Anda di halaman 1dari 9

METODE OPERASI WANITA (MOW)

TUBEKTOMI

A. Pengertian
Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan
orang yang bersangkutan tidak akan mendapatkan keturunan lagi. Kontrasepsi ini hanya
dipakai untuk jangka panjang, walaupun kadang-kadang masih dapat dipulihkan kembali
seperti semula.
Tubektomi untuk mencegah bertemunya sel telur dan sperma (pembuahan) dengan cara
menutup saluran telur tanpa mengubah indung telur dalam rahim. Sebelum melakukan
tubektomi terlebih dahulu kita lakukan konseling yaitu tim medis atau konselor harus
menyampaikan informasi lengkap dan objektif tentang keuntungan dan keterbatasan berbagai
metode kontrasepsi itu. Jangka waktu efektif kontrasepsi, angka kegagalan, komplikasi dan
efek samping dan kesesuaian kerja kontrasepsi dengan karakteristik dan keinginan klien
Kontrasepsi tubektomi pada wanita atau tubektomi yaitu tindakan memotong tuba
fallopii/tuba uterina.
Tubektomi pada wanita adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita atau
tuba fallopii yang mengakibatkan wanita tersebut tidak dapat hamil atau tidak menyebabkan
kehamilan lagi. Dahulu tubektomi dilakukan dengan jalan laporotomi atau pembedahan
vaginal. Sekarang, dengan alat-alat dan teknik baru, tindakan tubektomi dilakukan secara
lebih ringan dan tidak memerlukan perawatan di rumah sakit.
Dalam tahun-tahun terakhir tubektomi merupakan salah satu bagian yang penting
dalam program keluarga berencana di banyak Negara. Di Indonesia sejak tahun 1974 telah
berdiri Perkumpulan Kontrasepsi Mantap Indonesia (PKMI), yang membina perkembangan
metoda dengan opersai (M.O) atau kontrasepsi mantap secara sukarela, tetapi secara resmi
tubektomi tidak termasuk kedalam program nasional keluarga berencan di Indonesia.

B. Keuntungan Tubektomi
1. Motivasi hanya dilakukan sekali, sehingga tidak diperlukan motivasi berulang-ulang.
2. Efektivitas hampir 100%
3. Tidak mempengaruhi libido seksualitas
4. Kaegagalan dari pihak pasien tidak ada
5. Sangat efektif dan permanen
6. Dapat mencegah kehamilan lebih dari 99%
7. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
8. Tidak mempengaruhi proses menyusui
9. Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi local
10. Tidak bergantung pada faktor senggama
11. Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi resiko kehamilan yang serius
12. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual

C. Kerugian Tubektomi
Tindakan ini dapat dianggap tidak ireversibel, walaupun memang ada kemungkinan
untuk membuka tuba kembali pada mereka yang akhirnya masih menginginkan anak lagi
dengan operasi rekanalisasi. Oleh karena itu, penutupan tuba hanya dapat dikerjakan pada
mereka yang menpunyai syarat-syarat tertentu.
Keterbatasan tubektomi
1. Harus dipertimbangkan sifat permanan metode kontrasepsi
2. Klien dapat menyesal dikemudian hari
3. Resiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan anestesi umum)
4. Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan
5. Dilakukan oleh dokter yang terlatih
6. Tidak melindungi diri dari IMS HBV dan HIV/AIDS

D. Indikasi Metode Dengan Operasi ( M.O)


1. Indikasi medis umum
Adanya gangguan fisik atau psikis yang akan menjadi lebih berat bila wanita hamil lagi.
a. Gangguan fisik
Tuberkulosis pulmonum, penyakit jantung, penyakit ginjal, kanker payudara dan
sebagainya.
b. Gangguan psikis
Skijofremia (psikosis), sering menderita psikosa nifas, dan lain-lain.
2. Indikasi medis obstetrik
Toksemia gravidarum yang berulang, seksio sesar berulang, histerektomi dan
sebagainya.
3. Indikasi medis ginekologik
Pada waktu melakukan operasi ginekologis dapat pula dipertimbangkan untuk sekaligus
melakukan sterilisasi.
4. Indikasi sosial ekonomi
Indikasi berdasarkan beban sosial ekonomi yang sekarang ini terasa betambah lama
betambah berat.
5. Cukup anak untuk dilakukan kontap sebaiknya dilakukan setelah umur ibu x
banyaknya anak.

E. Syarat
Setiap peserta kontap harus memenuhi 3 syarat, yaitu :
1. Sukarela
Setiap calon peserta kontap harus secara sukarela meneriam pelayanan kontap, artinya
secara sadar dan dengan kemauan sendiri memeilih kontap sebagai cara kontrasepsi.
2. Bahagia
Setiap calon peserta kontap harus memenuhi syarat bahagia, artinya :
- Calon peserta tesebut dalam perkawinan yang sah dan harmonis dan telah
dianugerahi sekurang-kurangnya 2 orang anak yang sehat rohani dan jasmani
- Biala hanya mempunyai 2 orang anak, maka anak yang paling kecil berumur sekitar
2 tahun
- Umur isteri paling muda sekitar 25 tahun
3. Kesehatan
Setiap calon peserta kontap harus memenuhi syarat kesehatan, artinya tidak di temukan
adanya hambatan atau konta indikasi untuk menjalani kontap. Oleh karena itu setiap
calon peserta harus diperiksa terlebih dahulu kesehatannya oleh dokter, sehingga
diketahui apakah cukup sehat untuk dikontap atau tidak. Selain itu juga setiap calon
peserta kontap harus mengikuti konseling (bimbingan tatap muka) dan menandatangani
formulir persetujuan tindakan medik (Informed Consent)

F. Yang Dapat Menjalani Tubektomi (MOW)


1. Usia lebih dari 26 tahun
2. Sudah punya anak cukup (2 anak), anak terkecil harus berusia minimal 5 tahun
3. Yakin telah mempnyai keluarga yang sesuai dengan kehendaknya
4. Pada kehamilannya akan menimbulkan resiko kesehatan yang serius
5. Ibu pasca persalinan
6. Ibu pasca keguguran
G. Yang sebaiknya tidak menjalani Tubektomi (MOW)
1. Hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai)
2. Kencing manis (diabetes)
3. Penyakit jantung
4. Penyakit paru-paru
5. Perdarahan pervaginal yang belum diketahui sebabnya (sehingga harus di evaluasi)
6. Infeksi sistemik atau pelvic yang akut ( hingga masalah tersebut disembuhkan atau
dikontrol)
7. Belum memberikan persetujuan tertulis
8. Baru 1 sampai 6 minggu pasca persalinan
9. Terdapat infeksi atau masalah pada organ kewanitaan
10. Kondisi kesehatan lain yang berat seperti stroke, darah tinggi atau diabetes

H. Waktu Pelaksanaan Tubektomi (MOW)


1. Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila di yakini secara rasional klien tersebut
tidak hamil
2. Hari ke-3 hingga ke-13 dari siklus menstruasi
3. Pasca persalinan
- Minilap : di dalam waktu 2 hari atau setelah 6 minggu atau 12 minggu
- Laraproskopi : tidak tepat untuk klien pasca persalinan
4. Pasca keguguran
- Triwulan pertama : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvik
(minilap atau laparoskopi)
- Triwulan kedua : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvik
(minilap saja)

I. Persiapan Sebelum Tindakan Tubektomi (MOW)


Hal-hal yang perlu dilakukan oleh calon peserta kontap wanita adalah :
1. Puasa mulai tengah malam sebelum operasi, atau sekurang-kurangnya 6 jam sebelum
operasi. Bagi calon akseptor yang menderita maag (kelainan lambung agar makan obat
maag sebelum dan sesudah puasa)
2. Mandi dan membersihkan daerah kemaluan dengan sabun mandi sampai bersih dan
juga daerah perut bagian bawah
3. Tidak memakai perhiasan, kosmetik, cat kuku, dll
4. Membawa surat persetujuan dari suami yang sudah di tandatangani atau di cap jempol
5. Menjelang operasi harus kencing telebih dahulu
6. Datang ke rumah sakit tepat pada waktunya, dengan di temani anggota keluarga
(sebaiknya suami)

J. Cara Tubektomi
1. Saat Operasi : Tubektomi dapat dilakukan pasca keguguran, pasca persalinan atau masa
interval. Di anjurkan tubektomi pasca persalinan sebaiknya di lakukan dalam 24 jam,
atau selambat-lambatnya dalam 48 jam setelah persalinan. Tubektomi pasca persalinan
lewat 48 jam akan dipersulit oleh udema tuba, infeksi, dan kegagalan. Udema tuba akan
berkurang setelah hari ke 7 – 10 hari pasca persalinan. Tubektomi setalah hari itu akan
lebih sulit dilakukan karena alat-alat genetal telah mengecil dan berdarah
2. Cara Mencapai Tuba
- Laparotomi : cara mencapai tuba melalui laratomi biasa, terutama pada masa pasca
persalinan
- Minilaparotomi : laparotomi khusus untuk tubektomi ini paling mudah dlakukan 1-2
hari pasca persalinan. Uterus yang masih besar, tuba yang masih panjang, dan
dinding perut masih longgar memudahkan mencapai tuba dengan sayatan kecil
sepanjang 1-2 cm di bawah pusat
- Laparoskopi : pasien dengan posisi litotomi-Kanula Robin dipasang pada kanalis
servikalis dan bibir depan servik dijepit dengan tenakulum bersama-sama.
Pemasangan alat-alat ini di maksudkan untuk mengendalikan uterus selagi operasi
dilakukan
- Kuldoskopi : pasien dengan pisisis menungging (posisi genupektoral) dan setelah
speculum
- Dimasukkan dan bibir belakang di jepit dan uterus di tarik keluar dan agak ke atas.
Dilakukan fungsi dengan jarum tauhy di belakang uterus, dan melalui jarum tersebut
udara masuk dan usus-usus terdorong ke rongga perut. Setelah jarum diangkat,
lubang diperbesar, sehingga dapat dimasukkan kuldekop. Melalui kuldeskop
dilakukan pengamatan adneksa dan dengan lunam khusus tuba dijepit dan di tarik
keluar untuk dilakukan penutupan.
- Kolpotomi Posterior : pasien dalam posisi litotomi. Dinding belakang vagina di jepit
pada jarak 1 – 3 cm dari serviks dengan 2 buah cunam. Lipatan dinding vagina
dianatara kedua dijepit digunting sekaligus sampai menembus peritoneum. Lubang
sayatan diperlebar dengan dorongan speculum soonawalla. Tuba dapat langung
terlihat atau di pancing dan di taik keluar. Mukosa vagina dan peritoneum dijahit
secara jelujur, bersama atau di jahit sendiri-sendiri, lama perawatan 2-3 hari, seang
anetesi yang dipakai ialah umum dan spinal.
3. Cara Penutupan Tuba
1. Teknik Madlener (1919), caranya.
a. Buat loop tuba sekitar 3 cm
b. Tuba dikrus beberapa kali sehingga kanalisnya mengalami kerusakan
c. Ikat dengan benang sutra yang tidak diserap
d. Selanjutnya tuba tidak dipotong, tuba yang sudah dikrus (dilunakkan) ditanamkan
dimesosalping
2. Teknik Irving (1925), caranya :
a. Tuba dipotong 2 cm disekitar isthmus
b. Bagian proksimal ditanamkan pada dinding uterus, bagian distal ditanamkan pada
mesosalping
c. Perdarahan dirawat, dinding abdomen ditutup
3. Teknik Pomeroy (1930), teknik ini dianggap sebagai golden standard karena mudah
dan angka kegagalannya kecil :
a. Buat loop tuba sekitar 3 cm
b. Ikat dengan catgut plain
c. Potong di atas jahitan dan biarkan, dinding abdomen ditutup
4. Teknik Parkland (1960) :
a. Tuba dipegang dengan babkok, ditarik sedikit ke atas
b. Mesosalping di bawahnya dibuka, untuk memasukkan benang ikatan sebelah
pada dua tempat yang dibuka
c. Tuba antara dua ikatan dipotong, perdarahan dirawat dengan baik
5. Teknik Uchida (1960) :
a. Buat edema artificial dengan saline + epinefrin sehingga tuba tampak putih
b. Tuba dikeluarkan, dipotong dan diikat di dua tempat
c. Bagian proksimal ditanam di bawah mesosalping, bagian distal dibiakan kearah
peritoneum, mesosalping dijahit kembali dan perdarahan dirawat
6. Teknik Kroener (1960) – dilakukan dengan cara memotong fimbriae, sehingga
kemampuan untuk ovum pick up tidak ada, ujung ligamentum infundibulo
pelvikum dijahit sehingga tidak terjadi perdarahan.
7. Teknik Yoon ring (1970), menggunakan pita silastik dengan diameter 1mm untuk
menjepit loop tuba. Dapat dilakukan melalui laparoskopi maupun laparotomi
dengan alat aplikatornya yang dapat menarik tuba sekitar 3 cm, sehingga tuba
mengalami iskemia, lama-kelamaan loop akan putus dan pita silastik tertanam di
mesosalping.
8. Teknik Koagulasi, dilakukan secara laparoskopi, dengan unipolar atau bipolar.
Aliran listrik yang dialirkan dapat menyebabkan koagulasi jaringan tuba dan
mesosalping sehingga kanalisnya tertutup. Besarnya koagulasi tergantung pada
lama dan besanya aliran listrik yang dialirkan
9. Teknik Ulka klip, isthmus dipegang dengan dua klem babkok, diantara keduanya
dipasang ulka klip, dapat dilakukan dengan laparoskopi maupun laparotomi.

K. Perawatan Setelah Tindakan Tubektomi (MOW)


1. Istirahat selama 1-2 hari dan menghindari pekerjaan berat selama 7 hari
2. Kebersihan harus dijaga terutama daerah luka operasi jangan sampai terkena air selama
1 minggu ( sampai benar-benar kering )
3. Makanlah obat yang diberikan dokter secara teratur sesuai petunjuk
4. Senggama boleh dilakukan setelah 1 minggu, yaitu setelah luka operasi kering. Tetapi
bila tubektomi dilaksanakan setelah melahirkan atau keguguran, maka senggama baru
boleh dilakukan setelah 40 hari.

L. Kembalinya Kesuburan
Karena metode tubektomi merupakan kontrasepsi permanen, sebelum mengalami
keputusan untuk tubektomi, istri dan suami terlebih dahulu harus mempertimbangkanya
secara matang . meskipun saluran telur yang tadinya dipotong atau diikat dapat disambung
kembali , namun tingkat untuk hamil lagi sangat kecil

Komplikasi

Komplikasi Penanganan
Apabila terlihat infeksi luka, obat dengan antibiotik. Bila terdapat
Infeksi luka
abses, lakukan drainase dan obati seperti yang terindikasi

Demam pasca operasi (38o C) Obati infeksi berdasarkan apa yang ditemukan

Mengacu ketingkat asuhan yang tepat, apakah kandung kemih atau


Luka pada kandung kemih usus luka dan diketahui sewaktu operasi, lakukan reparasi primer.
(intestinal jarang terjadi) Apabila ditemukan pasca operasi, dirujuk ke Rumah Sakit yang
tepat bila perlu.

Gunakan packs yang hangat dan lembab ditempat tersebut. Amati :


Hematoma (subkutan) hal ini biasanya akan berhenti dengan berjalannya waktu tetapi
dapat membutuhkan drainase bila ekstensi.

Emboli gas yang diakbiatkan Ajukan ke tingkat asuhan yang tepat dan mulailah resusitasi
oleh laparoskopi (sangat jarang intensif termasuk : cairan intravena, resusitasi kardio pulmonar dan
terjadi) tindakan penunjang kehidupan lainnya.

Rasa sakit pada lokasi Pastikan adanya infeksi atau abses dan obati berdasarkan apa yang
pembedahan ditemukan.

Perdarahan superfinial (tepi-


Mengontrol perdarahan dan obati berdasarkan apa yang ditemukan.
tepi kulit atau subkutan)

Pesan kepada klien sebelum pulang


Pada minggu pertama segera kembali jika :
1. Demam tinggi
2. Ada nanah atau luka berdarah,
3. Nyeri, panas, bengkak, luka kemerahan
4. Nyeri berlanjut/semakin parah, kram nyeri perut
5. Diare
6. Pingsan atau sangat pusing
7. Segera kembali jika merasa hamil, nyeri para perut atau sering pingsan
Informasi Umum
1. Nyeri bahu selama 12-24 jam setelah laparoskopi relatif lazim dialami karena gas
(CO2atau udara) dibawah diafragma sekunder terhadap pneumo-peritoneum.
2. Tubektomi efektif setelah operasi
3. Periode menstruasi akan berlanjut seperti biasa (apabila mempergunakan metode
hormonal sebelum prosedur khususnya PK atau KSK, jumlah dan durasi haid dapat
meningkatkan setelah pembedahan).
4. Tubektomi tidak memberikan perlindungan pada IMS (Infeksi Menular Seksual)
termasuk virus AIDS apabila pasangannya beresiko, pasangannya mempergunakan
kondom bahkan setelah tubektomi
REFERENSI

1. Meilani, Niken Dkk . 2010. Pelayanan Keluarga Berencana .Fitramaya ; Yogyakarta


2. Pinem, Saroha .2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi .TIM ; Jakarta
3. Manuaba, Dkk . 2010 . Ilmu Kebidanan , Penyakit Kandungan , dan KB . EGC ; Jakarta

Anda mungkin juga menyukai