diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktikum Zat Pembantu Tekstil
oleh
ANITA PRAHASTI
NPM 18020016
2K1
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN
Untuk menentukan banyaknya asam lemak yang teresterkan pada gliserol di dalam
lemak/minyak.
Untuk menentukan banyaknya total asam lemak (yang bebas dan teresterkan di dalam
lemak/minyak.
Untuk menentukan kadar ikatan tidak jenuh (ikatan rangkap) dalam rantai
hidrokarbon pada lemak/minyak.
Untuk menentukan kadar minyak/lemak dalam bahan tekstil dari segala jenis
serat/kain.
Untuk menentukan banyaknya lemak tak tersabunkan (RCOOH + R’H), apabila hasil
analisa lemak tak tersabunkan > 3 %.
Untuk menentukan kadar asam lemak bebas didalam sabun yang tidak tersabunkan
pada saat pembuatan sabun.
Untuk menentukan kadar zat pemberat/pengisi (fillers) pada contoh uji sabun.
Untuk menentukan kadar minyak / logam pelikan yang terdapat pada sabun.
K. Kadar Air
Tinjauan Pustaka
A. Lemak / Minyak
Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid ,
yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut
dalam pelarut organik non-polar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5),
Kloroform(CHCl3), benzena dan hidrokarbon lainnya, lemak dan minyak dapat larut
dalam pelarut yang disebutkan di atas karena lemak dan minyak mempunyai polaritas
yang sama dengan pelaut tersebut.
Bahan-bahan dan senyawa kimia akan mudah larut dalam pelarut yang sama
polaritasnya dengan zat terlarut .Tetapi polaritas bahan dapat berubah karena adanya
proses kimiawi. Misalnya asam lemak dalam larutan KOH berada dalam keadaan
terionisasi dan menjadi lebih polar dari aslinya sehingga mudah larut serta dapat
diekstraksi dengan air. Ekstraksi asam lemak yang terionisasi ini dapat dinetralkan
kembali dengan menambahkan asam sulfat encer (10 N) sehingga kembali menjadi
tidak terionisasi dan kembali mudah diekstraksi dengan pelarut non-polar.
Lemak dan minyak merupakan senyawaan trigliserida atau triasgliserol, yang berarti
“triester dari gliserol” . Jadi lemak dan minyak juga merupakan senyawaan ester.
Hasil hidrolisis lemak dan minyak adalah asam karboksilat dan gliserol. Asam
karboksilat ini juga disebut asam lemak yang mempunyai rantai hidrokarbon yang
panjang dan tidak bercabang. Bila R1=R2=R3, maka trigliserida yang terbentuk
disebut trigliserida sederhana (simple triglyceride), sedangkan bila R1, R2,R3,
berbeda , maka disebut trigliserida campuran (mixed triglyceride).
Lemak dan minyak sering kali diberi nama derivat asam-asam lemaknya, yaitu
dengan cara menggantikan akhiran at pada asam lemak dengan akhira in , misalnya :
Tristearat dari gliserol diberi nama tristearin
selain itu , lemak dan minyak juga diberi nama dengan cara yang biasa dipakai untuk
penamaan suatu ester, misalnya:
Asam lemak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung ikatan tunggal pada
rantai hidrokarbonnya. Asam lemak jenuh mempunyai rantai zig-zig yang dapat cocok
satu sama lain, sehingga gaya tarik vanderwalls tinggi, sehingga biasanya berwujud
padat. Sedangkan asam lemak tak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung satu
ikatan rangkap pada rantai hidrokarbonnya . asam lemak dengan lebih dari satu ikatan
dua tidak lazim,terutama terdapat pada minyak nabati,minyak ini disebut poliunsaturat.
Trigliserida tak jenuh ganda (poliunsaturat) cenderung berbentuk minyak.
Penentuan kuantitatif, yaitu penentuan kadar lemak dan minyak yang terdapat dalam
bahan makanan atau bahan pertanian.
Penentuan kualitas minyak sebagai bahan makanan, yang berkaitan dengan proses
ekstraksinya, atau ada pemurnian lanjutan, misalnya penjernihan (refining),
penghilangan bau (deodorizing), penghilangan warna (bleaching). Penentuan tingkat
kemurnian minyak ini sangat erat kaitannya dengan daya tahannya selama
penyimpanan, sifat gorengnya, baunya maupun rasanya. Tolak ukur kualitas ini adalah
angka asam lemak bebasnya (free fatty acid atau FFA), angka peroksida, tingkat
ketengikan dan kadar air.
Penentuan sifat fisika maupun kimia yang khas ataupun mencirikan sifat minyak
tertentu.data ini dapat diperoleh dari angka iodinenya, angka Reichert-Meissel, angka
polenske, angka krischner, angka penyabunan, indeks refraksi titik cair, angka
kekentalan, titik percik, komposisi asam-asam lemak, dan sebagainya.
2.1.5 Uji analisa lemak meliputi:
Bilangan asam adalah bilangan yang menunjukkan berapa miligram KOH (alkali) yang
diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas didalam lemak. Bilangan asam
dilakukan untuk menentukan banyaknya asam lemak bebas dalam minyak/lemak.
Metoda yang dilakukan adalah penetralan asam dengan alkali. Prinsipnya dengan
melarutkan lemak/minyak dalam eter alkohol. Cara penetralan dengan titrasi alkalimetri
yaitu dititar dengan alkali.
Bilangan ester adalah bilangan yang menyatakan berapa miligram KOH yang
diperlukan untuk menyabunkan ester yang ada dalam 1 gram minyak/lemak. Metoda
yang dilakukan yaitu hidrolisa lemak dan penyabunan asam lemak dengan alkali. Cara
penetapannya dengan cara titrasi asidimetri (penitarnya asam) setelah proses
penyabunan sempurna.
Bilangan penyabunan adalah bilangan yang menunjukkan berapa miligram KOH yang
diperlukan untuk menyabunkan sempurna 1 gram minyak/lemak. Metoda yang dipakai
yaitu hidrolisa lemak dan penyabunan asam lemak dengan alkali. Penetapan dilakukan
dengan cara titrasi asidimetri setelah proses penyabunan selesai.
Kadar lemak / minyak dalam bahan tekstil adalah perbandingan antara berat
minyak/lemak dalam bahan tekstil dengan berat kering mutlak bahan tekstil yang telah
dihilangkan minyak/lemak. Prinsipnya minyak/lemak dalam contoh uji diekstrak
dengan zat pelarut minyak/lemak dengan menggunakan alat pengekstraksi Soxhlet.
Minyak / Lemak BA BI BP
Castor 0,13 – 0,8 86,6 – 88,3 175 – 183
Kelapa 2,5 - 10 8,4 – 8,8 200 – 205
Lemak dan minyak adalah ester dari gliserol (alkohol trihidrat) dengan asam lemak
dengan berat molekul ( C = 11 – 24 ). Contoh minyak atau lemak bisa berasal dari
minyak atau lemak hewan atau tumbuh-tumbuhan. Bentuk lemak dari hewan pada
umumnya mengandung lemak jenuh lebih banyak dari pada lemak tak jenuh dan
umumnya berbentuk fasa padat, misalnya : lemak sapi, berupa gliserol triasetat dengan
campuran gliserol oleo-palmito-stearat. Sedangkan lemak dari minyak nabati (tumbuh-
tumbuhan) mengandung asam lemak tak jenuh lebih banyak dari pada lemak jenuh dan
umumnya berbentuk fasa cair, misalnya minyak jagung berupa gliserol trioleat dengan
campuran gliserol-oleo-palmoti-linolat, gliserol-dilinolo dan gliserol-trinoleat.
Lemak yang stabil mempunyai kandungan asam lemak dengan jumlah karbon C = 11 –
24. apabila jumlah atom C rendah seperti pada asam Butirat (C4H9COOH) pada
mentega asli, tidak tahan panas jadi mudah terbakar. Dalam penyimpanan, asam lemak
tak jenuh mudah teroksidasi oleh udara, membentuk keton-keton yang berbau tengik.
Asam lemak umumnya rantai hidrokarbon panjang dan tidak bercabang. Lemak dan
minyak seringkali diberi nama sebagai derivat asam-asam lemak ini. Misalnya tristerat
dan gliserol diberi nama tristerin dan tripalmitat dari gliserol disebut tripalmitin.
Hidrolisa lemak : lemak / minyak mudah terhidrolisa oleh larutan asam kuat
pada suhu mendidih terutama asam – asam mineral.
Oksidasi / reduksi : lemak jenuh mengandung asam stearat, asam palmitat, dan
lain-lain, asam lemak jenuh tidak mudah teroksidasi maupun tereduksi. Lemak
tak jenuh mengandung asam oleat, linolat, linoleat dan lain-lain, asam lemak
tak jenuh mudah tereduksi membentuk asam lemak jenuh dan mudah
teroksidasi membentuk keton-keton.
Pada oksidasi dalam udara lembab dan suhu tinggi, dan membiarkan lemak
lama berhubungan dengan udara menyebabkan lemak/minyak tak jenuh
menjadi keras sehingga sukar dihilangkan dalam proses pencucian. Hal
tersebut timbul karena terjadi polimer lemak.
Oksidasi udara dalam waktu lama dapat menimbulkan proses polimerisasi
antara ikatan rangkap pada hidrokarbon. Timbulnya gugus karbonil
menyebabkan warna kekuningan.
Pengsulfatan : lemak tak jenuh mengandung asam oleat, linolat, linoleat dan
lain-lain, asam lemak tak jenuh mudah tersulfatkan oleh asam lemak sulfat
pekat pada suhu mendidih.
Cara menghilangkan:
B. SABUN
Pliny (23 – 79) menyebut sabun dalam Historia Naturalis, sebagai bahan cat rambut
dan salep dari lemak dan abu pohon beech yang dipakai masyarakat di Gaul, Prancis.
Tahun 100 masyarakat Gaul sudah memakai sabun keras. Ia juga menyebut pabrik
sabun di Pompei yang berusia 2000 tahun, yang belum tergali. Di masa itu sabun
lebih sebagai obat. Baru belakangan ia dipakai sebagai pembersih, seperti kata Galen,
ilmuwan Yunani, di abad II Tahun 700-an di Italia.membuat sabun mulai dianggap
sebagai seni.
Seabad kemudian muncul bangsa Spanyolsebagai pembuat sabun terkemuka di Eropa.
Sedangkan Inggris baru memproduksi tahun 1200-an. Secara berbarengan Marseille,
Genoa, Venice, dan Savona menjadi pusat perdagangan karena berlimpahnya minyak
zaitun setempat serta deposit soda mentah. Akhir tahun 1700-an Nicolas Leblanc,
kimiawan Prancis, menemukan, larutan alkali dapat dibuat dari garam meja biasa.
Sabun pun makin mudah dibuat, alhasil ia terjangkau bagi semua
orang. Di Amerika Utara industri sabun lahir tahun 1800-an. “Pengusaha-“nya
mengumpulkan sisa-sisa lemak yang lalu dimasak dalam panci besi besar. Selanjutnya,
adonan dituang dalam cetakan kayu. Setelah mengeras, sabun dipotong-potong, dan
dijual dari rumah ke rumah. Begitupun, baru abad XIX sabun menjadi barang biasa,
bukan lagi barang mewah.
Lemak dan minyak yang umum digunakan dalam pembuatan sabun adalah trigliserida
dengan tiga buah asam lemak yang tidak beraturan diesterifikasi dengan gliserol.
Masing – masing lemak mengandung sejumlah molekul asam lemak dengan rantai
karbon panjang antara C12 (asam laurik) hingga C18 (asam stearat) pada lemak jenuh
dan begitu juga dengan lemak tak jenuh. Campuran trigliserida diolah menjadi sabun
melalui proses saponifikasi dengan larutan natrium hidroksida membebaskan gliserol.
Sifat – sifat sabun yang dihasilkan ditentukan oleh jumlah dan komposisi dari
komponen asam – asam lemak yang digunakan. Komposisi asam – asam lemak yang
sesuai dalam pembuatan sabun dibatasi panjang rantai dan tingkat kejenuhan. Pada
umumnya, panjang rantai yang kurang dari 12 atom karbon dihindari penggunaanya
karena dapat membuat iritasi pada kulit, sebaliknya panjang rantai yang lebih dari 18
atom karbon membentuk sabun yang sangat sukar larut dan sulit menimbulkan busa.
Terlalu besar bagian asam – asam lemak tak jenuh menghasilkan sabun yang mudah
teroksidasi bila terkena udara. Alasan – alasan di atas, faktor ekonomis, dan daya jual
menyebabkan lemak dan minyak yang dapat dibuat menjadi sabun terbatas.
Sabun adalah hasil reaksi dari asam lemak dengan logam alkali. Hasil penyabunan
tersebut diperoleh suatu campuran sabun, gliserol, dan sisa alkali atau asam lemak yang
berasal dari lemak yang telah terhidrolisa oleh alkali. Campuran tersebut berupa masa
yang kental, masa tersebut dapat dipisahkan dari sabun dengan cara penggaraman, bila
sabunnya adalah sabun natrium, proses pengggaraman dapat dilakukan dengan
menambahkan larutan garam NaCl jenuh. Setelah penggaraman larutan sabun naik ke
permukaan larutan garam NaCl, sehingga dapat dipisahkan dari gliserol dan larutan
garam dengan cara menyaring dari larutan garam. Masa sabun yang kental tersebut
dicuci dengan air dingin untuk menetralkan alkali berlebih atau memisahkan garam
NaCl yang masih tercampur. Sabun kental kemudian dicetak menjadi sabun batangan
atau kepingan dan kepingan. Gliserol dapat dipisahkan dari sisa larutan garam NaCl
dengan jalan destilasi vakum. Garam NaCl dapat diperoleh kembali dengan jalan
pengkistralan dan dapat digunakan lagi.
Penetapan Sabun terdapat 2 macam, yaitu cara kualitatif dan cara kuantitatif.
a. Penetapan Kualitatif
b. Penetapan Kwantitatif
Penetapan kuantitatif dilakukan dengan cara mengamati hasil dari uji kualitatif
Jika setelah dibubuhi indicator PP larutan sabun tidak berwarna merah berarti
sabun mengandung asam lemak bebas atau netral.
1. Definisi
Sabun adalah garam logam dari asam lemak. Pada prinsipnya sabun dibuat dengan cara
mereaksikan asam lemak dan alkali sehingga terjadi reaksi penyabunan
Reaksi pertama :
Reaksi kedua :
Sabun termasuk dalam kelas umum senyawa yang disebut surfaktan, yakni
senyawa yang dapat menurunkan tegangan permukaan air. Molekul surfaktan
apa saja mengandung suatu ujung hidrofobik (satu rantai molekul atau lebih)
dan suatu ujung hidrofilik. Porsi hidrokarbon suatu molekul surfaktan harus
mengandung 12 atom karbon atau lebih agar efektif.
Larutan encer sabun selalu terionkan membentuk anion dari alkil karboksilat,
yang aktif sebagai pencuci sehingga sabun alkil natrium karboksilat disebut azt
aktif anion. Gugus RCOO mempunyai sifat ganda, gugus alkil R bersifat
hidrofob (menolak air) sedangkan gugus karboksilat – COO bersifat hidrofil
(menarik air).
Larutan sabun selalu terhidrolisa di dalam air sehingga bersifat sedikit alkalis.
Dengan penambahan indikator PP (fenolftalein) selalu berwarna merah muda.
Sehingga dalam waktu bersamaan akan terdapat molekul-moleku RCOONa,
RCOOH dan ion-ion RCOO , OH dan Na+.
Suhu titer sabun adalah suhu dimana larutan koloid sabun berubah menjadi
kasar dan tidak aktif lagi. Sedangkan titik keruh adalah suhu dimana larutan
koloid sabun menjadi keruh karena terbentuknya dispersi kasar dan larutan
sabun menjadi kental sehingga dapat dipilin. Titik keruh disebut juga suhu
pilin. Suhu titer dan titik keruh tidak jauh berbeda dan merupakan indikasi
dimana larutan sabun tidak aktif lagi. Maka untuk penggunaan sebagai
detergen, larutan sabun dipanaskan sampai mendekati suhu titer.
Sabun larut dalam alkohol dan sedikit larut dalam pelarut lemak. Sabun secara
koloidal di dalam air dan bersifat sebagi zat aktif permukaan. R – COOL .
Gugus R sebagi alkil bersifat menolak air (hidrofob) dan gugus – COOL
bersifat menarik air (hidrofil) bila L berupa kation dari Na, K atau NH4.
Larutan koloidal akan terbentuk dengan cepat pada suhu makin tinggi.
Larutan asam akan segera menghidrolisa sabun menjadi asam lemak kembali.
Di dalam air dingin berbentuk gumpalan dan di dalam air panas akan melelh
dan membentuk lapisan minyak yang jernih di prmukaan larutan asam.
R – COONa + HCl H+ R – COOH + NaCl
2. Pembuatan sabun
2.1 Alkali
Jika alkali berlebih maka dihasilkan : campuran sabun, gliserol, sisa alkali dan
air. Sabun yang terbentuk bersifat basa. Jika alkali kurang maka akan
dihasilkan : campuran sabun, gliserol, asam lemak yang berasal dari lemak
yang terhidrolisa alkali. Campuran hasil reaksi tersebut berupa masa yang
kental.
Reaksi sabun :
NaOH berlebih :
Sabun berlebih :
Alkali bebas tidak boleh ada dalam sabun. Untuk sabun mandi harus berlebih
asam lemaknya agar empuk.
Zat yang ditambahkan kedalam sabun, ditambahkan sesuai fungsi (pewangi dll)
maksimal 10%.
1. Sabun larut dalam alkohol dan sedikit larut dalam pelarut lemak
5. Larutan encer sabun terionkan membentuk anion dari alkil karboksilat, yang
aktif sebagai pencuci (ZAP).
7. Panjang rantai alkil akan mempengaruhi sifat fisik sabun seperti derajat
hidrolisa, suhu titer, dan titik keruh. Untuk sabun jumlah C-nya 14,15, dan
17.
1. Sabun alkali tanah untuk detergen (zat pencuci) RCOONa, RCOOK, RCOONH4
2. Sabun alkali logam mineral untuk zat tahan air yang tidak permananen
(RCOO)2Ca, (RCOO)2Mg, (RCOO)3Al
3. Sabun yang digunakan sebagai pencuci pada umumnya dibuat dari basa natrium
yang direaksikan dengan asam lemak berantai panjang. Untuk tujuan tertentu
sabun dapat dibuat dari garam kalium, misalnya untuk sabun yang lebih lunak
dan lebih larut dalam air.
2.4 Analisa sabun
Lemak tak tersabunkan adalah bilangan yang menunjukkan banyaknya NaOH yang
diperlukan untuk menyabunkan lemak tak tersabunkan didalam sabun.
Zat pengisi atau zat pemberat pada sabun adalah zat-zat semacam kaolin, batu ambang,
asbes, kapur, dll. Zat-zat tersebut ditambahkan pada waktu pembuatan sabun sebagai zat
pengisi atau zat pemberat, dengan maksud untuk menambah berat dan mempermudah
bentuk sabun bila dicetak. Penetapannya yaitu dengan cara penyaringan secara kualitatif.
Kadar alkali bebas adalah yang menunjukkan banyaknya kadar alkali bebas (sebagai
NaOH) yang dapat dinetralkan oleh asam). Penetapannya dengan cara titrasi asidimetri.
Asam lemak bebas adalah bilangan yang menunjukkan banyaknya NaOH yang
diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas didalam sabun. Maksudnya untuk
menentukan kadar asam lemak bebas yang tidak bereaksi dengan alkali menjadi sabun.
Penetapannya dilakukan dengan cara titrasi alkalimetri dengan larutan alkohol KOH
sebagai penitarnya karena asam lemak dicari jumlahnya dimana jumlahnya ekivalen
dengan asam dititar dengan alkali.
6. Penetapan Alkali Total
Kadar alkali total adalah bilangan yang menunjukkan banyaknya alkali bebas dan alkali
terikat (sebagai NaOH) yang dapat dinetralkan oleh asam. Tujuannya untuk menentukan
kadar alkali total didalam sabun sebagai jumlah alkali bebas dan alkali terikat. Cara
penetapan dengan hidrolisa sabun dalam air.
8. Kadar air
Sabun merupakan komoditi yang terbentuk dari asam lemak yang bereaksi dengan
basa/akali sehingga menghasilkan garam dan air. Kadar air dalam sabun ditetapkan
dengan pemanasan langsung pada suhu 105⁰C dengan metode penimbangan
BAB III
Metoda Percobaan
3.1.1.2 Bahan
Minyak / lemak contoh uji
Pereaksi :
Eter : Alkohol netral = 1 : 2
Indikator PP
KOH Alkohol 0,1 N
3.1.2.2 Bahan
Minyak / lemak contoh uji
Pereaksi :
KOH Alkohol 0,5 N
Indikator PP
HCl 0,5 N
3.1.3.2 Bahan
Minyak / lemak contoh uji
Pereaksi :
KOH Alkohol 0,5 N
Indikator PP
HCl 0,5 N
3.1.5.2 Bahan
Kain contoh uji yang mengandung lemak/minyak
Pelarut :
Alkohol netral
3.1.6 Penetapan Asam Lemak Bebas
3.1.6.1 Alat
Refluk
Buret
Statif
Batu didih
Labu erlenmayer
3.1.6.2 Bahan
Alkohol netral
KOH alkohol 0,1 N
Indikator PP
Contoh uji
3.1.7.2 Bahan
HCl 0,5 N
Indikator MO
Contoh uji
3.1.8.2 Bahan
Eter
NaHCO3
Contoh uji
3.1.11.2 Bahan
Contoh uji
A. Hasil
4.1 Bilangan Asam
4.1.1 Data Praktikum
Berat contoh uji : 1,0758 gram
mL titrasi : 0,2 mL
4.1.2. Perhitungan
4.2.2 Perhitungan
(𝑚𝑙 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 − 𝑚𝑙 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖) × 𝑁𝐻𝐶𝑙 × 𝐵𝐸 𝐾𝑂𝐻
𝐵𝐸 =
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘
4.3.2 Perhitungan
(𝑚𝑙 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 − 𝑚𝑙 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖) × 𝑁𝑡𝑖𝑜 × 𝐵𝐸 100
𝐵𝐼 = ×
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑢𝑗𝑖 (𝑚𝑔) 1000
(28,2 𝑚𝑙 − 22,3 𝑚𝑙) × 0,1 × 127 100
𝐵𝐼 = ×
1,0480 𝑚𝑔 1000
= 7,14
(28,2 𝑚𝑙 − 22,2 𝑚𝑙) × 0,1 × 127 100
𝐵𝐼 = ×
1,050 𝑚𝑔 1000
= 7,25
4.4.2 Perhitungan
4.5.2 Perhitungan
𝑎−𝑐
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑎𝑖𝑛 = × 100%
𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑢𝑗𝑖
1,6333 − 1,3447
= × 100% = 17,67%
1,6333
𝑑−𝑏
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑏𝑢 = × 100%
𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑢𝑗𝑖
102,3301 − 101,9918
= × 100% = 20,71%
1,6333
4.6.2 Perhitungan
𝑚𝑙 × 𝑁 𝑎𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙 𝐾𝑂𝐻 × 𝐵𝐸 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘
𝐴𝐿𝐵 = 𝑥 100%
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑢𝑗𝑖 (𝑔𝑟)
0,3 𝑚𝑙 × 0,1000 × 200
𝐴𝐿𝐵1 = 𝑥 100% = 1,04%
571,6
0,3 𝑚𝑙 × 0,1000 × 200
𝐴𝐿𝐵2 = 𝑥 100% = 1,08%
551,7
(1,04 + 1,08)
𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐵𝑃 = = 1,06%
2
4.7 Penetapan Alkali Total
4.7.1 Data Praktikum
Bobot contoh uji1 : 0,5124 gram
Bobot contoh uji2 : 0,5206 gram
Titrasi1 : 4,4 mL
Titrasi2 : 4,5 mL
4.7.2 Perhitungan
𝑚𝑙 × 𝑁 𝐻𝐶𝑙 × 𝐵𝐸 𝐾𝑂𝐻
𝐴𝑇 = 𝑥 100%
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑢𝑗𝑖
4,4 𝑚𝑙 × 0,5000 × 56
𝐴𝑇1 = 𝑥 100% = 24,08%
512,4
4,5 𝑚𝑙 × 0,5000 × 56
𝐴𝑇2 = 𝑥 100% = 24,24%
520,6
(24,08 + 24,24)
𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐵𝑃 = = 24,16%
2
4.8.2 Perhitungan
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 = 𝑥 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
4.9.2 Perhitungan
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢
𝐹𝑖𝑙𝑙𝑒𝑟 = 𝑥 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
0,0409
𝐹𝑖𝑙𝑙𝑒𝑟1 = 𝑥 100% = 3,86%
1,0595
0,0365
𝐹𝑖𝑙𝑙𝑒𝑟2 = 𝑥 100% = 3,49%
1,0459
(3,86 + 3,49)
𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐹𝑖𝑙𝑙𝑒𝑟 = = 3,675%
2
4.10.2 Perhitungan
𝑏−𝑎
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 = 𝑥 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑏𝑢𝑛
1,0574 − 1,0521
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 = 𝑥 100% = 0,93%
0,5645
4.11 Penetapan minyak / Larutan Pelikan
4.11.1 Data Praktikum
No Pengamatan Hasil
1 Keruh -
2 Sedikit keruh -
3 Jernih -
4 Jernih -
5 Jernih -
B. Pembahasan
4.12 Bilangan Asam
Pada praktikum kali ini penentuan bilangan asam dilakukan dengan cara penetapan
titrasi alkalimetri yaitu penetralan asam dengan alkali. Contoh minyak yang digunakan
dilarutkan dalam pelarut eter alkohol netral, pada saat ditetesi oleh indikator PP larutan
harus tidak berwarna, untuk membuktikan bahwa suatu larutan yang diuji itu bersifat
asam. Karena saat larutan ditetesi indicator PP dan tidak berwarna, hal ini menandakan
bahwa larutan tersebut merupakan larutan yang bersifat asam. Pada saat proses titrasi
harus dilakukan dengan cepat karena sifat dari alkohol KOH yang cepat atau mudah
menguap. Pada saat melakukan praktikum usahakan sebaik mungkin agar pada saat
dilakukannya percobaan, praktikan memastikan bahwa alat-alat yang digunakan bebas
air. Contohnya penggunaan Erlenmeyer harus bebas air agar tidak mempengaruhi
percobaan seperti tercampurnya air dengan larutan dan larutan contoh yang pada
akhirnya akan mempengaruhi hasil perhitungan.
Pada praktikum penetapan asam lemak bebas digunakan larutan alkohol netral untuk
melarutkan lemak/minyak pada sampel agar dapat bereaksi dengan basa alkali. Fungsi
pemanasan (refluks) saat percobaan adalah agar reaksi antara alkohol dan minyak
tersebut bereaksi dengan cepat, sehingga pada saat titrasi diharapkan alkohol larut.
Alkohol dalam kondisi yang panas akan lebih baik dan cepat melarutkan sampel yang
juga nonpolar dan kondisi netral dilakukan agar data akhir yang diperoleh benar – benar
tepat. Jika kondisi alkohol yang dipergunakan tidak netral, maka hasil titrasi asam-basa
menjadi tidak sesuai atau salah. Dalam memanaskan alkohol, dilakukan dengan
menggunakan penangas air, hal ini dilakukan karena titik didih alkohol lebih rendah
daripada air. Titrasinya menggunakan indikator PP dan dititar dengan KOH Alkohol
0,1000 N sampai warna merah muda.
Logam pelikan ini merupakan zat – zat yang tidak bisa disabunkan. Pada proses ini
bertujuan agar sabun yang diuji coba jangan sampai mengandung logam pelikan.
Walaupun terkadang sabun masih masih banyak yang dipengaruhi oleh kadar pelikan
tersebut. Akan tetapi kadar pelikan tersebut tidak boleh lebih dari 2,50%. Pada praktikum
kali ini, dilihat dari tabung reaksi yang terakhir (tabung reaksi 5) tidak adanya kekeruhan
(jernih), hal ini menunjukkan bahwa pada sabun contoh uji logam pelikannya negatif.
Dalam pembuatan sabun ada juga lemak yang tidak tersabunkan oleh alkali dan juga oleh
lemak – lemak yang sedikit tercampur dengan lilin atau minyak lain yang tidak
tersabunkan. Lemak tak tersabunkan adalah bilangan yang menunjukkan banyaknya
NaOH yang diperlukan untuk menyabunkan lemak tak tersabunkan didalam sabun.
Prinsip yang dilakukan hampir sama dengan penetapan kadar fillers, yaitu menimbang
berat awal dan menimbang berat residu.
Pada proses ini contoh ujijangan sampai terjadi busa karena busa ini dapat mengganggu
setiap proses oleh karena itu digunakan NaHCO3. Fungsi zat ini yaitu untuk menghisap
alkali bebas yang mungkin ada, hal ini dilakukan agar asam lemak tidak terikat oleh
alkali bebas tersebut dan lemak netralnya tidak disabunkan. Hanya beberapa sabun yang
bisa dilakukan penetapan kadar asam lemak bebas yang tak tersabunkan, maka dari itu
sabun yang dipakai untuk contoh uji ini berbeda dari sabun contoh uji untuk uji
penetapan lainnya. Pada praktikum kali ini, banyaknya lemak tak tersabunkan pada
contoh uji sabun (16020119) adalah 4,82 %.
enetapan ini harus dilakukan denga hati – hati pada waktu memisahkan antara lapisan
eter dengan NaHCO3 1 % jangan sampai ada lapisan yang terbawa. Penambahan eter
dilakukan pada saat contoh uji dingin agar eter tidak cepat menguap.
Kesimpulan
Didapat hasil :
1. Bilangan asam : 1,04
2. Bilangan ester : 244,61
3. Bilangan iodium : 7,195
4. Bilangan penyabunan : 266,485
5. Oil pick up : - Kadar minyak dalam kain : 17,67%
- Kadar minyak dalam labu minyak : 20,71%
6. Asam lemak bebas : 1,06%
7. Alkali total : 24,16%
8. Kadar lemak bebas yang tak tersabunkan : 3,71%
9. Kadar air : 0,93%
10. Tida terdapat pelikan dalam contoh uji
11. Kadar zat pemberat : 3,675%