Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH INFECTION CONTROL

Dosen Pembimbing :
Ratna Puji Priyanti.S.Kep.,Ns.M.S

Oleh kelompok 1 :
1. Daniel Tanaem (151001007)
2. Okvita Tri Susanti (151001035)
3. Tita Heni Febrianti (151001041)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


(STIKES) PEMKAB JOMBANG
PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2018/2019

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan lancar,
serta tepat pada waktunya.
Makalah ini telah dibuat berdasarkan dari berbagai sumber dan beberapa bantuan dari
berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu, kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami. Kritik dan saran pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semuanya.

Jombang,02 Desember 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii


DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang ......................................................................................................... 1
1.2 RumusanMasalah .................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ..................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Bencana ..................................................................................................... 3
2.2 Klasifikasi Bencana .............................................................................. 4
2.3 Komonen dalam Bencana ....................................................................................... 4
2.4 Penanggulangan Bencana ...................................................................................... 6
2.5 Pencegahan penyakit menular pada Bencana ......................................................... 9
BAB III LITERATUR REVIEW
3.1 Literatur Review Jurnal........................................................................................... 12
BAB IV PENUTUP
6.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 15
5.2 Saran ........................................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 16

iii
1. Pendahuluan
Indonesia adalah negara dengan segudang potensi bencana alam.
Terhitung januari 2018 terdapat 204 kejadian bencana yang menyebabkan 19
orang meninggal dunia, 48 orang mengalami luka, 111644 jiwa mengungsi,
9291 rumah rusak dan 57 unit fasilitas rumah rusak. Putting beliung adalah
bencana yang paling sering terjadi selama bulan januari 2018 yaitu sebanyak
90 kejadian, kemudian banjir 53 kejadian dan longsor 50 kejadian. Bencana
ini tersebar di 23 provinsi dan 105 kab/kota (BNPB2018).

Bencana (disaster) adalah suatu gangguan serius terhadap keberfungsian


suatu komunitas atau masyarakat yang mengakibatkan kerugian manusia,
materi, ekonomi, atau lingkungan yang meluas yang melampaui kemampuan
komunitas atau masyarakat yang terkena dampak untuk mengatasi dengan
menggunakan sumberdaya mereka sendiri (ISDR, 2004). Undang-undang No
24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana mendefinisikan bencana
adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda, dan dampak psikologis (Anonim, 2007).

Bahaya (hazard) adalah suatu fenomena fisik atau aktivitas manusia yang
berpotensi merusak, yang dapat menyebabkan hilangnya nyawa atau cidera,
kerusakan harta-benda, gangguan sosial dan ekonomi atau kerusakan
lingkungan (ISDR, 2004), atau kejadian potensial yang merupakan ancaman
terhadap kesehatan, keamanan, kesejahteraan masyarakat, fungsi ekonomi,
masyarakat atau kesatuan organisasi pemerintah yang lebih luas yang
berdampak langsung terhadap aset yang ada di masyarakat. Bahaya
merupakan suatu even kejadian ancaman yang dapat berdampak pada
kehidupan manusia, aset-aset penghidupan dan lingkungannya, bahaya selalu
berhubungan dengan risiko bencana (Clark, dkk., 1984 dalam Affeltranger,
dkk., 2006). Besarnya suatu bahaya menjadi salah satu unsur dalam penilaian

1
risiko bencana. Pengkajian bahaya adalah suatu analisis untuk
mengidentifikasi probabilitas suatu bahaya tertentu, pada suatu waktu
tertentu di masa yang akan datang, serta intensitas dan wilayah dampaknya
(ISDR, 2004)

Risiko (risk) adalah probabilitas timbulnya konsekuensi yang merusak


atau kerugian yang sudah diperkirakan (hilangnya nyawa, cederanya orang-
orang, terganggunya harta benda, penghidupan dan aktivitas ekonomi, atau
rusaknya lingkungan) yang diakibatkan oleh adanya interaksi antara bahaya
yang ditimbulkan alam atau diakibatkan manusia serta kondisi yang rentan
(ISDR, 2004).

2. Metode
2.1 Metode Analisa : penulisan berdasarkan literarur riview. Literatur riview
adalah evaluasi kritis dan mendalam dari penelitian sebelumnya
(shuttleworth,2009). Penulis melakukan pencarian jurnal dan artikel di
google scholar https://scholar.google.co.id
2.2 Kata kunci: disaster management,infection control
3. Hasil Pembahasan
3.1 Hasil : kelompok mencari jurnal/artikel sebanyak 15 jurnal/artikel di
google scholar

3.2 Analisa Jurnal

NO Penulis tahun Judul artikel Judul jurnal hasil


1. Bart GJ 2012 Commuents Commuents Proyek
Knols eave tubes for eave tubes for pengendalian
malaria control malaria control malaria antara
in abride of in abride of tahun 2012-2015
africa. africa ini di lakukan oleh
ahli vektor,
pengembangan
produk, pembuat

2
mod, ilmuwan dan
pengusaha
2. Dyshelly 2015 Prevention of Prevention of Hasilnya
nurkartika tetanus tetanus menunjukan bahwa
pascapurnam outbreaks outbreaks 106 kasus tetanus
a following following yang terjadi di
natural disaster natural disaster Aceh, dengan
in indonesia in indonesia resiko kasus
lessons from lessons from kematian (CFR)
previous previous sebesar 18,9%; 71
disaster. disaster. kasus terjadi di
Yogyakarta,
dengan CFR
36,6%. Untuk
kedua wabah itu,
kebanyakan pasien
terluka selama
pemulungan atau
evakuasi setelah
bencana terjadi.
Akses yang buruk
terhadap perawatan
kesehatan karena
terbatasnya
transportasi atau
fasilitas rumah
sakit, dan cakupan
vaksinasi yang
rendah dan
kurangnya
kesadaran akan
resiko tetanus
berkontribusi pada

3
perawatan yang
tertunda dan
tingkat keparahan
kasus.
3. Sharif A. 2016 Communicable Communicable Program ini akan
Ismail disaster disaster membantu
surveillance and surveillance and mengurangi beban
control in the control in the pada penderita
context of context of perawatan
conflict and conflict and kesehatan dengan
mass mass kata lain, tata
diplacement in diplacement in kelola AFP yang
Syria. Syria. efektif dapat
berfungsi sebagai
instrumen penting
untuk pengurangan
resiko bencana
khususnya
diperkotaan.
Peningkatan
ketahuan terhadap
resiko bencana
memerlukan
kolaborasi dan
jejaring yang lebih
efektif diantara
para pemangku
kepentingan yang
terlibat dalam
berbagai sektor
sehingga
meminimalisirkan

4
hambatan AFP
tersebut.
4. Mudatsir 2015 Communicable Communicable Pencegahan pada
Disease Disease penyakit yang
Prevention Prevention terjadi pada
Efforts in Efforts in bencana stunami
Tsunami Tsunami pada penyakit DBD
atau malaria
dengan cara
mengendalikan
vektor.
5. Yogesh 2010 Infectious Infectious Pencegahan yang
Acharya Diseases in Diseases in efektif untuk
Disaster: Disaster: mengurangi
Anticipation and Anticipation and dampak penyakit
Management Management yang menular,
Strategy Strategy sebagaimana
pentingnya kita
untuk memahami
tujuh puluh dari
situasi dan
merumuskan
rencana yang
efektif.
6. Kazutaka 2016 Emergency Emergency Gempa bumi yang
Sekine response in response in ada di Nepal
water, sanitation water, sanitation menewaskan
and hygiene and hygiene korban hampir
to control to control sebanyak 9.000
cholera in post- cholera in post- orang. Yang
earthquake earthquake menyebabkan
Nepal in 2016 Nepal in 2016 akses air minum
yang tidak layak.

5
7. Yongsheng 2016 Haze, a hotbed Haze, a hotbed Kabut asap dan
Yu, MD of of cuaca yang sangat
respiratory- respiratory- dingin yang terjadi
associated associated di cina membuat
infectious infectious kekacauan dan
diseases, and diseases, and membuat warga
a new challenge a new challenge mengalami
for disease for disease peneomonia,
control and control and influenza dan
prevention prevention pasienya sangat
in China in China tinggi.
8. John Gimnig 2016 Mengalihkan Mengalihkan pencegahan ini
bencana bencana telah mencapai

malaria: malaria: hasil yang


mencolok dengan
Akankah Akankah
perkiraan beban
resistensi resistensi
malaria separuh di
insektisida insektisida
seluruh Afrika
menggagalkan menggagalkan
sejak tahun 2000.
pengendalian pengendalian
malaria? malaria?

9. Terri 2008 Laporan APIC Laporan APIC Dampak bencana


Rebmann, state-of-the-art: state-of-the-art: terhadap peristiwa
phD, RN peran peran yang dilakukan
pencegahan pencegahan bertujuan untuk
infeksi dalam infeksi dalam menciptakan
manajemen manajemen hubungan antara
darurat darurat peristiwa dan
pengurangan resiko
bencana.
10. Christen M 2016 Diverting Diverting Pengobatan malaria
Fornade malaria disaster malaria disaster yang efektif

6
will meccida foil will meccida diterima secara
malaria control foil malaria luas, dan laporan
control kinerja
suboptimum
artemisinin telah
menimbulkan
respons
internasional yang
serius untuk
mengurangi
penyebaran parasit.
11. Mariano 2018 Wildlife hazards Wildlife hazards Bencana yang ada
ciccolini and disaster risk and disaster risk menimbulkan
reduction reduction bentuk dan
kepercayaan pada
limbah yang terjadi
di jepang dalam
bentuk struktur
yang berbasis
masyarakat.
12. Bart G. J. 2016 Eave tubs for Eave tubs for Alat yang
Knols malaria control malaria control dibutuhkan pada
in africa: an in africa: an saat pasca bencana
introduction introduction adalah kelambu ,
penyemprotan
residu dalam
ruangan yang bisa
tersebar luas dan
membutuhkan agen
control.

7
4. Pembahasan
Infection control adalah suatu upaya untuk meminimalkan atau
mencegah terjadinya infeksi pada korban bencana alam.

Penyakit menular, secara sendiri atau bersama-sama dengan


malnutrisi dianggap sebagai penyebab utama kematian pada keadaan darurat
bencana. Faktor-faktor yang meningkatkan penularan penyakit berinteraksi
sinergis sehingga meningkatkan angka kejadian diare, ISPA, malaria dan
campak. Peningkatan kesakitan dan kematian ini dapat dihindari jika ada
intervensi efektif. Pengungsian, air, makanan dan sanitasi yang memadai
berhubungan dengan manajeman kasus yang efektif, imunisasi, pendidikan
kesehatan, dan surveilans penyakit sangat penting untuk dilakukan.
Pencegahan penyakit menular pada Bencana:

Pengendalian penyakit dilaksanakan dengan pengamatan penyakit


(surveilans), promotif, preventif dan pelayanan kesehatan (penanganan
kasus) yang dilakukan di lokasi bencana termasuk di pengungsian. Baik yang
dilaksanakan di sarana pelayanan kesehatan yang masih ada maupun di pos
kesehatan yang didirikan dalam rangka penanggulangan bencana. Tujuan
pengendalian penyakit pada saat bencana adalah mencegah kejadian luar
biasa (KLB) penyakit menular potensi wabah, seperti penyakit diare, ISPA,
malaria, DBD, penyakit‐penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
(P3DI), keracunan dan mencegah penyakit‐penyakit yang spesifik lokal.

1. Surveilans Penyakit
Permasalahan penyakit di pengungsian terutama disebabkan oleh:
a. Kerusakan lingkungan dan pencemaran
b. Jumlah pengungsi yang banyak, menempati suatu ruangan yang
sempit, sehingga harus berdesakan
c. Pada umumnya tempat penampungan pengungsi tidak memenuhi
syarat kesehatan
d. Ketersediaan air bersih yang seringkali tidak mencukupi jumlah
maupun kualitasnya

8
e. Diantara para pengungsi banyak ditemui orang‐orang yang memiliki
risiko tinggi, seperti balita, ibu hamil, berusia lanjut
f. Pengungsian berada pada daerah endemis penyakit menular, dekat
sumber pencemaran, dan lain‐lain
g. Kurangnya PHBS (Prilaku Hidup Bersih Dan Sehat)
h. Kerusakan pada sarana kesehatan yang seringkali diikuti dengan
padamnya listrik yang beresiko terhadap kualitas vaksin.

Surveilans penyakit dan faktor risiko pada umumnya merupakan suatu


upaya untuk menyediakan informasi kebutuhan pelayanan kesehatan di
lokasi bencana dan pengungsian sebagai bahan tindakan kesehatan segera.
Secara khusus, upaya tersebut ditujukan untuk menyediakan informasi
kematian dan kesakitan penyakit potensial wabah yang terjadi di daerah
bencana; mengidentifikasikan sedini mungkin kemungkinan terjadinya
peningkatan jumlah penyakit yang berpotensi menimbul‐kan KLB/wabah;
mengidentifikasikan kelompok risiko tinggi terhadap suatu penyakit
tertentu; mengidentifikasikan daerah risiko tinggi terhadap penyakit
tertentu dan mengidentifikasi status gizi buruk dan sanitasi lingkungan.

2. Program Imunisasi

Dalam situasi bencana/di lokasi pengungsian, upaya imunisasi harus


dipersiapkan dalam mengantisipasi terjadinya KLB PD3I terutama
campak. Dalam melakukan imunisasi ini sebelumnya dilakukan penilaian
cepat untuk mengidentifikasi hal‐hal sebagai berikut :
 Dampak bencana terhadap kesehatan masyarakat di wilayah
bencana/lokasi pengungsian terutama para pengungsi, lingkungan,
sarana imunisasi, sumber daya menusia (petugas
kesehatan/imunisasi)
 Data cakupan imunisasi dan epidemiologi penyakit, sebelum
bencana dalam 3 tahun terakhir, untuk menentukan kebutuhan
upaya imunisasi berdasarkan analisa situasi dalam rangka
pencegahan KLB PD3I

9
Vaksin yang paling banyak digunakan dalam kondisi darurat
adalah vaksin campak, meningitis, polio, dan demam kuning.
Imunisasi campak sebaiknya diberikan sesegera mungkin pada kondisi
bencana tanpa menunggu adanya kasus jika cakupan imunisasi kurang
dari 90%. Polio bukan penyakit mematikan dalam kondisi darurat
bencana tetapi penyakit ini berhubungan dengan rendahnya sanitasi
dan air bersih.

Pengendalian infeksi sangat penting dilakukan saat terjadi


bencana. Disenfektan seperti klorin harus tersedia dalam jumlah yang
cukup karena desinfektan ini mudah digunakan dan efektif terhadap
hampir semua patogen yang ditularkan melalui air. Deteksi cepat
kasus wabah penyakit rawan sangat penting untuk memastikan
control yang cepat. Pengawasan dan deteksi dini sangat penting untuk
memantau penyakit priotitas. Melakukan imunisasi untuk beberapa
penyakit yang berisiko didaerah yang terkena bencana, seperti
imunisasi campak bersama pemberian vitamin A. Pemberian vaksin
tifoid untuk mencegah penyakit tifus yang bertujuan untuk
mengendalikan wabah tifus selama berada dalam pengungsian.
Pengendalian penyakit malaria dengan melakukan penyemprotan
insektisida. Resiko penularan penyakit endemik seperti ISPA, diare,
malaria perlu dilakukan penanggulangan melalui upaya pencegahan,
pengendalian dan pemberantasan yang efektif dan efisien serta
terpadu.

10
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Bencana merupakan sebuah musibah yang tidak dapat diprediksi
kapan datangnya. Apabila bencana tersebut telah datang maka akan
menimbulkan kerugian dan kerusakan yang membutuhkan upaya
pertolongan melalui tindakan tanggap bencana yang dapat dilakukan oleh
perawat.
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan
publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca
bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara
wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah
pascabencana.
Rehabilitasi dilakukan melalui kegiatan : perbaikan lingkungan
daerah bencana, perbaikan prasarana dan sarana umum, pemberian bantuan
perbaikan rumah masyarakat, pemulihan sosial psikologis, pelayanan
kesehatan, rekonsiliasi dan resolusi konflik, pemulihan sosial ekonomi
budaya, pemulihan keamanan dan ketertiban, pemulihan fungsi
pemerintahan, dan pemulihan fungsi pelayanan publik.
Rekonstruksi adalah perumusan kebijakan dan usaha serta langkah-
langkah nyata yang terencana baik, konsisten dan berkelanjutan untuk
membangun kembali secara permanen semua prasarana, sarana dan sistem
kelembagaan, baik di tingkat pemerintahan maupun masyarakat, dengan
sasaran utama tumbuh berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan
budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran dan partisipasi
masyarakat sipil dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat di wilayah
pasca bencana.
Lingkup pelaksanaan rekonstruksi terdiri atas program rekonstruksi
fisik dan program rekonstruksi non fisik.
Saran
Sebagai seorang calon perawat diharapkan bisa turut andil dalam
melakukan kegiatan tanggap bencana. Sekarang tidak hanya dituntut mampu

11
memiliki kemampuan intelektual namun harus memilki jiwa kemanusiaan
melalui aksi siaga bencana.

12
DAFTAR PUSTAKA
1. Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan Sekretariat Jenderal
Departemen Kesehatan. 2001. Standar Minimal Penanggulangan
Masalah Kesehatan Akibat Bencana dan Penanganan Pengungsi.
Jakarta.
2. Depkes RI. 2011. Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan
Akibat Bencana Edisi Revisi. Jakarta.
3. Jafari, N., Shahsanai, A., Memarzadeh, M., and Loghmani, A.
2011. Prevention of communicable diseases after disaster: A
review. Journal of Research in Medical
Sciences. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3263111/
4. Mandal et al. 2004. Penyakit Infeksi. Jakarta.
5. Purwana, R. 2013. Manajemen Kedaruratan Kesehatan Lingkungan
dalam Kejadian Bencana. Jakarta.
6. Pusat studi Kebijakan Kesehatan dan Sosial. Pengelolaan Kesehatan
Masyarakat Dalam Kondisi Bencana. Yogyakarta.
7. Conolly et al. 2004. Communicable Disease in Complex Emergencies;
Impact and Challanges. The Lancet, November 27-Desember 3 page
1974; Proquest.
8. WHO, 2000. The Management of Nutrition Major Emergencies.
Interprint: Malta.
9. Pencegahan Wabah Penyakit Pasca-Bencana” dalam
www.cybernet.cbn.id.
10. Isu Pasca Bencana” dalam www.menlh.go.id.
11. “ Waspadai Penyakit Pasca Bencana” dalam
www.lautanindonesia.com.
12. http://www.scribd.com/doc/36278905/Pedoman-Manajemen-Sdm-
Kesehatan-Dalam-Penanggulangan-Bencana
13. http://indonews.org/berbagai-penyakit-mengincar-pascabencana/
14. http://regional.kompas.com/read/2010/10/29/04294798/Berbagai.Penya
kit.Mengincar.Pascabencana

13

Anda mungkin juga menyukai