Anda di halaman 1dari 3

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

TERHADAP SIKAP ILMIAH SISWA


SINTA KUMALA SARI1, ELVIRA PUTRI HERUWATI2, SUSDARWATI3
STKIP Modern Ngawi1, 2, 3
sinta1619@gmail.com , elviraputri2006@gmail.com2, susdarwati88sains@gmail.com3
1

ABSTRAK

Kata Kunci: Discovery Learning, Sikap Ilmiah

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam proses
kehidupan. Majunya suatu bangsa dipengaruhi oleh mutu pendidikan dari bangsa
itu sendiri karena pendidikan yang tinggi dapat mencetak Sumber Daya Manusia
yang berkualitas. Pendidikan yang dimaksud disini bukan bersifat nonformal
melainkan bersifat formal, meliputi proses belajar mengajar yang melibatkan guru
dan siswa (Mudyahardjo, 2002 : 46). Salah satu jalan agar dapat mencetak
Sumber Daya Manusia yang berkualitas dapat diperoleh melalui jalur pendidikan
serta penguasaan ilmu pengetahuan.
Penguasaan ilmu pengetahuan dalam proses pembelajaran sangat
dibutuhkan seseorang dalam kehidupan dengan permasalahan yang semakin
kompleks seperti pada era saat ini. Salah satu ilmu pengetahuan dalam
pembelajaran adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pembelajaran IPA
sebenarnya telah memberikan bekal dalam memecahkan kehidupan sehari-hari,
karena IPA merupakan ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa,
mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi,
struktur dan sifat, serta perubahan dan dinamika alam.
Berdasarkan Depdiknas (2005) pembelajaran IPA bukan hanya untuk
menguasai sejumlah pengetahuan, tetapi juga harus menyediakan ruang yang
cukup untuk tumbuh berkembangnya sikap ilmiah, berlatih melakukan proses
pemecahan masalah, dan penerapannya dalam kehidupan nyata. Pembelajaran
IPA juga seharusnya selaras dengan fungsi dan tujuannya, yakni menumbuhkan
sikap ilmiah. Sikap ilmiah adalah sikap yang melekat dalam diri seseorang setelah
mempelajari IPA, kondisi seseorang dalam merespon, menanggapi dan
berperilaku berdasarkan ilmu pengetahuan dan etika ilmiah yang telah diakui
kebenarannya.
Sikap ilmiah dalam pembelajaran IPA sangat bermanfaat bagi siswa yaitu
dapat membentuk sikap dan nilai positif dalam diri siswa antara lain rasa percaya
diri yang tinggi, ketekunan, kecermatan, pekerja keras, dan tak kenal putus asa.
Sikap dan nilai positif ini sebagai bekal untuk membangun karakter siswa. Tetapi
saat ini sikap ilmiah pada diri siswa semakin rendah dan sulit ditemukan sehingga
membuat moralitas bangsa menjadi semakin terpuruk dan tertinggal karena hal
tersebut merupakan bentuk ketidakcapaian proses belajar mengajar. Sehingga
sikap ilmiah menjadi penting untuk diterapkan, khususnya pada pembelajaran
IPA (Novianti, dkk 2012 : 70 – 73).
Permendiknas nomor 22 tahun 2006 menyebutkan bahwa pembelajaran IPA
sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan
berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai
aspek penting kecakapan hidup. Pembelajaran IPA di SMP/MTs diharuskan
memberikan pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan
pengembangan sikap ilmiah.
Hasil observasi di SMP … khususnya kelas …, ditemukan bahwa proses
pembelajaran IPA yang berlangsung belum melibatkan siswa secara utuh dalam
pembelajaran. Sebagian besar pembelajaran IPA terpusat pada guru (teacher
centered). Pembelajaran IPA yang dilaksanakan masih terfokuskan pada konsep-
konsep dan belum disertai dengan pengembangan sikap ilmiah. Evaluasi yang
diukur guru selama ini hanya pada ranah pengetahuan saja. Sikap ilmiah siswa
tidak dinilai, sehingga dapat dikatakan bahwa evaluasi belum dilakukan secara
keseluruhan. Berdasarkan nilai ujian kelas … semester … tahun 2018/2019, hasil
belajar siswa SMP … pada mata pelajaran IPA masih kurang memenuhi standar
kriteria minimal (KKM) sebesar 75. Di SMP …, dari … siswa kelas … terdapat
53% siswa yang memiliki nilai IPA dibawah KKM. Hal ini menunjukkan bahwa
lebih dari setengah dari seluruh siswa kelas … belum memenuhi standar
ketuntasan minimum.
Peranan guru untuk menumbuhkan sikap ilmiah siswa menurut Harlen (1992)
adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan sikap
ilmiah. Untuk itu diperlukan model pembelajaran yang mendukung hal ini. Salah
satu pembelajaran yang menekankan siswa aktif dalam menemukan konsep
sendiri diantaranya adalah metode discovery (Kemendikbud, 2013).
Pembelajaran discovery (discovery learning) merupakan suatu model
pembelajaran yang dikembangkan oleh J. Bruner berdasarkan pada pandangan
kognitif tentang pembelajaran dan prinsip-prinsip konstruktif (Depdiknas, 2005).
Model pembelajaran ini menekankan pentingnya pemahaman struktur atau ide-
ide penting terhadap materi pelajaran tertentu serta mengajak keterlibatan siswa
secara aktif dalam pembelajaran.
Berdasarkan fakta dan hasil pengamatan yang dilakukan oleh Sherli Malinda,
dkk (2017) penerapan pembelajaran discovery learning memiliki kelebihan dalam
membantu siswa untuk meningkatkan keterampilan, sikap ilmiah, dan proses
kognitif. Penerapan model discovery learning dalam IPA dapat memberikan
kontribusi terhadap masalah-masalah pembelajaran yang dialami siswa,
khususnya dalam peningkatan pemahaman konsep maupun pengembangan
sikap ilmiah.
Uraian latar belakang di atas, menjelaskan bahwa penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan apakah ada pengaruh model pembelajaran discovery
learning terhadap sikap ilmiah siswa.

DAFTAR RUJUKAN
Mudyahardjo, R., 2002, Pengantar Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada
Widiadnyana, I. W., 2014. Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap
Pemahaman Konsep IPA dan Sikap Ilmiah SMP. Program Studi IPA :
Universitas Pendidikan Ganesha
Malinda, Sherli, dkk. 2017. Penerapan Model Discovery Learning Untuk
Meningkatkan Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar Kognitif Siswa. Program
Studi Pendidikan Fisika : Universitas Bengkulu
Harlen, W. 1992. The Teaching of Science. London : David Fulton Published Ltd
Kemendikbud. 2013. Materi Pelatihan Guru, Implementasi Kurikulum 2013.
Jakarta : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Depdiknas. 2005. Landasan Teori dalam Pengembangan Metode Pengajaran.
Materi Pelatihan Terintegrasi Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta : Depdiknas
Dirjen Pendasmen Direktorat Pend. Lanjutan Pertama

Anda mungkin juga menyukai