3. Model ; OLS
Model untuk analisis telah diadopsi dari sebuah studi oleh Jorion (1991) yang telah
mengikuti pendekatan Ross dari Teori Harga Teori (APT).
Versi dua faktor dari Ross (1976) APT menyiratkan hubungan linear antara
pengembalian yang diharapkan dan sensitivitas terhadap pergerakan pasar dan nilai
tukar.
4. Interprestasi Reseach Problem : Dengan adanya fluktuasi mata uang ini maka
berpengaruh pada tingginya risiko pengambilan saham.
Metodologi
1. Unit analisis : 15 kelompok industri india yang terdiri dari 500 perusahaan
yang terdaftar dalam indexs S&P BSE500
2. Teknik sampling : Probability sampling
3. Metode analisis : Metode kualitatif&kuantitatif
4. Periode peneliti : februari 2005-januari 2016
Hipotesis :
risiko nilai tukar tidak dihargai sebagai premium oleh investor selama rezim volatilitas
penukar rendah,
risiko nilai tukar mata uang asingpada dasarnya menjadi risiko yang dihargai dipasar
ternak.
Hasil analisis
Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa hasil untuk koefisien penetapan harga adalah
signifikan untuk periode-periode yang dipertimbangkan setelah 2008 yang menunjukkan bahwa
setelah timbulnya krisis keuangan global, ada perubahan kecil seperti persepsi awal para vestor.
Namun dalam empat tahun terakhir (2012e2016), faktor risiko nilai tukar menjadi menonjol
sebagai 'harga' di pasar saham. Ini pada dasarnya berarti bahwa investor secara progresif
mengharapkan premi risiko investasi untuk persepsi tambahan eksposur terhadap risiko nilai
tukar dan telah menjadi lebih menonjol dalam beberapa tahun terakhir.
Tinjauan pustaka
Dari hasil analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan dampak dari fluktuasi mata uang asing
terhadap pengambilan saham semakin menjadi masalah utama bagi investor, pemodal, dan pembuat
kebijakan. Bukti empiris menunjukan bahwa investor sedang menunggu premi risiko atas investasi
mereka karena meningkatnya risiko ekposur yang disebabkan oleh fluktuasi nilai tukar. Walaupun
banyak yang beranggapan bahwa risiko nilai tukar tidak dihargai sebagai premium oleh investor selama
rezim volatilitas penukar rendah, namun selama krisis mata uang, risiko nilai tukar mata uang asing pada
dasarnya menjadi risiko yang dihargai dipasar ternak.