jumlah
leukosit bervariasi, walaupun pada saat didiagnosis kira-kira
25% anak memiliki jumlah leukosit melebihi
100.000/mm3.Pada darah perifer dapat ditemukan sel
blas.Diagnosis pasti ditegakkan dengan dilakukan pemeriksaan
aspirat sumsum tulang, yang menunjukkan adanya sel blas
lebih dari 25%.Seperti pada leukemia limfoblastik akut, cairan
spinal juga harus diperiksa untuk menemukan bukti adanya
leukemia.Mencapai 15% pasien memiliki bukti sel blas pada
cairan spinal pada saat didiagnosis. (William, 2004)
c. Leukemia mielositik kronis
Evaluasi laboratorium secara tipikal memperlihatkan
leukositosis nyata, trombositosis, dan anemia ringan.Sumsum
tulang hiperselular tetapi disertai maturasi mieloid yang
normal.Sel blas tidak banyak dijumpai. Pada kira-kira 90%
kasus, tanda sitogenik yang khas pada leukemia mielositik
kronis yang terlihat adalah: kromosom Philadelphia. (William,
2004)

9
2. Pemeriksaan biokimia dapat menunjukkan adanya disfungsi
ginjal, hipokalemia, dan peningkatan kadar bilirubin. (Patrick,
2005)
3. Profil koagulasi dapat menunjukkan waktu protombin dan
waktu tromboplastin parsial teraktivasi (APPT) yang
memanjang karena sering terjadi DIC (disseminated
intravaskular coagulation). (Patrick, 2005)
4. Kultur darah karena adanya risiko terjadi infeksi. (Patrick,
2005)
5. Foto toraks: pasien dengan ALL (acute tymphoblastic
leukaemia) jalur sel T sering memiliki massa mediastinum
yang dapat dilihat pada foto toraks. (Patrick, 2005)
6. Golongan darah karena cepat atau lambat akan dibutuhkan
transfusi darah dan trombosit. (Patrick, 2005)
7. Pemeriksaan penunjang diagnosis spesifik termasuk aspirasi
sumsum tulang yang memperlihatkan limfoblas lebih dari
25%, biopsi trephine, penanda sel, serta pemeriksaan
sitogenetik untuk membedakan ALL (akut limfoblastik
leukemia) dengan AML (akut mieloblastik leukemia) secara
akurat. Auer rod di sitoplasma sel blas merupakan tanda
patognomonik pada AML, namun hanya ditemukan pada 30%
kasus. Pemeriksaan penanda sel dapat membantu membedakan
ALL jalur sel B atau sel T dan juga membedakan subtipe AML
yang berbeda-beda. Ini berguna bagi hematolog untuk
merancang terapi dan memperkirakan prognosis. Analisis
kromosom sel leukemia berguna untuk membedakan ALL dan
AML, dan yang penting adalah dapat memberikan informasi
prognosis. (Patrick, 2005)
8. Cairan spinal juga perlu diperiksa karena sistem saraf pusat
merupakan tempat persembunyian penyakit ekstramedular.
(Patrick, 2005)

10
2.1.8 Penatalaksanaan Medis pada Leukimia
1) Kemoterapi
Terapi definitive leukemia akut adalah dengan kemoterapi
sitotoksik menggunakan kombinasi obat multiple.Obat sitotoksik
bekerja dengan berbagai mekanisme namun semuanya dapat
menghancurkan sel leukemia.Tetapi dengan metode ini beberapa
sel normal juga ikut rusak dan ini menyebabkan efek samping
seperti kerontokan rambut, mual, muntah, nyeri pada mulut
(akibat kerusakan pada mukosa mulut), dan kegagalan sumsum
tulang akibat matinya sel sumsum tulan.Salah satu konsekuensi
mayor dari neutropenia akibat kemoterapi adalah infeksi
berat.Pasien harus diterapi selama berbulan-bulan (AML) atau
selama 2-3 tahun (ALL).
Menurut Suriadi (2006) dan Yuliani (2006), fase
penatalakasanaan kemoterapi meliputi tiga fase yaitu fase induksi,
fase proflaksis, fase konsolidasi.
a. Fase Induksi
Dimulai 4-6 minggu setelah diagnose ditegakkan. Pada
fase ini diberikan terapi kortikosteroid (prednison), vincristin,
dan L asparaginase.Fase induksi dinyatakan berhasil jika
tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam
sumsum tulang ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%.
b. Fase Profilaksis
Sistem saraf pusat, pada terapi ini diberikan metotreksat,
cytarabine dan hydrocortisone melalui intrathecal untuk
mencegah invasi sel leukemia ke otak.Terapi irradiasi cranial
dilakukan hanya pada pasien leukemia yang mengalami
gangguan system saraf pusat.
c. Konsolidasi
Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan untuk
mempertahankan remisi dan mengurangi jumlah sel-sel
leukemia yang beredar dalam tubuh.Secara berkala,

11
mingguan atau bulanan dilakukan pemeriksaan darah lengkap
untuk menilai respon sumsum tulang terhadap
pengobatan.Jika terjadi surpresi sumsum tulang, maka
pengobatan dihentikan sementra atau dosis obat dikurangi.
Penatalaksanaan medis dalam pemberian kemoterapi dan
radioterapi:
1. Prednison untuk efek antiinflamasi
2. Vinkristin (oncovin) untuk antineoplastik yang menghambat
pembelahan sel selama metaphase
3. Asparaginase untuk menurunkan kadar asparagin (asam amino
untuk pertumbuhan tumor)
4. Metotreksat sebagai antimetabolik untuk menghalangi
metabolism asam folat sebagai zat untuk sintesis nucleoprotein
yang diperlukan yang diperlukan sel-sel yang cepat membelah
5. Sitarabin untuk menginduksi remisi pada pasien dengan
leukemia granulositik yang menekan sumsum tulang yang
kuat.
6. Alopurinol sebagai penghambat produksi asam urat dengan
menghambat reaksi biokimia.
7. Siklofosfamid sebagai antitumor kuat.
8. Daurnorubisin sebagai penghambat pembelahan sel selama
pengobatan leukemia akut
(Hidayat, Aziz. 2008)
2) Transplantasi sumsum tulang
Ini merupakan pilihan terapi lain setelah kemoterapi dosis
tinggi dan radioterapi pada beberapa pasien leukemia akut.
Transplantasi dapat bersifat autolog, yaitu el sumsum tulang
diambil sebelum pasien meneraima terapi dosis tinggi, disimpan,
dan kemudian diinfusikan kembali.Selain itu, dapat jug bersifat
alogenik, yaitu sumsum tulang berasal dari donor yang cocok
HLA-nya. Kemoterapi dengan dosis sangat tinggi akan membunuh
sumsum tulang penderita dan hal tersebut tidak dapat pulih

12
kembali. Sumsum tulang pasien yang diinfusikan kembali akan
mengembalikan fungsi sumsum tulang pasien tersebut. Pasien yang
menerima transplantasi alogenik memiliki risiko rekurensi yag
lebih rendah dibandingkan dengan pasien yang menerima
transplantasi autolog, karena sel tumor yang terinfusi kembali dapat
menimbulkan relaps. Pada transplantasi alogenik memiliki risiko
rekurensi yang lebih rendah dibandingkan dengan pasien yang
menerima transplantsi autolog, karena sel tumor yang terinfusi
kembali dapat menimbulkan relaps. Pada transplantasi alogenik,
terdapat bukti kuat yang menunjukan bahwa sumsum yang
ditransplantasikan akan berefek antitumor yang kuat karena
limfosit T yang tertransplantasi. Penelitian-penelitian baru
menunjukan bahwa transplantasi alogenik menggunakan terapi
dosis rendah dapat dilakukan dan memiliki kemungkinan sembuh
akibat mechanism imunologis.
3) Resusitasi
Pasien yang baru didiagnosis leukemia akut biasanya berada
dalam keadaan sakit berat dan renta terhadap infeksi berat dan atau
perdarahan. Prioritas utamanya adalah resusitasi mengguakan
antibiotic dosis tinggi intravena untuk melawan infeksi, transfusi
trombosit atau plasma beku segar (fresh frozen plasma) utuk
mengatasi anmia. Penggunaan antibiotic dalam situasi ini adalah
tindakan yang tepat walaupun demam yang terjadi ternyata
merupakan akibat dari penyakit itu sendiri dan bukan akibat
infeksi.Lebih mudah menghentikan pemberian antibiotic daripada
menyelamatkan pasien dengan syok dan septicemia yang telah
diberikan tanpa terapi antibiotik. (Patrick. 2005)
4) Program Terapi
a. Memperbaiki keadaan umum dengan tindakan:
1) Tranfusi sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC)
untuk mengatasi anemi. Apabila terjadi perdarahan hebat

13
dan jumlah trombosit kurang dari 10.000/mm³, maka
diperlukan transfusi trombosit.
2) Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi.
b. Pengobatan spesifik
Terutama ditunjukkan untuk mengatasi sel-sel yang
abnormal. Pelaksanaannya tergantung pada kebijaksanaan
masing-masing rumah sakit, tetapi prinsip dasar pelaksanaannya
adalah sebagai berikut:
1) Induksi untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk
mengatasi kanker sering disebut sitostatika (kemoterapi).
Obat diberikan secara kombinasi dengan maksud untuk
mengurangi sel-sel blastosit sampai 5% baik secara sistemik
maupun intratekal sehingga dapat mengurangi gejala-gajala
yang tampak.
2) Intensifikasi, yaitu pengobatan secara intensif agar sel-sel
yang tersisa tidak memperbanyak diri lagi.
3) Mencegah penyebaran sel-sel abnormal ke sistem saraf
pusat
4) Terapi rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan untuk
mempertahankan masa remisi
c. Pengobatan imunologik
Bertujuan untuk menghilangkan sel leukemia yang ada di
dalam tubuh agar pasien dapat sembuh sempurna.Pengobatan
seluruhnya dihentikan setelah 3 tahun remisi terus menerus

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
a. Anamnesa
1) Identitas Klien
Meliputi nama, umur, (sering terdapat pada usia
sebelum usia 15 tahun (85%), puncak nya berada pada usia 2-
4 tahun), jenis kelamin (resiko lebih sering terjadi pada anak

14
laki-laki di bandingkan perempuan), pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk RS,
nomor register, dan diagnosa medis.
2) Keluhan utama
Nyeri tulang sering terjadi, lemah nafsu makan
menurun, demam (jika disertai infeksi) juga disertai dengan
sakit kepala.
3) Riwayat penyakit sekarang
a. Adanya kerusakan pada organ sel darah/sum-sum tulang.
b. Gejala awal biasanya terjadi secara mendadak panas dan
perdarahan.
4) Riwayat kesehatan dahulu
Pada penderita sering di temukan riwayat keluarga yang
terpapar oleh bahan kimia ( benzene dan arsen ) ; infeksi
virus ( Epstein barr, HTLV-1 ) ; kelainan kromosom dan
penggunaan obat-obatan seperti phenylbutazone dan
chloromphenycol ; serta terapi radiasi maupun kemoterapi.
5) Riwayat keluarga
Adanya gangguan hematologis, adanya faktor herediter misal
kembar (monozigot)
b. Pemeriksaan Persistem
1) B1 ( Breathing )
Anak lebih mudah mengalami kelelehan serta sesak
saat beraktifitas ringan. Dapat di temukan adanya dispnea,
takipnea, batuk, ronki, dan penurunan suara napas
2) B2 ( Bleedeing )
Penderita mudah mengalami pendarahan spontan yang
tidak terkontrol dengan trauma minimal, gangguan visual
akibat pendarahn retina, demam, lebam, perdarahan gusi ,
dan epitaksis. Keluhan berdebar , takikardia, suara murmur
jantung kulit dan mukosa pucat.
3) B3 ( Brain )

15
Keluhan nyeri abdominal , sakit kepala, nyeri
persendian, dada terasa lemas, kram pada otot, meringis,
kelemahan dan hanya berpusat pada diri sendiri.
4) B4 ( Bladder )
Pada inspeksi didapatkan adanya abses perianal serta
hematuria
5) B5 ( Bowel )
Anak sering mengalami menurunan nafsu makan,
anoreksia, muntah, perubahan sensasi rasa, penurunan berat
badan, dan gangguan menelan.
Dari pemeriksaan fisik di dapatkan adanya distensi
abdomen, penurunan bising usus, pembesaran limpa,
pembesaran hepar akibat invasi sel-sel darah putih yang
berproliferasi secara abnormal, ikterus, stomatitis, ulserasi
oral, dan adanya pembesaran gusi ( bisa menjadi indikasi
terhadap acute monolytic leukemia ).
6) B6 ( Bone )
Berikut ini akan di jelaskan mengenai dampak terhadap
pola tidur, pola latihan, dan aktivitas
a. Pola istirahat dan tidur
Anak memperhatikan penurunan aktifitas dan lebih
banyak waktu yang di habiskan untuk tidur/istirahat
karena mudah mengalami kelelahan.
b. Pola latihan
Penderita sering di temukan mengalami penurunan
koordinasi dalam pergerakkan keluhan nyeri pada sendi
atau tulang. Anak sering dalam keadaan umum lemah,
rewel, dan ketidakmampuan melaksanakan aktifitas
sehari-hari
Dari pemeriksaan fisik di dapatkan penurunan
tonus otot, kesadaran samnolen, kelainan jantung
berdebar-debar (palpitrasi), adanya murmur kulit pucat,

16
membran mukosa pucat.serta penurunan fungsi saraf
cranial, dengan atau di sertai tanda tanda pendarahan
serebral.

2.2.2 Analisa Data Keperawatan


a. Data Subjektif
Data Subjektif yang mungkin timbul pada penderita leukemia
adalah sebagai berikut :
1) Lelah
2) Letargi
3) Pusing
4) Sesak
5) Nyeri dada
6) Napas sesak
7) Priapismus
8) Hilangnya nafsu makan
9) Demam
10) Nyeri Tulang dan Persendian.
b. Data Objektif
Data Subjektif yang mungkin timbul pada penderita leukemia
adalah sebagai berikut :
1) Pembengkakan Kelenjar Lympa
2) Anemia
3) Perdarahan
4) Gusi berdarah
5) Adanya benjolan tiap lipatan
6) Ditemukan sel – sel muda

2.2.3 Diagnosa Keperawatan


a. Infeksi, resiko tinggi berhubungan dengan tidak adekuat pertahanan
sekunder : gangguan dalam kematangan SDP (granulosit rendah
dan jumlah limfoid abnormal) peningkatan jumlah limfosit imatur,

17
imunosupresi, penekan sumsum tulang, (efek terapi / transplantasi).
Tidak adekuat pertahanan primer (statis cairan tubuh, trauma
jaringan)
b. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilngan cairan
berlebihan mis : muntah, perdarahan, diare.
c. Nyeri (akut) berhubungan dengan agen fisikal, mis : pembesaran
organ/ nodus limfe, sumsum tulang yang di kemas dengan sel
leukemik
d. Intoleransi aktivitas berhubunga dengan kelemahan umum :
penurunan cadangan energy, peningkatan energy, peningkatan laju
metabolic dari produksi leukosit massif, ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen ( anemia/hipoksia )
e. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhuubungan dengan kurang terpajan pada sumber,
salah interpretasi informasi
f. Perubahan nutrisi kurang dari kebuuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, nausea, dan diare karena kemoterapi

18
2.2.4 Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan criteria hasil Intervensi
keperawatan
1 Infeksi, resiko NOC: NIC:
tinggi 1) Mengidentifikasi
berhubungan tindakan untuk Mandiri
dengan tidak mencegah / 1) tempatkan pada
adekuat menurunkan resiko ruangan khusus.
pertahanan infeksi Batasi pengunjung
sekunder: 2) Menunjukan teknik, sesuai indikasi,
gangguan dalam perubahan pola hidup hindarkan
kematangan SDP untuk meningkatkan menggunakan
(granulosit keamanan lingkungan, tanamam hidup/bunga
rendah dan meningkatkan potong. Batasi buah
jumlah limfoid penyembuhan segar dan sayuran
abnormal) 2) berikan protocol untuk
peningkatan mencuci tangan yang
jumlah limfosit baik untuk semua
imatur, petugas dan
imunosupresi, pengunjung.
penekan sumsum 3) awasi suhu.
tulang, (efek Perhatikan hubungan
terapi / antara peningkatan
transplantasi). suhu dan pengobatan
Tidak adekuat kemoterapi. Observasi
pertahanan demem sehubungan
primer (statis dengan takikardia,
cairan tubuh, hipotensi, perubahan
trauma jaringan) mental samar.
Kolaborasi
1) awasi pemeriksaan
laboratorium

19
2) hindari antipiretik
yang mengandung
aspirin
2 Defisit volume NOC: NIC:
cairan 1) Menunjukam volume Mandiri
berhubungan cairan yang adekuat, 1) awasi
dengan kehilngan di buktikan dengan masukan/haluaran.
cairan berlebihan tanda-tanda vital Hitung kehilangan tak
mis: muntah, stabil. kasat mata dan
perdarahan, diare. 2) Mengidentifikasi keseimbangan cairan.
factor resiko Perhatikan penurunan
individual dan urine pada adanya
intervensi yang tepat pemasukan adekuat
3) Melakukan perubahan 2) timbang berat badan
pola hidup/ perilaku tiap hari.
untuk mencegah 3) awasi TD dan
terjadinya deficit frekuensi jantung.
volume cairan Kolaborasi
1) berikan IV sesuai
indikasi
2) berikan obat sesuai
indikasi, contoh :
Ondansetron (zofran)
Allopurineol
(zyloprim)
Kalium asetat atau
sitrat, natrium
biokarbonat.
3 Nyeri (akut) NOC: NIC:
berhubungan 1) Melaporkan nyeri 1) selidiki keluhan nyeri.
dengan agen hilang/terkontrol. 2) awasi tanda vital,
fisikal, mis : 2) Menunjukan perilaku perhatikan petunjuk

20
pembesaran penanganan nyeri non-verbal, mis :
organ/ nodus 3) Tampak rileks dan tegangan otot atau
limfe, sumsum mampu tidur/istirahat gelisah.
tulang yang di dengan tepat. 3) berikan lingkungan
kemas dengan sel tenang dan kurangi
leukemik rangsangan penuh
stress
4) empatkan pada posisi
nyaman dan sokong
sendi, ekstremitas
dengan
bantal/bantalan.
5) ubah posisi secara
periodic dan berikan/
bantu latihan rentang
gerak lembut.
4 Intoleransi NOC: NIC:
aktivitas 1) Laporan peningkatan Mandiri
berhubunga toleransi aktivitas 1) evaluasi laporan
dengan yang apat di ukur kelemahan, perhatikan
kelemahan umum 2) Berpartisipasi dalam ketidakmampuan
: penurunan aktivitas sehari-hari untuk berpartisipasi
cadangan energy, sesuai tingkat dalam aktivitas atau
peningkatan kemampuan aktivitas sehari-hari.
energy, 3) Menunjukan 2) berikan ligkungan
peningkatan laju penurunan tanda tenang dan periode
metabolic dari fisiologis tidak istirahat tanpa
produksi leukosit toleran, mis : nadi, gangguan. Dorong
massif, pernapasan, dan TD istirahat sebelum
ketidakseimbang masih dalam batas makan
an antara suplai normal 3) implementasikan
dan kebutuhan teknik penghematan

21
oksigen energy, contoh lebih
(anemia/hipoksi) baik duduk daripada
berdiri, penggunaan
kursi untuk mandi,
bantu
ambulasi/aktivitas lain
sesuai indikasi
Kolaborasi
1) berikan oksigen
tambahan
5. Kurang NOC: Mandiri
pengetahuan - Menyatakan 1) kaji ulang patologi
tentang penyakit, pemahaman kondisi/ bentuk khusus
prognosis, dan proses penyakit dan leukemia dan
kebutuhan pengobatan berbagai bentuk
pengobatan - Melakukan pengobatan.
berhuubungan perubahan pola
dengan kurang hidup yang perlu
terpajan pada - Berpartisipasi dalam
sumber, salah program pengobatan
interpretasi
informasi
6. perubahan nutrisi NOC: NIC:
kurang dari kebutuhan nutrisi 1) Dorong klien untuk
kebuuhan tubuh terpenuhi tetap rileks saat makan
berhubungan Kriteria Intervensi: 2) Izinkan klien
dengan 1) tidak mengeluh mual memakan semua
anoreksia, dan muntah makanan yang dapat
nausea, dan diare 2) nafsu makan ditoleransi
karena meningkat 3) rencanakan untuk
kemoterapi 3) BB dapat memperbaiki kualitas
dipertahankan/ gizi pada saat selera

22
maningkat makan klien meningka
t
4) Dorong masukan
nutrisi dengan jumlah
sedikit tapi sering

2.2.5 Implementasi
Implementasi adalah perawat mengimplementasikan intervensi-
intervensi yang terdapat dalam rencana perawatan. Menurut Allen (1998)
komponen dalam tahap implementasi meliputi tindakan keperawatann
mandiri, kolaboratif, dokumentasi, dan respon pasien terhadap asuhan
keperawatan.
Implementasi merupakan tahap proses keperawatan dimana
perawat memberikan intervensi keperawatan langsung dan tidak
langsung terhadap klien. (Potter & Perry, 2009 : Fundamental Of Nursing
)

2.2.6 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang
memungkinkan perawat untuk menentukan apakah intervensi
keperawatan telah berhasil meningkatkan kondisi klien. (Potter &
Perry, 2009 Fundamental Of Nursing).

23
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Leukemia adalah kanker dari salah satu jenis sel darah putih di sumsum
tulang belakang, yang menyebabkan proliferasi salah satu jenis darah putih
dengan menyingkirkan jenis sel lain (Corwin, 2008)
Leukemia tampak merupakan penyakit klonal, yang berarti satu sel
kanker abnormal berproliferasi tanpa terkendali, mwngghasilkan sekelompok
sel anak yang abnormal. Sel-sel ini menghambat sel darah lain di sumsum
tulang utnuk berkembang secara normal, sehingga mereka tertimbun di
sumsum tulang. Karena faktor-faktor ini, leukemia disebut gangguan
akumulasi sekaligus gangguan klonal. Pada akhirnya, sel-sel leukemia
mengambil alih sumsum tualng, sehingga menurunkan kadar sel-sel
nonleukemik di dalam darah yang merupakan penyebab berbagai gejala
umum leukemia (Corwin, 2008)

3.2 Saran
Dengan disusunnya makalh ini kami penulis mengharapkan kepada
semua mahasiswa dan masyarakat agar dapat mengetahui dan memahami
penyebab, tanda dan gejala, penatalaksanaannya serta asuhan keperawatan
dengan gangguan artritis.

24
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, Aziz. 2008. Pengantar Ilmu Anak untuk Pendidikan Kebidanan.
Jakarta: Salemba Medika
Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi: Buku Saku Edisi 3. Jakarta: EGC.
Davey, Patrick. 2005. At a glance Medicine. Jakarta: EGC.
Handayani, Wiwik & Hariwibowo, Andi Sulistyo. 2008. Buku Ajar Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta:
Salemba Medika .
Herman, T. Heather. 2012. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta : EGC.
Hidayat, Aziz Alimut. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 2. Jakarta:
Salemba Medika
Hidayat, Aziz Alimut. 2008. Pengantar Ilmu Anak untuk Pendidikan Kebidanan.
Jakarta: Salemba Medika.
Schwartz, M. William. 2004. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: EGC.
Suriadi. Yuliani, Rita. 2006. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: Penebar
Swadaya

25

Anda mungkin juga menyukai