Disusun Oleh
Kelas F
Kelompok 2
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2019
i
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah S.W.T., yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan
Mutu pada Komoditas Daging Unggas dan Olahannya dengan judul Pengendalian
Mutu dalam Pembuatan Produk Chicken Nugget dan Sosis pada Proses Freezing
dengan Menggunakan IQF (Invidual Quick Freezing).
pihak yang terkait demi kesempurnaan Makalah ini. Pada kesempatan ini kami
Penyusun
ii
iii
DAFTAR ISI
Bab Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................ ii
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah.................................................................... 2
1.3 Maksud dan Tujuan .................................................................... 2
II PEMBAHASAN
2.1 Pengendalian Mutu pada Proses Freezing .................................. 3
2.2 Spesifikasi dan Cara Kerja Mesin IQF ....................................... 5
2.2.1 Spesifikasi IQF ................................................................ 5
2.2.2 Cara Kerja Mesin IQF ..................................................... 8
2.3 Pelaksanaan dan Pengendalian Mutu ........................................10
IV KESIMPULAN .................................................................................15
iii
1
PENDAHULUAN
tumbuh dan berkembang. Pangan merupakan produk olahan yang berasal dari
sumber daya hayati yang tujuannya untuk dikonsumsi manusia, contohnya seperti
daging,telur,sayur-sayuran dan nasi. Pangan harus terjamin kesehatan, keamananan
kualitas dan mutunya. Biasanya produk pangan yang bermutu serta aman dihasilkan
dari rumah tangga dan juga industri pengolahan pangan, karena terjamin mutu serta
untuk mempertahankan kualitas dan mutu dari bahan-bahan yang dihasilkan agar
mengontrol atau mengecek kualitas pangan yang sudah di produksi apakah layak
pengolahan makanan yang berbahan baku ayam contohnya seperti chicken nugget.
Pada pembuatan chicken nugget diperlukan pengawasan mutu yang ditetapkan.
Karena bahan baku yang digunakan adalah ayam yang rentan terkontaminasi oleh
II
PEMBAHASAN
Pokphand Salatiga terdapat proses pembekuan pada saat setelah dikemas dalam
kristal es, biasanya dikenal dengan nama agitasi. Proses nukleasi ini dibagi menjadi
dua, yaitu nukleasi homogen (homogeneous nucleation) yang terjadi pada sistem
murni tanpa pengotor dan nukleasi heterogen (heterogeneous nucleation) terjadi
pada molekul air yang berkumpul dalam suatu komposisi kristalin pada agensia
Terdapat dua jenis metode pembekuan, yaitu slow freezing dan fast freezing,
yang membedakan kedua metode ini adalah kecepatan pembekuan dan besarnya
pada ruang intraseluler dan mengubah bentuk jaringan awal, serta dapat
memecah dinding sel. Setelah di thawing, bahan juga tidak dapat kembali
lembek dan material di dalam sel akan mengalir keluar dari sel yang pecah.
4
yang berukuran kecil. Hasil pembekuan cepat adalah crust yang berukuran
sehingga akan menyebabkan dinding sel bahan tetap utuh (Fellows, 2000).
sehingga memiliki umur simpan yang relatif pendek. Makanan dapat dikatakan
makanan dapat di akibatkan oleh aktivitas mikrobia maupun aktivitas enzim yang
ada pada bahan makanan tersebut, perubahan secara fisika dan kimia juga dapat
memengaruhi kebusukan makanan (Bell et al, 2005). Freezing pada sosis dilakukan
dikarenakan menurut hasil penelitian pada suhu ruang (27°C-30°C) di hari ke dua
sosis sudah bau dan mengalami perubahan warna pada hari ke tiga serta perubahan
tekstur pada hari ke lima, karena pada suhu ruang sosis hanya dapat bertahan selama
2 hari (Haryati, 2003). Sedangkan bila disimpan dalam keadaan beku sosis dapat
disebabkan oleh dehidrasi dan oksidasi pada bahan yang dikemas karena hal
5
4) Bagian wadah terluar dapat digunakan agar embun udara atmosfer tidak
meresap dalam wadah karena jika terjadi peresapan uap air ke dalam bahan
suhu dan tekanan tinggi. Jenis kemasan sekunder yang dipakai untuk mengemas
sosis biasanya adalah LLDPE dan nylon. Nilon atau poliamida merupakan
kondensasi polimer (polikondensasi) dari asam amino atau diamina dengan asam
dua karboksilat (di-acid). Nilon tergolong termoplastik non etilen dengan sifat-sifat
sebagai berikut:
pengoksidasi.
2.2 Spesifikasi dan Cara Kerja Mesin IQF (Individual Quick Freezing)
sudah mulai berkembang banyak begitu pula dengan teknologi yang mendukung
6
tidak ingin ketinggalan jaman, seperti halnya teknologi pada metode pembekuan,
untuk PT. Charoen Pokphand Salatiga saat ini ada teknologi IQF (Individual Quick
Freezing) merupakan suatu teknologi pembekuan dimana prosesnya ini hanya
membutuhkan waktu yang relatif singkat (cepat). Sebenarnya teknologi ini sama
yang dimana merupakan senyawa kimia golongan anorganik yang terdapat air dan
CO2.
pembekuan IQF jenis Packaged Spiral Freezer. Salah satu jenis IQF yang sudah
sangat banyak diterapkan di beberapa perusahaan besar khususnya pengolahan
pangan hasil peternakan, seperti Nugget, Bakso dan lain sebagainya. Karena IQF
Packaged Spiral Freezer ini pada umumnya diperuntukkan untuk oalahan pangan
yang sangat rentan dan mudah rusak, karena pada dasarnya prinsip kerja IQF ini
hanya memerlukan waktu yang relatif singkat sehingga PT. Charoen Pokphand
Salatiga menggunakan metode pembekuan dengan teknologi IQF.
IQF sendiri memiliki ukuran beraneka macam, mulai dari ukuran yang kecil
berkisar 1.000 lb/h sampai dengan ukuran yang besar berkisar 100.000 lb/h
(George, 2002). Dalam mesin IQF ini terdiri dari beberapa susunan yaitu
diantaranya :
1. Kompresor, dimana berperan sebagai tenaga untuk menekan sumber
3. Filter
4. Pipa Kapiler, berperan sebagai saluran penampung dari sumber pendingin
yang mengandung amonia
5. Evaporator
6. Accumulator
7. Katup Ekspansi
9. Konveyor 18 tingkat
10. Balance Fan, merupakan sebagai pendingin didalam mesin IQF agar proses
pembekuan berjalan dengan lancar
11. Sensor
12. Monitor Pengontrol
14. Defrost
Pada dasarnya teknologi pembekuan dengan IQF ini prinsip kerjanya secara
terus menerus. Waktu yang relatif singkat dapat ditempuh tergantung dengan
jumlah proses produksinya dari perusahaan tersebut. Semakin banyak jumlah yang
diproduksi, maka waktu yang diperlukan harus se singkat mungkin agar dapat
mengefesienkan waktu. Maka dari itu teknologi pembekuan dengan metode IQF ini
diterapkan oleh PT. Charoen Pokphand Salatiga dalam pembuatan hasil olahan
yang berupa sosis.
mesin IQF ini pun sangat perlu diperhatikan, melihat proses kerjanya yang secara
8
terus menerus. Sehingga sangat mudah rusak apabila perawatannya tidak terjaga.
Seperti takut adanya indikasi amonia bocor akibat mesin tersebut tidak dilakukan
ataupun waktu.
dengan bantuan cairan pendingin dalam waktu yang singkat danhasil dari
pembekuannya terpisah-pisah. Berikut ini cara kerja mesin IQF (Individual Quick
Freezing) menurut C, George dan P.E., Briley (2002), meliputi :
terlebih dahulu.
gas bertekanan tinggi dan bersuhu tinggi, gas tersebut ditekan keluar oleh
5. Refrigerant cair yang bertekanan tinggi tetapi suhunya telah rendah ini
6. Refrigerant lalu memasuki pipa kapiler yang berdiameter kecil dan panjang
sehingga tekanannya turun drastis.
7. Refrigerant cair yang tekanannya menjadi sangat rendah ini kemudian masuk
titik didih ammonia yang memang sudah rendah semakin bertambah rendah
pula, oleh sebab itu ammonia segera berubah wujud menjadi gas (menguap).
Saat berubah wujud dari cair menjadi gas, zat refrigerant memiliki kalor laten
penguapan yang besar maka diperlukan kalor laten yang besar pula dan kalor
(panas) ini diambil dari sekeliling evaporator yaitu isi dari IQF. Kerja ini diperkuat
oleh adanya daya hisap kompresor sehingga molekul- molekul gas refrigerant
Nugget dan Sosis yang berada dalam IQF akan menjadi dingin.
Tahapan ini dimaksimalkan dengan adanya panel kipas berjumlah 8 unit yang
ada di mesin IQF. Lalu gas refrigerant memasuki akumulator dan kembali ke
sehingga ruangan di dalam IQF memiliki suhu < -30oC. Apabila suhu sudah
mencapai < -30oC maka Produk Chicken Nugget dan Sosis dalam kemasan yang
sudah mengalami proses vakum dijalankan melalui konveyor menuju ke tempat
jenis produk dan suhu IQF. Semakin rendah suhu di IQF maka waktu pembekuan
10
dalam produk. Produk Chicken Nugget dan Sosis akan disemprot udara dingin
selama berjalan di konveyor sesuai dengan waktu yang di setting. Konveyor yang
ada di mesin berjalan ke atas menuju tingkat ke 18. Kemudian akan keluar dan
diangkut dengan take away ke bawah ke bagian kartoning untuk dikemas dalam
menghentikan proses supply refrigerant sehingga tidak ada lagi udara dingin yang
keluar dari blower. Suhu di ruang IQF akan menjadi normal (tidak minus) sehingga
fan dan conveyor dapat dimatikan.
dilakukan mulai dari raw material dan seasoning hingga pengemasan produk siap
jual. Terdapat tiga produk yang diproduksi yaitu okey, champ, dan fiesta. Okey
merupakan grade paling rendah yang diproduksi oleh perusahaan ini karena
komposisi daging pada produk ini tidak sebanyak pada dua produk lainnya, sesuai
dengan target pasarnya yaitu masyarakat menengah kebawah dan dijual di pasar-
pasar tradisional sehingga tidak memiliki barcode. Sosis champ merupakan produk
dengan kualitas standar yang memiliki komposisi daging ayam dalam sosis cukup
dibandingkan dengan bahan campuran dalam sosis lainnya lebih banyak, oleh
pembuatnya yaitu daging sebagai bahan utama disimpan dalam suhu 0 – 50C,
apabila suhu melebihi 50C dikhawatirkan akan terjadinya kontaminasi bakteri yang
akan berpengaruh pada kualitas produk dan daya simpannya (Jeremiah, 1996).
Bahan tambahan lainnya dalam pembuatan sosis ini juga diperhatikan dengan
melakukan penyimpanan pada tempat khusus yang berbeda misalkan pada bahan
kering dan semi kering. Pembuatan sosis ini juga menggunakan sayuran seperti
bawang merah dan bawang putih yang ditempatkan pada vegetable area. Menurut
Essien (2003) seluruh bahan-bahan / material harus dipisahkan sebelum bahan
dasar memasuki meat preparation. Bahan-bahan juga diletakan di rak khusus
sehingga tidak menyentuh lantai.
Bentuk pengendalian pada seasoning adalah bahwa seasoning yang
digunakan memiliki Certificate of Analysis (CoA) yang merupakan sertifikat yang
menyatakan bahwa bahan-bahan tersebut telah dianalisis serta terdapat lampiran
hasil analisisnya oleh perusahaan pemasok sehingga bahan-bahan yang digunakan
dapat terjamin kualitas dan keamanannya. Bahan-bahan yang digunakan untuk
pembuatan sosis ini menggunakan sistem FIFO (First In First Out) yaitu bahan
yang telah ada lebih dulu maka akan digunakan terlebih dahulu juga untuk
menghindari bahan pembuat sosis ini menjadi rusak. Suhu yang baik dalam
pembuatan sosis ini adalah 10-150C untuk menghindari adanya resiko kontaminasi
mikroorganisme.
kali yaitu pada saat masih berbentuk adonan dan setelah pengemasan. Pada saat
12
peoses pemasakan didalam smoke house, pihak Quality Control (QC) juga akan
konsumen.
(CCP) pertama dalam rantai produksi pembuatan sosis ayam, dalam hal ini
kematangan merupakan suatu hal yang sangat penting karena akan berpengaruh
terhadap kualitas dan tampilan sosis. Pada tahap ini terdapat bahaya potensial yaitu
adanya mikroorganisme pathogen yang masih hidup pada adonan, oleh karena itu
maka sosis akan kembali dicek oleh metal detector yang merupakan CCP 2 dalam
proses pembuatan sosis. Bahaya potensial yang mungkin terjadi pada tahap ini
adalah adanya kontaminasi metal pada produk sebagai akibat metal detector yang
tidak bekerja maksimal sehingga setiap 1 jam sekali harus dilakukan pengecekan
menggunakan specimen Fe, non Fe, dan stainless. Sosis yang lolos dari metal
dan umur simpan produk walaupun tidak termasuk kedalam CCP. IQF merupakan
proses pembekuan satu-satu dalam waktu yang singkat (Yuliana dkk, 2013).
Proses pengendalian mutu juga dilakukan pada mesin IQF sebagai salah
sebelum produk dimasukan kedalam mesin ini seperti yang telah dipaparkan
13
sebelumnya. Pihak Quality Control (QC) terlebih dahulu akan memeriksa kemasan
sosis apakah ada sobekan dan telah tervakum sempurna, apabila terdapat sobekan
maupun proses pemvakuman yang tidak sesuai akan menyebabkan udara masuk
kedalam kemasan selama proses freezing ini. Apabila udara masuk kedalam
kemasan maka akan menyebabkan proses oksidasi serta ketengikan karena sosis
memang memiliki kadar lemak yang cukup tinggi sesuai dengan pernyataan
Winarno (1991) yaitu ketengikan yang disebabkan oleh oksidasi dapat terjadi
karena sosis merupajan tipe emulsi lemak dalam air. Ancaman lain yang mungkin
terjadi adalah freezer burn, yaitu hilangnya cairan pada produk sosis sehingga
menjadi kering. Walaupun tidak membahayakan namun akan mengurangi rasa dan
dibawah standar yakni kurang dari 300C. Pada mesin ini juga terdapat bagian
sunction yang merupakan tempat aliran udara dari kompresor ke ruangan, biasanya
karena penggunaan mesin ini akan terbentuk bunga es diantara pembatas sunction
dan ruang penutup, semakin banyak bunga es maka akan menutupi aliran udara
dingin, suhu semakin tinggi, dan berpengaruh pada lama pembekuan. Oleh karena
itu PT Charoen Pokphan Salatiga rutin melakukan proses defrost pada mesin IQF
yaitu 3 hari sekali. Pihak QC sekali lagi melakukan pengecekan setelah produk
dibekukan dengan cara mengukur suhunya agar dapat menacapai -180C. Produk
daging unggas akan panjang umur simpannya bahkan hingga satu tahun apabila
14
dilakukan penyimpanan pada suhu beku antara -170C sampai dengna -400C
(Mountney, 1976).
sebagian bahan pangan pada penyimpanan pada suhu -180C memiliki penyimpanan
yang baik sekurang-kurangnya 12 bulan, kerusakan akan berlipat ganda apabila
perusahaan ini adalah -400C atau 360C karena pada suhu ini penyusutan tidak begitu
besar.
15
III
KESIMPULAN
3.1 Pengendalian mutu pada proses freezing Terdapat dua jenis metode
pembekuan, yaitu slow freezing dan fast freezing, yang membedakan kedua
metode ini adalah kecepatan pembekuan dan besarnya kristal es yang
terbentuk.
3.3 Pengendalian mutu pada pembuatan sosis PT. Charoen Pokphand Indonesia
produk siap jual. Terdapat tiga produk yang diproduksi yaitu okey, champ,
dan fiesta.
16
DAFTAR PUSTAKA
C, George dan P.E, Briley. 2002. Individually Quick Frozen Fluidized Freezers.
ASHRAE Journal
Essien, Effiong . 2003. Sausage Manufacture : Principles and Practice. CRC Press
Boca Raton Boston New York, Washington DC.
Fellow, J.P. 2000. Food Processing Technology. Principles and Practice 2nd
edition. Woodhead Publishing Lim, Cambridge, England.
Jeremiah, L. E. 1996. Freezing Effects on Food Quality. Marcell Dekker, Inc. New
York.
Winarno, F.G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.