Anda di halaman 1dari 2

REALITA PEKERJA DI BAWAH UMUR

Pekerja atau worker didefinisikan sebagai orang yang mengerahkan tenaga dan
pikirannya dalam mencari balasan yang berupa materi ataupun bentuk lainnya. Di Negara
Indonesia masalah ketenagakerjaan telah di atur dalam undang-undang nomor 13 tahun 2003.
Salah satu hal yang di muat dalam uu tersebut adalah batas usia untuk menjadi pekerja.
Disebutkan bahwa batas usia minimal kerja adalah 18 tahun. Namun dalam
pengimplementasiannya masih jauh dari kata baik. Contoh kasusnya ada di kota Surabaya,
banyak remaja atau anak-anak yang sudah menjadi pekerja di usia dini. Padahal itu dapat
menggangu aktivitas bahkan produktivitas utama mereka sebagai pelajar, bahkan beberapa
dari mereka putus dari pendidikan karena bekerja.
Berdasarkan hal ini lah kami mengambil artikel penelitian dengan judul “ Realita
Pekerja di Bawah Umur”. Untuk melihat bagaimana penerapan uu ketenagakerjaan dan hasil
dari penerapannya yang ada di lapangan.
Dalam penelitian kali ini kami mengelompokkan tiga masalah utama yang dijadikan
bahan penelitian. Masalah tersebut yakni :
1. Faktor apa saja yang mempengaruhi anak dibawah umur bekerja?
2. Dampak apa saja ?
3. Apa yang dilakukan Lembaga / Institusi pemerintahan untuk mengatasi Pekerja
dibawah umur?
Lalu dalam penelitian kali ini bertujuan dalam untuk menunjukkan bagaimana
kehidupan sosial dan pendidikan para pekerja di bawah umur.
Melalui judul “ Realita Pekerja di Bawah umur”, peneletian ini membahas masalah
sosial di ibu kota Jawa Timur. Surabaya. Masalah yang menyangkut kehidupan penerus
generasi bangsa. Dimana sebuah undang – undang belum terealisasi secara benar.
Undang – undang yang mengatur masalah batas usia pekerja Indonesia. Usia yang
seharunya dihabiskan untuk produktif atau setidaknya mengutamakan aktivitas akademik,
tapi malah terseret kedalam hiruk pikuk kehidupan pekerja.
Kehidupan yang seharusnya belum dijajaki malah sudah dilihat bahkan dijadikan
keutamaan tujuan baru. Dari dasar tersebut lah penelitian ini muncul. Dalam melakukan
penelitian ini, kami menggunakan dua metoda. Metoda observasi dan wawancara.
Observasi disini bermaksud untuk mencari serta menjaring daerah mana saja yang
akan dijadikan tempat penelitian. Kami pun memutuskan untuk memilih daerah Jembatan
Kenjeran Surabaya dan Lampu Merah Kertajaya. Tempat ini dipilih karena terdapat subjek
penelitian, yakni pekerja di bawah umur.
Pada tanggal 17 September 2016, dilakukan survei. Hal ini ditunjukan untuk mencari
data dengan melakukan wawancara terhadap subjek penelitian. Di tempat pertama, di daerah
sekitar Jembatan Kenjeran, kami memutuskan untuk melakukan wawancara. Karena banyak
dari pedagang disana merupakan pekerja di bawah umur. Kemudian kami mewawancarai dua
anak yang berada disana. Dari hasil wawancara tersebutkan bahwa
1. Faktor menjadi pekerja
Kedua anak yang merupakan pedagang keliling, menjelaskan bahwa alasan
mereka menjadi pekerja adalah untuk membatu perekonomian keluarga.
2. Dampak menjadi pekerja
Menjadi pekerja tentu memberikan dampak bagi kehidupan mereka. Contohnya
adalah disaat mereka harusnya bermain atau bersosialisasi namun malah berkutat dengan
pekerjaan. Selain itu aktivitas pendidikan mereka dapat terganggu, bahkan ada yang harus
putus sekolah.

Beberapa hari kemudian salah satu dari kelompok kami melakukan wawancara lagi di tempat
yang berbeda, yakni di lampu merah kertajaya.
1. Faktor menjadi pekerja

2. Dampak menjadi pekerja

Menanggapi permasalahan tersebut seharusnya pemerintah lebih memperhatikan


sistem ketenagakerjaan di Indonesia, karena pada faktanya masih banyak anak di bawah
umur yang bekerja sebelum waktunya. Sehingga mereka terpaksa harus membagi waktu
mereka antara belajar dan bekerja. Kemudian dalam aspek pendidikan

Anda mungkin juga menyukai