Anda di halaman 1dari 6

KELOMPOK 3

Ni Komang Pina Lestari 1707531023 Absen 13


Putu Nokia Sustriani 1707531024 Absen 14
Ni Putu Sinta Maryati 1707531025 Absen 15
Ni Kadek Indah Amiliasari 1707531073 Absen 26

TEORI KEAGENAN

1. Pengertian Teori Agensi


Jensen dan Meckling (1976) dalam Masdupi (2005, 59) mendefinisikan
teori keagenan sebagai hubungan antara agen (manajemen suatu usaha) dan
principal (pemilik usaha). Di dalam hubungan keagenan terdapat suatu kontrak
dimana satu orang atau lebih (principal) memerintah orang lain (agen) untuk
melakukan suatu jasa atas nama prinsipal dan memberi wewenang kepada agen
untuk membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal. Berikut ini adalah tujuan
dari teori agensi, yaitu:
a. Meningkatkan kemampuan individu (baik prinsipal maupun agen) dalam
mengevaluasi lingkungan dimana keputusan harus diambil.
b. Mengevaluasi hasil dari keputusan yang telah diambil guna mempermudah
pengalokasian hasil antara prinsipal dan agen sesuai dengan kontrak kerja.
Secara garis besar teori agensi dikelompokkan menjadi dua (Eisenhardt,1989),
yaitu:
a. Positve agent research, memfokuskan pada identifikasi situasi dimana agen
dan prinsipal mempunyai tujuan yang bertentangan dan mekanisme
pengendalian yang terbatas hanya menjaga perilaku self serving agen.
Secara ekslusif, kelompok ini hanya memperhatikan konflik tujuan antara
pemilik (stockholder) dengan manajer.
b. Principal agent research, memfokuskan pada kontrak optimal antara
perilaku dan hasilnya, secara garis besar penekanan pada hubungan
principal dan agent. Principal-agent research mengungkapkan bahwa
hubungan agent-principal dapat diaplikasikan secara lebih luas, misalnya
untuk menggambarkan hubungan pekerja dan pemberi kerja, lawyer dengan
kliennya, auditor dengan auditee.
Teori agensi tidak dapat dilepaskan dari kedua belah pihak diatas, baik
prinsipal maupun agen yang merupakan pelaku utama dan keduanya mempunyai
bargaining position masing-masing dalam menempatkan posisi, peran dan
kedudukannya. Prinsipal sebagai pemilik modal memiliki akses pada informasi
internal perusahaan, sedangkan agen sebagai pelaku dalam praktek operasional
perusahaan mempunyai informasi tentang operasi dan kinerja perusahaan secara
riil dan menyeluruh. Shareholder atau prinsipal mempekerjakan agen untuk
melaksanakan tugas termasuk pengambilan keputusan ekonomik, dalam
lingkungan yang tidak pasti seperti perusahaan dalam kondisi financial distress.
Agen sebagai seorang manajer akan mengambil keputusan untuk melakukan
berbagai strategi guna mempertahankan kelangsungan usaha perusahaan. Disisi
lain agen merupakan pihak yang diberikan kewenangan oleh prinsipal
berkewajiban mempertanggungjawabkan apa yang telah diamanahkan kepadanya.
Teori keagenan menyatakan bahwa dalam pengelolaan perusahaan selalu ada
konflik kepentingan (Brigham dan Gapenski,1996) antara (1) manajer dan pemilik
perusahaan (2) Manajer dan bawahannya, (3) Pemilik perusahaan dan kreditor.
Oleh karena itu, dibutuhkan adanya pihak yang melakukan proses
pemantauan dan pemeriksaan terhadap aktivitas yang dilakukan oleh pihak-pihak
tersebut diatas. Aktivitas pihak-pihak tersebut, dinilai lewat kinerja keuangannya
yang tercermin dalam laporan keuangan. Lebih lanjut dalam agency theory,
pemilik perusahaan membutuhkan auditor untuk memverifikasi informasi yang
diberikan manajemen kepada pihak perusahaan. Sebaliknya, manajemen
memerlukan auditor untuk memberikan legitimasi atas kinerja yang mereka
lakukan, sehingga mereka layak mendapatkan insentif atas kinerja tersebut. Disisi
lain, kreditor membutuhkan auditor untuk memastikan bahwa uang yang mereka
kucurkan untuk membiayai kegiatan perusahaan, benar-benar digunakan sesuai
dengan persetujuan yang ada, sehingga kreditor bisa menerima bunga atas
pinjaman yang diberikan.
Pengguna laporan keuangan akan mengambil keputusan ekonomi atas dasar
laporan keuangan auditan. Oleh karena itu, opini tentang kemampuan perusahaan
untuk melanjutkan usahanya merupakan informasi penting bagi pengguna laporan
keuangan. Opini going concern, yang secara jelas menyebutkan adanya keraguan
auditor akan kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya merupakan
signal bahwa perusahaan sedang menghadapi masalah going concern, seperti
masalah kesulitan keuangan.

2
2. Masalah Keagenan yang Terjadi
Agency Theory menimbulkan masalah "perilaku yang mementingkan diri
sendiri” dalam organisasi. Manajer Sebuah perusahaan relatif memiliki tujuan-
tujuan pribadi yang bertentangan dengan tujuan untuk memaksimalkan kekayaan
pemilik pemegang saham. Karena manajer pemegang saham memiliki hak untuk
mengelola aset perusahaan, sebuah potensi konflik kepentingan muncul antara dua
kelompok. Perbedaan kepentingan antara prinsipal dan agen inilah disebut dengan
Agency Problem, yang salah satunya disebabkan oleh adanya Asymmetric
Information.
Asymmetric Information (AI), yaitu ketidakseimbangan informasi yang
disebabkan karena adanya distribusi informasi yang tidak sama antara prinsipal
dan agen. Dalam hal ini, prinsipal seharusnya memperoleh informasi yang
dibutuhkan dalam mengukur tingkat hasil yang diperoleh dari usaha agen, namun
ternyata informasi tentang ukuran keberhasilan yang diperoleh oleh prinsipal tidak
seluruhnya disajikan oleh agen. Sebagai akibatnya, informasi yang diperoleh
prinsipal kurang lengkap sehingga tetap tidak dapat menjelaskan kinerja agen
yang sesungguhnya dalam mengelola kekayaan prinsipal yang dipercayakan
kepada agen.
Akibat adanya informasi yang tidak seimbang ini dapat menimbulkan 2
permasalahan yang menyebabkan adanya kesulitan prinsipal untuk memonitor dan
melakukan kontrol terhadap tindakan-tindakan agen. Jensen dan Meckling (1976)
menyatakan permasalahan tersebut adalah :
a. Masalah bahaya moral (moral hazard problem)
Kondisi dimana pemilik memiliki akses terhadap realtif sebagian kecil
informasi yang tersedia bagi eksekutif mengenai kinerja perusahaan dan tidak
dapat mengawasi seluruh keputusan atau tindakan eksekutif, sehingga sering kali
eksekutif bebas mengejar kepentingannya sendiri. Masalah ini terkadang juga
disebut dengan “tindakan untuk kepentingan diri sendiri yang diselubungi dengan
senyuman”. Sebagai akibat dari masalah bahaya moral, eksekutif mungkin
merancang strategi yang memberikan manfaat terbesar bagi diri mereka sendiri,
dengan menempatkan kesejahteraan organisasi sebagai prioritas sekunder.

3
Misalnya, eksekutif mungkin menjual produk lebih awal di akhir tahun untuk
meningkatkan bonus mereka meskipun diskon besar yang harus ditawarkan akan
mengancam stabilitas harga pokok perusahaan di tahun berikutnya. Demikian
pula, eksekutif yang tidak diawasi mungkin mencoba mencari keuntungan bagi
dirinya sendiri dengan bermalas-malasan, mengubah ramalan untuk
memaksimalkan bonus kinerja; menilai perusahaan yang dijadikan target akuisisi
secara tidak realistis guna meningkatkan kemungkinan untuk memperbesar
ukuran organisasi melalui akuisisi tersebut; atau memanipulasi catatatan karyawan
untuk mempertahankan atau merekrut karyawan inti perusahaan.
b. Seleksi yang salah (adverse selection)
Hal ini mengacu pada keterbatasan dari kemampuan pemegang saham untuk
secara tepat menentukan kompetensi dan prioritas eksekutif ketika mereka
direkrut. Karena para pemilik tidak dapat melakukan verifikasi awal atas
kelayakan seorang eksekutif sebagai agen dari pemilik, maka masalah perbedaan
prioritas yang tidak pernah diantisipasi sebelumnya antara pemilik dan agen
sangat mungkin terjadi.

3. Solusi Masalah Keagenan


Selain mendefinisikan tanggung jawab agen dalam suatu kontrak dan
memasukkan elemen-elemen seperti insentif bonus yang membantu
menyelaraskan kepentingan eksekutif dengan pemilik, pemilik dapat mengambil
tindakan-tindakan lain untuk meminimalkan masalah keagenan:
a. Pemilik dapat membayarkan premium kepada eksekutif atas jasa mereka.
Premium ini membantu eksekutif untuk setia kepada pemegang saham
sebagai kunci untuk mencapai target keuangan pribadi mereka.
b. Masalah keagenan adalah memberikan kompensasi back loaded kepada
eksekutif. Hal ini berarti bahwa eksekutif diberikan premium yang tinggi
untuk kinerja yang superior di masa mendatang. Tindakan strategis yang
diambil pada tahun pertama, yang akan memiliki dampak pada tahun ketiga,
akan menjadi dasar pemberian bonus di tahun ketiga. Adanya selisih waktu
antara tindakan serta bonus akan memberikan imbalan yang lebih realistis

4
bagi eksekutif atas konsekuensi pengambilan keputusan yang mereka
lakukan, mengingat eksekutif ke perusahaan untuk jangka panjang, dan
memusatkan aktivitas manajemen strategis ke masa depan.
c. Menciptakan tim eksekutif lintas unit-unit perusahaan yang berbeda dapat
membantu memusatkan pengukuran kinerja pada sasaran organisasi
daripada sasaran pribadi. Dengan menggunakan tim eksekutif, kepentingan
pemilik sering kali menerima prioritas yang seharusnya.

5
DAFTAR PUSTAKA

Ikatan Akuntan Indonesia. 2011. Instrumen Keuangan: Pengakuan dan


Pengukuran. PSAK.Jakarta : Salemba Empat
Ikatan Akuntan Indonesia. 2010. “Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan”,
Jakarta: Salemba Empat
Suwardjono. 2008. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan.
Yogyakarta: BPFE.
Anwar dan Rekan. 2010. Pengaruh Perubahan Kurs mata Uang Asing.
https://www.anwar-rekan.com/uploads/PSAK_10(Revisi_2010)_-
_Pengaruh_Perubahan_Kurs_Valuta_Asing(Compressed).pdf (Di Akses
Pada 5 November 2019)
Chairi Anwar. 2011. PSAK 10 Transaksi Mata Uang Asing (revisi 2010)
http://chairianwar.blogspot.com/2011/12/psak-10-transaksi-mata-uang-
asing.html (di Akses Pada 5 November 2019)
Dewan Standar Akuntansi Keuangan. 2011. Exposure Draft PSAK 55 (Revisi
2011). Diakses tanggal 2 November 2019 (http://iaiglobal.or.id)
Ignapblogz. 2017. Teori Akuntansi SAP 10.
https://ngurahobelixs.blogspot.com/2017/12/teori-akuntansi-sap-
10.html?m=1# (di Akses Pada 3 November 2019)

Anda mungkin juga menyukai

  • Akpri Sap 13
    Akpri Sap 13
    Dokumen12 halaman
    Akpri Sap 13
    Ketut Dika
    Belum ada peringkat
  • Psak 55
    Psak 55
    Dokumen8 halaman
    Psak 55
    Ketut Dika
    Belum ada peringkat
  • Review Jurnal 1
    Review Jurnal 1
    Dokumen2 halaman
    Review Jurnal 1
    Ketut Dika
    Belum ada peringkat
  • Akpri Sap 13
    Akpri Sap 13
    Dokumen12 halaman
    Akpri Sap 13
    Ketut Dika
    Belum ada peringkat
  • Akl Bab 17
    Akl Bab 17
    Dokumen17 halaman
    Akl Bab 17
    Anggita Dwiantari
    Belum ada peringkat
  • Akpri Sap 12 Pina
    Akpri Sap 12 Pina
    Dokumen7 halaman
    Akpri Sap 12 Pina
    Ketut Dika
    Belum ada peringkat
  • Isi Sap5 Metod
    Isi Sap5 Metod
    Dokumen27 halaman
    Isi Sap5 Metod
    Ketut Dika
    Belum ada peringkat
  • Review Jurnal 1
    Review Jurnal 1
    Dokumen2 halaman
    Review Jurnal 1
    Ketut Dika
    Belum ada peringkat
  • Akpri Sap 6&7
    Akpri Sap 6&7
    Dokumen8 halaman
    Akpri Sap 6&7
    Ketut Dika
    Belum ada peringkat
  • Akpri Sap 10docx
    Akpri Sap 10docx
    Dokumen7 halaman
    Akpri Sap 10docx
    Ketut Dika
    Belum ada peringkat
  • Akpri
    Akpri
    Dokumen7 halaman
    Akpri
    Ketut Dika
    Belum ada peringkat
  • Psak 55
    Psak 55
    Dokumen8 halaman
    Psak 55
    Ketut Dika
    Belum ada peringkat
  • Akpri Sap 6&7
    Akpri Sap 6&7
    Dokumen8 halaman
    Akpri Sap 6&7
    Ketut Dika
    Belum ada peringkat
  • Metod RPS 6 DAN 7
    Metod RPS 6 DAN 7
    Dokumen26 halaman
    Metod RPS 6 DAN 7
    Ketut Dika
    Belum ada peringkat
  • Binter
    Binter
    Dokumen8 halaman
    Binter
    Ketut Dika
    Belum ada peringkat
  • Tahapan Proses Penetapan Standar
    Tahapan Proses Penetapan Standar
    Dokumen2 halaman
    Tahapan Proses Penetapan Standar
    Ketut Dika
    Belum ada peringkat