Anda di halaman 1dari 18

BAB I

KONSEP MEDIS

A. DEFINISI
Kanker tiroid adalah suatu keganasan pada tiroid yang memiliki 4 tipe:
papiler, folikuler, anaplastik atau meduler. Kanker jarang menyebabkan
pembesaran kelenjar, lebih sering menyebabkan pertumbuhan kecil (nodul) di
dalam kelenjar. Sebagian besar nodul tiroid bersifat jinak dan biasanya kanker
tiroid bisa disembuhkan. Kanker tiroid seringkali membatasi kemampuan
menyerap yodium dan membatasi kemampuan menghasilkan hormon tiroid;
tetapi kadang kanker menghasilkan cukup banyak hormon tiroid sehingga
terjadi hipertiroidisme. Nodul tiroid cenderung bersifat ganas jika: hanya
ditemukan satu, skening tiroid menunjukkan bahwa nodul tidak berfungsi,
nodulnya padat dan isinya bukan cairan (kistik), nodulnya keras dan
pertumbuhannya cepat (www.medicastore.com).

1. KANKER PAPILER
Kanker jenis ini merupakan tipe kanker tiroid yang paling sering
dijumpai dan menyebabkan lebih dari separuh kelainan malignitas tiroid.
Neoplasma tersebut dimulai pada masa kanak-kanak atau pada awal usia
dewasa, mula-mula tetap terlokalisir namun akhirnya akan mengalami
metastase di sepanjang saluran limfatik serta kelenjar limfe jika tidak
diobati. Penyakit ini nampak sebagai nodul asimptomatik pada kelenjar
yang normal. Jika terjadi pada lansia, umumnya perjalanan penyakit
berlangsung lebih agresif sebagaimana tipe kanker tiroid lain yang terjadi
pada manula. Risiko malignitas akan meningkat jika terdapat riwayat
kanker tiroid dalam keluarga (Smeltzer & Bare, 2002).
2. KANKER FOLIKULER
Muncul pada usia lebih tua dan biasanya pada usia lebih dari 40
tahun. Tipe kanker ini menyebabkan 20%-50% semua neoplasma tiroid.
Kanker ini terbungkus dalam kapsul yang terasa sebagai massa yang
elastis yang mirip karet pada palpasi. Tumor ini kemudian menyebar lawat
jalur hematogen ke tulang, hati, dan paru. Prognosisnya tidak sebaik pada
kanker papillaris (Smeltzer & Bare, 2002).
3. KANKER ANAPLASTIK
Kurang dari 10% kanker tiroid merupakan kanker anaplastik.
Kanker ini paling sering ditemukan pda wanita usia lanjut. Kanker
anaplastik tumbuh sangat cepat dan biasanya menyebabkan benjolan yang
besar di leher. Sekitar 80% penderita meninggal dalam waktu 1 tahun.
Pemberian yodium radioaktif tidak berguna karena kanker tidak menyerap
yodium radioaktif. Pemberian obat anti kanker dan terapi penyinaran
sebelum dan setelah pembedahan memberikan hasil yang cukup
memuaskan (www.medicastore.com).
4. KANKER MEDULER
Pada kanker meduler, kelenjar tiroid menghasilkan sejumlah besar
kalsitonin (hormon yang dihasilkan oleh sel-sel tiroid tertentu).
Karena juga bisa menghasilkan hormon lainnya, maka kanker ini
menyebabkan gejala-gejala yang tidak biasa. Kanker cenderung menyebar
melalu sistem getah bening ke kelenjar getah bening dan melalui darah ke
hati, paru-paru dan tulang. Pada sindroma neoplasia endokrin multipel,
kanker meduler bisa terjadi bersamaan dengan kanker endokrin lainnya.
Pengobatannya meliputi pengangkatan seluruh kelenjar tiroid. Lebih dari
2/3 penderita kanker meduler yang merupakan bagian dari sindroma
neoplasia endokrin multipel, bertahan hidup 10 tahun; jika kanker meduler
berdiri sendiri, maka angka harapan hidup penderitanya tidak sebaik itu.
Kadang kanker ini diturunkan, karena itu seseorang yang memiliki
hubungan darah dengan penderita kanker meduler, sebaiknya menjalai
penyaringan untuk kelainan genetik. Jika hasilnya negatif, maka hampir
dapat dipastikan orang tersebut tidak akan menderita kanker meduler. Jika
hasilnya positif, maka dia akan menderita kanker meduler; sehingga harus
dipertimbangkan untuk menjalani pengangkatan tiroid meskipun
gejalanya belum timbul dan kadar kalsitonin darah belum meningkat.
Kadar kalsitonin yang tinggi atau peningkatan kadar kalsitonin yang
berlebihan setelah dilakukan tes perangsangan, juga membantu dalam
meramalkan apakah seseorang akan menderita kanker meduler
(www.medicastore.com).

B. ETIOLOGI
Kanker tiroid lebih sering ditemukan pada orang-orang yang pernah
menjalani terapi penyinaran di kepala, leher maupun dada. Faktor resiko
lainnya adalah adanya riwayat keluarga yang menderita kanker tiroid dan
gondok menahun (Smeltzer & Bare, 2002).

C. PATOFISIOLOGI
Neoplasma tiroid sering timbul sebagai pembesaran tiroid yang diskret.
Kadang-kadang mirip goiter noduler jinak. Nodule-nodule tiroid dapat diraba,
kebanyakan nodule tersebut jinak, namun beberapa nodule goiter bersifat
karsinoma. Untuk menentukan apakah nodule tiroid ganas atau tidak, harus
dinilai factor-faktor resiko dan gambaran klinis massa tersebut, dan harus
dilakukan beberapa pemeriksaan laboratorium (Price & Wilson, 2006).
Karsinoma tiroid biasanya kurang menangkap yodium radioaktif
dibandingkan kelenjar tiroid normal yang terdapat disekelilingnya. Dengan
cara scintiscan. nodule akan tampak sebagai suatu daerah dengan pengambilan
yodium radioaktif yang berkurang, Tehnik yang lain adalah dengan echografi
tiroid untuk membedakan dengan cermat massa padat dan massa kistik.
Karsinoma tiroid biasanya padat, sedangkan massa kistik biasanya merupakan
kista jinak. Karsinoma tiroid harus dicurigai berdasarkan tanda klinis jika
hanya ada satu nodul yang teraba, keras, tidak dapat digerakkan pada dasarnya
dan berhubungan dengan limfadenopati satelit (Price & Wilson, 2006).

D. GEJALA
Gejala kanker tiroid adalah sebagai berikut (Mansjoer, 2000):
1. Kista bias cepat membesar, nodul jinak perlahan, sedang nodul ganas agak
cepat dan nodul anaplastik sangat cepat(dihitung dalam minggu), tanpa
nyeri
2. Merasa adanya gangguan mekanik di daerah leher, seperti gangguan
menelan, yang menunjukkan adanya gangguan esophagus atau perasaan
sesak yang menunjukkan adanya desakan.
3. Pembesaran kelenjar getah bening di daerah leher mungkin metastasis)
4. Penonjolan/kelainan pada tulang tempurung kepala( metastasis di
tengkorak)
5. Perasaan sesak dan batuk-batuk yang disertai dahak berdarah (metastasis
di paru-paru bagi jenis folikuler)

E. KOMPLIKASI
Nodul tiroid yang berlebihan dapat memproduksi kadar hormon tiroid
(hipertiroidisme), menyebabkan gejala seperti kehilangan berat badan, gugup,
sakit dada dan detak jantung tidak teratur (disebut palpitasi). Pasien juga bisa
menderita diare karena hormone yang dikeluarkan sel-sel kanker tiroid meduler
sedangkan komplikasi yang paling serius adalah metastasis/penyebaran kanker
(scribd, 2008).

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang membedakan tumor jinak dan ganas
tiroid belum ada yang khusus, kecuali kanker meduler, yaitu pemeriksaan
kalsitonon dalam serum. Pemeriksaan T3 dan T4 kadang-kadang
diperlukan karena pada karsinoma tiroid dapat terjadi tiroktositosis
walaupun jarang. Human Tiroglobulin (HTG) Tera dapat dipergunakan
sebagai tumor marker dan kanker tiroid diferensiasi baik. Walaupun
pemeriksaan ini tidak khas untuk kanker tiroid, namun peninggian HTG
ini setelah tiroidektomi total merupakan indikator tumor residif atau
tumbuh kembali (barsano). Kadar kalsitonin dalam serum dapat ditentukan
untuk diagnosis karsinoma meduler (scribd, 2008).
2. Radiologis
 Foto X-Ray
Pemeriksaan X-Ray jaringan lunak di leher kadang-kadang
diperlukan untuk melihat obstruksi trakhea karena penekanan tumor
dan melihat kalsifikasi pada massa tumor. Pada karsinoma papiler
dengan badan-badan psamoma dapat terlihat kalsifikasi halus yang
disertai stippledcalcification, sedangkan pada karsinoma meduler
kalsifikasi lebih jelas di massa tumor. Kadang-kadang kalsifikasi juga
terlihat pada metastasis karsinoma pada kelenjar getah bening.
Pemeriksaan X-Ray juga dipergunnakan untuk survey metastasis pada
pary dan tulang. Apabila ada keluhan disfagia, maka foto barium meal
perlu untuk melihat adanya infiltrasi tumor pada esophagus (scribd,
2008).
 Ultrasound
Ultrasound diperlukan untuk tumor solid dan kistik. Cara ini
aman dan tepat, namun cara ini cenderung terdesak oleh adanya tehnik
biopsy aspirasi yaitu tehnik yang lebih sederhna dan murah (scribd,
2008).
 Computerized Tomografi
CT-Scan dipergunakan untuk melihat prluasan tumor, namun
tidak dapat membedakan secara pasti antara tumor ganas atau jinak
untuk kasus tumor tiroid (scribd, 2008).
 Scintisgrafi
Dengan menggunakan radio isotropic dapat dibedakan hot
nodule dan cold nodule. Daerah cold nodule dicurigai tumor ganas.
Teknik ini dipergunakan juga sebagai penuntun bagi biopsy aspirasi
untuk memperoleh specimen yang adekuat (scribd, 2008).

3. Biopsi Aspirasi
Pada decade ini biopsy aspirasi jarum halus banyak dipergunakan
sebagai prosedur diagnostik pendahuluan dari berbagai tumor terutama
pada tumor tiroid. Teknik dan peralatan sangat sederhana , biaya murah
dan akurasi diagnostiknya tinggi. Dengan mempergunakan jarum tabung
10 ml, dan jarum no.22 – 23 serta alat pemegang, sediaan aspirator tumor
diambil untuk pemeriksaan sitologi. Berdasarkan arsit`ektur sitologi dapat
diidentifikasi karsinoma papiler, karsinoma folikuler, karsinoma
anaplastik dan karsinoma meduler (scribd, 2008).

G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan kanker tiroid adalah (Mansjoer, 2000):
1. Operasi (Tiroidektomi).
Bila diagnosis kemungkinan telah ditegakkan dan operable, operasi
dilakukan adalah lobektomi sisi yang patologis. Pembedahan umumnya
berupa tiroidektomi total.
2. Radiasi internal/eksternal
Bila tumor sudah inoperable atau pasien menolak operasi lagi untuk lobus
kontralateral, dilakukan:
a. Radiasi interna dengan I131. Hanya tumor berdiferensiasi baik yang
mempunyai afinitas terhadap I131 terutama folikular. Radiasi internal
dilakukan dengan syarat jaringan tiroid normal yang afinitasnya lebih
besar harus dihilangkan dulu dengan operasi. Radiasi interna juga
diberikan pada tumor-tumor yang telah bermetastase atau terdapat sisa
tumor.
b. Radiasi eksterna, memberikan hasil yang cukup baik untuk tumor-
tumor inoperable atau anaplastik yang tidak berafinitas terhadap I131.
3. Kemoterapi.
4. Hormonal.
5. Lain-lain.
BAB II
PROSES KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian yang dilakukan pada pasien kanker tiroid adalah sebagai
berikut (Scribd, 2008) :
1. Riwayat kesehatan klien dan keluarga. Sejak kapan klien menderita
penyakit tersebut dan apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit yang sama.
2. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti
1. Pola makan
2. Pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur).
3. Pola aktivitas.
3. Tempat tinggal klien sekarang dan pada waktu balita
4. Keluhan utama klien, mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh;
1. Sistem pulmonari
2. Sistem pencernaan
3. Sistem kardiovaskuler
4. Sistem muskuloskeletal
5. Sistem neurologik dan Emosi/psikologis
6. Sistem reproduksi
7. Metabolik
5. Pemeriksaan fisik mencakup
1. Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya
edema disekitar leher, adanya nodule yang membesar disekitar
leher
2. Perbesaran jantung, disritmia dan hipotensi, nadi turun, kelemahan
fisik
3. Parastesia dan reflek tendon menurun
4. Suara parau dan kadang sampai tak dapat mengeluarkan suara
5. Bila nodule besar dapat menyebabkan sesak nafas
6. Pengkajian psikososial klien sangat sulit membina hubungan sasial dengan
lingkungannya, mengurung diri/bahkan mania. Keluarga mengeluh klien
sangat malas beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang hari. Kajilah
bagaimana konsep diri klien mencakup kelima komponen konsep diri
7. Pengkajian yang lain menyangkut terjadinya Hipotiroidime atau
Hipertiroidisme
B. DIAGNOSA
Diagnosa Pre Operasi:
1. Ansietas berhubungan dengan faktor kurang pengetahuan tentang kejadian
pra operasi dan pasca operasi, takut tentang beberapa aspek pembedahan.
Tujuan : Klien mengungkapkan ansietas berkurang/hilang.
Kriteria evaluasi: Klien melaporkan lebih sedikit perasaan gugup,
mengungkapkan pe-mahaman tentang kejadian pra operasi dan pasca
operasi, postur tubuh riileks.
Rencana Tindakan:
NO INTERVENSI RASIONAL
1. Jelaskan apa yang terjadi selama periode Pengetahuan tentang apa yang
pra operasi dan pasca operasi, termasuk diper-lukan membantu mengurangi
test laboratorium pra op, persiapan ansie-tas & meningkatkan
kulit, alasan status puasa, obat-obatan kerjasama klien selama pemulihan,
pre op, aktifitas area tunggu, tinggal mempertahankan kadar analgesik
diruang pemulihan dan program pasca darah konstan, memberikan
operasi. Informasikan klien bahwa kontrol nyeri terbaik.
obatnya tersedia bila diperlukan untuk
mengontrol nyeri, anjurkan untuk
memberitahu nyeri dan meminta obat
nyeri sebelum nyerinya bertambah
hebat.

2. Informasikan klien bahwa ada suara Pengetahuan tentang apa yang


serak & ketidaknyamanan menelan diper-kirakan membantu
dapat dialami setelah pembedahan, mengurangi an-sietas.
tetapi akan hilang secara bertahap
dengan berkurangnya bengkak ± 3-5
hari.
3. Praktek aktifitas-aktifitas pasca
Ajarkan & biarkan klien ope-rasi membantu menjamin
mempraktekkan bagaimana menyokong penurunan program pasca operasi
leher untuk menghindari tegangan pada terkomplikasi.
insisi bila turun dari tempat tidur atau
4. batuk. Dengan mengungkapkan
perasaan membantu pemecahan
Biarkan klien dan keluarga masalah dan memungkinkan
mengungkapkan perasaan tentang pemberi perawatan untuk
pengalaman pembedahan, perbaiki jika mengidentifikasi kekeliruan yang
ada kekeliruan konsep. Rujuk dapat menjadi sumber
pertanyaan khusus tentang pembedahan kekuatan. Keluarga adalah sistem
kepada ahli bedah. pendukung bagi klien. Agar
efektif, sistem pendukung harus
mempunyai mekanisme yang kuat.
5.
Daftar cek memastikan semua
Lengkapi daftar aktifitas pada daftar cek aktifi-tas yang diperlukan telah
pre op, beritahu dokter jika ada kelainan lengkap. Aktifitas ini dirancang
dari test Lab. pre op. untuk memas-tikan klien telah siap
secara fisiologis untuk operasi dan
mengurangi resiko lamanya
penyembuhan.

2. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan ketakutan


berkaitan dengan diagnosis kanker yang baru saja diterima, masalah
potensial ketidak pastian masa depan.
Tujuan:
 Klien dan keluarga dapat beradaptasi secara konstruktif terhadap
krisis.
 Klien dan keluarga mampu mengkomunikasikan secara terbuka dan
efektif diantara anggota keluarga.
Kriteria:
 Sering mengungkapkan perasaan terhadap perawat/dokter.
 Berpartisipasi dalam perawatan anggota keluarga yang sakit.
 Mempertahankan sistem fungsional saling mendukung antar tiap
anggota keluarga.
Rencana Tindakan :
NO INTERVENSI RASIONAL
1. Bantu klien & keluarga dalam menghadapi Klien & keluarga mengetahui
ke-khawatiran terhadap situasi: resikonya, segala sesuatu yang mungkin
pilihan yang ada serta bantuan yang didapat. dapat menyebabkan kekha-
watiran serta dapat mengatasi
nya.

2. Ciptakan lingkungan rumah sakit yang Klien merasa terlindungi rasa


bersifat pribadi & mendukung untuk klien & amannya.
keluarga.

3. Libatkan anggota keluarga dalam perawatan Klien mendapat perhatian &


anggota keluarga yang sakit bila memungkin- kasih sayang dari keluarga-nya
kan. & keluarga dapat berpe-ran lebih
aktif dalam merawat klien.

4. Bantu anggota keluarga untuk mengubah ha- Harapan yang tidak realistis
rapan-harapan klien yang sakit dalam suatu membuat kelurga berpikir ti-dak
si-kap yang realistis. objektif.
5. Buatlah daftar bantuan profesional lain bila Dengan mengetahui bantuan
masalah-masalah meluas diluar batas-batas profesional diharapkan klien &
ke-perawatan. keluarga dapat mencari al-
ternatif & usaha lain dalam
mengobati & merawat klien.

Diagnosa Post Operasi


3. Bersihan Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi akibat
adanya perdarahan atau edem pada tempat pembedahan, kerusakan saraf
laringeal atau luka pada kelenjar paratiroid.
Tujuan:
 Paru-paru klien bersih.
 Pola nafas klien berada dalam batas normal.
 Klien dapat berbicara dengan suara biasa.
Rencana tindakan :
NO. INTERVENSI RASIONAL
1. Monitor tanda-tanda respiratori distres, Memonitor & mengkaji terus-
sia-nosis, takipnea & nafas yang mene-rus dapat membantu untuk
berbunyi. mende-teksi & mencegah masalah
pernafas-an.

2. Periksa balutan leher setiap jam pada Pembedahan didaerah leher dapat
perio-de awal post op, kemudian tiap 4 menyebabkan obstruksi jalan nafas
jam. karena adanya edem post op.

3. Pertahankan klien dalam posisi semi Dengan mempertahankan posisi &


fowler dengan diberi kantung es (ice pemberian es dapat mengurangi
bag) untuk mengurangi bengkak. pembengkakan.

4.
Anjurkan klien untuk berbicara setiap 2 Kerusakan pada saraf laringeal
jam tanpa merubah nada atau keparauan sela-ma pembedahan tiroid dapat
suara. menye-babkan penutupan glottis.
5.
Siapkan peralatan emergency untuk Persiapan untuk gawat darurat
trache-ostomy, suction, oksigen, memastikan pemberian perawatan
perlengkapan be-nang jahit bedah dan yang cepat & tepat.
kalsium IV, dalam keadaan siap pakai.

4. Nyeri berhubungan dengan tiroidektomi.


Tujuan : Nyeri berkurang/hilang.
Kriteria: Menyangkal nyeri, tidak ada rintihan, ekspresi wajah rileks.
Rencana Tindakan:
NO INTERVENSI RASIONAL
1. Berikan analgesik narkotik yang diresep- Analgesik narkotik perlu pada
kan & evaluasi keefektifannya. nye-ri hebat untuk memblok rasa
nyeri.

2. Ingatkan klien untuk mengikuti tindakan- Peregangan pada garis jahitan


tindakan untuk mencegah peregangan ada-lah sumber ketidak
pada insisi seperti: nyamanan.
 menyokong leher bila bergerak di
tempat tidur & bila turun dari tempat
tidur.
 menghindari hiper ekstensi & fleksi
akut leher.
5. Resiko tinggi terhadap komplikasi berhubungan dengan tiroidektomi,
edema pada dan sekitar insisi, pengangkatan tak sengaja dari para tiroid,
perdarahan dan kerusakan saraf laringeal.
Tujuan: Tidak terjadi komplikasi sampai klien pulang ke rumah (hari ke-
7 – 10 post op).
Kriteria : Tidak ada manifestasi dari perdarahan yang hebat,
hiperkalemia, kerusakan saraf laringeal, obstruksi jalan nafas, ketidak
seimbangan hormon tiroid dan infeksi.
Rencana Tindakan:
NO INTERVENSI RASIONAL
1. Perdarahan: Pantau TD, nadi, RR setiap Untuk mendeteksi tanda-tanda
2×24 jam. Bila stabil setiap 4 jam, Status awal perdarahan.
balutan: inspeksi dirasakan dibe-lakang
leher setiap 2x 24 jam, kemudian setiap 8
jam setelahnya

2. Beritahu dokter bila drainase merah Temuan ini menandakan


terang pada balutan/penurunan TD perdarahan berlebihan dan perlu
disertai pe-ningkatan frekuensi nadi & perhatian medis segera.
nafas.

3. Tempatkan bel pada sisi tempat tidur & Temuan ini menandakan
instruksikan klien untuk memberi tanda perdarahan berlebihan dan perlu
bila tersedak atau sensasi tekanan pada perhatian medis segera.
daerah insisi terasa. Bila gejala itu
terjadi, kendurkan balutan, cek TTV,
inspeksi insisi, pertahankan klien pada
posisi semi fowler, beritahu dokter

4. Obstruksi jalan nafas: Pantau pernafasan Untuk mendeteksi tanda-tanda


setiap 2×24 jam awal obstruksi pernafasan.

5.
Pertahankan posisi semi fowler dengan Posisi tegak memungkinkan
bantal dibelakang kepala untuk sokongan ekspansi paru lebih penuh &
membantu menu-runkan bengkak.
6. Jamin bahwa O2 & suction siap tersedia
di tempat. Untuk digunakan bila terjadi kom-
presi trakea.
7. Infeksi luka: Ganti balutan sesuai
program dengan menggunakan teknik Untuk melawan/mencegah
steril. masuknya bakteri.

8. Kerusakan saraf laringeal: Instruksikan


klien untuk tidak banyak bicara. Untuk menurunkan tegangan pada
pita suara.
9. Laporkan peningkatan suara serak &
kelemahan suara. Perubahan-perubahan ini
menunjuk-kan kerusakan saraf
laringeal, dima-na hal ini tidak
dapat disembuhkan.
10. Hipokalsemia: Pantau laporan-laporan
kalsium serum Perubahan kadar kalsium serum
ter-jadi sebelum manifestasi
ketidak se-imbangan kalsium.
11. Ketidakseimbangan hormon tiroid:
Pantau kadar T3 & T4 serum Untuk mendeteksi indikasi awal
keti-dakseimbangan hormon tiroid.
12. Berikan penggantian hormon tiroid
. sesuai pesana Hormon tiroid penting untuk
fungsi metabolik normal.
6. Resiko tinggi terhadap penatalaksanaan pemeliharaan di rumah
berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perawatan di rumah.
Tujuan : Klien mampu memenuhi rencana pemeliharaan dirumah.
Kriteria: Klien mengungkapkan pemahaman tentang instruksi pulang,
melakukan latihan dengan benar, mengungkapkan kepuasan dengan
rencana perawatan dirumah.
Rencana Tindakan:
NO INTERVENSI RASIONAL
1. Berikan instruksi untuk latihan leher Latihan-latihan ini untuk
fleksi, ekstensi & latihan rotasi setelah memban-tu mencegah kontraktur
jahitan di angkat hari ke-7. otot leher.

2. Bila tiroidektomi total dilakukan, berikan Pemahaman hubungan antara


informasi tentang obat pengganti & harus kon-disi & terapi membantu
digunakan untuk sepanjang hidup. mengem-bangkan kepatuhan
klien.
3. Berikan instrumen tertulis untuk aktifitas
perawatan diri, perjanjian, evaluasi & Instruksi verbal mungkin mudah
obat-obatan, klien kemudian evaluasi dilupakan.
pemaham-an instruksi.

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer A,. (2000). Kapita selekta kedokteran Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius.
Medica store. (2009). Kanker tiroid. Diakses pada 17 juli 2011.
http://medicastore.com/penyakit/130/Kanker_Tiroid.html.

Price, S.A,. (2006). Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta:


EGC.

Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2002). Keperawatan medical bedah. Volume 2.
Jakarta : EGC.

Scribd. (2008). Kanker tiroid. Diakses tanggal 17 Jili 2011.


http://www.scribd.com/doc/46447536/Kanker-Tiroid

PENYIMPANGAN KDM

Menjalani terapi Riwayat keluarga yang


penyinaran di kepala, menderita kanker tiroid
leher, maupun dada dan gondok menahun

Tumbuhnya sel abnormal pd tiroid


Perubahan
status
kesehatan

Pemenuhan
Kurangnya nutrisi dan
informasi makan
terganggu

Kecemasan

Kurang
pengetahuan Menekan
laring

Penumpukan
sekret pada
laring

Bersihan
jalan napas
tidak efektif

PENYIMPANGAN KDM

Menjalani terapi Riwayat keluarga yang


penyinaran di kepala, menderita kanker tiroid
leher, maupun dada dan gondok menahun
Perubahan
status
kesehatan

Kurangnya
informasi

Kecemasan

Kurang
pengetahuan

Anda mungkin juga menyukai