Aske Lansia
Aske Lansia
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan di
negara maju dan negara berkembang, maka bertambahlah usia harapan
hidup penduduk negara tersebut. Hal ini berarti, akan bertambahnya
populasi penduduk lanjut usia (lansia). Di Indonesia dan beberapa
negara berkembang lainnya seseorang dikelompokkan ke dalam
golongan lansia jika umur kronologisnya sudah 60 tahun (Kane, 1994).
Setiap orang pasti ingin memiliki masa tua yang bahagia tetapi
keinginan tidaklah selalu dapat menjadi nyata. Pada kehidupan nyata,
banyak sekali lansia-lansia yang menjadi depresi, stress, dan
berpenyakitan. Banyak kita temukan lansia yang dikirim ke panti jompo
dan tidak terurus oleh keluarga, ada lansia yang diasingkan dari
kehidupan anak cucunya meskipun hidup dalam lingkungan yang sama,
ada lansia yang masih harus bekerja keras meskipun sudah tua, dan
masih banyak hal-hal lainnya yang menjadi penyebab (Lueckenotte,
2000; Hall & Hassett, 2002).
1
keperawatan yang komprehensif dengan membantu klien memenuhi
kebutuhan dasar yang holistik. Perawat memandang klien sebagai
mahluk bio-psiko-sosiokultural dan spiritual yang berespon secara
holistik dan unik terhadap perubahan kesehatan atau pada keadaan
krisis. Asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat tidak bisa
terlepas dari aspek spiritual yang merupakan bagian integral dari
interaksi perawat dengan klien. Perawat berusaha untuk membantu
memenuhi kebutuhan spiritual klien sebagai bagian dari kebutuhan
yang menyeluruh, klien antara lain dengan memfasilitasi pemenuhan
kebutuhan spiritual klien tersebut, walaupun perawat dan klien tidak
mempunyai keyakinan spiritual atau keagamaan yang sama.
Kebutuhan Psikososial juga nerupakan kebutuhan dasar bagi
lansia. Di sini perawat mempunyai peranan penting mengadakan
pendekatan edukatifpada klien lanjut usia, perawat dapat berperan
seebagai supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing,
sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang
akrab. Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan waktu yang cukup
banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia
merasa puas. Perrawat harus selalu memegang prinsip “Tripple S”,
yaitu Sabar, Simpatik, dan Service.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka kami tertarik untuk
mengambil judul makalah Asuhan Keperawatan Lansia Terhadap
Gangguan Psikososial.
.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah
dalam makalah ini adalah bagaimana asuhan keperawatan pada lansia
(Lanjut Usia) dengan gangguan psikososial .
2
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum : Untuk mengidentifikasi pemahaman perawat
terhadap pemenuhan kebutuhan psikososial klien pada pasien
lansia.
2. Tujuan Khusus :
a. Mengetahui pemahaman perawat tentang pengertian kebutuhan
psikososial klien pada pasien lansia.
b. Mengetahui pemahaman perawat tentang intervensi asuhan
keperawatan psikososial yang diberikan terhadap pasien lansia
c. Mengetahui pemahaman perawat tentang bagaimana
seharusnya memberi perlakuan terhadap Lansia.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Profesi Perawat
Memberikan kesadaran bagi perawat tentang pentingnya kebutuhan
psikososial pada pasien lansia sehingga diharapkan perawat
berusaha untuk mengoptimalkan perannya dalam memberikan
asuhan keperawatan psikososial pasien lansia.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan (RS) Sebagai masukan khususnya bagi
bidang perawatan RSU serta sebagai dasar untuk perencanaan
meningkatkan asuhan keperawatan psikososial secara optimal.
3. Bagi institusi pendidikan Memberikan informasi kepada peneliti
untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kualita asuhan
keperawatan psikososial di setiap unit perawatan.
4. Bagi peneliti Sebagai proses belajar dalam mengaplikasikan ilmu
keperawatan yang didapat dalam program studi ilmu keperawatan
berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan psikososial lansia dan
proses keperawatannya.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Proses asuhan keperawatan pada usia lanjut adalah kegiatan
yang dimaksuddkan untuk memberikan bantuan, bimbingan,
pengawasan, perlindungan dan pertolongan kepada lanjut usia secara
individu, seperti di rumah/lingkungan keluarga, panti werda maupun
puskesmas, yang diberikan oleh perawat untuk asuhan keperawatan
yang masih dapat dilakukan oleh anggota keluarga atau petugas social
yang bukan tenaga keperawatan, diperlukan latihan sebelumnya atau
bimbingan langsung pada waktu tenaga keperawatan melakukan
asuhan keperawatan di rumah atau panti (Depkes, 1993 1b).
B. KLASIFIKASI
Adapun asuhan keperawatan dasar yang diberikan, disesuaikan
pada kelompok lanjut usia, apakah lanjut usia aktif atau pasif, anatra
lain;
1. Lanjut usia aktif, asuhan keperawatan dapat berupa dukungan
tentang personal hygiene, kebersihan gigi dan mulut atau
pembersihan gigi palsu, kebersihan diri termasuk kepala, rambut,
badan, kuku, mata, serta telinga; kebersihan lingkungan seperti
tempat tidur dan ruangan; makanan sesuai, misalnya porsi kecil
bergizi, bervariasi dan mudah dicerna, dan kesegaran jasmani.
2. Lanjut usia pasif, yang tergantung pada orang lain. Hal yang perrlu
diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan pada lanjut
usia pasif pada dasarnya sama seeperti pada lanjut usia aktif,
dengan bantuan penuh oleh anggota keluarga atau petugas.
4
C. PENDEKATAN PERAWATAN LANJUT USIA
Pendekatan psikis
Di sini perawat mempunyai peranan penting mengadakan
pendekatan edukatifpada klien lanjut usia, perawat dapat berperan
seebagai supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing,
sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang
akrab. Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan waktu yang cukup
banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia
merasa puas. Perrawat harus selalu memegang prinsip “Tripple S”,
yaitu Sabar, Simpatik, dan Service.
Pada dasarnya klien lanjut usia membutuhkan rasa aman dan
cinta kasih dari lingkugan, termasuk perawat yang memberikan
perawatan. Untuk itu perawat harus selalu menciptakan suasana aman,
tidak gaduh, membiarkan mereka melkukan kegiatan dalam batas
kemampuan dan hobi yang dimilikinya.
Perawat harus dapat membangkitkan semangat dan kreasi klien
lanjut usia dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus asa, rasa
rendah diri, rasa keterbatasan sebagai akibat dari ketidakmampuan
fisik, dan kelainan yang dideritanya.
Hal ini perlu dilkukan karena perubahan psikologi terjadi
bersama dengan berlanjutnya usia.Perubahan-perubahan ini meliputi
gejala-gejala, seperti menurunnya daya ingat untuk peristiwa yang baru
terjadi , berkurangnya kegairahan keinginan , peningkatan
kewaspadaan, perubahan pola tidur dengan suatu kecenderungan
untuk tiduran di waktu siang, dan pergeseran libido.
Perawat harus sabar mendengarkan cerita-cerita dari masa
lampau yang membosankan, jangan mentertawakan atau memarahi
klien lanjut usia bila lupa atau kesalahan. Harus diingat, kemunduran
ingatan jangan dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan tertentu.
5
Bila perawat ingin mengubah tingkah laku dan pandangan
mereka terhadap kesehatan, perawat bias melakukannya secara
perlahan-lahandan bertahap, perawatharus dapat mendukung mental
mereka kea rah pemuasan pribadi sehingga seluruh pengalaman yang
dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu diuasahakan agar di masa
lanjut usia ini mereka dapat merasa puas dan bahagia.
Pendekatan social
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan
salah satu upaya perawat dalam pendekatan social. Memberikan
kesempatan untuk berkumpul bersama dengan sesame kklien lanjut
usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Jadi, pendekatan social ini
merupakan suatu pegangan bagi perawat bahwa orang yang
diahadapinya adalah makhluk social yang membutuhkan orang lain.
Dalam pelaksanaannya perawat dapat menciptakan hubungan social
antara lanjut usia dan lanju usia dan perawat sendiri.
Perawat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada
para lanjut usia untuk mengadakan komunikasi dan melakukan
rekreasi, missal jalan pagi, menonton film, atau hiburan-hiburan lain.
Para lanjut usia perlu dirangsang untuk mengetahui dunia luar,
seperti menonton televise, mendengarkan radio, atau membaca surat
kabar dan majalah. Dapat disadari bahwa pendekatan komunikasi
dalam perawatan tidak kalah pentingnya denganh upaya pengobatan
medis dalam proses penyenbuhan atau ketenangan para klien lanjut
usia.
Tidak sedikit klien tidak dapat tidur karena stress, stress
memikirkan penyakit, biaya hidup, keluarga yang di rumah sehingga
menimbulkan kekecewaan, ketakutan atau kekhawatiran, dan rasa
kecemasan. Untuk menghilangkan rasa jemu dan menimbulkan
perhatian terhadap sekelilingnya perlu diberi kesempatan kepada
6
lanjut usia untuk menikmati keadaan di luar, agar merasa masih ada
hubungan dengan dunia luar.
Tidak jarang terjadi pertengkaran dan perkelahian di antara
lanjut usia (terutama yang tinggal dip anti werda), hal ini dapat diatasi
dengan berbagai usaha, antara lain selalu mengadakan kontak dengan
mereka, senasib dan sepenanggungan, dan punya hak dan kewajiban
bersama. Dengan demikiian perawat tetap mempunyai hubungan
komunikasi baik sesama mereka maupun terhadap mempunyai
hubungan komunikasi baik sesame mereka maupun terhadap petugas
yang secara langsung berkaitan dengan pelayanan kesejahteraan social
bagi lanjut usia dip anti werda.
7
E. FOKUS KEPERAWATAN LANJUT USIA
1. Peningkatan kesehatan (health promotion)
2. Pencegahan penyakit (preventif)
3. Mengoptimalkan fungsi mental
4. Mengatasi gangguan kesehatan yang umum
8
Kegiatan yang mampu dilakuakn lanjut usia
Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri
Kekuatan fisik lanjut usia: otot, sendi, penglihatan, dan pendengaran
Kebiasaan gerak badan/olah raga/senam lanjut usia
Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, buang air besar/kecil
Perrubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan
Kebiasaan lanjut usia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan
dalam minum obat
Masalah-masalah seksual yang dirasakan
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi untuk mengetahui perubahan system tubuh
Pendekatan yang digunakan dalam pemeriksaan fisik, yaitu head to toe
dan system tubuh
Psikologis
Apakah mengenal masalah-masalah utamanya?
Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan?
Apakah dirinya merasa dibutuhkan?
Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan?
Bagaimana mengatasi stress yang dialami?
Apakah mudah dalam menyesuaikan diri?
Apakah lanjut usia sering menngalami kegagalan?
Apakah harapah pada saat ini dan yang akan dating?
Perlu dikaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses piker,
alam perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam penyelesaian masalah
9
II. Diagnosa Keperawatan
1. Harga diri rendah berhubungan dengan merasakan/mengantisipasi
kegagalan pada peristiwa-peristiwa kehidupan.
2. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan ketidakseimbangan
sistem saraf; kehilangan memori; ketidakseimbangan tingkah laku
adaptif dan kemampuan memecahkan masalah.
3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional/maturasional.
4. Ketidakpatuhan berhubungan dengan sistem penghargaan pasien;
keyakinan kesehatan,nilai spiritual, pengaruh kultural.
10
2) Diagnosa 2:
Tujuan : Koping positif individu meningkat, tidak terjadi
kesalahan konsep
a. Kaji munculnya kemampuan koping positif, misalnya
penggunaan teknik relaksasi keinginan untuk mengekspresikan
perasaan.
Rasionalnya: jika individu memiliki kemampuan koping yang
berhasil dilakukan dimasa lampau, mungkin dapat digunakan
sekarang untuk mengatasi tegangan dan memelihara rasa
kontrol individu
b. Perbaiki kesalahan konsep yang mungkin dimiliki pasien.
Rasionalnya: membantu mengidentifikasi dan membenarkan
persepsi realita dan memungkinkan dimulainya usaha
pemecahan masalah.
3) Diagnosa 3:
Tujuan : Mengatasi Ansietas / rasa takut
a. Pahami rasa takut/ansietas
Rasionalnya: perasaan adalah nyata dan membantu pasien
untuk terbuka sehingga dapat mendiskusikan dan
menghadapinya.
b. Kaji tingkat realita bahaya bagi pasien dan tingkat ansietas.
Rasionalnya: respon individu dapat bervariasi tergantung
pada pola kultural yang dipelajari. Persepsi yang menyimpang
dari situasi mungkin dapat memperbesar perasaan.
c. Dorong pasien untuk berbicara mengenai apa yang terjadi saat
ini dan apa yang telah terjadi untuk mengantisipasi perasaan
tidak tertolong dan ansietas.
Rasionalnya: menyediakan petunjuk untuk membantu pasien
dalam mengembangkan kemampuan koping dan memperbaiki
ekuilibrium.
11
4) Diagnosa 4:
Tujuan : Meningkatkan kualitas Spritual, kultural dan
Kesehatan
a. Tentukan kepercayaan kultural, spiritual dan kesehatan.
Rasionalnya: memberikan wawasan mengenai
pemikiran/faktor-faktor yang berhubungan dengan situasi
individu. Kepercayaan akan meningkatkan persepsi pasien
tentang situasi dan partisipasi dalam regimen keperawatan.
E. Evaluasi
1. Pasien mampu mengidentifikasi adanya kekuatan dan pandangan
diri sebagai orang yang mampu mengatasi masalahnya.
2. Pasien mampu menunjukkan kewaspadaan dari koping
pribadi/kemampuan memecahkan maslah.
3. Pasien mampu melakukan relaksasi dan melaporkan berkurangnya
ansietas ke tingkat yang dapat diatasi.
4. Pasien dapat menunjukkan pengetahuan yang akurat akan penyakit
dan pemahaman regimen pengobatan.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahsan maka dapat disimpulkan bahwa :
Proses asuhan keperawatan pada usia lanjut adalah kegiatan
yang dimaksuddkan untuk memberikan bantuan, bimbingan,
pengawasan, perlindungan dan pertolongan kepada lanjut usia secara
individu, seperti di rumah/lingkungan keluarga, panti werda maupun
puskesmas, yang diberikan oleh perawat untuk asuhan keperawatan
yang masih dapat dilakukan oleh anggota keluarga atau petugas social
yang bukan tenaga keperawatan, diperlukan latihan sebelumnya atau
bimbingan langsung pada waktu tenaga keperawatan melakukan asuhan
keperawatan di rumah atau panti (Depkes, 1993 1b).
Di sini perawat mempunyai peranan penting mengadakan
pendekatan edukatifpada klien lanjut usia, perawat dapat berperan
seebagai supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing,
sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang
akrab. Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan waktu yang cukup
banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia
merasa puas. Perrawat harus selalu memegang prinsip “Tripple S”,
yaitu Sabar, Simpatik, dan Service.
Pada dasarnya klien lanjut usia membutuhkan rasa aman dan
cinta kasih dari lingkugan, termasuk perawat yang memberikan
perawatan. Untuk itu perawat harus selalu menciptakan suasana aman,
tidak gaduh, membiarkan mereka melkukan kegiatan dalam batas
kemampuan dan hobi yang dimilikinya.
Perawat harus dapat membangkitkan semangat dan kreasi klien
lanjut usia dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus asa, rasa
rendah diri, rasa keterbatasan sebagai akibat dari ketidakmampuan
fisik, dan kelainan yang dideritanya.
13
B. Saran
Intervensi yang diberikan oleh perawat lebih luas tidak sebatas
pada pemenuhan kewajiban psikososial . Intervensi belum dapat
dilakukan secara optimal karena adanya faktor penghambat yang
berasal dari perawat, situasi ruang perawatan yang sibuk oleh tugas
rutinitas, dan adanya petugas kerohanian. Perbedaan pelaksanaan
ritual pada pasien lansia dalam memenuhi kebutuhan psikososial.
Pelaksanaan ritual yang dijalankan oleh pasien lansia yang satu dengan
pasien lansia yang lain berbeda-beda yang dipengaruhi oleh tingkat
psikososial, perkembangan, pengalaman, kondisi sakit, agama atau
kepercayaan yang dianut pasien.
14
DAFTAR PUSTAKA
15