Anda di halaman 1dari 23

TUGAS KEPERAWATAN JIWA II

ISOLASI SOSIAL

DISUSUN OLEH:
NAMA : USMAN
NIM :

KELAS NON REGULER


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) IST BUTON
2019

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, karena
atas segala limpahan yang rahmat yang diberikan, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Isolasi Sosial” ini.

Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan tugas ini. Untuk itu, saya menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka saya
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata, saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
Aamiin....

Baubau, November 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL............................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
C. Tujuan .............................................................................................................. 2
D. Manfaat ............................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi ............................................................................................................. 3
B. Rentang Respon ............................................................................................... 5
C. Etiologi ............................................................................................................. 17
D. Tanda dan Gejala .............................................................................................
E. Mekanisme Koping ..........................................................................................
F. Penatalaksanaan ...............................................................................................
G. Pohon Masalah .................................................................................................
H. Pengkajian Terfokus dengan Isolasi Sosial......................................................
I. Diagnosa ..........................................................................................................
J. Intervensi..........................................................................................................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ...................................................................................................... 31
B. Saran ................................................................................................................ 31

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kecenderungan meningkatnya angka gangguan mental psikiatrik dikalangan
masyarakat saat ini dan yang akan terus menjadi masalah sekaligus menjadi tantangan bagi
tenaga kesehatan khususnya komunikasi profesi keperawatan.
Ketidakmampuan individu dalam menghadapi berbagai masalah social dalam
kehidupan menimbulkan masalah kejiwaan yang lebih mengacu pada kerusakan interaksi
social menarik diri yaitu seseorang cenderung menyendiri dan sering melamun. Pada
dasarnya kemampuan hubungan social berkembang sesuai dengan proses tumbuh kembang
individu mulai dari bayi sampai dengan dewasa lanjut, untuk mengembangkan hubungan
social positif. Setiap tugas perkembangan sepanjang daur kehidupan diharapkan dilalui
dengan sukses kemampuan berperan serta proses hubungan diawali dengan kemampuan
saling tergantung. Oleh karena itu, perawat harus mempunyai kemampuan profesi dalam
memberikan asuhan keperawatan. Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses
terapeutik untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Untuk itu perawat memerlukan
metode ilmiah dalam melakukan proses terapeutik yaitu proses keperawatan.
Menurut penelitian WHO, jika provalensi gangguan jiwa di atas 100 jiwa pertahun
penduduk dunia, maka berarti Indonesia mencapai 264 orang per 1000 penduduk yang
merupakan anggota keluarga. Data hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun
1995), artinya 2,6 kali lebih tinggi dari ketentuan WHO. Ini adalah sesuatu yang sangat
serius.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk membahas tentang gangguan
jiwa dengan masalah utama Isolasi Sosial : Menarik Diri.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimana definisi isolasi sosial?
2. Bagaimana rentang respon isolasi sosial?
3. Bagaimana etiologi isolasi sosial?
4. Bagaimana tanda dan gejala isolasi sosial?
5. Bagaimana mekanisme koping isolasi sosial?
6. Bagaimana penatalaksanaan isolasi sosial?
1
7. Bagaimana pohon masalah isolasi sosial?
8. Bagaimana fokus pengkajian isolasi sosial?
9. Bagaimana diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan isolasi sosial ?
10. Bagaimana intervemsi pada klien dengan isolasi sosial?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini, yaitu sebagai berikut :
1. Memahami definisi isolasi sosial?
2. Memahami rentang respon isolasi sosial?
3. Memahami etiologi isolasi sosial?
4. Memahami tanda dan gejala isolasi sosial?
5. Memahami mekanisme koping isolasi sosial?
6. Memahami penatalaksanaan isolasi sosial?
7. Memahami pohon masalah isolasi sosial?
8. Memahami fokus pengkajian isolasi sosial?
9. Memahami diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan isolasi sosial ?
10. Memahami intervemsi pada klien dengan isolasi sosial?

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
1. Isolasi sosial suatu keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan
keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu
untuk membuat kontrak (Carpenito, 1997).
2. Isolasi sosial merupakan upaya klien untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain maupun komunikasi dengan orang lain
(Keliat, 1998 dalam Yosep, 2010).
3. Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya
kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptive dan
mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (Depkes RI, 2000).
4. Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. (Yosep,
2010).
5. Isolasi sosial merupakan keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang
lain dianggap menyatakan sifat negative dan mengancam dirinya (Townsend, 1998).

B. Rentang Respon

Respon adaptif Respon maladaptif

1. Menyendiri 1. Merasa sendiri 1. Manipulasi


2. Otonomi 2. Menarik diri 2. Impulsive
3. Bekerjasama 3. Tergantung 3. Narcisisisme
4. Saling
ketergantungan

Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan
kebudayaan secara umum serta masih dalam batas normal dalam menyelesaikan masalah.
1. Menyendiri
Merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah

3
dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan
langkah selanjutnya.
2. Otonomi
Kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide, pikiran, perasaan,
dalam hubungaan sosial.
3. Bekerjasama
Suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk
saling memberi dan menerima.
4. Saling Ketergantungan
Merupakan kondisi saling ketergantungan antara individu dengan orang lain dalam
membina hubungan interpersonal.
Transisi dari respon adaptif ke maladaptive :
1. Menarik diri
Keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara
terbuka dengan orang lain
2. Ketergantungan
Terjadi bila seseorang gaagl dalam mengembangkan rasa percaya diri atau
kemampuannya untuk berfungsi secara sukses.
Respon maladaptivea dalah respons yang diberikan individu yang menyimpang dari
norma sosial.
1. Manipulasi
Gangguan hubungan sosial yang terdapat pada individu yang menganggap orang lain
sebagai objek.individu tersebut terdapat membina hubungan sosial secara mendalam.
2. Impulsif
Tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman, penilaian
yang buruk dan individu ini tidak dapat diandalkan.
3. Narcisisme
Harga dirinya rapuh, secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan
pujian yang egosentris dan pencemburu.

C. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa bayi sampai
4
dewasa tua akan menjadi pencetus seseorang sehingga mempunyai masalah respon
sosial menarik diri. Sistem keluarga yang terganggu juga dapat mempengaruhi
terjadinya menarik diri. Organisasi anggota keluarga bekerja sama dengan tenaga
profesional untuk mengembangkan gambaran yng lebih tepat tentang hubungan
antara kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan kolaboratif dapat mengurangi
masalah respon sosial menarik diri.
b. Faktor biologik
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptif. Genetik
merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Kelainan struktur otak,
seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta
perubahan limbik diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
c. Faktor sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini merupakan
akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau tidak
menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif, seperti lansia, orang cacat
dan berpenyakit kronik. Isolasi dapat dapat terjadi karena mengadopsi norma,
perilaku dan sitem nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan
yang tidak realistis terhadap hubungn merupakan faktor lain yang berkaitan dengan
gangguan ini.
2. Faktor presipitasi
1) Stressor sosiokultural
Stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gaangguan dalam membina
hubungan dengan orang lain, misalnya menurunnya stabilitas unit keluarga,
berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupannya, misalnya karena dirawat di
rumah sakit.
2) Stressor psikologik
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan keterbatasan kemampuan
untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau kegagalan
orang lain untuk memenuhi kebutuhannya hal ini dapat menimbulkan ansietas
tinggi bahkan dapat menimbulkan seseorang mengalami gangguan hubungan
(menarik diri).
3) Stressor intelektual
a) Kurangnya pemahaman diri dalam ketidakmampuan untuk berbagai pikiran dan
perasaan yang mengganggu pengembangan hubungan dengan orang lain.
5
b) Klien dengan “kegagalan” adalah orang yang kesepian dan kesulitan dalam
menghadapi hidup. Mereka juga akan sulit berkomunikasi dengan orang lain.
c) Ketidakmampuan seseorang membangun kepercayaan dengan orang lain akan
persepsi yang menyimpang dan akan berakibat pada gangguan berhubungan
dengan orang lain.
4) Stressor fisik
a) Kehidupan bayi atau keguguran dapat menyebabkan seseorang menarik diri dari
orang lain.
b) Penyakit kronik dapat menyebabkan seseorang minder atau malu sehingga
mengakibatkan menarik diri dari orang lain.

D. Tanda dan Gejala


1. Gejala Subjektif :
a. Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak orang lain.
b. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain.
c. Respon verbal kurang dan sangat singkat.
d. Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain.
e. Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu.
f. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan.
g. Klien merasa tidak berguna.
h. Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidupnya.
i. Klien merasa ditolak.
2. Gejala Objektif :
a. Klien banyak diam dan tidak mau bicara.
b. Kurang spontan.
c. Apatis, ekspresi wajah sedih, afektif datar.
d. Ekspresi wajah kurang berseri.
e. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri.
f. Komunikasi verbal menurun/tidak ada.
g. Tidak memiliki teman dekat.
h. Mengisolasi diri.
i. Aktivitas menurun.
j. Kepribadian yang kurang sehat.
k. Tidak ada kontak mata, sering menunduk.
6
l. Asyik dengan pikirannya sendiri.
m. Lebih senang menyendiri.
n. Menyendiri/berdiam di kamar.
o. Tidak mampu berhubungan dengan orang lain secara intim.
p. Tidak ada rasa percaya diri.
q. Tidak dapat membina hubungan baik dengan orang lain.
r. Mondar-mandir, melakukan gerakan berulang/sikap mematung.

E. Mekanisme Koping
1. Perilaku curiga : regresi, proyeksi, represiPerilaku curiga : regresi, proyeksrepresi
2. Perilaku dependen : regresiPerilaku dependen : regresi
3. Perilaku manipulatif : regresi, represiPerilaku manipulatif : regresi, represi
4. Isolasi/ menarik diri : regresi, represi, isolasi

F. Penatalaksanaan
1. Terapi Psikofarmaka
a. Chlorpromazine
Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas,
kesadaran diri terganggu, daya ingat norma sosial dan tilik diri terganggu, berdaya
berat dalam fungsi-fungsi mental: faham, halusinasi. Gangguan perasaan dan
perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan
sehari-hari, tidak mampu bekerja, berhubungan sosial dan melakukan kegiatan
rutin. Mempunyai efek samping gangguan otonomi (hypotensi)
antikolinergik/parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi, hidung
tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama jantung.
Gangguan ekstra pyramidal (distonia akut, akathsia sindrom parkinson). Gangguan
endoktrin (amenorhe). Metabolic (Soundiee). Hematologik, agranulosis. Biasanya
untuk pemakaian jangka panjang. Kontraindikasi terhadap penyakit hati, penyakit
darah, epilepsy, kelainan jantung.
b. Haloperidol (HLP)
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi mental serta dalam
fungsi kehidupan sehari-hari. Memiliki efek samping seperti gangguan miksi dan
parasimpatik, defeksi, hidung tersumbat mata kabur , tekanan infra meninggi,

7
gangguan irama jantung. Kontraindikasi terhadap penyakit hati, penyakit darah,
epilepsy, kelainan jantung.
c. Trihexyphenidil (THP)
Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca ensepalitis dan idiopatik, sindrom
Parkinson akibat obat misalnya reserpina dan fenotiazine. Memiliki efek samping
diantaranya mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung,
agitasi, konstipasi, takikardia, dilatasi, ginjal, retensi urine. Kontraindikasi terhadap
hypersensitive Trihexyphenidil (THP), glaukoma sudut sempit, psikosis berat
psikoneurosis.
2. Terapi Individu
Terapi individu pada pasien dengan masalah isolasi sosial dapat diberikan strategi
pertemuan (SP) yang terdiri dari tiga SP dengan masing-masing strategi pertemuan
yang berbeda-beda. Pada SP satu, perawat mengidentifikasi penyebab isolasi social,
berdiskusi dengan pasien mengenai keuntungan dan kerugian apabila berinteraksi dan
tidak berinteraksi dengan orang lain, mengajarkan cara berkenalan, dan memasukkan
kegiatan latihan berbiincang-bincang dengan orang lain ke dalam kegiatan harian. Pada
SP dua, perawat mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, memberi kesempatan
pada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang, dan membantu pasien
memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah satu
kegiatan harian. Pada SP tiga, perawat mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien,
memberi kesempatan untuk berkenalan dengan dua orang atau lebih dan menganjurkan
pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan hariannya (Purba, dkk. 2008)
3. Terapi kelompok
Menurut (Purba, 2009), aktivitas pasien yang mengalami ketidakmampuan
bersosialisasi secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
1) Activity Daily Living (ADL)
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan sehari-hari
yang meliputi:
a) Bangun tidur, yaitu semua tingkah laku/perbuatan pasien sewaktu bangun tidur.
b) Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK), yaitu semua bentuk tingkah
laku/perbuatan yang berhubungan dengan BAB dan BAK.
c) Waktu mandi, yaitu tingkah laku sewaktu akan mandi, dalam kegiatan mandi
dan sesudah mandi.

8
d) Ganti pakaian, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan keperluan berganti
pakaian.
e) Makan dan minum, yaitu tingkah laku yang dilakukan pada waktu, sedang dan
setelah makan dan minum.
f) Menjaga kebersihan diri, yaitu perbuatan yang berhubungan dengan kebutuhan
kebersihan diri, baik yang berhubungan dengan kebersihan pakaian, badan,
rambut, kuku dan lain-lain.
g) Menjaga keselamatan diri, yaitu sejauhmana pasien mengerti dan dapat menjaga
keselamatan dirinya sendiri, seperti, tidak menggunakan/menaruh benda tajam
sembarangan, tidak merokok sambil tiduran, memanjat ditempat yang
berbahaya tanpa tujuan yang positif.
h) Pergi tidur, yaitu perbuatan yang mengiringi seorang pasien untuk pergi tidur.
Pada pasien gangguan jiwa tingkah laku pergi tidur ini perlu diperhatikan karena
sering merupakan gejala primer yang muncul padagangguan jiwa. Dalam hal ini
yang dinilai bukan gejala insomnia (gangguan tidur) tetapi bagaimana pasien
mau mengawali tidurnya.
2) Tingkah laku sosial
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan kebutuhan sosial pasien dalam
kehidupan bermasyarakat yang meliputi:
1) Kontak sosial terhadap teman, yaitu tingkah laku pasien untuk melakukan
hubungan sosial dengan sesama pasien, misalnya menegur kawannya, berbicara
dengan kawannya dan sebagainya.
2) Kontak sosial terhadap petugas, yaitu tingkah laku pasien untuk melakukan
hubungan sosial dengan petugas seperti tegur sapa, menjawab pertanyaan waktu
ditanya, bertanya jika ada kesulitan dan sebagainya.
3) Kontak mata waktu berbicara, yaitu sikap pasien sewaktu berbicara dengan
orang lain seperti memperhatikan dan saling menatap sebagai tanda adanya
kesungguhan dalam berkomunikasi.
4) Bergaul, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan kemampuan bergaul
dengan orang lain secara kelompok (lebih dari dua orang).
5) Mematuhi tata tertib, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan ketertiban
yang harus dipatuhi dalam perawatan rumah sakit.
6) Sopan santun, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan tata krama atau
sopan santun terhadap kawannya dan petugas maupun orang lain.
9
7) Menjaga kebersihan lingkungan, yaitu tingkah laku pasien yang bersifat
mengendalikan diri untuk tidak mengotori lingkungannya, seperti tidak
meludah sembarangan, tidak membuang puntung rokok sembarangan dan
sebagainya.

G. Pohon Masalah

Resiko Gangguan Persepsi Efek


Sensori : Halusinasi

Isolasi Sosial : Menarik Diri Core/Problem

Harga Diri Rendah Causa

H. Pengkajian Terfokus Dengan Gangguan Isolasi Sosial


Fokus pengkajian (Kusumawati & Hartono, 2011)
1. Identitas
Sering ditemukan pada usia dini atau muncul pertama kali pada masa pubertas.
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang menyebabkan pasien di bawa ke rumah sakit, biasanya akibat
adanya kemunduran kemauan dan kedangkalan emosi.
3. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi sangat erat dengan faktor etiologi yaitu keturunan, endokrin,
metabolisme, susunan saraf pusat dan kelemahan ego.
4. Psikososial
a. Genogram
Orang tua penderita skizofrenia, salah satu kemungkinan anaknya terkena
skizofrenia adalah 7-16 persen, bila keduanya menderita, kemungkinan terkena
adalah 40-68 persen, bila saudara tiri yang terkena, kemungkinannya terkena adalah
0,9-1,8 persen dan saudara kandung kemungkinan terkena adalah 7-15 persen.
b. Konsep diri

10
Kemunduran kemauan dan kedangkalan emosi yang mengenai pasien akan
mempengaruhi konsep diri pasien.
c. Hubungan social
Klien cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan, suka melamun dan
berdiam diri.
d. Spiritual
Aktivitas spiritual menurun seiring dengan kemunduran kemauan.
5. Status mental
a. Penampilan diri
Pasien tampak lesu, tak bergairah, rambut acak-acakan, kancing baju tidak tepat,
resleting tak terkunci, baju tak di ganti, baju terbalik sebagai manifestasi
kemunduran kemauan pasien.
b. Pembicaraan
Nada suara lembut, kurang bicara dan apatis.
c. Aktivitas motorik
Kegiatan yang dilakukan tidak bervariatif, kecenderungan mempertahankan pada
satu posisi yang dibuatnya sendiri (katalepsia)
d. Emosi
Emosi dangkal.
e. Afek
Dangkal, tak ada ekspresi roman muka.
f. Interaksi selama wawancara
Cenderung tidak kooperatif, kontak mata kurang, tidak mantap menatap lawan
bicara dan diam.
g. Persepsi
Tidak terdapat halusinasi atau waham
h. Proses berpikir
Gangguan proses berpikir jarang ditemukan
i. Kesadaran
Kesadaran berubah, kemampuan mengadakan hubungan serta pembatasan dengan
dunia luar dan dirinya sendiri sudah terganggu pada taraf tidak sesuai dengan
kenyamanan (secara kualitatif).
j. Memori
Tidak ditemukan gangguan spesifik, orientasi, tempat, waktu dan orang.
11
k. Kemampuan penilaian
Tidak dapat mengambil keputusan, tidak dapat bertindak dalam suatu keadaan dan
selalu memberikan alasan meskipun alasan tidak jelas atau tidak tepat.
l. Tilik diri
Tidak ada yang khas
6. Kebutuhan sehari – hari
Pada permulaan, penderita kurang memperhatikan diri dan keluarganya, makin mundur
dalam pekerjaan akibat kemunduran kemauan. Minat untuk memenuhi kebutuhannya
sendiri sangat menurun dalam hal makan, BAB/BAK, mandi, berpakaian dan istirahat
tidur.

D. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
2. Gangguan Isolasi Sosial : Menarik Diri
3. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

12
E. Rencana Tindakan Keperawatan Klien Dengan Isolasi Sosial
TGL NO DX Dx Perencanaan
Keperawatan Tujuan Kriteria Intervensi
Evaluasi
Isolasi sosial TUM :Klien dapat
berinteraksi dengan
orang lain.
TUK :
1. Klien dapat 1. Setelah...x interaksi 1.1 Bina hubungan saling percaya dengan:
membina klien menunjukkan  Beri salam setiap interaksi.
hubungan saling tanda-tanda percaya  Perkenalkan nama, nama panggilan
percaya. kepada/ terhadap perawat dan tujuan perawat
perawat : berkenalan.
a. Wajah cerah,  Tanyakan dan panggil nama
tersenyum kesukaan klien.
b. Mau berkenalan  Tunjukkan sikap jujur dan
c. Ada kontak mata menepati janji setiap kali
d. Bersedia berinteraksi.
menceritakan  Tanyakan perasaan klien dan
perasaan. masalah yang dihadapi klien.
 Buat kontrak interaksi yang jelas.

13
e. Bersedia  Dengarkan dengan penuh perhatian
mengungkapkan ekspresi perasaan klien.
masalahnya.
2. Klien mampu 2. setelah...x interaksi 2.1 Tanyakan pada klien tentang :
menyebutkan klien dapat  orang yang tinggal serumah/ teman
penyebab menarik menyebutkan minimal sekamar klien.
diri satu penyebab menarik  Orang yang paling dekat dengan klien
diri dari : dirumah atau di ruang perawatan.
a. Diri sendiri  Apa yang membuat klien dekat dengan
b. Orang lain orang tersebut.
c. Lingkungan  Orang yang tidak dekat dengan klien di
rumah atau di ruang perawatan.
 Apa yang membuat klien tidak dekat
dengan orang tersebut.
 Upaya yang sudah dilakukan agar
dekat dengan orang lain.
2.2 diskusikan dengan klien penyebab
menarik diri atau tidak mau bergaul dengan
orang lain.
2.3 beri pujian terhadap kemampuan klien
mengungkapkan perasaannya.

14
3. klien mampu 3. setelah...x interaksi tanyakan pada klien tentang
menyebutkan dengan klien dapat  manfaat hubungan sosial
keuntungan menyebutkan  kerugian menarik diri
berhubungan keuntungan diskusikan bersama klien tentang manfaat
sosial dan berhubungan sosial, berhubungan sosial dan kerugian menarik
krerugian menarik misalnya diri
diri. a. Banyak teman beri pujian terhadap kemampuan klien
b. Tidak kesepian mengungkapkan perasaanya.
c. Bisa diskusi
d. Saling menolong.
Dan kerugian menarik
diri misalnya :
a. Sendiri
b. Kesepian
c. Tidak bisa diskusi
4. klien dapat 4. setelah...x interaksi observasi perilaku klien saat berhubungan
melaksanakan klien dapat sosial
hubungan sosial melaksanakan beri motivasi dan bantu klien untuk
secara bertahap hubungan sosial secara berkenalan atau berkomunikasi dengan :
bertahap dengan :  perawat lain
1. Perawat  klien lain

15
2. Perawat lain  kelompok
3. Klien lain Libatkan klien dalam Terapi aktivitas
4. Kelompok kelompok sosialisasi
Diskusikan jadwal harian yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan klien bersosialisasi.
Beri motivasi klien untuk melakukan
kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah
dibuat.
Beri pujian terhadap kemampuan klien
memperluas pergaulannya melalui
aktivitas yang dilaksanakan.
5. klien mampu 5. Setelah...x interaksi 5.1 diskusikan dengan klien tentang
menjelaskan klien dapat menjelaskan perasaanya setelah berhubungan sosial
perasaannya perasaanya setelah dengan :
setelah berhubungan sosial  orang lain
berhubungan dengan :  kelompok
sosial. a. Orang lain 5.2 beri pujian terhadap kemampuan klien
b. Kelompok mengungkapkan perasaannya.

16
6. Klien mendapat 6. Setelah...x pertemuan diskusikan pentingnya peran serta keluarga
dukungan keluarga dapat sebagai poendukung untuk mengatasi
keluarga dalam menjelaskan tentang : perilaku menarik diri
memperluas a. Pengertian menarik diskusikan potensi keluarga untuk
hubungan sosial. diri membantu klien mengatasi perilaku
b. Tanda dan gejal menarik diri.
menarik diri Jelaskan pada keluarga tentang:
c. Penyebab dan  Pengertian menarik diri
akibat menarik diri  Tanda dan gejala menarik diri
d. Cara merawat klien  Penyebab dan akibat menarik diri
menarik diri.  Cara merawat klien menarik diri
7. setelah...x pertemuan latih keluarga cara merawat klien menarik
keluarga dapt diri
mempraktekkan cara tanyakan perasaan keluarga setelah
merawat klien kenarik mencoba cara yang dilatihkan.
diri. Beri motivasi keluarga agar membantu
klien untuk bersosialisasi.
Beri pujian kepada keluarga atas
keterlibatannya merawat klien dirumah
sakit.

17
5. klien dapat setelah...x interaksi klien 7.1 diskusikan dengan klien tentang
memanfaatkan menyebutkan: manfaat dan kerugian tidak minum obat,
obat dengan  manfaat minum nama, warna, dosis, cara, efek terapi, dan
baik. obat. efek samping penggunaan obat.
 Kerugian tidak 7.2 pantau klien saat penggunaan obat
minum obat. 7.3 beri pujian jika klien menggunakan
 Nama, warna, dosis, obat dengan benar.
efek samping dan 7.4 diskusikan akibat berhenti minum obat
efek terapi obat. tanpa konsultasi dengan dokter.
setelah...x interaksi klien 7.5 anjurkan klien untuk konsultasi kepada
mendemonstrasikan dokter/ perawat jika terjadi hal-hal yang
penggunaan obat dengan tidak diinginkan.
benar.
Setelah...x interaksi klien
menyebutkan akibat
berhenti minum obat tanpa
konsultasi dokter.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Isolasi sosial adalah keadaan seorang individu yang mengalami penurunan atau bahkan
sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasin merasa
ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan
orang lain disekitarnya (Keliat, 2011).
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Klien
mungkin merasa di tolak, tidak di terima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan
yang berarti dengan orang lain (Yosep, 2011).

B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini bisa menambah wawasan dan pengetahuan tentang
tinjauan pustaka isolasi sosial, serta perawat harus memahami dan mengerti tentang askep
pada pasien dengan gangguan isolasi sosial.
DAFTAR PUSTAKA

Dermawan D Dan Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa; Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing
Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika
Herman, Ade. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta: Nuha Medika
Keliat, B.A, dkk. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHM (Basik
Course). Jakarta: EGC
Keliat, B.A, dkk. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC
Kusumawati F dan Hartono Y. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
Stuart, G.w & Sundeen, S.J. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan). Ed. 3. Jakarta:
EGC
Yosep, Igus. 2007. Keperawatan Jiwa Edisi Revisi. Bandung: Refika Adiutama

20

Anda mungkin juga menyukai