Binder 1
Binder 1
KATA PENGANTAR
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM .......................................................................... i
KATA PENGANTAR ..................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ........................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ....................................................................... vi
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1 Status kerusakan untuk produksi biomassa di Kabupaten
Badung .................................................................................. II-5
3.1 Indikator geografis kecamatan di Kabupaten Badung ............. III-6
3.2 Indikator demografi kecamatan di Kabupaten Badung ............ III-9
3.3 Indikator pendidikan Kabupaten Badung ................................ III-11
3.4 Indikator ekonomi Kabupaten Badung .................................... III-12
3.5 Curah hujan dan hari hujan per kecamatan di
Kabupaten Badung ................................................................ III-14
4.1 Penilaian potensi kerusakan tanah berdasarkan jenis tanah IV-7
4.2 Penilaian potensi kerusakan tanah berdasarkan kemiringan
lereng ................................................................................... IV-8
4.3 Penilaian potensi kerusakan tanah berdasarkan kelas curah
hujan tahunan ....................................................................... IV-8
4.4 Penilaian potensi kerusakan tanah berdasarkan penggunaan
lahan .................................................................................... IV-9
4.5 Kriteria kelas potensi kerusakan tanah berdasarkan nilai skor IV-10
4.6 Jadwal pelaksanaan pekerjaan ............................................. IV-24
4.7 Jadwal mobilisasi dan demobilisasi personil pelaksana
pekerjaan .............................................................................. IV-25
4.7 Jadwal penggunaan peralatan dan bahan pelaksanaan
pekerjaan ............................................................................... IV-25
5.1 Penggunaan lahan per kecamatan di Kabupaten Badung .... V-2
5.2 Satuan unit lahan di Kabupaten Badung ............................... V-5
DAFTAR GAMBAR
Halaman
3.1 Lambang Daerah Kabupaten Badung ................................... III-2
3.2 Peta Administrasi Kabupaten Badung .................................. III-5
3.3 Rencana Pola Ruang Kabupaten Badung 2013-2033 .......... III-8
3.4 Kondisi Topografi Kabupaten Badung ................................... III-16
3.5 Kondisi Geologi Kabupaten Badung ..................................... III-17
3.6 Jenis Tanah Kabupaten Badung ............................................ III-18
4.1 Bagan alir tata cara pengukuran kerusakan tanah untuk
produksi biomassa ................................................................ IV-2
4.2 Bagan alir pembuatan peta kerja, peta potensi dan status
kerusakan lahan ................................................................... IV-6
5.1 Peta Satan Unit Lahan di Kabupaten Badung ....................... V-6
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
2016 2017
Kecamatan Total Status Luas Total Status Luas
Pembatas Pembatas
skor kerusakan (ha) skor kerusakan (ha)
Petang 4 rusak ringan redoks 10.020 5 rusak berat isi, 2.406
ringan derajat
pelulusan air,
redoks
Abiansemal 4 rusak ringan redoks 5.723 4 rusak berat isi, 1.112
ringan derajat
pelulusan air,
redoks
Mengwi 4 rusak ringan redoks 6.454 4 rusak berat isi, 1.835
ringan derajat
pelulusan air,
redoks
Kuta Utara 4 rusak ringan redoks 1.785 5 rusak berat isi, 1.703
ringan derajat
pelulusan air,
redoks
Kuta 4 rusak ringan redoks 85 4 rusak berat isi, 533
ringan derajat
pelulusan air,
redoks
Kuta 4 rusak ringan redoks 6.454 4 rusak berat isi, 6.011
Selatan ringan derajat
pelulusan air,
redoks
BAB III
Lebih lanjut, Ibu Kota Kabupaten Badung diberi nama Mangupura dengan
batas-batas sebagai berikut :
1) sebelah utara berbatasan dengan Desa Werdhi Bhuana dan Desa
Baha Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung;
2) sebelah timur berbatasan dengan Desa Penarungan Kecamatan
Mengwi dan Desa Darmasaba Kecamatan Abiansemal Kabupaten
Badung;
3) sebelah selatan berbatasan dengan Desa Buduk Kecamatan
Mengwi, Desa Dalung Kecamatan Kuta Utara Kabupaten Badung,
dan Kota Denpasar; dan
4) sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tabanan.
Pola ruang sebagai salah satu wujud tata ruang, yang merupakan
distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan
ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya
memiliki peran penting dalam pemanfaatan ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan
pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan
pelaksanaan program dan pembiayaannya, sedangkan pengendalian
pemanfataan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang.
Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Badung tahun 2013-2033 seperti
Gambar 3.3.
Hutan lindung, kawasan konservasi Pulau Pudut, kawasan konservasi
dan ekosistem pesisir, taman wisata alam, dan perlindungan setempat
adalah peruntukan ruang untuk kawasan berfungsi lindung dengan luas
2.882,57 ha (6,89% dari luas wilayah Kabupaten Badung).
Peruntukan ruang untuk kawasan berfungsi budidaya seluas 38.969,43
ha (93,11% dari luas wilayah Kabupaten Badung) yang terdiri dari kawasan
peruntukan hutan rakyat, budidaya tanaman pangan, budidaya perkebunan,
budidaya hortikultura, peruntukan minapolitan, peruntukan pariwisata, daya
tarik wisata khusus promosi, peruntukan kegiatan industri, peruntukan
permukiman, peruntukan perdagangan dan jasa, peruntukan kantor
pemerintahan, peruntukan pendidikan tinggi, peruntukan prasarana
transportasi, dan peruntukan pertahanan dan keamanan.
Kawasan peruntukan hutan rakyat, kawasan budidaya tanaman
pangan, kawasan budidaya tanaman perkebunan, dan kawasan budidaya
hortikultura lebih lanjut dapat disebut sebagai kawasan peruntukan untuk
produksi biomassa. Kawasan peruntukan untuk produksi biomassa
ditetapkan seluas 22.806,31 ha (54,49% dari luas wilayah Kabupaten
Badung dan/atau 58,52% dari luas kawasan peruntukan budidaya).
3.4 Penduduk
Sumberdaya Manusia Kabupaten Badung secara kuantitatif dan
kualitas dapat dilihat dari indikator demografi, pendidikan, dan ekonomi.
Indikator demografi menunjukkan proyeksi penduduk, kepadatan penduduk
per km2, dan rasio jenis kelamin, indikator pendidikan menunjukan partisipasi
penduduk dalam memanfaatkan kesempatan pendidikan yang tersedia, dan
indikator ekonomi menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang diukur dengan
menggunakan data pendapatan domestik regional bruto (PDRB).
Proyeksi penduduk, kepadatan penduduk per km2, dan rasio jenis
kelamin Kabupaten Badung seperti Tabel 3.2. Jumlah penduduk Kabupaten
Badung diproyeksikan sebanyak 616.400 jiwa pada tahun 2020 atau
bertambah 66.800 jiwa dari jumlah penduduk tahun 2015. Kepadatan
penduduk per km2 sebesar 1.473 jiwa/km2 pada tahun 2015 menjadi 1.632
jiwa/km2 pada tahun 2020. Rasio jenis kelamin relatif sama pada tahun 2015
dan 2020 yaitu sebesar 1,04% yang menunjukkan jumlah penduduk laki-laki
1,04 kali lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan.
Petang 13,1 12,88 25,98 12,91 12,69 25,6 0,226 0,223 1,02 1,02
Abiansemal 45,31 45,58 90,89 46,16 46,47 92,63 1,317 1,342 0,99 0,99
Mengwi 65,16 63,92 129,08 67,41 66,2 133,61 1,574 1,629 1,02 1,02
Kuta Utara 63,47 60,16 123,63 72,86 69,17 142,03 3,651 4,195 1,06 1,05
Kuta 52,11 48,19 100,3 58,34 54,04 112,38 5,725 6,414 1,08 1,08
Kuta Selatan 75,15 71,37 146,52 90,72 86,23 176,95 1,449 1,75 1,05 1,05
Jumlah 314,3 302,1 616,4 348,4 334,8 683,2 1,473 1,632 1,04 1,04
Badung mengalami peningkatan yang relatif besar pada tahun 2012, yaitu
sebesar 0,57% dibandingkan tahun 2011 dan mengalami perlambatan
terbesar pada tahun 2013, yaitu sebesar 0,82% dibandingkan tahun 2012.
Jasa Kesehatan dan 270,144.57 286,944.45 304,442.62 343,019.56 391,441.84 432,650.18 468,674.44
Kegiatan Sosial
Jasa lainnya 174,185.52 186,178.11 195,488.34 203,367.30 222,346.90 240,595.96 261,506.73
3.5.1 Iklim
Wilayah Kabupaten Badung berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan
Ferguson termasuk ke dalam tipe iklim C, D, dan E. Perbandingan antara
rerata bulan kering dan basah dengan kisaran 33,3-60,0% termasuk tipe
iklim C, kisaran 60,0-100% termasuk tipe D, dan kisaran 100-167% termasuk
tipe E. Wilayah bagian utara Kabupaten Badung cenderung bertipe iklim C,
bagian tengah tipe D, dan bagian selatan tipe E.
Dilihat dari tekanan udara, kelembaban udara, rerata suhu, dan
penyinaran matahari bulanan di Kabupaten Badung pada tahun 2016
berturut-turut berkisar 1.008-1.012 mb (terendah pada bulan februari dan
tertinggi pada bulan agustus), 79-82% (terendah pada bulan juli dan tertinggi
pada bulan maret), 26,0-27,9°C (terendah pada bulan juli dan tertinggi pada
bulan november), dan 63-91% (terendah pada bulan januari dan tertinggi
pada bulan juli) (BPS Kabupaten Badung, 2017).
3.5.2 Hidrologi
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah 3 di
Provinsi Bali mengoperasikan stasiun curah hujan dengan jumlah terbesar
diantara tiga badan yang ada yaitu BMG, Unit Hidrologi Pekerjaan Umum,
dan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Unda
Anyar. Jumlah dari stasiun curah hujan yang dioperasikan oleh ketiga badan
tersebut adalah 90 stasiun (BMKG), 36 stasiun (Unit Hidrologi Pekerjaan
Umum), dan 2 stasiun (BPDASHL).
Curah hujan dan hari hujan bulanan di Kabupaten Badung pada tahun
2016 berturut-turut berkisar 24,6-332,1 mm (terendah pada bulan agustus
dan tertinggi pada bulan januari) dan 4-23 hari hujan (terendah pada bulan
agustus dan tertinggi pada bulan januari) (BPS Kabupaten Badung, 2017).
Curah hujan dan hari hujan per kecamatan di Kabupaten Badung pada tahun
2016 seperti Tabel 3.5.
Tabel 3.5. Curah hujan dan hari hujan per kecamatan di Kabupaten Badung
Bulan 2016
Kecamatan
01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12
Petang CH 180 855 280 213 165 217 219 193 247 510 795 541
HH 18 29 20 16 16 11 18 17 5 26 28 30
Abiansemal CH 168 310 150 59 31 163 86 131 299 237 340 417
HH 7 22 11 7 4 21 12 10 12 15 22 21
Mengwi CH 143 428 178 96 26 122 216 217 355 260 504 435
HH 12 19 11 11 8 11 14 10 13 15 18 22
Kuta Utara CH 385 451 155 - - 73 79 30 137 90 255 254
HH 6 15 7 - - 6 8 4 7 7 14 14
Kuta CH - - - - - - - - - - - -
HH - - - - - - - - - - - -
Kuta Selatan CH 50 427 98 7 65 189 193 29 412 156 631 740
HH 4 16 10 3 7 10 15 3 8 5 16 18
3.6.1 Topografi
Secara topografi Kabupaten Badung dibedakan menjadi tiga wilayah
yaitu bagian utara, tengah, dan selatan. Bagian utara atau hulu berada pada
Wilayah Pegunungan Bedugul dengan ketinggian 1.500-3.000 m yang
membentang dari arah timur-barat. Wilayah bagian utara memiliki topografi
yang curam, sementara bagian selatan secara relatif memiliki kemiringan
yang tidak terlalu besar utamanya yang berada di bawah 500 m diatas
permukaan laut meskipun bagian di atasnya lagi sedikit curam. Kondisi
topografi Kabupaten Badung seperti Gambar 3.4. Kemiringan lereng lahan di
Kabupaten Badung berkisar 0-2%, 2-5%, 5-15%, 15-40%, dan lebih besar
dari 40%. Kemiringan lereng lahan lebih besar dari 5%->40% tersebar di
Kecamatan Petang, Abiansemal, Mengwi, dan Kuta Selatan, sedangkan
Kecamatan Kuta Utara termasuk datar dengan kemiringan lereng lahan
berkisar 0-5%.
3.6.2 Geologi
Dilihat secara geologi, Pulau Bali terdiri dari hasil-hasil vulkanik seperti
Miocene sampai Pliocene dan sedimen laut sebagai batuan dasar, dilapisi
oleh aliran pyroclastic, hasil-hasil vulkanik dan aliran lumpur ynag berasal
dari aktivitas-aktivitas vulkanik yang intensif di Pleistocene dan Holocene
pada periode Kuarter. Wilayah Kabupaten Badung pada bagian utara
sampai Kecamatan Kuta Utara didominasi lapisan batuan dasar berupa
breksi vulkanik, lahar, dan tufa formasi Buyan-Beratan dan Batur, Kecamatan
Kuta-Kuta Selatan berupa endapan aluvial, dan Kecamatan Selatan
didominasi formasi batu kapur. Kondisi geologi Kabupaten Badung seperti
Gambar 3.5. Dilihat dari jenis tanah, Kabupaten Badung memiliki empat
jenis tanah yaitu latosol, regosol, andosol, dan mediteran. Jenis tanah
regosol dapat dijumpai hampir di setiap kecamatan, latosol tidak dijumpai di
Kecamatan Kuta Selatan, andosol hanya dijumpai di Kecamatan Petang, dan
demikian juga jenis tanah mediteran hanya dijumpai di Kecamatan Kuta
Selatan. Jenis tanah di Kabupaten Badung seperti Gambar 3.6.
BAB IV
1. Peta Tanah
2. Peta Lereng
Kemiringan lereng adalah perbandingan antara beda tinggi (jarak
vertikal) suatu lahan dengan jarak mendatarnya. Besar kemiringan
lereng dapat dinyatakan dengan beberapa satuan, diantaranya
adalah dengan persentase (%) dan derajat (°). Kelerengan
mempengaruhi kerusakan lahan terkait dengan besarnya erosi dan
kemampuan tanah menyimpan air hujan. Semakin besar
kelerengan akan menyebabkan kerusakan tanah yang makin tinggi.
Kemiringan lereng yang dihasilkan selanjutnya diklasifikasikan
sesuai dengan klasifikasi kemiringan lereng untuk identifikasi
Potensi Kerusakan Tanah. Penilaian potensi kerusakan tanah
berdasarkan kemiringan lereng di Kabupaten Badung seperti Tabel
4.2.
Ketebalan Solum
Ketebalan solum adalah jarak vertikal dari permukaan
tanah sampai ke lapisan yang membatasi keleluasaan
perkembangan system perakaran. Solum tanah merupakan
lapisan-lapiasan yang menyusun dalam tubuh tanah. Pada
umumnya tanah tersusun oleh lapisan organik, top soil, sub
soil dan lapisan batuan induk. Sistem perakaran akan
Kebatuan Permukaan
Komposisi Fraksi
Komposisi fraksi tanah adalah perbandingan berat dari
pasir kuarsitik (50 – 2.000 μm) dengan debu dan lempung
(< 50 μm). Tanah tidak dapat menyimpan hara dan air
bilamana kandungan pasir kuarsanya > 80 %. Pasir yang
mudah lapuk (vulkanik) yang berwarna gelap tidak
termasuk dalam definisi ini. Pengamatan ini khusus
diberlakukan untuk tanah pasiran berwarna keputih-putihan
yang jika diraba dengan ibu jari dan telunjuk pada kondisi
basah terasa kasar dan relatif tidak liat atau lekat (untuk
memperkirakan kadar pasir kuarsitik > 80%). Untuk tanah di
luar ketentuan di atas tidak diperlukan pengamatan lebih
lanjut, cukup dengan perabaan (liat, lekat, tidak terasa
kasar akibat dominasi pasir). Pengukuran komposisi fraksi
dilakukan dengan menggunakan metode gravimetric.
Komposisi fraksi pasir memegang peranan penting dalam
menentukan tata air dalam tanah yang berupa kecepatan
infiltrasi, penetrasi dan kemampuan mengikat air oleh
tanah. Komposisi pasir yang makin meningkat akan
meningkatkan kecepatan infiltrasi, tetapi mengurangi
(b – a)
BI = ------------ g/cm3
V
Porositas
Porositas total tanah adalah persentase ruang pori yang
ada dalam tanah terhadap volume tanah (PMNLH, 2006).
Porositas tanah mengambarkan nisbah volume ruang pori
dengan padatan atau disebut nisbah ruang pori (pore space
ratio (PSR)). Sehingga porositas sangat tergantung pada
berat isi dan berat jenis tanah. PSR akan sangat
menentukan kandungan air, udara, suhu dan unsur hara,
ruang akar tanaman. Porositas akan menentukan
kemampuan tanah untuk meloloskan air serta kemampuan
tanah untuk menyimpan air dan hara. Volume pori
mencakup berbagai ukuran ada yang lebar dengan
diameter > 10 um, sedang (berdiameter 10 - 0,2 um), dan
halus (diameter < 0,2 um). Volume pori tanah menurut
peranannya dalam menahan air dapat dibedakan menjadi
pori makro dan mikro. Pori makro tidak dapat menahan air,
karena air akan diloloskan ke bawah oleh gaya gravitasi.
Sedangkan pori mikro merupakan pori yang berukuran kecil
dengan membentuk pipa kapiler dan mampu menahan air,
sehingga air tersedia bagi tanaman. Porositas ini sangat
dipengaruhi oleh agihan ukuran butiran tanah, bahan
Organik dan Bentuk, ukuran dan struktur tanah. Menurut
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 7
Tahun 2006 bahwa faktor pembatas porositas untuk
mendukung pertanaman sebesar < 30 % dan > 70 %.
Pengukuran porositas total tanah diberi indeks n, diukur
BI
Porositas Total = (1 - ------) x 100 %
BJ
2. Pengambilan contoh
tanah
3. Uji laboratorium
2. Laporan akhir
3. CD laporan
4. Pembahasan
A. Tenaga Ahli
1. Team Leader
(M Adi P P, ST)
2. Ahli Tanah
(Ir. Yohannes PS)
B. Tenaga Penunjang
1. Operator komputer
(Ngurah AFYM, SE)
2. Administrasi
(IGA Yudhi P, S.Kom)
2. ATK
3. Kendaraan roda 4
4. Peralatan survey
5. Peralatan laboratorium
6. Konsumsi seminar
BAB V
hutan
tanaman/hutan 399,0 998,0 69,0 1,0 0,0 655,0 2.122,0 5,07
rakyat
hutan negara 82,0 14,0 0,0 0,0 16,0 0,0 112,0 0,27
lahan terbuka 4,0 0,6 0,0 0,0 4,0 227,0 235,6 0,56
lainnya 6,0 230,0 346,0 3,0 93,0 614,0 1.292,0 3,09
Lahan bukan pertanian
permukiman,
gedung dan
1.388,0 941,5 1.459,0 1.906,1 1.591,0 6.468,6 13.754,2 32,86
kantor, dan
lainnya
Jumlah 11.500,0 6.901,0 8.200,0 3.538,0 1.779,0 9.934,0 41.852,0 100
8 8
9 9
10
11 1
12 2
13 3
14 4
15 5
16 6
17 7
18 8
19 9
20
21 1
22 2
23 3
24 4
25 5
26 6
27 7
28 8
29 9
30
31 1
32 2
33 3
34 4
35 5
36 6
37 7
38 8
39 9
40
41 1
42 2
43 3
44 4
45 5
46 6
47 7
48 8
49 9
50
51
52
53
54
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Edisi Kedua. IPB Press, Bogor.
Atmojo, Suntoro Wongso. 2006. Degradasi Lahan dan Ancaman bagi
Pertanian. Solo Pos, 7 Nopeber 2006.
Blaikie, P. 1989. Explanation and Policy in Land Degradation and
Rehabilitation for Developing Countries. Methuem. London.
Budiyanto, Gunawan.2015. Manajemen Sumbedaya Lahan. Cetakan II.
Janari 2015. Penerbit Lembaga Penelitian, Publikasi & Pengabdian
Masyarakat (LP3M) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Chisolm, A. And Doomsday, R. 1987. Land Degradation, Problems and
Policies. CUP. London.
Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. 2008. Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup Nomor 20 Tahun 2008 tentang Petunjuk
Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten/Kota.
Pemerintah Republik Indonesia. 1958. Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II
dalam Wilayah Daerah-Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan
Nusa Tenggara Timur. Diundangkan di Jakarta pada tanggal 14
Agustus 1958.
Pemerintah Republik Indonesia. 1992. Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 1992 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah
Tingkat II Denpasar. Diundangkan di Jakarta pada tanggal 15 Januari
1992.
Pemerintah Republik Indonesia. 2009. Peraturan Pemerintah Repbulik
Indonesia Nomor 67 Tahun 2009 tentang Pemindahan Ibu Kota
Kabupaten Badung dari Wilayah Kota Denpasar ke Wilayah Kecamatan
mengwi Kabupaten Badung Provinsi Bali. Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 16 November 2009.
Pemerintah Kabupaten Badung. 2010. Peraturan Daerah Kabupaten
Badung Nomor 15 Tahun 2010 tentang Lambang Daerah Kabupaten
Badung. Diundangkan di Mangupura pada tanggal 31 Desember 2010.
Pemerintah Kabupaten Badung. 2013. Peraturan Daerah Kabupaten
Badung Nomor 26 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Badung Tahun 2012-2033. Diundangkan di Mangupura
tanggal 30 Desember 2013.