Anda di halaman 1dari 53

VULVA HYGIENE

No. Dokumen :
No. Revisi :
SPO
Tanggal terbit :
Halaman :

Deyby CH. D. Soemanta, SKM


PUSKESMAS
NIP. 197310241993032002
KOTOBANGON

1. Pengertian Melakukan tindakan membersihkan alat kelamin wanita bagian luar dan
sekitarnya
2. Tujuan - Mencegah terjadinya infeksi didaerah vulva, perineum, maupun
uterus
- Menjaga kebersihan perineum dan vulva
- Untuk penyembuhan luka perineum/jahitan pada perineum
- Meberikan rasa nyaman pada pasein
3. Kebijakan Dilakukan pada ibu setelah melahirkan
4. Prosedur 1) persiapan alat:
dan - oleumcoccus yang hangat (direndamkan dalam air hangat)
langkah- - kapas
5. langkah - handuk besar 2 buah
- peniti 2 buah
- air hangat dan dingin dalam baskom
- waslap 2 buah
- bengkok
2) persiapan pasien
- beritahu dan menjelaskan pada pasein tindakan yang akan
dilakukan
3) pelaksanaan:
- pasang sampiran/ menjaga prifasi
- pasang selimut mandi
- atur posisi pasien dorsalrecumbent
- pasang alas dan perlak dibawah pantat
- gurita dibuka, celana dan pembalut dilepas bersamaan
dengan pemasangan pispot, sambil memperhatikan
lochea. Celana dan pembalut dimasukan dalam tas
plastic yang berbeda.
- Pasien disuruh BAB/BAK
- Perawat memakai sarung tangan kiri
- Guyur pulva dengan air matang
- Pispot tadi diambil
- Dekatkan bengkok kedekat pasien.
- Pakai sarung tangan kanan, kemudian mengembil
kapas basah. Buka pulva dengan ibu jari dan jari
telunjuk kiri.
- Bersihkan pulva mulai dari labia mayora kiri, labia
mayora kanan, labia minora kiri, labia minora kanan,
vesibulum, perineum.

.
6. Unit terkait Poned, pustu, polindes

ASUHAN PERSALINAN NORMAL


No. Dokumen :
No. Revisi :
SPO
Tanggal terbit :
Halaman :
Deyby CH. D. Soemanta, SKM
PUSKESMAS
KOTOBANGON NIP. 197310241993032002

1. Pengertian Asuhan pada ibu hamil aterm telat kepala mulai dari kala 1 (pembukaan
serviks, kontraksi teratur, keluar lender darah) kala 2 ( pebukaan
lengkap 10cm sampai bayi lahir ), kala 3 ( melahirkan plasenta), kala 4
( kurng 2 jam post partum)
2. Tujuan Sebagai acuan untuk penatalaksanaan ibu bersalin normal
3. Kebijakan - Bidan yang terampil
- Tresedia alat yang lengkap
4. Prosedur/ Obat-obatan:
langkah- - Oksitosin 2 amp
langkah - Spuit 3 cc 1
Alat-alat:
- Gunting epis 1
- Klem tali pusat 2
- Gunting tali pusat 1
- Pengikat tali pusat 1
- Kassa steril
- Sarung tangan
Prosedur:
1. Mengenali tanda dan gejala kala 2, yaitu dorongan ingin
meneran tekanan pada rectum dan vagina meningkat, perineum
tampak menonjol, vulva dan pringterani membuka
2. Pastikan kelengkapan peralatan dan obat-obatan esensial untuk
menolong persalinan dan penatalaksanaan komplikasi ibu dan
bayi baru lahir
3. Pakai celemek plastic (APD)
4. Melepaskan perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun
dan air bersih mengalir kemudian keringkan
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan
untuk periksa dalam
6. Masukan oksitosin kedalam tabung suntik dengan teknik 1
tangan
7. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar pegang kepala bayi
secara biparietal gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga
bahu depan muncul kebawah arkus pubis kemudian gerakan
keatas untuk melahirkan bahu belakang
8. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah pastikan tidak
terjadi kontaminasi pada alat suntik
9. Membersihkan vulva dan perineum dengan kasa steril yang
telah dibasahi dengan air DTT bersihkan secara hati-hati, buang
kasa pembersih pada tempat yang tersedia, ganti sarung jika
terkontaminasi
10. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan
lengkap, bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan
sudah lengkap maka lakukan amniotomi
11. Dekontaminasi sarungtangan dengan cara mencelupkan sarung
tangan kedalam clorin 0,5%lepas kedlam keadaan terbalik
12. Periksa DJJ setelah kontraksi/ relaksasi batas normal DJJ (120-
160 x /manit) dan mendokumentasikan hasil pemeriksaan
13. Beritahu ibu bhwa pmebukaan sudah lengkap dan keadaan
14. janin baik dan bantu ibu menemukan posisi dan nyaman, tunggu
hingga rasa ingin menelan
15. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi menran bila
kontraksi kuat bantu ibu keposisi setengah duduk pastikan ibu
merasa nyaman
16. Melaksakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada
dorongan kuat untuk meneran, bombing dan beri dukungan pada
ibu pada saat meneran bantu mengambil posisi yang nyaman,
anjurkan ibu istirhatdiantara kontraksi beri makan minum,
pantau DJJ jika tidak ada kontraksi.
17. Anjurkan ibu berjalan dan memilih posisi yang nyaman jika
belum da dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
18. Letakan handuk bersih di atas perut ibu ( untuk mengeringkan
bayi ) jika vulva membuka dengan diameter 5 – 6 cm
19. Letakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu
20. Buka tutup partus set periksa kelengkapan alat dan bahan
21. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
22. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5 – 6 cm membuka
vulva maka lindungi perineum tangan yang lain menahan kepala
agar tidak devleksi dan membantu lahirkan kepala, anjurkan ibu
bernafas cepat dan dangkal
23. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil
tindakan yang sesuai jika terjadi lilitan tali pusat segera
longgarkan jika lilitan kuat klem di dua tempat dan potong
diantara klem tersebeut, segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
24. Tunggu keapala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan
25. untukkepala dan bahu gunakan tangan atas untuk menelusuri
dan memegang lengan dan siku sebelah atas
26. Setelah tubuh dan lengan lahir penelusuran tangan atas
berlanjut kepunggung, tungkai, dan kaki pegang kedua mata
kaki masukan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing
mata kaki dengan ibu jari
27. Lakukan penilaian bayi baru lahir(apakah menangis kuat? Dan
apakah gerakan bayi aktif) Bila bayi menangis kuat dan gerakan
aktif lanjutkan tindakan selanjutnya
28. Mengerngkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian
tubuh lainnya kecuali telapak tangan, ganti handuk basah
dengan handuk kering,biarkan bayi diatas perut ibu
29. Periksa uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam
uterus (hamil tunggal)
30. Beritahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin agar uterus
berkontraksi baik
31. Dalam 1 menit setelah bayi lahir suntikan oksitosin 10
32. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum
33. Pastikan uterus berkontraksi baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam
34. Lakukan inisisasi menyusui dini dan biarkan bayi melakukan
kontak kulit denganibu selama 1 jam
35. Lakukan pemeriksaan fisik BBL
36. Setelah 1 jam pemebrian vit K pada paha kiri dan hep B
paha kanan pada bayi
37. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
pervaginam
38. Ajarkan ibu dan keluarga cara masase uterus dan menilai
kontraksi
39. Memeriksa nadi ibu dan kandung kemih selama 15 menit
selama 1 jam pertama pasca persalinan selanjutnya 30 menit
pada jam kedua
40. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
41. Pantau tanda-tanda bahaya pada bayi selama 15 menit
42. Tempatkan peralatan bekas pakai dalam larutan klorin untuk
dekontaminasi
43. Buang bahan yang terkontaminasi ketempat sampah sesuai
44. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT bantu ibu
mengganti pakaian
45. Pastikan ibu merasa nyaman bantu ibu memberikan ASI
46. Dekontaminasikan tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%
47. Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%
rendam secara terbalik
48. Cuci kedua tangan dengan sabun dengan air mengalir
49. partograf (halaman depan dan belakang) periksa ttv dan asuhan
kala IV
5. Unit terkait Poned, Pustu, Polindes
PENANGANAN PREEKLAMSIA
No. Dokumen :
No. Revisi :
SPO
Tanggal terbit :
Halaman :

Deyby CH. D. Soemanta, SKM


PUSKESMAS
NIP. 197310241993032002
KOTOBANGON

1. Pengertian Penatalaksanaan pada ibu hamil >20 minggu yang mengalami


kenaikan tekanan darah > 160/110 mmhg, protein urine positif > 3,
odema pada tungkai atau kejang
2. Tujuan Sebagai acuan penanganan ibu hamil dengan preeklamsi berat atau
eklamsi untuk mencagah komplikasi yang berat
3. Kebujaksanaan - Dibawah tanggung jawab dan pengawasan dokter
- Bidan yang terampil
4. Prosedur/ langkah- Persiapan :
langkah - Transfuse set
- Cairan infuse
- Abocate no.20
- MGSO4
- Calcium gluconas
- Oksigen
- Spuit 10cc
Pengolahan :
1. Memberitahu pasien tindakan yang akan
dilakukan
2. Baringkan ibu pada sisi kiri untuk mengurangi resiko
aspirasi ludah, muntahan, dan darah
3. Pastikan jalan nafas ibu terbuka:
Bila ibu tudak bernafas segera lakukan tindakan resusitsi
4. Berikan oksigen 4-6 liter/m melalui sungkup atau
kanula
5. Bila ibu kejang:
- Lindungi dari resiko jatuh, ikat tangan dan kaki
- Isap lender mulut dan tenggorokan, sesuai
kebutuhan setelah kejang
6. Pasang infuse intravena dengan menggunakan ringer
lactate atau glukosa 5%
7. Memberitahu bahwa akan merasakan panas pada saat
magnesium sulfat diberikan
Alternative 1
8. Berikan 4 gram MGSO4 ( 10 mg) larutan 4 secara
perlahan-lahan selama 5 menit
9. Segera dilanjutkan dengan 6 gram MGSO4 40% (12ml)
dalam larutan ringer asetad / ringer lactate selama 6 jam
10. Jika kejang berulang setelah 15 menit berikan MGSO4
(40%) 2 gram selama 5 manit
11. MGSO$ 1 gram/ jam

5. Unit terkait Ponet, pustu, polindes


PENANGANAN KPD
No. Dokumen :
No. Revisi :
SPO
Tanggal terbit :
Halaman :
PUSKESMAS Deyby CH. D. Soemanta, SKM
KOTOBANGON NIP. 197310241993032002

1. Pengertian Tata laksana pada ibu hamil yang mengeluarkan cairan


pervaginam sebelum memasuki persalinan
2. tujuan Sebagai acuan penanganan pasien yang mengalami KPD
3. kebijakan Dibawah pengawasan dokter SPOG
4. prosedur/langkah- Persiapan alat :
langkah 1. hanscoon 1 pasang
2. antibiotik injeksi
3. spuit 3cc
4. lakmus test
Prosedur :
1. prosedur penerimaan pasien baru
2. konfirmasi usia kehamilan
3. lakukan pemeriksaan inspeksi untuk memulai cairan
yang keluar ( jumlah,warna,bau) dan membedakannya
dengan urine
4. jika mungkin lakukan tes lakmus (tes nitrasin) jika
kertas lakmus merah berubah menjadi biru
menunjukkan adanya cairan ketuban
5. tentukan adanya tindakan infeksi : jika ada tanda-
-tanda beri antibiotik
6. tentukan tanda-tanda inpartu :
1. hamil < 37 minggu
- beri dexametazone 6mg (4 amp)
- injeksi antibiotic
- rujuk
2. hamil >37minggu inpartu persalinan normal
KONTRASEPSI PIL PROGESTIN
No. Dokumen :
No. Revisi :
SPO Tanggal terbit :
Halaman :

PUSKESMAS Deyby CH. D. Soemanta, SKM


KOTOBANGON
NIP. 197310241993032002

1. pengertian Jenis kontrasepsi oral bagi wanita usia reproduksi yang sangat efektif
2. tujuan 1. sebagai pedoman dalam melaksanan pelayanan kontrasepsi pil
2. mencegah atau menunda kehamilan
3. kebijakan Wanita usia reproduksi sangat efektif bila digunakan secara benar
tidak mempengaruhi ASI, kesuburan cepat kembali, nyaman dan
mudah digunakan, sedikit efek samping dapat dihentikan setiap saat
4. reverensi Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi
5. prosedur / 1. persiapan alat :
langkah- - APBK
langkah - Buku daftar obat KB
- From catatan
2. Persiapan pasien :
- Beritahu pasien tentang KB pil progestin, cara kerja,
efektifitas keuntungan dan keterbatasan, yang boleh
dan tidak boleh menggunakaN KB progestin
3. Pelaksanaan:
- Mulai hari pertama sampai hari kelima.
Tidak perlu pencegahan dengan kontrasepsi lain.
- Jangan sampai ada tablet yang lupa.
- Tablet digunakan pada jam yang sama (malam hari).
- Dapat digunakan setiap saat, asal saja tidak terjadi
kehamilan bila menggunakan hari kelima siklus haid,
jangan melakukan hubungan seksual selama dua hari
atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 2
hari saja.
- Bila klien tidak haid (amenorea) pil KB dapat
digunakan setiap saat, asal saja diyakini tidak hamil.
Jangan melakukan hubungan seksual selama 2 hari
saja atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk
2 hari lain.
- Bila menyusui selama 6 minggu 6 bulan pasca
persalian dan tidak haid, minum pil dapat dimulai
setiap saat bila menyusui penuh, tidak memerlukan
kontrasepsi tambahan.
- Bila lebih dari 6 minggu pasca persalinan dank lien
telah mendapat haid, pil KB dapat dimulai 1-5 siklus
haid
- Pil KB dapat diberikan segera setelah keguguran
- Bila klien sebelumnya menggunakan kontrasepsi
hormonal lain dan ingin menggantinya dengan pil KB,
pil KB dapat segera diberikan, bila saja kontrasepsi
sebelumnya digunakan dengan benar atau ibu tersebut
tidak hamil. Tidak menunggu sampai datangnya haid
sebelumnya
- Bila kontrsepsi sebelumnya adalah kontrasepsi
suntikan pil KB digunakan sebelum pada jadwal
suntikan berikutnya tidak perlu menggunakan
kontrsepsi yang lain.
- Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi non
hormonal dan ibu tersebut ingin menggantinya dengan
pil KB diberikan pada hari 1-5 siklus haid dan tidak
- memerlukan metode kontrasepsi lain.
- Bila kontrsepsi sebelumnya yang digunakan AKDR (
termasuk AKDR yang mengandung hormonal), pil KB
dapat diberikan pada hari 1-5 siklus haid. Dilakukan
pengangkatan AKDR
- Senggama sebaiknya dilakukan 3-20 jam setelah
penggunaan pil KB
- Pasien dirapikan dan alat-alat dibereskan
- Dokumentasikan pada kartu KB pasien (tanggal
pemberian, jenis, dosis, tanggal kembali ambil pil)

6. Unit terkait KIA, pustu, polindes


PEMPROSESAN ALAT BEKAS PAKAI
No. Dokumen :
No. Revisi :
SPO
Tanggal terbit :
Halaman :
PUSKESMAS Deyby CH. D. Soemanta, SKM
KOTOBANGON NIP. 197310241993032002

1. Pengertian Suatu prosedur pembersihan alat bekas pakai hingga siap untuk
digunakan kembali
2. tujuan Sebagai acuan dalam proses pembersian alat-alat sehingga siap
digunakan kembali secara aman dan terhindar dari kontaminasi
kuman
3. kebijakan Dilakukan oleh tenaga kesehatan sebagai upaya pencegahan infeksi
4. referensi -
5. prosedur/ 1. melakukan dekontaminasi :
langkah- - rendam alat-alat dalam larutan klorin 0,5% selama 10
langkah menit dan bilas
- gunakan deterjen dan sikat pakai sarung tangan tebal
untuk menjaga agar tidak terluka oleh benda-benda
tajam
2. melakukan sterilisasi/DTT
- sterlisasi otoklav tekanan 106 kpa suhu 121˚C selama
30 menit jika terbungkus, 20 menit jika tidak
terbungkus
- panas kering suhu 170˚C lama 60 menit
3. disinfeksi tingkat tinggi :
- rebus kukus : panci tertutup selama 20 menit setelah
air mendidi
- kimiawi : rendam dalam lauratan DTT selama 20
menit
4. dinginkan dan kemudian siap digunakan
5. peralaran yang sudah dproses dapat disimpan dalam wadah
tertutup yang di DTT selama 1 minggu

6. unit terkait BPumum, KIA, poli gigi, poned, UGD, rawat inap, pustu, polindes
KONTRASEPSI SUNTIKAN 3 BULAN
No. Dokumen :
No. Revisi :
SPO
Tanggal terbit :
Halaman :
PUSKESMAS Deyby CH. D. Soemanta, SKM
KOTOBANGON NIP. 197310241993032002
1. pengertian Merupakan infasif karena menembus perlindungan kulit
(penyuntikan)
2. tujuan 1. sebagai pedoman dalam melaksanan kontrasepsi
suntik 3 bulanan
2. mencegah atau menunda kehamilan
3. kebijakan Dalam wanita usia reproduksi yang menghendaki
kontrasepsi jangka panjang dan memiliki efektifas tinggi
4. reverensi Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi
5. prosedur/langkah-langkah 1. persiapan alat :
- spuit disposible
- depo provera
- kapas steril
- alcohol 70%
- sarung tangan
- baki injeksi
- bengkok
- kontener jarum/ sampah medis
- APBK
- Buku daftar obat KB
- From catatan

2. Persiapan pasien :
- Beritahu pasien maksud dan tujuan tindakan
- Atur posisi pasien
3. Pelaksanaan :
- Cuci tangan dengan sabun dan bilas dengan
air mengalir
- Bawa alat-alat kedekat pasien
- Siapkan obat KB depo profera pada spuit
sesuai dosis
- Cocokkan nama obat dan nama pasien pada
daftar injeksi
- Atur posisi pasien sesuai dengan keadaan dan
lokasi injeksi
- Lakukan disinfeksi local kapas alcohol 70% (
melinggkar dari arah dalam keluar) biarkan
kering
Masukan jarum tegak lurus pada lokasi
injeksi, masuk kurang lebih 2-3
- Penghisap ditarik sedikit, bila ada darah
jarum langsung ditarik keluar
- Bila tak ada darah, obat dimasukan perlahan-
lahan
- Setelah obat masuk seluruhnya jarum dicabut
dengan cepat
- Tekan dan masase pada lokasi penyuntikan
menggunakan kapas alcohol
- Pasien dirapikan dan alat-alat dibereskan
- Cuci tangan
- Dokumentasi tindakan pada kartu KB pasien
(tanggal suntik, jenis, dosis, tanggal kembali
disuntik)
PENATALAKSANAAN
HEG
No. Dokumen :
No. Revisi :
SPO
Tanggal terbit :
Halaman :
PUSKESMAS
Deyby CH. D. Soemanta, SKM
MOTOBOI
NIP. 197310241993032002
KECIL

1. pengertian Melaksanakan tindakan pada ibu hamil yang mengalami mual


muntah
2. tujuan Sebagai acuan untuk ibu hamil dengan HEG agar tidak terjadi
dehidrasi dan terpenuhi nutrisi untuk ibu hamil dan
mengurangi mual muntah yang berlebih
3. kebijakan Dibawah tanggung jawab dan pengawasan dokter
4. prosedur/langkah- 1. persiapan alat:
langkah - infuse set
- abocath nomor 20
- cairan D5%, RL
- primperan amp
- ranitidine amp
- spuit 3cc
2. prosedur :
- sesuai dengan prosedur penerimaan pasien
baru
- kolaborasi dengan dokter SPOG untuk
pemberian terapi : infuse RL D5%, injeksi
- primperan 3x1, injeksi ranitidine 3x1
- memasang infuse sesuai SOP
- memberikan suntikan intravena sesuai SOP
- observasi keluhan,ku, ttv, intake, dan output
selama perawatan
5. Unit terkait Poned
PEMERIKSAAN BBL
(Bayi Baru Lahir)
No. Dokumen :
No. Revisi :
SPO
Tanggal terbit :
Halaman :
PUSKESMAS Deyby CH. D. Soemanta, SKM
KOTOBANGON NIP. 197310241993032002

1. Pengertian Penatalaksanan bayi baru lahir


2. Tujuan Untuk mengetahui kondisi bayi baru lahir secara lengkap
sehingga bisa mengambil tindakan sesuai keadaan bayi dengan
tepat
3. Kebijakan Bidan yang terampil
4. Prosedur /langkah- PERSIAPAN SEBELUM TINDAKAN
langkah 1. Menyiapkan
- Lampu yang berfungsi untuk penerangan dan
memberikan kehangatan
- Air bersih,sabun dan handuk kering
- Sarung tangan bersih
- APD
- Kain bersih
- Stetokop
- Jam dengan jarum detik
- Termometr
- Timbangan bayi
- Pengukur panjang bayi
- Pengukur lingkar kepala
- Tempat yang datar,rata,bersih,kering,hangat dan
terang
2. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
mengalir,keringkan denga kain bersih atau biarkan
mongering sendiri kenakan sarung tangan yang bersih.
PEMERIKSAAN
3. Amati bayi dan ibu sebelum menyentu bayi.jelaskan
pada ibu bahwa sebaiknya dia melakukan kontak mata
dengan bayinya dan membelai bayinya dengan selueuh
bgian tangan (bukan hanya jari-jarinya). Mintalah ibu
membuka baju bayinya.
4. Lihat postur,tonus dan aktifitas bayi. Bayi sehat akan
bergerak aktif
5. Lihat kulit bayi.jelskan pada ibunya bahwa wajah,bibir
dan selaput lender,dada harus berwrna merah
muda,tanpa bintik-bintik kemerahan atau bisul.
6. Hitung pernafasan dan lihat tarikan dinding dada bahwa
ketika bayi sedang tidak menangis. Jelaskan pada
ibunya bahwa
frekuensi nafas normal 40-60 kali/menit.lihat
pergerakan pernafasan didada dan diperut :
Jelaskan bahwa seharusnya tidak ada tarikan dinding dada
bawa yang dalam
7. Stetoskop diletakkan di dada kiri bayi setinggi apeks
kordis. Hitung detak jantung dengan stetoskop.
Frekuensi detak jantung normal adalah 120-160x/m
8. Lakukan pengukuran suhu ketiak. Jelaskan suhu normal
adalah 36,5-37,5˚C
9. Lihat dan raba bagian kepala apakah ada pembekakan
atau abnormalitas dan raba ubun-ubun besar
10. Lihat mata : jelaskan bawha seharusnya tidak ada
kotoran secret.
11. Lihat bagian dalam mulut (lidah,selaput lendir). Jika
bayi menangis, masukann 1 jari yang menggunakan
sarung tangan kedalam dan rabah langit-langit, apakah
ada bagian yang terbuka dan nilai kekuatan hisap bayi
12. Lihat dan rabah bagian perut untuk memasukan bahwa
perutnya terasa lemas
13. Lihat tali pusat : jelaskan ke ibu bahwa seharusnya
tidak ada perdarahan, pembengkakan, nana, bau, atau
kemerahan pada kulit sekitarnya
14. Lihat punggung dan raba tulang belakang
15. Lihat lubang anus dan alat kelamin. Hindari untuk
memasukan alat atau jari dalam melakukan
pemeriksaan anus
16. Tanyakan ibu apakah bayi bayi sudah buang air besar
dan buang air kecil. Pastikan dalam 24jam pertama bayi
sudah buang air besar dan buang kecil
17. Mintalah ibu untuk memakaiakan pakaian dan
menyelimuti bayi.
18. Timbang bayi menggunakan selimut, berat bayi adalah
hasil timbangan dikurangi berat selimut. Jelaskan
kepada ibu tentang perubahan berat bayi, dalam minggu
pertama berat bayi mungkin turun dahulu baru
kemudian naik kembali
19. Mengukur panjang dan lingkar kepala bayi
20. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan
dengan kain yang bersih dan kering
21. Minta ibu untuk menyusui bayinya.
- Jelaskan posisi bayi yang baik : kepala dan
badan dalam garis lurus, wajah bayi menghadap
payudara, ibu mendekatkan bayi ketubuhnya.
- Jelaskan perlekatan yang benar: bibir bawah
melengkung keluar, sebagai besar aerola berada
di dalam mulut bayi.
- Jelaskan tanda-tanda bayi menghisap dengan
baik: mengisap dalam dan pelan, tidak terdengar
suara kecuali menelan disertai berhenti sesaat
Anjurkan ibu untuk menyusui sesuai dengan
keinginan bayi tanpa memberi makanan atau
minuman lain.
22. Lakukan rujukan jiak terdapat abnormalitas atau terlibat
tanda-tanda bahaya pada bayi.
- Tidak dapat menetek
- Kejang
- Bergerak hanya jika dirangsang
23. Kecepatan nafas > 60x/menit
- Merintih
- Sianosis sentral
- Catat seluruh hasil pemeriksaan dan tindakan

5. Unit terkait Ponet, pustu dan polindes


MENGHENTIKAN PERDARAHAN
No. Dokumen :
No. Revisi :
SPO
Tanggal terbit :
Halaman :
PUSKESMAS Deyby CH. D. Soemanta, SKM
KOTOBANGON NIP. 197310241993032002

1. pengertian Rangkaian kegiatan untuk menghentikan perdarahan baik pada kasus


bedah maupun non bedah
2. tujuan Mencegah terjadinya syok
3. kebijakan
4. prosedur/ INPUT/STRUKTUR :
langkah- Alat yang dipersiapkan sesuai dengan tehnik yang akan dilaksanakan
langkah untuk kasus bedah :
- alat pelindung diri (masker, sarung tangan, scort)
- balut tekan
- kasa steril
- tourniquet
- plester
- hecting set
- desinfektan
- spuit
- NACL 0,9%
PROSES:
1. Petugas memakai masker, sarung tangan, scort
2. Perawat I
a. Menekan pembuluh darah proximal dari luka, yang dekat
dengan pembukaan kulit dengan menggunakan jari tengah.
Mengatur posisi dengan cara meninggikan daerah yang luka
3. Perawat II
a. Atur posisi pasien
b. Pakai sarung tangan kecil
c. Letakkan kain kasa steril diatas luka, kemudian ditekan
dengan ujung-ujung jari
d. Letakkan lagi kain kasa steril diatas kain kasa yang pertama
kemudian tekan dengan ujung jari bila perdarahan masih
berlangsung. Tindakan ini dapat dilakukan secara
berulanng sesuai kebutuhan tanpa mengangkat kain kasa
yang ada.
4. Menekan balutan
a. Letakkan kain kasa steril diatas luka
b. Pasang verband balut tekan, kemudian letakkan benda
keras (verband atau kayu balut) diatas luka
Balut luka dengan menggunakan verband balut tekan
5. Memasang tourniquet untuk luka dengan perdarahan hebat dan
trumatik amputasi
a. Tutup luka dengan tunggkai yang putus (amputasi) dengan
menggunakan kain kasa steril
b. Pasang tourniquet lebih kurang 10cm sebelah proksimal
luka, kemudian ikatlah dengan kuat.
c. Tourniquet harus dilonggarkan setiap 15 menit sekali
secara periodic
6. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemasangan tourniquet :
a. merupakan tindakan terakhir jika tindakan lainnya tidak
berhasil. Hanya dilakukan pada keadaan aputasi atau
sebagai “life safe”.

Selama melakukan tindakan, perhatikan : kondisi pasien dan


tanda-tanda vital, ekspresi wajah, perkembangan pasien.

5. unit terkait UGD, rawat inap, ponet, BP umum, polindes, pustu


PERAWATAN TALI PUSAT
No. Dokumen :
No. Revisi :
SPO
Tanggal terbit :
Halaman :
PUSKESMAS Deyby CH. D. Soemanta, SKM
KOTOBANGON NIP. 197310241993032002

1. pengertian Memberikan perawatan tali pusat pada bayi dimulai hari 1


kelahiran sampai dengan tali pusat lepas (puput)
2. tujuan Mencegah terjadinya infeksi
3. kebijakan Mulai dilakukan pada bayi baru lahir sampai dengan tali pusat
lepas (puput)
4. prosedur/langkah- 1. persiapan alat :
langkah - kasa steril dalam tempatnya
- air hangat pada tempatnya
- bengkok 1 buah
- perlak dan pengalas
2. persiapan pasien :
- beritahu dan menjelaskan pada keluarga
tindakan yang dilakukan
3. pelaksanaan :
- pasang perlak dan pengalas disamping kanan
bayi
- bersihkan tali pusat dengan kasa air hangat
a. bila tali pusat masih basa, bersihkan dari
ujung ke pangkal
b. bila tali pusat sudah kering bersihkan dari
pangkal ke ujung
c. setelah selesai, pakaian bayi dikenakan
kembali. Sebaiknya bayi tidak boleh
dipakaikan gurita karena akan membuat
lembab daerah tali pusat sehingga
kuman/bakteri tumbuh subur dan akhirnya
menghambat penyembuhan. Tetapi juga
harus dilihat kebiasan orangtua/ibu (personal
hygiene

-
5. unit terkait KIA, ponet, polindes, pustu
PASIEN ABORTUS COMPLET
No. Dokumen :
No. Revisi :
SPO
Tanggal terbit :
Halaman :
PUSKESMAS Deyby CH. D. Soemanta, SKM
KOTOBANGON NIP. 197310241993032002

1. pengertian Penatalaksanaan pada ibu hamil dengan perdarahan


pervaginam< 20 minggu dan berat janin <500gram dengan
riwayat ekspulsi, sedikit atau tanpa rasa nyeri, portio tertutup
2. tujuan Sebagai acuan untuk menatalaksana pasien yang mengalami
abortus
3. kebijakan Dibawah tanggung jawab dan pengawasan dokter bidan yang
trampil
4. prosedur/langkah- Alat : USG
langkah Obat : tambahdarah
Asmef
Antibiotic : amox
Prosedur :
1. pastikan cavum uteri bersih dengan pasien USG oleh
dokter
2. observasi KU, TTV, perdarahan
3. kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi
- antibiotic : amox 3x1 tab
asmef 3x1 tab

PENATALAKSANAAN PASIEN
ABORTUS IMINENS
SPO No. Dokumen :
No. Revisi :
Tanggal terbit :
Halaman :
PUSKESMAS Deyby CH. D. Soemanta, SKM
KOTOBANGON NIP. 197310241993032002

1. pengertian Penatalaksanaan pada ibu hamil dengan perdarahan


pervaginam kurang dari 20mgg dan berat janin kuran dari
500gram dengan tanda-tanda perdarahan berat hingga sedang,
portio tertutup
2. tujuan Mempertahankan kehamilan agar kehamilan berlanjut
3. kebijakan Dibawah pengawasan dan tanggung jawab dokter
4. prosedur/langkah- Alat :
langkah - infuse set
- abocath
- presbor
- asam tranexamat
- asam mafenamat
Pelaksanaan :
1. memberitahu ibu hamil pemeriksaan
2. kolaborasi dengan dokter SPOG untuk pemberian terapi
:
a. infuse
b. preabor 3x1
c. asam tranexamat kalau perlu
d. asam mafenamat kalau perlu
3. observasi keluhan, keadaan umum, TTV dan
perdarahan
4. dokumentasi hasil tindakan yang dilakukan

5. unit terkait Ponet


KOMPRESI BIMANUAL
UTERUS
No. Dokumen :
No. Revisi :
SPO
Tanggal terbit :
Halaman :
PUSKESMAS Deyby CH. D. Soemanta, SKM
KOTOBANGON NIP. 197310241993032002

1. pengertian Penatalaksanaan pada ibu bersalin dengan perdarahan


pervaginam lebih dari 500cc karena atonia uteri dengan
melakukan kompresi bimanual
2. tujuan Untuk menghentikan perdarahan dan memperbaiki kontraksi
uterus
3. kebijakan Bidan yang terampil
4. prosedur/langkah- - Persiapan alat
langkah - Sarung tangan DTT
- Larutan anti septic
- Kasa steril
Penatalaksanaan :
Kompresi bimanual internal
1. Memberitahu ibu atas tindakan yang akan dilakukan
Penolong berdiri didepan vulva oleskan larutan antiseptic
pada sarung tangan dengan ibu jari dan telunjuk tangan
kiri, sisihkan kedua labium mayus ke lateral dan secara
obstetric masukan tangan kanan melalui introitus
2. Kepalkan tangan kanan dan letakkan dataran punggung
jari telunjuk hingga kelingking pada fornik anterior
dorong uterus ke kronio
3. Tapak tangan kiri menekan bagian belakang korpus uter
4. Lakukan kompresi dengan mendekatkan telapak tangan
kiri dengan kepalan tann kanan pada formic anterior
5. Bila perdarahan berhenti pertahankan posisi demikian
hingga kontraksi uterus membaik. Bila perdarahan belum
berhenti lanjutkan tindakan berikutnya
6. Bersihkan dan rendam sarung tangan dengan klorin
7. Cuci tangan, perhatikan ttv, kontraksi uterus tiap 10 menit
dalam 2 jam pertama
8. Mendokumentasikan hasil tindakan
Kompresi bimanual eksternal
1. Penolong berdiri menghadap sisi kanan ibu
2. Tekan dinding perut bawah ibu untuk menaikan fundus
uteri agar telapak tangan kiri dapat mencakup dinding
belakang uterus
3. Pindahkan posisi tangan kanan sehingga telapak tangan
kanan dapat memperhatikan perdarahan yang terjadi
4. Tekan korpus uteri dengan jalan mendekatkan telapak
tangan kiri dan kanan dan perhatikan perdarahan ynag
terjadi.
9. Bila perdarahan berhenti, pertahankan posisi tersebut
sehingga tangan uterus dapat berkongtraksi dengan baik,
bila belum berhenti rujuk

5. Unit terkait Ponet, pustu, polindes


PLASENTA MANUAL
No. Dokumen :
No. Revisi :
SPO
Tanggal terbit :
Halaman :
PUSKESMAS Deyby CH. D. Soemanta, SKM
KOTOBANGON NIP. 197310241993032002

1. Pengertian Penatalaksanaan pada ibu bersalin yang dilakukan bila placenta


tidak lahir setelah 1 jam bayi lahir disertai menejemen aktif
kala 3
2. Tujuan Sebagai acuan penatalaksanaan pada ibu bersalin kala 3 dengan
retensio plasenta
3. Kebijakan - Perawatan/ bidan yang terampil
- Tersedian alat-alat yang lengkap
4. Refrensi
5. Prosedur/langkah- Periapan alat-alat:
langkah 1. Hanskon/sarung tanagn yang panjang
2. Folley chateter
3. Kocher
4. Larutan antiseptic
Pelaksanaan:
1. Memberitahu pasien tentang tindakan yang akan
dilakukan
2. Pasien dengan posisi litotomi, pasang kain penutup
3. Kosongkan kandung kemih
4. Lakukan pemeriksaan dalam jepit tali pusat dengan
cocher, tegangkan talipusat dengan tangan kiri sejajar
lantai
5. Tangan kanan masuk melalui introitus vagina secara
obstetric menelusuri talipusat hingga servik
6. Tangan kiri menahan fundus, tali pusat dipegang asisten
7. Lanjutkan penetrsi tangan kanan ke kavum uteri,
temukan implementasi dari tepi plasenta
8. Siapkan ujung jari diantara plasenta dan dinding uterus
9. Setelah penyisipan berhasil, gerakan tangan ke kiri dan
kanan sehingga secara bertahap, seluruh plasenta dapat
dilepaskan dengan tepi luar jari-jari tangan dalam
10. Gunakan tangan luar atau minta asisten untuk menaik
tali pusat dan mengeluarkan plasenta, sementara tangan
masih didalam kavum uteri lakukan pemeriksaan untuk
memastikan tidak ada sisa plasenta
11. Bila bukaan servik tidak memungkinkan plasenta
dilahirkan sementara tangan masih didalam kavum uteri
maka lahirkanplasenta sambil mengeluarkan tangan
dalam pegang pangkal tali pusat tanganluar ,menahan
korpus uterus pada supra simpisis
12. Lahirkan plasenta dan letakkan pada tempat yang
tersedia
13. Perhatikan kontraksi uterus dan jumlah perdarahan yang
keluar
14. Mendekontaminasikan alat-alat dan mencuci tanagn
Mendokumentasikan hasil tindakan

6. Unit terkait Ponet, pustu, polindes


PENJAHITAN PERINEUM
No. Dokumen :
No. Revisi :
SPO
Tanggal terbit :
Halaman :
PUSKESMAS Deyby CH. D. Soemanta, SKM
KOTOBANGON NIP. 197310241993032002

1. Pengertian Melkukan penjahitan pada perineum karna robekan/luka


episiotomy saat persalinan
2. Tujuan Sebagai acuan untuk tindakan penjahitan perineum untuk
mencegah perdarahan dan infeki postpartum
3. Kebijakan - Bidan yang terampil
- Tersedian alat yang lengkap
4. Prosedur/langkah- Persediaan alat-alat:
langkah - Hanskoen/sarung tangan
- Heacting set
- Anastesi/lidocain
- Larutan antiseptic
- Lampu sorot
- Spuit 10cc
- Aquades
- Tampon, kassa steril
- APD
Prosedur pelaksanaan:
1. Memberitahuan pasien tentang tindakan yang akan
dialkukan
2. Siapkan peralatan untuk penjahitan
3. Posisikan ibu dengan posisi litotomi
4. Pasang kain bersih dibawah bokong ibu
5. Atur lampu sorot senter kebawah vulva atau perineum ibu
6. Pakain sarung tangan
7. Isi tabung suntik 5 ml dengan larutan lidoqain 1% tanpa
epinefrin
8. Lengkapi pemakaian sarung tangan pada kedua tangan
9. Gunakan kasa bersih untuk membersihkan luka dari darah
atau bekuan darah, atau nilai kembali luas dan dalamnya
robekan pada daerah perineum
10. Beritahu ibuakan disuntikyang mungkin timbul rasa
kurang nyaman
11. Tusukkan jarum suntuk pada ujung luka/robekan,
masukkan jarum suntik secara subcutan sepanjang tepi
luka.
12. aspirasi untuk mrmastikan tidak ada darah yang terhisap..
Bila ada darah, tarik jarum sedikit dan kembali
masukkan. Ulangi lagi aspirasi ( cairan lidoqain yang
masuk kedalam pemburuh darah dapat menyebabkan
denjut jantung tidak teratur).
13. Suntikan cairan lidokain 1% sambil menarik jarum suntik
pada tepi luka daerah perineum
14. Tanpa menarik jarum suntik keluar dari luka, arahkan
jarum suntik sepanjang tepi luka pada mukosa vagina,
lakukan aspirasi suntikan cairan lidokain 1% sambil
menarik jarum suntik (bila robekan besar dan dalam
anastesi daerah bagian dalam robekan- alur suntikan
anastesi akan berbentuk seperti kipas : tepi perineum,
dalam luka tepi mukosa vagina
15. Lakukan langkah nomor 11 sampai dengan 14 untuk
kedua tepi robekan
16. tunggu 1-2 menit sebelum melakukan penjahitan untuk
mendapatkan hasil optimal dari anastesi
17. lakukan inspeksi vagina dan perineum untuk melihat
robekan
18. jika ada perdarahan yang terlihat menutupi luka
episiotomy pasang tampon atau kasa kedalam vagina.
(Sebaiknya menggunakan tampon berekor benang)
19. Tempatkan jarum jahit pada pemegang jarum kemudian
kunci pemegang jarum
20. Pasang benang jahit (chromic 2-0) pada mata jarum
21. Lihat dengan jelas batas luka episiotomy
22. Lakukan penjahitan pertama kurang lebih 1cm diatas
puncak luka robekan di dalam vagina, ikat jahitan
pertama dengan simpul mati. Potong ujung benang yang
bebas (ujung benang tanpa jarum) hingga tersisa kurang
lebih 1cm
23. Jahit mukosa vagina dengan menggunakan jahit jelujur
hingga tepat dibelakang lingkaran hymen
24. Bila menggunakan benang lein catgut, buat simpul mati
pada
25. jahitan jelujur dibelakang lingkaran hymen
26. Tusukan jarum pada mukosa vagina dari belakang
lingkaran hymen hingga menembus luka robekan bagian
perineum
27. Bila robekan yang terjadi sangat dalam : lepaskan jarum
dari benang, ambil benang baru dan pasang padajarum
buat jahitan terputus pada robekan bagian dalam untuk
menghindari rongga bebas/dead space, gunting sisa
benang, pasang kembali jarum pada benang jahitan
jelujur semula.
28. Teruskan jahitan jelujur pada luka robekan perineum
sampai kebawah luka robekan
29. Bila menggunakan benang plain catgut buat simpul mati
pada jahitan jelujur paling bawah
30. Jahit jaringan subkutif kanan kiri kearah atas hingga tepat
dimuka lingkaran hymen
31. Tusuk jarum dari depan lingkaran hymen ke mukosa
vagina dibelakang lingkaran hymen, buat simpul mati
dibelakang lingkaran hymen dan potong benang hingga
tersisa kurang lebih 1cm
32. Bila menggunakan tampon/kasa didalam vagina,
keluarkan tampon/kasa
33. Masukan jari telunjuk kedalam rectum dan rabalah
dinding atas rectum, bila teraba jahitan ganti sarung
tangan dan
34. lakukan penjahitan ulang
35. Menasihati ibu agar : membasu perineum dengan sabun
dan air terutama setelah buang air besar, kembali untuk
kunjunga tindak lanjut setelah 1minggu untuk
pemeriksaan jahitan dan rectum
36. Alat bersihkan sesuai prosedur
37. Dokumentasikan hasil tindakan

5. Unit terkait Poned, pustu, polindes


RESUSITASI
BAYI BARU LAHIR
No. Dokumen :
No. Revisi :
SPO
Tanggal terbit :
Halaman :
PUSKESMAS Deyby CH. D. Soemanta, SKM
KOTOBANGON NIP. 197310241993032002

1. pengertian Suatu prosedur yang dilakukan pada bayi baru lahir yang
merupakan bagian dari asuhan kala II pada bayi dengan resiko
tinggi asfeksia
2. tujuan Sebagai acuhan untuk penanganan bayi baru lahir dengan
resiko tinggi asfeksia sehingga bias ditangani dengan baik
3. kebijakan - Bidan yang trampil
- Alat-alat yang tersedia
4. Prosedur/langkah- 1. Persiapan alat :
langkah
a. Tempat resusitasi
b. Alat penghisap lendir
c. Alat ventilasi
d. Kain penghangat bayi siap pakai
e. Oksigen
f. Lampu 60 watt
2. Persiapan penolong
a. Mencuci tangan dengan benar
b. Memakai sarung tangan DTT
c. Memberitahu kepada keluarga pasien tentang
tentang kondisi pasien dan tindakan yang akan
dilakukan
3. Pelaksanaan
a. Melakukan penilaian awal
Apakah bayi bersih dari mekonium?
Apakah bayi bernafas/garing manages
Apakah tonus otot bayi baik?
Apakah bayi lahir cukup bulan?
Jika”ya : bayi dirawat rutin saja
Jika”tidak : lanjutkan tindakan langkah awal resusitasi
b. Langkah awal resusitasi HIGHCUP
- Menghangatkan tubuh bayi
- Memposisikan kepala bayi sedikit ekstensi
- Menghisap lendir dalam mulut sedalam 5cm,
hidung 3cm
- Mengeringkan bayi sambil melakukan
rangsangan taktil
- Memposisikan kembali kepala bayi
- Mengeringkan bayi sambil melakukan
rangsangan taktil
- Memposisikan kembali kepala bayi
- Menilai kembali kondisi bayi
Apabila bayi tetap tidak menangis dan atau
tonus otot kurang baik, maka lakukan langkah
vebtisali tekanan positif( VTP)
c. Ventilasi tekanan positif (VTP)
Jika menggunakan tabung dan sungkup
- Udara dimasukan kedalam mulut penolong
dihembuskan lagi kejalan nafas bayi melalui
tabung dan sungkub
- Untuk mrngulang ventilasi penolong harus
mengambil udara kembali dengan melepakan
mulut dari pangkal tabung dan memasukkan
udara baru
Jika menggunakan balon dan sungkup udara
dimasukkan kebayi dengan meremas balon
d. Ventilasi percobaan
Tiup pangkal tabung atau remas balon 2 kali dengan
tekanan 30 cm air untuk mengalirkan udara kejalan
nafas bayi
>> perhatikan dinding dada
Jika dinding dada tidak naik/ mengembang cek
posisi sungkup, posisi kepala, apakah masih ada
lendir pada mulut atau hidung.
>> lakukan koreksi ulang
e. Ventilasi lanjutan
Jika ventilasi percobaan berhasil >> tiup udara pada
tabung atau meremas balon dengan tekanan 20cm
air, frekwensi 20xdalam waktu 30 detik
Lanjutkan penilaian hasil ventilasi
Jika bayi bernafas normal dan atau menangis >>
hentikan ventilasi
Jika bayi mengap-mengap atau tidak bernafas >>
lanjutkan ventilasi
Jika bayi mengap-mengap atau tidak bernafas
lanjutkan ventilasi20kli dalam 30 detik.
Jika bayi mengap-mengap atau tidak bernafas dan
resusitasi telah dilakukan lebih dari 2 menit lebih dari 2
kali nilai denjut jantung, siapkan rujukan.
- Jika bayi tidak bernafas dan tidak ada denjut
jantung, ventilaki tetap dilakukan tetapi jika
hingga 10 menit kemudian bayi tetap tidak
bernafas dan denjut jantung tetap tidak ada,
maka pertimbangkan untuk menghentikan
resusitsi
f. Tindakan pasca resusitasi
Jika resusitasi berhasil, lakukanlah:
a) Pemantauan tanda bahaya
b) Perawatan talipusat
c) Inisiasi menyusui dini
d) Pencegahan hipotermi
e) Pemberian vit k
Pencegahan infeksi ( salep mata,
imunisasihepatitis b)
f) Pemeriksaan fisik
g) Pencatatan dan pelaporan

Jika perlu rujukan lakukan:

a) Konseling untuk merujuk bayi beserta ibu dan keluarga


Lanjutkan resusitasi
b) Pemantauan tanda bahaya
c) Perawatan tali pusat
d) Pencegahan hipotermi
e) Pembuatan surat rujukan
f) Pencatatan dan pelaporan
Jika resusitasi tidak berhasil, lakukan:
a) Konseling pada ibu dan keluarga
b) Petunjuk perawatan payu darah
c) Pencatatan dan pelaporan
Lakukan pencegahan infeksi:
a) Dekontamisa, pencucian dan dtt
b) Dekontaminasi dan cucian meja resusitasi, kain dan
selimut
c) Dekontaminasi bahan dan alat habis pakai sebelum
dibuang ketempat sampah
d. Rekam medic tindakan resusitasi
e. Mencatat secara rinci >> kondisi saat lahir waktu
dan langkah resusitasi, hasil resusitasi, keterangan
rurjukan apabila dirujuk

5. Unit terkait Ponet, pustu,polindes


PENATALAKSANAAN
PERSALINAN SUNGSANG
No. Dokumen :
No. Revisi :
SPO Tanggal terbit :
Halaman :
PUSKESMAS Deyby CH. D. Soemanta, SKM
KOTOBANGON NIP. 197310241993032002

1. Pengertian Penatalaksanaan pada ibu dengan presentasi bukan kepala (bokong)


secara pervaginaan
2. Kebijakan Dibawah pengawasan dan tanggung jawab dokter
3. Prosedur/ langkah- Melahirkan bokong dan kaki
langkah a. Jika bokong telah mencapai vagina pembukaan lengkap,
suruh ibu mengedan bersamaan dengan his
b. Jika perineum sangat kaku, lakukan episiotomy
c. Biarkan bokong turun sampai scapula kelihatan
d. Pegang bokong dengan hati-hati, jangan lakukan penarikan
e. Jika kaki tidak lahir spontan, lahirkan kaki dengan jalan
- Tekan belakang lutut
- Genggang tumit dan lahirkan kaki
- Ulangi untuk melahirkan kaki yang lain jangan tarik
bayi sewaktu melahirkan bayi
Pegang pinggul bayi tetapi jangan tarik dan lahirkan lengan dengan
teknik brach
Melahirkan lengan
Lengan berada didada bayi
a. Biarkan lengan lahir spontan satu demi satu, jika perlu
b. Jika lengan pertama lahir, angkat bokong kearah perut ibu
agar lengan kedua terlahir spontan
c. Jika lengan tidak lahir spontan tempatkan 1 atau 2 jari
disiku bayi dan tekan, agar tanagn turun melewati muka
bayi
- Lengan lurus keatas kepala, atau terjungkit
dibelakang kepala ( nuchal arm)
A. Gunakan perasat / cara lofset
- Setelah bokong dan kaki lahir, pegang pingul bayi
dengan kedua tangan
- Putar bayi 180% sambil tarik kebawah dengan
lengan bayi yang terjungkit kearah penunjuk jari
tangan yang menjungkit, sehingga lengan posterior
berada diatas simpisis ( depan )
- Bantu melahirkan lengan dengan memasukkan 1
atau 2 jari pada lengan atas secara menarik tangan
kebawah melalui dada sehingga siku dalam keadaan
fleksi dan lengan depan lahir
Untuk melahirkan lengan ke 2, putar kembali,
180% kearah yang berlawanan kekiri/kekanan sambil ditarik
sehingga lengan belakang menjadi lengan depan dan lahir
didepan
Badan bayi tidak dapat diputar
Jika badan bayi tidak dapat diputar, lahirkan bahu
belakang/posterior lebih dahulu dengan jalan
A. Pegang pergelangan kaki dan angkat keatas
B. Lahirkan bahu kebelakang/ posterior
C. Lahirkan lengan dan tangan
D. Pegang pergelangan kaki dan tarik kebawah
E. Lahirkan bahu dan lengan depan
Melahirkan kepala
Melahirkan kepala dengan cara mairiceau smelle velt dengan jalan
 Masukan tangan kiri penolong kedalam vagina
 Letakkan badan bayi di atas tangan kiri sehingga badan bayi
seolah-olah menunggang kuda (untuk penolong kidal
letakkan badan bayi diatas tangan kanan)
 Letakkan jari telunjuk dan jari manis kiri pada maksila dan
jari tengah di dalam mulut bayi
 Tangan kanan memegang/mencengkam tengkuk bahu bayi,
dan jari tengah mendorong oksipital sehingga kepala
menjadi fleksi
 Dengan koordinasi tangan kiri dan kanan secara hati-hati
tariklah kepala dengan gerakan memutar seusia jalan lahir
Catatan: minta seorang asisten menekan atas tulang pubis ibu
sewaktu melahirkan kepala
 Angkat badan bayi (menunggang kuda) keatas untuk
melahirkan mulut, hidung dan seluruh kepala
Kepala yang menyusul
 Kosongkan kandung kemih
 Pastikan membukaan lengkap
 Bungkus bayi dengan kain dan minta asisten memegangnya
 Pasang cunam bipareteral dan lahirkan kepala dalam
keadaan fleksi
 Jika cunam tidak ada, tekan suprasimfisis agar kepala
fleksi lahir
 Kosongkan kandung kemih
Janin dengan presentasi bokong kaki sebaiknya dilahirkan dengan
section cesarea
 persalinan janin bokong kaki pervaginam dibatasi pada :
- dalam fase akhir persalinan dan pembukaan lengkap
- bayi premature yang tidak diharapkan hidup
- anak ke dua pada persalinan ganda
 cara persalinan pervaginam
- genggam pergelangan kakiz
- Tarik bayi hati-hati dengan memegang pergelangan

- kaki sampai bokong kelihatan


- Lanjutkan persalinan dengan melahirkan bahu dan
kepala
EKTENSI BOKONG
Dikerjakan pada presentasi bokong murni dan bokong sudah turun
di dasar panggul, kala dua tidak maju, keadaan janin/ibu yang
mengharuskan bayi secara di lahirkan.
PENATALAKSANAAN PASIEN
ABORTUS INCOMPLET
No. Dokumen :
SPO
No. Revisi :

 Pasang sarung tangan DTT, masukan satu tangan kejalan


lahir dan keluarkan kedua telapak kaki
BOKONG KAKI (FOOTLING BREECH)
Tanggal terbit :
Halaman :
PUSKESMAS Deyby CH. D. Soemanta, SKM
KOTOBANGON NIP. 197310241993032002

1. Pengertian Penatalaksanaan pada ibu hamil dengan perdarahan oervaginaan


pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin < 500 gram
dengan tanda-tanda perdarahan sedang hingga banyak,portio
terbuka, terjadi ekspulsi sebagian hasil konsepsi
2. Tujuan Sebagai acuan untuk penatalaksanaan pasien abortus incomplete
agar perdarahan teratasi dengan vacum uteri bersih dari sisa
konsepsi
3. Kebijakan - Dibawah pengawasan dokter
- Bidan yang terampil
- Tersedia alat-alat yang lengkap
4. Prosedur / langkah Alat-alat :
– langkah
1. Sarung tangan
2. Infuset
3. Cairan infuse
4. Abocate
5. Obat-obat
- Preabor
- Asam traneksamat
- Anti biotic
- Asam mefenamat
- Uterotonika (metergin)
- Spuit 3cc dan 5cc

Prosedur Pelaksanaan
1. Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan dan indakan yang
akan dilakukan
2. Kolaborasi dengan dokter SPOG untuk pemberian terapi:
infuse RL, injeksi metergin 1 amp IM
- Coba dilakukan pembersihan facum dengan cara digital
bila berhasil lakukan asuhan pasca keguguran kalau tidak
berhasil rujuk kerumah sakit
6. Unit terkait poned

PASIEN ABORTUS COMPLET


No. Dokumen :
No. Revisi :
SPO
Tanggal terbit :
Halaman :
PUSKESMAS Deyby CH. D. Soemanta, SKM
KOTOBANGON NIP. 197310241993032002

1. Pengertian Penatalaksanaan pada ibu hamil dengan perdarahan pervaginam<


20 minggu dan berat janin <500gram dengan riwayat ekspulsi,
sedikit atau tanpa rasa nyeri, portio tertutup
2. Tujuan Sebagai acuan untuk menatalaksana pasien yang mengalami
abortus
3. Kebijakan Dibawah tanggung jawab dan pengawasan dokter bidan yang
trampil
4. Produser / Langkah - Alat : USG
langkah Obat : tambahdarah
Asmef
Antibiotic : amox
Prosedur :
1. pastikan cavum uteri bersih dengan pasien USG oleh
dokter
2. observasi KU, TTV, perdarahan
3. kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi
- antibiotic : amox 3x1 tab
asmef 3x1 tab
4. Dokumentasi Tindakan
PEMAKAIAN LAMPU GYNEKOLOGI
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal terbit :
Halaman :

Deyby CH. D. Soemanta, SKM


PUSKESMAS
NIP. 197310241993032002
KOTOBANGON

1. Pengertian Pemakaian lampu gynekologi adalah pemekaian lampu sorot untuk


memperjelas pemeriksaan genetalia bagian dalam
2. Tujuan Digunakan agar petugas paramedis dan dokter dapat lebih fokus dalam
tindakan pemeriksaan pada tubuh pasien karena cahaya yabg lebih terang
3. Kebijakan
4. Prosedur/ 1) Alat
langkah- - lampu gynekologi
langkah
2) persiapan pasien
- beritahu dan menjelaskan pada pasein tindakan yang akan
dilakukan
3) pelaksanaan:
- petugas menyiapkan peralatan
- petugas menyambungkan kabel lampu gynekologi dengan
colokan
- petugas memeriksa lampu nyala atau tidak
- petugas mengarahkan lampu sesuai yang diinginkan
kurang lebih jarak sekitar 30 cm
- petugas mematikan lampu
- petugas melepaskan kabel lampu gynekologidari colokan
.
5. Unit terkait Poned, pustu, polindes
PENGUKURAN LNGKAR LENGAN
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal terbit :
Halaman :

Deyby CH. D. Soemanta, SKM


PUSKESMAS
NIP. 197310241993032002
KOTOBANGON

1. Pengertian Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) adalah salah satu metode
mengukur bagian lengan ibu hamil untuk mengetahiu keadaan gizi ibu
hamil
2. Tujuan Mengetahui status gizi ibu hamil
3. Kebijakan
4. Prosedur / 1) Alat:
langkah- - alat ukur(pita LILA)
langkah - alat tulis
2) persiapan pasien
- petugas memastikan pita lila tidak kusut,tidak terlipat dan
tidak sobek
- petugas menggunakan meteran kain jika lengan pasien >
33 cm
- petugas meminta pasien berdiri dengan tegak tapi
rileks,tidak memegang apapun serta otot lengan tidak
tegang
- petugas menanyakan pada pasien tangan mana yang tidak
dominan digunakan untuk bekerja
- petugas membantu menggulung lengan baju pasien sampai
kebagian pangkal bahu
3) pelaksanaan:
- petugas menentukan posisi pangkal bahu
- petugas menentukan posisi ujung siku dengan cara siku
dilipat dengan telapak tangan kearah perut
- petugas menetukan titik tengah antara pangkal bahu dan
ujung siku
- kemudian lingkarkan pita LILA antara pangkal bahu dan
ujung siku ,melingkarkan pita LILA pada lengan,pitanya
jangan terlalu ketat atau terlalu longgar
- Membaca hasil pengukurannya pada skala pita LILA yang
ditunjukan oleh garis merah .bila hasil pengukuran pada
pita LILA <23,5 Cm atau dibagian merah pita LILA
artinya pasien kekurangan energi kronis (KEK)
- Mencatat hasil hasil pengukuran LILA

.
5. Unit terkait Poned, pustu, polindes

Anda mungkin juga menyukai