Anda di halaman 1dari 9

Nama : Sefrianus Aleksandria

Kelas : E/OF/V
NIM : 17003054
Mata Kuliah : Manajemen Asuransi
Dosen : Rendita Dwibarta,S.KM,.M.PH

1. Moral hazard atau bahaya dari perilaku tidak bermoral sangatlah mengancam kemajuan
usaha dan organisasi. Moral hazard secara perlahan-lahan akan mematikan responsibility
dan akuntabilitas di tempat kerja. Dampaknya, produktivitas dan kinerja akan turun
secara terus-menerus, dan menjadikan perusahaan tidak berdaya untuk selamanya.

Bila pimpinan perusahaan mengabaikan moral hazard di tempat kerja; maka dia akan
memanen kerusakan perilaku, kerusakan karakter kerja, kerusakan etos kerja, kerusakan
sikap profesional, kerusakan pola pikir positif, dan kerusakan untuk bertindak sesuai
prosedur. Akibatnya, orang-orang di perusahaan akan menjadi sesuka hatinya dan sering
menciptakan konflik yang menyulitkan pencapaian kinerja.

Moral hazard menciptakan kondisi kerja yang tidak aman, perilaku kerja yang berisiko
tinggi, serta proses kerja yang mengabaikan sistem dan tata kelola. Moral hazard dapat
menyebabkan kerusakan organisasi di semua dimensi, termasuk risiko terhadap
keselamatan kerja. Diperlukan kesadaran untuk mentaati etika kerja, etika bisnis, etika
perilaku di tempat kerja. Dan, diperlukan kepemimpinan yang berkualitas agar moral
hazard dapat dihapuskan dari kehidupan kerja sehari-hari. Menganggap kecil persoalan
moral hazard sama saja dengan membiarkan tumbuhnya bahaya pemicu untuk
meruntuhkan perusahaan.

Moral hazard adalah akar untuk menciptakan berbagai bahaya atau hazard yang lain di
tempat kerja. Seperti, hazard perilaku, hazard keselamatan kerja, hazard dalam
mengawasi dan mengelola bahan baku kimia atau biologi di tempat kerja, dan berbagai
macam hazard lainnya yang berpotensi mengundang kerugian untuk perusahaan dan
stakeholders.

Secara normatif, etika adalah alat untuk mendidik moral dan perilaku agar tidak menjadi
hazard atau bahaya. Perusahaan dan instansi yang berkualitas pasti membuat panduan
etika untuk dipatuhi oleh setiap individu di tempat kerja. Panduan etika biasanya
dikuatkan dengan fakta integritas, dan juga fakta akuntabilitas agar setiap individu di
tempat kerja mampu mempertanggung jawabkan segala sesuatu dengan profesional dan
etis.

Ketegasan untuk menginternalisasikan nilai-nilai etika ke dalam karakter, sikap, perilaku,


mind set, dan kompetensi individu sangatlah membantu perusahaan untuk
menghindarkan berbagai risiko yang ditimbulkan oleh moral hazard.

Bila benih moral hazard sudah muncul di tempat kerja, maka kepemimpinan dan
manajemen harus segera melakukan intervensi cepat dengan nilai-nilai positif. Minta
umpan balik dari sumber daya manusia tentang sebab-akibat yang memunculkan benih
moral hazard di tempat kerja. Berikan segera pengetahuan praktis untuk menghilangkan
benih moral hazard tersebut. Tingkatkan kesadaran dan lakukan penelitihan secara
mendalam agar memahami dari mana munculnya benih moral hazard tersebut. Bantu
setiap individu untuk menyatu di dalam kebaikan. Berikan nilai-nilai positif dan jelaskan
tentang dampak moral hazard untuk keselamatan perusahaan dan masing-masing individu
di tempat kerja.

Moral hazard melemahkan akuntabilitas dan daya saing. Ketika orang-orang menjadi
tidak bermoral dan tidak etis; mereka pasti tidak memiliki hati untuk
mempertanggungjawabkan semua ucapan, perbuatan, pikiran, perasaan, dan pekerjaan.
Pada akhirnya, mereka menjadi energi negatif yang menghadirkan bahaya atau risiko di
tempat kerja; sehingga pola kerja mereka menurunkan kinerja, merusak reputasi, dan
menghilangkan kredibilitas.

Semakin tinggi kualitas moral seseorang, semakin hebat kualitas baiknya untuk
membantu keselamatan dan keamanan di setiap proses pencapaian kinerja. Orang-orang
bermoral baik adalah energi positif yang selalu optimis, serta selalu memiliki empati yang
tinggi untuk mempertanggung jawabkan pekerjaannya dengan sepenuh hati dan totalitas.

Cara Mengatasi Moral Hazard


a. Mengidentifikasi risiko
Cara mengidentifikasi risiko ini dimaksudkan agar pelaku bisnis dapat mengetahui
hal-hal yang dapat menimbulkan risiko dan jenis atau tipe risiko seperti apa yang
akan dihadapi. Cara ini membantu untuk pelaku bisnis menyusun strategi bisnis agar
lebih hari-hati dalam menjalankannya.
b. Menghindari dan menanggulangi
Cara mencegah risiko hazard juga dapat dengan cara menghindari dan
menanggulanginya. Mengingat sebagai pelaku bisnis tentunya sudah mengetahui
risiko-risiko yang dapat terjadi dan menghambat proses bisnisnya. Untuk itu, pelaku
bisnis dapat memilih untuk menghindari dan menanggulangi risiko tersebut atau
tetap menghadapinya.

c. Mengetahui hubungan dan konsekuensi


Ketika telah memutuskan untuk bertindak pelaku bisnis secara tidak langsung harus
mengetahui hubungan dan konsekuensi atas apa yang telah dijalankan. Dimana
ketika risiko hazard terjadi maka pelaku bisnis mampu mengelola atau
menghadapinya karena itu sudah termasuk konsekuensi yang telah dijalankan.
d. Mengelola risiko
Mengelola risiko ini berarti pelaku bisnis harus mencari dan mengambil langkah –
langkah untuk menyelesaikan risiko-risiko yang telah diidentifikasi sebelumnya.
Tentunya hal ini dapat dilakukan dengan baik jika pelaku bisnis telah
mempersiapkan sebelumnya.
e. Menghilangkan risiko
udengan menghapus atau menghilangkan kemungkinan terjadi risiko hazard ini.
Akan tetapi dalam melakukan cara ini tidak begitu mudah, harus dipersiapkan cara
khusus untuk menghilangkan risikonya.

2. Contoh Kasus Kecelakaan


Untuk Resiko Kecelakaan Kendaraan Bermotor
Yang termasuk kedalam moral hazard Untuk Resiko Kecelakaan Kendaraan Bermotor
adalah :
 Siapa pengemudi dan bagaimana cara mengemudi tersebut ?
 Kebiasan penegemudi, misalnya : Apakah pengemudi sering minum minuman
beralkohol, senang mengkonsumsi obat terlarang, menggunakan kendaraanya
dengan kecepatan tinggi ?
 Apakah tertanggung selalu menservis kendaraannya secara rutin ?
Moral hazard yang disebutkan diatas sangat menentukan tingkat keseringan dan kerugian
jika terjadi kecelakaan kendaraan bermotor.
Untuk moral hazard ini sendiri sangat sulit untuk dinilai oleh perusahaan asuransi karena
berkaitan langsung dengan sifat dan karakter tertanggung dan menjadi
tanggungjawabnya. Sehingga aspek moral hazard ini sangat bergantung pada individu
tertanggung. Walaupun asuransi memiliki prinsip Utmost Good Faith (kewajiban
tertanggung untuk memberi data secara jujur), namun akan sulit mendapatkan data-data
secara langsung terkait moral hazard tertanggung.
Aspek Moral Hazard inilah yang dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan asuransi.
Jika tidak teliti dalam menganalisa data-data dari tertanggung. Oleh sebab itu maka
perusahaan asuransi (pihak underwriting) harus memberikan pengertian dan pengarahan
kepada pemilik objek yang diasuransikan.

Contoh Kasus Kebakaran


Didalam area pabrik yang rawan kebakaran, diapasang rambu-rambu peringatan yang
mudah dipahami dan diketahui oleh seluruh pekerja di pabrik.
 Dilarang merokok di area ini.
 Area mudah terbakar, jangan bermain api.
 Jagalah keamanan dan keselamatan diri anda dan perusahaan
 Menyelenggarakan penyuluhan atau ceramah kepada para seluruh pekerja atau
karyawan mengenai pentingnya menjaga keselamatan kerja dan menjaga
bangunan beserta peralatan kerja untuk kelanjutan hidup perusahaan dan para
pekerja.
 Memberikan sanksi-sanksi bagi karyawan yang lalai atau melanggar peraturan-
peraturan perusahaan.
3. Berikut adalah manfaat yang didapat dalam Aksesitas pelayanan kesehatan

a. Memberikan Ketenangan
Memberikan Ketenangan via puraproducts.com
Kita tidak pernah mengetahui kemungkinan kejadian yang akan dialami esok hari.
Setiap hari kita lewati dengan kemungkinan kejadian yang bisa saja menuntut
pengeluaran tak terduga. Bila Anda termasuk orang yang sangat siap terhadap
sesuatu, risiko kerugian yang diakibatkan oleh kejadian tak terduga tersebut bisa
diminimalisir dengan mudah.
Tetapi bagaimana dengan Anda yang menyadari bahwa Anda bukan tipe orang
seperti itu? Kehadiran penyedia layanan jasa asuransi ini bisa memberikan jawaban
dan meringankan beban ketika kejadian tak terduga itu datang. Asuransi memiliki
manfaat untuk memberikan proteksi dari risiko ketidakpastian dan dipercaya lebih
mampu meningkatkan rasa percaya diri bagi individu pemegangnya.
Penggantian yang akan diberikan dari pihak penyedia layanan jasa asuransi ini
setidaknya akan meng-cover sebagian hingga seluruh kewajiban pembayaran Anda
atas suatu kejadian. Asuransi juga dikenal sebagai alternatif pengendalian kerugian
atau loss control dengan melakukan survei lapangan serta memberikan rekomendasi
kepada pemegang polis untuk melakukan tindakan preventif dan penanggulangan
kerugian.

b. Sebagai Investasi dan Tabungan


Sebagai Investasi dan Tabungan via huffpost.com
Dengan mendaftarkan diri sebagai nasabah pemegang polis di suatu penyedia
layanan jasa asuransi, Anda akan mendapatkan jaminan pengembalian investasi pada
akhir kontrak. Asuransi yang diperuntukkan investasi juga memberikan kelonggaran
dan fleksibilitas dalam memilih masa pertanggungan. Biasanya akan ada tiga pilihan
waktu masa pertanggungan nasabah pemegang polis, yakni 5, 7, dan 10 tahun. Selain
itu, besarnya premi adalah premi tunggal yang relatif terjangkau dan bisa dibebaskan
dari biaya administrasi.

c. Membantu Meminimalkan Kerugian


Meminimalkan Kerugian via techebizz.com
Sesuai dengan jenisnya masing-masing, fungsi dari kepemilikan asuransi secara
umum adalah membantu para pemegang polis untuk meminimalkan kerugian dari
kejadian tak terduga yang mungkin terjadi seperti biaya kerugian bencana kebakaran,
kecelakaan, dan biaya rumah sakit.
Minimalisir kerugian untuk kejadian tak terduga ini dapat bisa dilihat dari contoh
kasus berikut:
Anda adalah seseorang yang memiliki rumah senilai Rp3 milyar. Selain itu, Anda
juga memiliki investasi berupa bangunan yang digunakan sebagai persewaan kamar
kos bagi mahasiswa di daerah sekitar kampus. Anda hanya memberikan proteksi
lebih kepada rumah Anda sementara tidak bagi bangunan kos yang dimiliki.
Ketika terjadi bencana kebakaran akibat ledakan gas di rumah, Anda bisa
mendapatkan cover biaya dari pihak penyedia layanan jasa asuransi. Sementara bila
kebakaran itu terjadi di bangunan kos Anda, Anda akan rugi besar karena kehilangan
bangunan serta harus menanggung kerugian barang-barang milik mahasiswa karena
kebakaran terjadi akibat ledakan gas yang notabene milik Anda. Dari sini terlihat
pentingnya memiliki asuransi sebagai jaminan perlindungan baik itu untuk diri Anda
atau pun untuk properti dan investasi Anda.
Selain asuransi untuk harta, memiliki asuransi kesehatan yang bagus juga akan
memberikan perlindungan kesehatan untuk jangka panjang bila sewaktu-waktu Anda
dirawat di rumah sakit karena penyakit atau kecelakaan. Dengan memiliki asuransi
kesehatan dari perusahaan asuransi ternama seperti asuransi kesehatan
Prudential, Allianz, atau Manulife tentunya akan meringankan beban keuangan Anda
ketika suatu saat dibutuhkan dalam keadaan darurat.

d. Membantu Mengatur Keuangan


Membantu Mengatur Keuangan via quedio.com
Kewajiban Anda untuk membayar premi secara rutin sebenarnya secara tidak
langsung memaksa Anda untuk menyediakan dana cadangan yang digunakan ketika
terjadi kejadian tak terduga. Meski begitu, ketika kejadian tak terduga itu benar-
benar terjadi dan mengharuskan Anda mengeluarkan kocek yang cukup banyak
untuk menanggulangi hal tersebut.
Adanya asuransi akan membantu Anda untuk mengurangi pengeluaran tak terduga
yang biasanya jauh lebih tinggi dari pengeluaran rutin harian atau bahkan bulanan
Anda. Dengan memiliki asuransi, Anda tidak perlu membayarkan biaya penuh atas
kerugian yang dialami karena pihak penyedia layanan jasa asuransi ini akan
menyediakan ganti rugi.

4. Manfaat asuransi Kesehatan


Ada beberapa manfaat asuransi kesehatan selain mendekatkan akses masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan antara lain :

 Asuransi merubah peristiwa tidak pasti menjadi pasti dan terencana


 Asuransi membantu mengurangi risiko perorangan ke risiko sekelompok orang
dengan cara perangkuman risiko (risk pooling).
Dengan demikian terjadi subsidi silang; yang muda membantu yang tua, yang sehat
membantu yang sakit, yang kaya membantu yang miskin.
Perangkuman Risiko
Perangkuman risiko merupakan inti dari asuransi dan terjadi ketika sejumlah individu
yang berisiko sepakat menghimpun risiko untuk mengurangi beban yang harus
ditanggung masing-masing individu.Perangkuman risiko meningkatkan kemungkinan
memperoleh keluaran yang bersifat "moderat" dan menjauhi keluaran-keluaran ekstrem,
selain itu mengurangi biaya risiko yaitu kerugian finansial yang terkait dengan risiko
peristiwa tersebut (Murti B, 2000). Hal ini terjadi karena sebagian besar peristiwa sakit
merupakan peristiwa independen, sehingga berlaku hukum penggandaan probabilitas
(Multiplication Law of Probability), apabila sakit merupakan peristiwa dependen,
misalnya penyakit menular, maka hukum tersebut tidak berlaku. Selanjutnya Murti
memberikan contoh, seseorang berhubungan dengan peristiwa sakit hanya mempunyai 2
(dua) kemungkinan yaitu sehat atau sakit.
Jika ada 2 orang A dan B, maka mempunyai 4 kemungkinan yaitu :

a) A dan B sakit
b) A dan B sehat
c) A sakit B sehat
d) A sehat B sakit.

Jadi jika ada orang, dengan rumus turunan maka akan menjadi 2” kemungkinan.
Hukum Jumlah Besar
Asuransi membutuhkan peserta dalam jumlah yang besar, agar risiko dapat
didistribusikan secara merata dan luas serta dikurangi secara efektif.
Prinsip ini merupakan konsekuensi hukum jumlah besar, makin banyak peserta, makin
besar risiko yang dapat dikurangi.Menurut para analis di Amerika Serikat, jumlah
anggota 50.000 per Health Maintenance Organization (HMO), dipandang
menguntungkan.

Peristiwa Independen
Seperti telah dijelaskan, persitiwa-peristiwa perangkuman risiko diasumsikan bersifat
independen. Pada keadaan peristiwa dependen hukum penggandaan probabilitas tidak
berlaku karena probabilitas orang-orang akan sakit pada waktu yang bersamaan pada
peristiwa dependen lebih besar daripada peristiwa independen. Contohnya: TBC
(dependen) lebih besar kemungkinannya daripada penyakit jantung (independen).

Perilaku Penghindar Risiko


Orang-orang berperilaku penghindar risiko, sangat diperlukan dalam keberhasilan
transaksi asuransi, termasuk asuransi kesehatan. Hal ini terjadi karena dengan membeli
asuransi, seorang penghindar risiko tidak hanya memperoleh kepastian berkenaan dengan
sakit, tetapi juga memperoleh kepuasan (utilitas) yang relatif lebih tinggi karena merasa
terlindungi.

Pemeliharaan dan Pelayanan Kesehatan


Dalam membicarakan asuransi, tidak terlepas dari pemeliharaan dan pelayanan kesehatan
yang termasuk ke dalam kelompok pelayanan jasa karena sebagian besar produknya
berupa jasa pelayanan. Ada beberapa ciri khusus yang perlu dipertimbangkan dalam
pemeliharaan dan pelayanan kesehatan antara lain :

a) Sehat dan pelayanan kesehatan sebagai hak , Seperti kebutuhan dasar lainnya, maka
hidup sehat merupakan elemen kebutuhan dasar yang selalu harus diupayakan untuk
dipenuhi terlepas dari kemampuan seseorang untuk membayarnya.
b) Uncertainty (ketidakpastian)
Adanya ketidakpastian tentang kebutuhan pemeliharaan dan pelayanan kesehatan,
mengenai waktu, tempat, besarnya biaya, urgensi pelayanan dan sebagainya.
c) Asymetric Information
Asymetric Information yaitu keadaan tidak seimbang antara pengetahuan pemberi
pelayanan (provider) dengan pengguna jasa pelayanan (klien/pasien) karena pasien
ignorance, provider-lah yang menentukan jenis dan volumepelayanan yang perlu
dikonsumsi oleh pasien. Keadaan ini akan memicu terjadinya supply induced demand
yaitu pemberian pelayanan melebihi kebutuhan pasien sehingga terjadi peningkatan
biaya kesehatan.

d) Externality
Externality yaitu pengguna maupun bukan pengguna jasa pemeliharaan dan pelayanan
kesehatan langsung dapat menikmati hasilnya, pelayanan yang sifatnya pencegahan
umumnya mempunyai eksternalitas yang besar sehingga digolongkan pada komoditi
masyarakat atau public goods, contohnya: imunisasi.
e) Padat Karya
Banyak sekali jenis tenaga yang memberikan kontribusi dalam pelayanan kesehatan
dan bekerja secara tim, contohnya : tenaga di rumah sakit (lebih dari 60 jenis).

f) Mix-outputs
Mix-outputs yaitu keluaran yang dihasilkan merupakan suatu paket pelayanan sebagai
kerjasama tim yang sifatnya bervariasi antar individu dan sangat tergantung pada jenis
penyakit.
g) Retriksi berkompetisi
Retriksi berkompetisi yaitu adanya pembatasan praktek berkompetisi sehingga
mekanisme pasar tidak sempurna, misalnya : tidak ada pemberian barang atau banting
harga dalam pelayanan kesehatan.
Ciri-ciri di atas perlu dipertimbangkan dalam penentuan premi peserta asuransi,
pencapaian tarif peal yanan, penentuan aksesitas terhadap sarana pelayanan kesehatan,
maupun penentuan jasa pelayanan bagi dokter, perawat dan tenaga kesehatan lainnya.

5. Sumber dana kesehatan:


a. Pemerintah
Dana pemerintah pusat, propinsi, kabupaten kota, saham pemerintah dalam BUMN,
premi bagi jamkesmas miskin yg dibayarkan oleh pemerintah
b. Swasta atau masyarakat
CSR (Corporate Social Responsibility), pengeluaran rumah tangga baik yg
dibayarkan tunai atau lewat sistem asuransi, bantuan dari luar negeri, hibah atau
donor dari LSM
Alur pembiayaan kesehatan

Sumber-sumber pendanaan kesehatan (Berdasarkan ideologi suatu negara) :


1) Sosialis dan welfare state
Dibiayai penuh oleh pemerintah (negara memegang penuh kesejahteraan
pasien), not for profit, cakupannya adalah publik
2) Liberal – kapitalis
Harga diserahkan pada mekanisme pasar (ada tawar-
menawar), profit oriented, fully private (tidak ada campur tangan pemerintah)
3) Kombinasi (gabungan dari keduanya, paling banyak diaplikasikan)
Kombinasi antara pendanaan pemerintah, swasta, dan masyarakat, sistem
asuransi sosial, public private mixed

Manajemen pembiayaan kesehatan terdiri dari :


- Input (sumber daya yg terbatas, kebutuhan kesehatan tidak terbatas)
- Proses manajemen (efisiensi penggunaan sumber daya, pemilihan program
kesehatan yang efektif)
- Output atau outcomes ( budgeting policy dan sistem pembiayaan kesehatan,
status atau derajat kesehatan)

Peran swasta dalam pembiayaan kesehatan ternyata cukup penting. Dana yang
dialokasikan pemerintah untuk pembiayaan kesehatan masyarakat Indonesia
masih belum mencukupi. Oleh karena itu dalam pembiayaan kesehatan
diperlukan hubungan kemitraan yang baik antara pihak swasta dan pemerintah,
dimana pihak swasta tetap dapat memegang sektor penyelenggaraan fasilitas
kesehatan, sedangkan pemerintah tetap mengadakan pengawasan dengan
mengeluarkan kebijakan-kebijakan untuk meregulasi pihak swasta agar dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan tetap memperhatikan kemampuan
ekonomi masyarakat, sebagai contoh: memberlakukan Askeskin di Rumah Sakit
Swasta. Dengan adanya hal tersebut diharapkan masyarakat miskin tetap dapat
menerima pelayanan dari fasilitas kesehatan swasta.

Anda mungkin juga menyukai