Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
ditemukan dalam obat tetes mata dan semprotan hidung. Turunan lainnya
agonis alpha dan mekanisme utama dari tindakan penyempitan pembuluh darah
dimata dapat terlihat mata yang merah (pembuluh darah sedang dalam keadaan
vasodilatasi) sehingga beberapa saat setelah diteteskan menjadi tidak merah lagi
tetrahydrozolin memiliki kelarutan yang mudah larut dalam air dan memberikan
berbagai macam tanda dan gejala seperti kesulitan bernafas, penglihatan menjadi
buram, bibir dan kuku berwarna biru, perubahan ukuran pupil, peningkatan
1
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA - II DIPLOMA - III
tekanan darah lalu tekanan darah menjadi rendah, denyut jantung cepat, mual,
muntah, sakit kepala, tremor, kejang, koma, dan penurunan suhu tubuh.
Tetes Mata adalah Guttae opthalmic (obat tetes mata) adalah sediaan steril,
berupa larutan jernih atau suspensi bebas partikel asing digunakan untuk mata
dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dan
Sehingga pada praktikum ini dibuat sediaan tetes mata dengan zat aktif
Tetrahydrozolin HCL untuk meringankan mata merah yang disebabkan oleh iritasi
ringan.
B. Tujuan Percobaan
mata
2
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA - II DIPLOMA - III
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
larutan jernih atau suspensi bebas partikel asing digunakan untuk mata
dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata
1. Steril
menggunakan penambahan zat pengawet dan botol atau wadah yang steril.
4. Aquadestillata
3
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA - II DIPLOMA - III
pembawa berair yang mengandung zat pengawet seperti fenil raksa (II) nitrat
atau fenil raksa (II) asetat 0,002% b/v, benzalkonium klorida 0,01% b/v,
klorida tidak cocok digunakan untuk tetes mata yang mengandung anestetik
Tetes mata berupa larutan harus steril, harus jernih, serta bebas
partikel asing, serat dan benang. Jika harus menggunakan dapar, sebaiknya
obat didapar pada pH 7,4. Hal ini karena mengingat waktu kontak obat tetes
mata dengan mata relatif singkat. Obat tetes mata yang digunakan untuk
memerlukan perhatian khusus seperti pada larutan hidung dan telinga, yaitu :
b. Nilai isotonitas,
e. Sterilitas dan
4
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA - II DIPLOMA - III
Secara ideal larutan mata mempunyai nilai isotonisitas sama dengan larutan
NaCl 0,9%, tetapi mata tahan terhadap nilai isotonisitas yang setara dengan
1. Zat aktif
2. Zat tambahan
e. Peningkat visikositas.
g. Surfaktan
5
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA - II DIPLOMA - III
1. Steril
2. Isotonos
1. Cuci tangan.
7. Pegang obat tetes mata dengan ujung penetes di bawa sedekat mungkin
8. Perlahan – lahan tekan botol tetes mata sehingga jumlah tetesan yang
11. Tutup kembali obat tetes mata, jangan mengusap atau mencuci ujung
penutupnya.(Anief,2007)
6
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA - II DIPLOMA - III
Tetrahydrazoline HCl dibuat dalam bentuk sediaan tetes mata karena infeksi
mata oleh bakteri umumnya diobati secara topikal. Oleh sebab itu dibuat
sediaan tetes mata Tetrahydrazoline HCl yang memiliki spektrum luas dan
obat pilihan untuk infekssi mata harus stabil secara kimia, harus memiliki
aktivitas terapi yang optimal, harus tidak mengiritasi dan tidak menimbulkan
rasa sakit pada mata, harus jernih, harus bebas mikroorganisme yang hidup
dan tetap demikian selama penyimpanan yang diperlukan dan tetes mata
7
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA - II DIPLOMA - III
URAIAN BAHAN
HYDROCHLORIDUM
8
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA - II DIPLOMA - III
BM : 360
permukaan rendah.
9
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA - II DIPLOMA - III
ACID
BM : 292,24
tembaga.
10
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA - II DIPLOMA - III
Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air
penghancur.
10,0%
11
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA - II DIPLOMA - III
12
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA - II DIPLOMA - III
demineralisata
13
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA - II DIPLOMA - III
BAB III
FORMULA
A. FORMULA AWAL
Aqua p.i ad 10 ml
Benzalkonium 0,01%
EDTA 0,02%
Buffer Fosfat pH
A.P.I ad 10 mL
14
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA - II DIPLOMA - III
ringan
dengan spektrum luas. Dosis yang umum di pakai pada sediaan tetes
2. NaCl
15
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA - II DIPLOMA - III
2006)
3. Metyl Selullosa
tetes mata dapat mencapai distribusi bahan aktif yang lebih baik di dalam
16
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA - II DIPLOMA - III
F. Perhitungan Bahan
0,05
1. Tetrahidrozolin = 𝑥10 = 0,005
100
10
Dilebihkan 10% = 100 𝑥 0,005 = 0,0005
= 0,0055
0,5
2. Metil selulosa 0,5 % = 100 𝑥10 = 0,05
10
Dilebihkan 10% = 100 𝑥 0,05 = 0,005
10
Dilebihkan 10 % =100 𝑥 0,001 = 0,0001
10
Dilebihkan 10 % =100 𝑥 0,002 = 0,0002 gram
5. Dapar Phospat
𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚
pH = Pka+log 𝑎𝑠𝑎𝑚
𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚
6,5 = 7,2+log 𝑎𝑠𝑎𝑚
𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚
-0.7 = log 𝑎𝑠𝑎𝑚
17
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA - II DIPLOMA - III
Kapasitas dapar:
(𝑘𝑎)𝑥(𝐻 𝑂 + )
β = 2,3 . C x (𝑘𝑎)+ (𝐻3 𝑂+)2
3
1,99 𝑥 10−14
0,01 = 2,3 . C x (3,78 𝑥 10−7 )2
1,99 𝑥 10−14
0,01 = 2,3 .C x 14,29 𝑥 10−14
0,01 = 0,139 C
C = 0,031 mol/L
C = garam + asam
= n x Mr (garam)
18
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA - II DIPLOMA - III
g asam = n x Mr
6. A.P.I 10 mL
10
Dilebihkan 10% = 100 𝑥 10 = 1
Total = 10 + 1 = 11
= 10,8394
19
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA - II DIPLOMA - III
G. Cara Kerja
e. A.P.I 10,19004 ml
H. Wadah
20
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA - II DIPLOMA - III
BAB VI
PEMBAHASAN
Sediaan tetes mata dibuat karena memiliki kelebihan dimana tetes mata
memberikan efek secara cepat karena langsung bercampur dengan cairan mata
meringankan kemerahan pada mata yang disebabkan oleh iritasi mata ringan (
kelarutannya lebih cocok untuk tetes mata dibandingkan dibuat dalam bentuk
salep mata, serta tidak dapat dibuat oral karena dapat menimbulkan efek samping
karena volume normal air mata dalam mata 7 µL dan mata yang tidak berkedip
dapat memuat paling banyak 30 µL, sedangkan pada obat tetes mata biasanya 1 –
2 tetes ( 50 – 100 µL), jadi tetesan obat dimasukkan kebanyakan akan hilang,
dengan konsentrasi rendah yaitu 0,05 % dapat menimbulkan efek local dan dapat
(Codex : 160).
21
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA - II DIPLOMA - III
aktivitas antimikroba dengan spectrum luas, dengan dosis umum yang dipakai
pada sediaan tetes mata adalah 0,01%. Jika benzalkonium dikombinasikan dengan
yang berfungsi untuk menjaga pH dan stabilitas sediaan obat dan juga sebagai
dapar borat, fosfat dan sitrat. Tapi berdasarkan Surat Edaran Dirjen POM tanggal
12 oktober 1999 asam borat tidak boleh digunakan untuk pemakaian topical atau
penggunaan topical. Jadi dapar yang boleh digunakan untuk sediaan optalmik
hanya dapar phosfat dan sitrat. Tetapi pada formula ini dapar yang disetujui
adalah dapar phosfat, karena dapar phosfat tidak inkompabilitas dengan zat
22
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA - II DIPLOMA - III
sehingga jumlah bahan yang berpenetrasi dalam mata akan semakin tinggi
Viskositas yang disetujui adalah metil selulosa agar obat tetes mata dapat
mencapai distribusi bahan aktif yang lebih baik di dalam cairan dan waktu kontak
yang lebih lama ( Hope, 2003). Metil selulosa memiliki konsentrasi 0,5% - 1 %
Digunakan pelarut aqua pro injeksi karena zat aktif yang digunakan mudah
volume sediaan tetes mata yang biasa dibuat dalam dosis kecil yaitu 5 – 15 mL
(Anonim, 2015).
23
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA - II DIPLOMA - III
BAB V
PENUTUP
1. KESIMPULAN
cocok untuk tetes mata dibandingkan dibuat dalam bentuk salep mata,
serta tidak dapat dibuat oral karena dapat menimbulkan efek samping
2. SARAN
memerhatikan zat aktif dan zat tambahan yang digunakan agar formula
24
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA - II DIPLOMA - III
DAFTAR PUSTAKA
Mada Press
Jakarta
press
25