Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Menurut Permenkes Nomor 4 tahun 2019 Tentang Standar Teknis Pemenuhan


Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan pasal 1
ayat 2, SPM kesehatan merupakan ketentuan mengenai jenis dan mutu pelayanan
dasar yang merupakan urusan pemerintahan wajib yang berhak diperoleh setiap warga
negara secara minimal. Standar teknis SPM bidang kesehatan adalah ketentuan
standar jumlah dan kualitas barang dan/atau jasa, personal/sumber daya manusia
kesehatan dan petunjuk teknis atau tata cara pemenuhan standar dari masing-masing
jenis dan mutu pelayanan dasar SPM Bidang Kesehatan.
Tujuan dari SPM ini adalah memberikan kemudahan kepada pemerintah
daerah dalam penyusunan perencanaan untuk pelaksanaan SPM Kesehatan di
Provinsi/Kabupaten/Kota. Sasaran SPM ini adalah memberikan pedoman kepada
pemerintah berdasarkan UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah serta
peraturan pelaksanaannya.
SPM Kesehatan ini memiliki ruang lingkup dalam pelaksanaannya meliputi
standar jumlah kualitas barang dan/atau jasa, pendidik dan tenaga kependidikan, dan
petunjuk teknis atau tata cara pemenuhan standar pelayanan.

2.2 Jenis Layanan SPM Bidang Kesehatan

SPM Kesehatan ini tediri dari SPM Kesehatan di Provinsi dan SPM Kesehatan
Kabupaten/Kota. Masing-masing daerah ini memiliki jenis pelayanan sendiri-sendiri.

(1) Jenis pelayanan di provinsi

a) Pelayanan kesehatan bagi penduduk terdampak krisis kesehatan akibat


bencana dan/atau berpotensi bencana provinsi.
Dalam melakukan pelayanan kesehatan pada penduduk yang
terdampak bencana, ada beberapa hal yang harus di perhatikan seperti jumlah
dan kualitas barang dan jasa, sumber daya manusia, dan teknis pemenuhan
standar. Barang dan jasa yang dapat diberikan saat terjadi krisi bencana adalah
seperti obat-obatan dan bahan medis habis pakai yang disesuaikan dengan
kebutuhan dimana barang ini akan berfungsi sebagai pendukung pelayanan
kesehatan, kemudian ada makanan tambahan/pendamping untuk kelompok

2
rentan (bayi, balita, anak, dan ibu hamil) yang akan menjadi penambah daya
tahan tubuh bagi kelompok yang rentan ini, dan penyediaan kelengkapan
pendukung kesehatan yang akan berfungsi sebagai pendukung perilaku hidup
bersih dan sehat selama terjadi bencana.
Ketersediaan sumber daya manusia kesehatan seperti dokter, perawat,
dan bidan yang cukup dan berkualitas akan sangat membantu dalam kondisi
krisis ini. Tenaga-tenaga kesehatan ini harus terlatih dan memiliki kemampuan
di bidang surveilans, gizi, epidemiologi, kesehatan lingkungan, kesehatan
reproduksi, dan lain-lain. Tidak hanya dokter, perawat, dan bidan saja,
apoteker dan ahli gizi juga ikut berpartisipasi dalam pelayanan bencana di
provinsi.
Misalnya : pengerahan tenaga bantuan dari berbagai wilayah pada
daerah yang terkena bencana, melakukan penanggulangan dan upaya
penanganan terhadap bencana seperti program pembuatan hutan mangrove
untuk mengatasi erosi dan mencegah banjir, penanaman 1000 pohon di daerah
pegunungan untuk meminimalisir terjadinya longsor.

b) Pelayanan kesehatan bagi penduduk pada kondisi kejadian luar biasa


provinsi.

Pelayanan kesehatan bagi penduduk pada kondisi kejadian luar biasa


provinsi adalah pelayanan kesehatan bagi setiap orang yang terdampak dan
beresiko pada situasi KLB sesuai dengan jenis penyakit dan/atau keracunan
pangan yang menyebabkan KLB. Suatu KLB dinyatakan sebagai KLB
provinsi jika KLB meluas dan memiliki hubungan epidemiologi pada provinsi
yang sama berdasarkan kajian epidemiologi, analisis dan evaluasi oleh Dinkes
Provinsi, dan pemerintah daerah kurang mampu mengajukan permintaan
bantuan.
Ketersediaan jumlah dan kualitas barang dan jasa serta sumber daya
manusia kesehatan yang memadai akan sangat berpengaruh dalam pelayanan
KLB provinsi ini. Barang yang dibutuhkan dalam pelayanan KLB ini mulai
dari APD, Vitamin/obat-obatan, alat pemeriksaan, alat dan bahan spesimen,
wadah pengiriman spesimen, tempat sampah (medis dan non-medis), format
dan alat tulis. Sedangkan tenaga kesehatan yang di perlukan adalah mulai dari
dokter, tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan epidemiologi, kesehatan

3
lingkungan, entomologi, tenaga laboratorium, penyuluh kesehatan, dan
penyeledikan KLB.
Langkah-langkah yang di perlukan dalam pelayanan ini adalah
identifikasi permasalahan yang kemudian dikaji melalui pengkajian
epidemiologi. Setelah dikaji, akan dibahas dalam rapat koordinasi yang
melibatkan banyak sektor terkait. Kemudian dilaksanakan kegiatan sesuai
dengan langkah-langkah yang telah di bahas dan akan di dokumentasikan
melalui pencatatan dan pelaporan.
Misalnya kejadian KLB musiman yang sering terjadi yaitu demam
berdarah, pemerintah beserta seluruh tenaga Kesehatan selalu membuat
program untuk mengatasi hal tersebut. Dalam mengatasi masalah pemerintah
beserta tenaga Kesehatan juga mengerahkan masyarakat langsung untuk turut
mengambil bagian. Seperti program program bersih desa setiap minggu,
pemberian ABATE untuk membasmi jentik tiap minggu, serta program 3M
plus yang terus digalakkan dalam masyarakat.

(2) Jenis Pelayanan di Kabupaten/Kota

a) Pelayanan kesehatan ibu hamil


Pemberian layanan pada ibu hamil harus benar-benar di perhatikan
karena ibu hamil akan memiliki banyak resiko. Pelayanan yang diberikan
berupa ANC terpadu dan berkualitas. Ibu hamil harus di pastikan memenuhi
kunjungan 4 kali dalam kehamilannya atau disebut K4 dengan ketentuan satu
kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua, dan dua kali pada
trimester ketiga. Standar kualitas pelayanan harus memenuhi 10T yaitu
pengukuran tinggi dan berat badan, tekanan darah, LILA, TFU, presentasi dan
DJJ dari janin, imunisasi TT, tablet Fe, Tes Laboratorium, Tatalaksanan kasus,
dan Temu Wicara.
Bentuk pelayanan dapat berupa pemberian vaksin Tetanus Toxoid (TT)
pada ibu hamil yang bertujuan untuk mencegah tetanus pada ibu dan bayi saat
persalinan, pemberian tablet Fe (90 tablet) yang berfungsi untuk mencegah
anemia yang akan menyebabkan perdarahan pada saat persalinan, deteksi dini
pada ibu hamil seperti pemeriksaan protein urine, kadar Hb darah, dan gula
darah pada ibu hamil. Setelah di lakukan pemeriksaan, hasil pemeriksaan di
dokumentasikan pada buku KIA atau rekam medis ibu yang bertujuan agar
mudah dalam pemberian pelayanan selanjutnya.

4
b) Pelayanan kesehatan ibu bersalin
Pelayanan kesehatan pada ibu bersalin meliputi persalinan normal dan
persalinan dengan komplikasi. Standar persalinan normal adalah dilakukan di
fasilitas pelayanan kesehatan dan di tolong minimal 2 orang. Pertolongan
persalinan normal di lakukan mengacu pada buku saku pelayanan kesehatan
ibu di fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan rujukan.
Yang perlu di lakukan dalam pelayanan ibu bersalin adalah mendata
ibu bersalin yang ada di daerah tersebut, kemudian pelayanan pertolongan
persalinan yang di lakukan oleh tenaga ahli. Dalam pertolongan persalinan ini,
petugas harus mengisi partograf yang berfungsi sebagai instrumen pemantauan
dalam persalinan. Kemudian dilanjutkan dengan pendokumentasian dalam
buku KIA maupun dalam rekam medis ibu.

c) Pelayanan kesehatan bayi baru lahir


Hal yang harus di perhatikan dalam pemberian pelayanan pada bayi
baru lahir meliputi kualitas dan kuantitas. Standar kuantitas yang harus
terpenuhi adalah pelayanan kunjungan neonatal, kunjungan ini meliputi
Kunjungan Neonatal 1 (KN1) pada 6-48 jam pertama, kunjungan neonatal 2
(KN2) pada 3-7 hari, dan kunjungan neonatal 3 (KN3) pada 8-28 hari.
Sedangkan standar kualitas yang harus terpenuhi adalah pelayanan neonatal
esensial seperti pemotongan tali pusat, IMD, vitamin K1 dan HB-0,
pemeberian ASI eksklusif, pemeriksaan dengan MTBM, dan pemberian
imunisasi.

5
d) Pelayanan kesehatan balita
Pemberian pelayanan pada balita ini melibatkan peran bidan, dokter,
kader, dan guru PAUD/TK. Pelayanan kesehatan pada balita dapat dilakukan
melalui pengisian KPSP (Kuisioner Pra Skrining Perkembangan) yang
berfungsi sebagai deteksi dini perkembangan pada anak. Kemudian pelayanan
dilanjutkan dengan pengisian formulir DDTK dan dilanjtkan
pendokumentasian pada buku KIA, pemberian vitamin dan imunisasi juga
sudah mulai dilakukan pada pelayanan ini. Imunisasi yang dapat diberikan
mulai dari imunisasi dasar seperti BCG, Polio, Pentavalen, dan Campak,
sedangkan imunisasi lanjutan seperti pentavalen dan Campak Rubella. Balita
ini juga rentan terhadap alergi yang dapat menimbulkan syok. Maka dalam
pelayanan di perlukan peralatan anafilaktik.

e) Pelayanan kesehatan PAUD


Setiap anak pada usia pendidikan dasar mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai standar. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib
melakukan pelayanan kesehatan sesuai standar pada anak usia pendidikan
dasar di dalam dan luar satuan pendidikan dasar di wilayah kerja
kabupaten/kota dalam kurun waktu satu tahun ajaran.
Pelayanan kesehatan dapat dilakukan dalam bentuk penilaian status
gizi, pemeriksaan tanda vital, gigi dan mulut, dan melakukan skrining
kesehatan.

f) Pelayanan kesehatan Usia Produktif


Pada usia produktif ini, rawan terjadinya penularan penyakit menular
seksual. Maka dari itu, dalam hal ini pelayanan yang dapat diberikan adalah
KIE untuk melakukan skrining, dilakukan pemeriksaan fisik meliputi tinggi
badan, berat badan, tensimeter, dan pemeriksaan lain yang menunjang.
Pemeriksaan IVA juga diperlukan bagia usia 30-50 tahun. Serta petugas juga
harus memberikan penyuluhan mengenai kesehatan pada usai produktif ini.

g) Pelayanan kesehatan usia lanjut


Warga Negara usia lanjut adalah warga Negara yang berusia 60 tahun
keatas. Setiap Warga Negara usia 60 tahun ke atas mendapatkan pelayanan
kesehatan usia lanjut sesuai standar. Pemerintah Daerah Tingkat
Kabupaten/Kota wajib memberikan pelayanan kesehatan dalam bentuk
edukasi dan skrining usia lanjut sesuai standar pada Warga Negara usia 60

6
tahun ke atas di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun. Edukasi
berupa bagaimana cara berperilaku bersih dan sehat dan melakukan skrining
tentang faktor risiko penyakit menular dan tidak menular.
Pelayanan Skrining faktor risiko pada usia lanjut adalah skrining yang
dilakukan minimal 1 kali dalam setahun untuk penyakit menular dan penyakit
tidak menular meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan dan lingkar
perut, pengukuran tekanan darah, pemeriksaan gula darah, pemeriksaan
gangguan mental, pemeriksaan gangguan kognitif, pemeriksaan tingkat
kemandirian usia lanjut , anamnesa perilaku berisiko. Tindak lanjut hasil
skrining kesehatan yaitu memberikan rujukan bila diperlukan dan melakukan
penyuluhan tentang masalah Kesehatan.

h) Pelayanan kesehatan penderita hipertensi


Setiap penderita hipertensi mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standar. Pemerintah daerah kabupaten/kota wajib memberikan pelayanan
kesehatan sesuai standar kepada seluruh penderita hipertensi usia 15 tahun ke
atas sebagai upaya pencegahan sekunder di wilayah kerjanya dalam kurun
waktu satu tahun. Pelayanan kesehatan penderita hipertensi sesuai standar
meliputi pengukuran tekanan darah dan pemberian edukasi. Tekanan Darah
Sewaktu (TDS) lebih dari 140 mmHg ditambahkan pelayanan terapi
farmakologi.

i) Pelayanan kesehatan penderita diabetes melitus


Setiap penderita diabetes melitus mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai standar.Pemerintah Kabupaten/Kota mempunyai kewajiban untuk
memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar kepada seluruh penderita
Diabetes Melitus (DM) usia 15 tahun ke atas sebagai upaya pencegahan
sekunder di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun. Pelayanan
kesehatan diabetes mellitus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang
meliputi pengukuran gula darah dilakukan minimal satu kali sebulan di
fasilitas pelayanan kesehatan, pemberian edukasi perubahan gaya hidup dan
nutrisi serta melakukan rujukan jika diperlukan. Gula darah sewaktu (GDS)
lebih dari 200 mg/dl ditambahkan pelayanan terapi farmakologi.

j) Pelayanan kesehatan orang dengan gangguan jiwa berat


Pelayanan kesehatan Penderita Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)
Berat dilakukan oleh minimal 1 orang dokter dan atau perawat terlatih jiwa
7
dan atau tenaga kesehatan lainnya. Pelayanan kesehatan pada ODGJ berat
sesuai standar bagi psikotik akut dan Skizofrenia meliputi pemeriksaan
kesehatan jiwa yaitu pemeriksaan Kesehatan mental dan wawancara,
pemberian edukasi kepatuhan minum obat dan melakukan rujukan bila
diperlukan.

k) Pelayanan kesehatan orang terduga tuberkulosis


Setiap orang terduga Tuberkulosis (TBC) mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai standar. Pemerintah Kabupaten/Kota wajib memberikan
pelayanan kesehatan sesuai standar kepada orang terduga TBC di wilayah
kerja Kabupaten/Kota tersebut dalam kurun waktu satu tahun. Pelayanan
Kesehatan oaring dengan tuberculosis meliputi penetapan sasaran orang
terduga TBC menggunakan data orang yang kontak erat dengan penderita
TBC dan di tetapkan oleh Kepala Daerah, melakukan pemeriksaan klinis
Pelayanan klinis terduga TBC dilakukan minimal 1 kali dalam setahun dengan
pemeriksaan gejala dan tanda, melakukan pemeriksaan penunjang yaitu
pemeriksaan dahak dan radiologis, pemberian edukasi perilaku berisiko dan
pencegahan penularan serta melakukan rujukan jika diperlukan.

l) Pelayanan kesehatan orang dengan risiko terinfeksi virus yang


melemahkan daya tahan tubuh manusia (Human Immunodeficiency
Virus)
Setiap orang dengan risiko terinfeksi HIV mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai standar. Pemerintah daerah Kabupaten/Kota wajib
memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar kepada setiap orang dengan
risiko terinfeksi virus yang melemahkan daya tahan tubuh manusia (Human
Immunodeficiency Virus = HIV) di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu
tahun. Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada orang dengan risiko
terinfeksi HIV sesuai standar yaitu pemberian edukasi perilaku yang berisiko
HIV dan melakukan skrining.

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setiap kegiatan pelayanan dalam bidang kesehatan sudah ditetapkan dalam
Permenkes RI No. 4 Tahun 2019. Standar Pelayanan Minimal adalah standar jenis dan
mutu pelayanan yang di selenggarakan untuk masyarkat dan masyarakat harus
mendapatkan pelayanan secara terpadu. Dalam peraturan ini, ada jenis layanan minimal
yang berada di provinsi dan kabupaten/kota. Pelayanan di provinsi mencakup pelayanan
pada bencana dan KLB. Sedangkan pada kabupaten/kota ada 12 pelayanan antara lain
pelayanan pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir, balita, anak PAUD, usia produktif,
lansia, hipertensi, diabetes melitus, TBC, dan HIV. Setiap pelayanan yang di berikan
mempunyai standar sendiri-sendiri.
3.2 Saran
Setiap mahasiswa di harapkan dapat mengerti mengenai standar pelayanan minimal
yang terdapat pada Permenkes RI No. 4 Tahun 2019 yang nantinya akan menjadi
pedoman dalam melaksanakan kegiatan pelayanan di lapangan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.4 Tahun 2019 Tentang Standar Teknis
Pelayanan Dasar Pada Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.

10

Anda mungkin juga menyukai