BLBI
BLBI
Managing Director IMF, Michel Camdessus saat menyaksikan Presiden RI ke-2 Soeharto, menandatangani
kesepakatan dengan IMF. (Foto: Dok. Istimewa)
Kala itu, Soeharto berpikir bahwa satu-satunya jalan untuk menghadapi krisis adalah
dengan meminjam sejumlah uang kepada IMF. Bak pasien yang tengah sakit,
Indonesia pun menerima begitu saja sejumlah rekomendasi pemulihan kriris yang
berupa paket ekonomi ala IMF. Semua itu kemudian tertuang dalam Letter of
Intent (LoI).
Paling tidak, ada dua rekomendasi IMF mengenai perbankan nasional yang
bergejolak. Pertama, bank-bank yang tak mungkin lagi untuk diselamatkan akan
dicabut izin usahanya. Kedua, bank-bank yang sakit akan disembuhkan oleh Badan
Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).
Meski ada klausul soal penutupan sejumlah bank, pemerintah berjanji akan
memulangkan sejumlah dana yang telanjur disimpan nasabah pada bank-bank
tersebut. Bagi bank-bank yang mendapat bantuan likuiditas, mereka diwajibkan
untuk mengembalikan bantuan tersebut dengan cara mencicil kepada pemerintah.
Permasalahan dimulai saat bank-bank menyalahgunakannya
Persoalannya, dana ratusan triliun rupiah yang dikucurkan pemerintah terhadap
bank-bank itu tidaklah berjalan sesuai rencana. Kenyataan di lapangan
menunjukkan bahwa beberapa pemilik bank diduga menyalahgunakan bantuan
tersebut.
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mencatat bahwa skema bantuan dana segar itu
tak tepat sasaran dan merugikan negara sebesar Rp 138 triliun. Ya, hanya Rp 6
triliun saja dari Rp 144,53 triliun yang benar-benar digunakan sebagaimana
mestinya.
Dampak dari korupsi BLBI
1. Dampak ekonomi
Turunnya pertumbuhan ekonomi dan tidak adanya investasi,membuat
produktifitas menurun .hal ini menghambat perkembangan sektor
perekonomian untuk bisa berkembang menjadi lebih baik.
Meningkatnya hutang negara