Oleh :
Kelompok 3
1. Efi Sumarni
2. Ester Ruth Fransina
3. Jefri Irianto Tame
4. Jenny Lili Vatratan
5. Louis Kartono Putra
6. Margareta Beatriks Saa
7. Rosalia C. A. Ayomi
8. Salomina Sayuri
9. Silva Vitria Mandenas
10. Sri Rahayu
11. Stenly Irianos Mandosir
i
DAFTAR
ISI
ii
2. 3. 5 Pemberian Suplemen dan Pencegahan Penyakit ............................. 20
2. 3. 6 Memberi Materi Konseling, Informasi dan Edukasi ....................... 22
2. 3. 7 Identifikasi, Komplikasi dan Melakukan Rujukan.......................... 23
2. 4. Kebutuhan Dasar pada Ibu Hamil .......................................................... 25
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 31
3.1 Jenis Penelitian ....................................................................................... 31
3.2 Lokasi Penelitian .................................................................................... 31
3.3 Waktu Penelitian .................................................................................... 31
3.4 Populasi dan Sampel .............................................................................. 31
3.4.1 Populasi ........................................................................................... 31
3.4.2 Sampel ............................................................................................. 31
3.4 Variabel Penelitian ................................................................................. 32
3.5 Definisi Operasional ............................................................................... 32
3.5.1 Umur/Usia ....................................................................................... 32
3.5.2 Paritas .............................................................................................. 32
3.5.3 Jumlah Kunjungan perTrimester ..................................................... 33
3.5.4 Suku ................................................................................................ 33
3.6 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 33
3.7 Analisis data ........................................................................................... 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 34
4.1 Hasil........................................................................................................ 34
4.2 Pembahasan ............................................................................................ 38
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 42
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 42
5.2 Saran ....................................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 44
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Perawatan sebelum melahirkan merupakan kunci untuk tercapainya ibu
yang sehat, kehamilan yang menyenangkan dan bayi yang tumbuh dengan
sehat.Antenatal care atau Asuhan Antenatal adalah upaya preventif program
pelayanan kesehatan obstetrik untuk meminimalkan kematian ibu dan bayi
melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan (Sarwono,
2008: 278).
Pengetahuan ibu hamil tentang Antenatal care sangat penting karena akan
membantu mengurangi angka kematian ibu dan bayi. Selama melakukan
kunjungan pemeriksaan kehamilan, ibu hamil akan mendapatkan serangkaian
pemeriksaan kehamilan untuk deteksi dini kemungkinan adanya penyulit atau
gangguan kesehatan selama kehamilan yang mungkin akan mengganggu
keselamatan ibu dan janin(Mufdlilah, 2009: 45).
Menurut WHO angka kematian maternal ialah jumlah kematian maternal
diperhitungkan terhadap 1000 atau 10.000 kelahiran hidup, namun kini
dibeberapa negara diperhitungkan terhadap 100.000 kelahiran hidup.
Kemajuan yang telah dicapai dalam kira-kira setengah abad terahir telah
diumumkan oleh banyak penulis. Di Inggris angka kematian menurun dari
44,2 per 10.000 kelahiran dalam tahun 1928 menjadi 2,5 per 10.000 dalam
tahun 1970. Perkembangan ini terlihat pula pada semua Negara-negara maju,
umumnya angka kematian maternal kini di Negara-negara itu berkisar antara
1,5 dan 3,0 per 10.000 kelahiran hidup(Sarwono, 2005).
Berdasarkan data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun
2007 menyebutkan bahwa angka kematian ibu di Indonesia sebesar 228 per
100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut masih jauh dari target RPJMN tahun
2014 sebesar 118 per 100.000 kelahiran hidup dan target MDG‟s sebesar 102
per 100.000 kelahiran hidup tahun 2015(Sarwono, 2005).
1
Berdasarkan data United Nations Population Division jumlah kehamilan
tidak direncanakan di dunia mencapai 53 per 1.000 wanita berusia 15-44
tahun dan untuk di asia tenggara telah mencapai 46 per 1.000 wanita berusia
15-44 tahun. Kehamilan tidak direncanakan di Indonesia berdasarkan data
survey demografi kesehatan Indonesia tahun 2012 sebesar 14% yang terdiri
dari 7% kehamilan yang diinginkan dikemudian hari (mistimed) dan 7% dari
kehamilan yang benar-benar tidak diinginkan lagi (unwanted)(Sedgh et al.
2014; BPS et al. 2013).
Cakupan kunjungan ibu hamil yang melakukan minimal satu kali ANC
pada trisemester I (K1 murni).Pada tahun 2015, cakupan ANC K1 di
Indonesia sebesar 95,75%, namun Propinsi Papua merupakan 3 (tiga) propinsi
terendah cakupan ANC K1 yaitu: Maluku sebesar 55,93%, Papua sebesar
56,02% dan Papua Barat sebesar 58,70% (Kemenkes RI 2016).
Data riset kesehatan dasar, tahun 2013 pada Propinsi Papua angka total
wanted fertility rate sebesar 2,4 namun untuk total fertility rate sebesar 3,5.
Hal ini dapat disebabkan karena Propinsi Papua merupakan Provinsi dengan
proporsi tertinggi WUS kawin yang tidak pernah menggunakan KB yaitu
sebesar 68,7% (Balitbangkes Kementerian Kesehatan RI 2013).
Berdasarkan laporan rutin kesehatan ibu dan anak puskesmas di wilayah
kerja Dinas Kesehatan Kota Jayapura pada tahun 2015 angka cakupan
antenatal care (K1 murni) sebesar 51,49% pada trimester 1 dan angka
cakupan antenatal care yang terlambat pada trimester 1 (K1 kontak) sebesar
36,49%. Rendahnya cakupan ANC K1 murni menyebabkan target SPM
antenatal(Dinkes Kota Jayapura 2016).
1. 2. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran Antenatal Care di Puskesmas Koya Barat pada bulan
Mei – Juli 2019?
2
1. 3. Tujuan Penelitian
1. 3. 1. Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran Antenatal Care di Puskesmas Koya
Baratpada bulan Mei – Juli 2019.
1. 3. 4. Tujuan khusus
1) Untuk mengetahui gambaran Antenatal Care menurut usiadi
Puskesmas Koya Baratpada bulan Mei – Juli 2019.
2) Untuk mengetahui gambaran Antenatal Care menurut jumlah paritas
di Puskesmas Koya Baratpada bulan Mei – Juli 2019.
3) Untuk mengetahui gambaran ibu hamil yang datang melakukan
Antenatal Care berdasarkan trimester di Puskesmas Koya Baratpada
bulan Mei – Juli 2019.
4) Untuk mengetahui gambaran ibu hamil yang datang melakukan
Antenatal Care berdasarkan sukudi Puskesmas Koya Baratpada
bulan Mei – Juli 2019.
1. 4. Manfaat Penelitian
1.4. 1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Jayapura
Memberikangambaran dan informasi mengenai menajemen Antenatal
Care di Puskesmas Koya Baratpada bulan Mei – Juli 2019. Serta
diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukanuntuk
meningkatkan kinerja internal dibidang kesehatan.
1.4. 2. Bagi Puskesmas Koya Barat
Memberikan bahan acuan bagi Puskesmas Koya Barat dalam
memberikan dan meningkatkan pelayanan Kesehatan terhadap Ibu dan
Anak.
1.4. 3. Bagi Institusi Pendidikan
Memberikan bahan literatur atau bahan bacaan khususnya di
perpustakaan Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih.
3
1.4. 4. Bagi Peneliti
1) Memberikan pengalaman dalam melakukan penelitian terutama di
bidang kesehatan masyarakat.
2) Memberikan manfaat sebagai informasi, perbandingan, serta
referensi bagi kelompok peneliti selanjutnya.
3) Dapat dijadikan syarat untuk menyelesaikan bagian Kepaniteraan
Klinik Madya (KKM) di stase Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM)
RSUD Jayapura.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Kehamilan
2. 1. 1 Definisi Kehamilan
Kehamilan didefinisikan secara berbeda-beda oleh beberapa ahli, namun
pada prinsipnya memiliki inti yang sama. Wiknjosastro (2009),
mendefinisikan kehamilan sebagai suatu proses yang terjadi antara perpaduan
sel sperma dan ovum sehingga terjadi konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya
hamil normal adalah 280 hari atau 40 minggu dihitung dari haid pertama haid
terakhir (HPHT). Menurut BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional) kehamilan adalah proses yang diawali dengan keluarnya
sel telur matang pada saluran telur yang kemudian bertemu dengan sperma,
lalu keduanya menyatu membentuk sel yang akan tumbuh.
5
disebut morning sickness.Dalam batas yang fisiologis keadaan ini
dapat diatasi. Akibat mual dan muntah nafsu makan berkurang.
c. Sinkope atau pingsan
Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral)
menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan sinkope
atau pingsan. Keadaan ini menghilang setelah usia kehamilan 16
minggu.
d. Payudara tegang
Pengaruh hormon estrogen, progesteron, dan somatomamotrofin
membuat deposit lemak, air, dan gara pada payudara.Payudara
membesar dan tegang.Ujung saraf tertekan menyebabkan rasa sakit
terutama pada hamil pertama.
e. Sering miksi (sering BAK)
Desakan rahim kedepan menyebabkan kandung kemih cepat terasa
penuh dan sering miksi.Pada triwulan kedua, gejala ini
akanmenghilang.
f. Konstipasi atau Obstipasi
Pengaruh hormon progesteron dapat menghambat peristaltik usus,
menyebabkan kesulitan untuk buang air besar
g. Pigmentasi kulit
Terdapat pigmentasi kulit disekitar pipi (cloasma gravidarum).
Pada dinding perut terdapat striae albican, striae livide dan linea nigra
semakin menghitam. Pada sekitar payudara terdapat hiperpigmentasi
pada bagian areola mammae, puting susu makin menonjol.
h. Pulis
Hipertrofi gusi yang disebut epulis, dapat terjadi saat kehamilan.
i. Varices
Karena pengaruh dari hormon estrogen dan progesteron terjadi
penampakan pembuluh darah vena, terutama bagi mereka yang
mempunyai bakat.Penampakan pembuluh darah terjadi pada sekitar
genetalia, kaki, betis, dan payudara.Penampakan pembuluh darah ini
menghilangsetelah persalinan.
6
Pada pemeriksaan dalam di temui:
a. Tanda Hegar yaitu perubahan pada rahim menjadi lebih panjang dan
lunak sehingga seolah-olah kedua jari dapat saling bersentuhan.
b. Tanda Chadwicks yaitu vagina dan vulva mengalami peningkatan
pembuluh darah sehingga makin tampak dan kebiru-biruan karena
pengaruh estrogen.
c. Tanda Piscaceks yaitu adanya pelunakan dan pembesaran
unilateralpada tempat implantasi (rahim).
d. Tanda Braxton Hicks yaitu adanya kontraksi pada rahim yang
disebabkan karena adanya rangsangan pada uterus.
Pemeriksaan test kehamilan positif.
2. Tanda Pasti Kehamilan
a. Gerakan janin dalam Rahim
b. Terlihat dan teraba gerakan janin, teraba bagian-bagian janin.
c. Denyut jantung janin positif didengar dengan stetoskop Laenec, alat
Kardiotografi, dan Doppler. Dilihat dengan ultrasonografi(Angsar,
2010).
7
kemungkinan terjadinya komplikasi persalinan.Contoh kasus ibu tinggi
badan <145 cm, ada dugaan disproporsi kepala panggul, terjadi persalinan
sulit, atau partus macet.
2. Kelompok Faktor Resiko II:
Ada–Gawat–obstetrik atau AGO: penyakit ibu, preeklampsia ringan,
hamil kembar, hidramnion, hamil serotinus, IUFD, letak sungsang, dan
letak lintang. Ibu AGO dengan FR yang kebanyakan timbul pada umur
kehamilan lebih lanjut, risiko terjadi komplikasi persalinan lebih besar,
membutuhkan KIE berulang kali agar peduli sepakat melakukan rujukan
terencana ke pusat rujukan.
3. Kelompok Faktor Resiko III:
Ada–Gawat–Darurat–Obstetrik atau AGDO: perdarahan antepartum,
preeklampsia berat dan eklampsia. Ibu AGDO dalam kondisi yang
langsung dapat mengancam nyawa ibu/janin, harus segera dirujuk tepat
waktu (RTW) ke RS dalam upaya menyelamatkan ibu/bayi baru lahir.
2. 2 ANC (Antenatal Care)
8
beberapa program lain yang sasarannya pada ibu hamil, sesuai prioritas
Departemen Kesehatan, yang diperlukan guna meningkatkan kualitas
pelayanan antenatal (Wiknjosastro, 2005).
9
hamil, agar dapat percaya diri dan bila ada kedaruratan dapat segera
dirujuk ke rumah sakit terdekat dengan fasilitas yang lebih lengkap
(Kemenkes, 2016).
10
3. Posyandu
4. Rumah Penduduk (pada kunjungan rumah)
5. Rumah sakit pemerintah/ swasta
6. Rumah sakit bersalin
7. Tempat praktek swasta (bidan dan dokter)
11
b. Usia
Usia adalah waktu hidup individu mulai lahir hingga
meninggal. Semakin cukup umur, tingkat kematangan seseorang
akan lebih di percaya daripada orang yang belum cukup tinggi
kedewasaanya, jika kematangan usia seseorang cukup tinggi maka
pola berfikir seseorang akan lebih dewasa. Ibu yang mempunyai
usia produktif akan lebih berpikir secara rasional dan matang
tentang pentingnya melakukan pemeriksaan kehamilan. Ibu hamil
dengan usia yang masih sangat muda memiiliki kepribadian
immature (kurang matang), introvert (tidak mau berbagi dengan
orang lain), perasaan dan emosi yang tidak stabil dalam
menghadapi kehamilan sehingga ibu hamil tidak berminat untuk
melaksanakan antenatal care (Kemenkes, 2008).
2. Faktor eksternal
a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu.Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni
indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan, dan
perabaan.Dan sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui penglihatan dan pendengaran.Hanya sedikit yang diperoleh
melalui penciuman, perasaan, dan perabaan.Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam bentuk
tindakan seseorang (overt behaviour).
Pengetahuan merupakan faktor yang dapat memudahkan
seseorang atau masyarakat terhadap apa yang akan dilakukan. Ibu
yang akan memeriksakan kehamilannya akan dipermudah apabila
ibu mengetahui apa manfaat memeriksakan kehamilan, siapa dan
dimana memeriksakan kehamilan dilakukan. Kurangnya
pemahaman dan pengetahuan ibu dan keluarga terhadap
pentingnya pemeriksaan kehamilan berdampak pada ibu hamil.
12
b. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.Manifestasi sikap
tidak dapat dilihat langsung tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih
dahulu dari perilaku yang tertutup.Sikap secara nyata menunjukkan
konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang
dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat
emosional terhadap stimulus sosial. Sikap positif yang dimiliki
oleh seorang ibu hamil akan mempermudah dalam melaksanakan
antenatal care.
Sikap merupakan faktor penting dan besar pengaruhnya
terhadap derajat kesehatan.Respon ibu hamil tentang pemeriksaan
kehamilan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
keteraturatan antenatal care.Adanya sikap yang baik tentang
pelaksanaan antenatal care, mencerminkan kepedulian ibu hamil
terhadap kesehatan diri dan janinnya (Depkes, 2008). Sikap ibu
hamil yang proaktif untuk melaksanakan antenatal care sangat
diharapkan untuk memelihara kesehatan dan janinnya sehingga
meningkatkan kesehatan ibu hamil dan tidak ada komplikasi
kehamilan.
Seorang ibu hamil diharapkan bersikap otonom dan mandiri
serta dapat mengambil keputusan sendiri dalam mengikuti
pelaksanaan antenatal care sehingga terdeteksi komplikasi
kehamilan sejak dini dan tidak memeriksakan kehamilan setelah
terjadi komplikasi.
c. Ekonomi
Ekonomi adalah pengetahuan dan penelitian mengenai asas-
asas penghasilan, produksi, distribusi, pemasukan, pemakaian
barang serta kekayaan dan penghematan. Tingkat ekonomi akan
berpengaruh terhadap kesehatan, keluarga dengan tingkat ekonomi
yang rendah tidak mampu untuk menyediakan dana bagi
pemeriksaan kehamilan, masalah yang timbul pada keluarga
13
dengan tingkat ekonomi rendah, yaitu ibu hamil akan kekurangan
energi dan protein. Hal ini disebabkan tidak mampu nya keluarga
untuk menyediakan kebutuhan energi dan protein yang dibutuhkan
ibu selama kehamilan.
Penghasilan masyarakat Indonesia (75-100%) digunakan untuk
membiayai keperluan hidup. Persoalan ekonomi merupakan
proritas utama, pendapatan keluarga hanya berfokus kepada
pemenuhan kebutuhan hidup, sehingga hampir tidak ada
penyisihan dana untuk kesehatan. Ibu hamil jarang diperiksakan ke
pelayanan kesehatan karena tidak adanya biaya.
d. Sosial budaya
Kebudayaan adalah segala sesuatu atau tata nilai yang berlaku
dalam suatu masyarakat, termasuk di dalamnya pernyataan
intelektual dan nila-nilai artistik yang menjadi ciri khas
masyarakat. Di berbagai wilayah Indonesia terutama dalam
masyarakat yang masih memegang teguh budaya tradisional
(patrilineal), suami lebih dominan dalam mengambil keputusan
untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan pada istrinya
sehingga mempengaruhi ibu hamil dalam melaksanakan antenatal
care.
Faktor budaya mempengaruhi berbagai perubahan yang relevan
dengan kehamilan dengan norma buda ya yang mayoritas dan tidak
semua berlaku bagi orang yang berasal dari buda ya lain. Orang
yang berasal dari budaya yang berbeda akan dibesarkan sesuai
dengan kebudayaan, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai yang
dianut. Ibu yang melakukan perawatan kehamilan yang
mempunyai keyakinan dan kepercayaan dengan dukun akan lebih
memilih keyakinan tersebut dibandingkan dengan perawatan
kehamilan ke tempat pelayanan kesehatan. Perilaku keluarga yang
tidak mengijinkan seorang wanita meninggalkan rumah untuk
memeriksakan kehamilannya merupakan budaya yang
menghambat keteraturan kunjungan ibu hamil memeriksakan
14
kehamilannya.Tatanan budaya yang turun temurun mempengaruhi
keputusan ibu dalam memeriksakan kehamilan. Misalnya ibu hamil
akan memeriksakan kehamilan ke dukun misalnya dengan khusuk,
dan meminta zimat atau pelindung selama kehamilan sesuai
dengan komplikasi yang dialami oleh ibu hamil.
e. Letak Geografis
Letak geografis adalah letak suatu tempat yang didasarkan pada
letak keadaan alam di sekitarnya.Letak geografis sangat
menentukan terhadap pelayanan kesehatan dalam pelaksanaan
antenatal care. Ibu hamil yang tinggal ditempat yang terpencil
umumnya desa-desa yang masih terisolisir dan transportasi yang
sulit terjangkau, sehingga untuk menempuh perjalanan ke tempat
pelayanan kesehatan akan memerlukan waktu yang lama,
sementara ibu hamil harus memeriksakan kehamilannya.
Jarak yang mudah terjangkau dan tersedianya fasilitas yang
memadai akan memberi kemudahan bagi ibu hamil untuk
memeriksakan kehamilannya dan bisa melaksanakan antenatal care
sehingga jika terdapat keadaan gawat darurat dapat segera
ditangani.
f. Informasi
Informasi adalah pengetahuan yang didapatkan dari
pembelajaran, pengalaman, atau instruksi.Informasi merupakan
fungsi penting untuk membantu mengurangi rasa cemas seseorang.
Informasi yang diperoleh ibu hamil baik dari tenaga kesehatan, dan
media lain dan berapa lama ibu hamil menyerap apa yang mereka
dengarkan. Rentang perhatian manusia terhadap informasi rata-rata
adalah sekitar 20 menit, kehamilan memperpendek rentang skala
tersebut karena kecemasan dan kelelahan mengganggu kemampuan
mendengar secara aktif .
g. Dukungan
Dukungan merupakan sokongan atau bantuan dari orang
terdekat untuk melakukan suatu tindakan.Orang yang paling
15
penting bagi seorang wanita hamil adalah suaminya. Dukungan
sosial suami yang sangat diharapkan oleh sang istri antara lain
suami mendambakan bayi dalam kandungan istri, suami
menunjukkan kebahagiaan pada kelahiran bayi, memperhatikan
kesehatan istri, tidak menyakiti istri, berdoa untuk keselamatan istri
dan suami menunggu ketika istri dalam proses persalinan.
Dukungan keluarga yang dapat diberikan agar kehamilan ibu
dapat berjalan lancar meliputi memberikan dukungan pada ibu
untuk menerima kehamilannya, memberikan dukungan pada ibu
untuk mepersiapkan peran sebagai ibu, memberi dukungan pada
ibu untuk menciptakan ikatan yang kuat antara ibu dan anak yang
dikandungya melalui perawatan kehamilan, menyiapkan keluarga
lainnya untuk menerima kehadiran anggota keluarga baru. Keadaan
lingkungan keluarga yang tidak mendukung akan mempengaruhi
ibu dalam memeriksakan kehamilannya. Sebaliknya, adanya
dukungan dari lingkungan keluarga akan membuat ibu hamil
nyaman dalam melewati kehamilannya. Psikologi ibu hamil sangat
unik dan sensitif, oleh karena itu dukungan yang diberikan harus
harus serius dan maksimal.
2. 3 Asuhan Antenatal Care
2. 3. 1 Riwayat Medis
Pada kunjungan pertama, lengkapi riwayat medis ibu seperti tertera
pada tabel di bawah ini.Pada kunjungan berikutnya, selain memperhatikan
catatan pada kunjungan sebelumnya, tanyakan keluhan yang dialami ibu
selama kehamilan berlangsung.
1. Identitas :Nama, usia, nama suami (jika ada), alamat, no. Telepon,
tahun menikah (jika sudah menikah), agama dan suku.
2. Riwayat kehamilan sekarang :Hari pertama haid terakhir, siklus haid,
taksiran waktu persalinan, perdarahan pervaginam, keputihan, mual
dan muntah, masalah/kelainan pada kehamilan ini, pemakaian obat
dan jamu-jamuan, keluhan lainnya.
16
3. Riwayat kotrasepsi : Riwayat kontrasepsi terdahulu dan riwayat
kontrasepsi terakhir sebelum kehamilan
4. Riwayat obstetri lalu : Jumlah kehamilan, jumlah persalinan, jumlah
persalinan cukup bulan, jumlah persalinan premature, jumlah anak
hidup, berat lahir, serta jenis kelamin; cara persalinan, jumlah
keguguran, perdarahan pada kehamilan dan nifas terdahulu, riwayat
berat bayi ≤ 2,5 kg atau ≥ 4 kg, riwayat kehamilan sungsang, riwayat
kehamilan ganda, riwayat pertumbuhan janin yang terhambat, riwayat
penyakit dan kematian perinatal, neonatal, kematian janin; adanya
masalah lain selama kehamilan, persalinan dan nifas terdahulu; durasi
menyusui ekslusif.
5. Riwayat medis lainnya : Penyakit jantung, hipertensi, diabetes
mellitus (DM), penyakit hati seperti hepatitis, HIV (jika diketahui),
infeksi menular seksual (IMS), tuberkulosis (TB), alergi obat atau
makanan, penyakit ginjal kronik, thalasemia dan gangguan hematologi
lainnya, malaria, asma, epilepsy, alergi (obat, makanan), riwayat
penyakit kejiwaan, riwayat operasi, obat yang rutin di konsumsi,
status imunisasi tetanus, riwayat transfusi darah, golongan darah,
riwayat penyakit di keluarga : Diabetes, hipertensi, kehamilan ganda,
dan kelainan kongonital; riwayat kecelakaan (trauma).
6. Riwayat sosial ekonomi : Usia ibu saat pertama menikah, status
perkawinan, berapa kali menikah dan lama pernikahan; respon ibu dan
keluarga terhadap kehamilan dan kesiapan persalinan; jumlah keluarga
di rumah yang membantu, siapa pembuat keputusan dalam keluarga,
kebiasaan atau pola makan minum; kondisi rumah, sanitasi, listrik dan
alat masak; kebiasaan merokok, menggunakan obat-obatan dan
alcohol; pekerjaan dan aktivitas sehari-hari; pekerjaan pasangan,
pendidikan, penghasilan (bila mungkin), kehidupan seksual dan
riwayat seksual pasangan; kekerasan dalam rumah tangga, pilihan
tempat untuk melahirkan dan pilihan pemberian makanan bayi.
17
2. 3. 2 Melakukan Pemeriksaan Umum
1. Pemeriksaan fisik umum pada kunjungan pertama:
a. Tanda vital: (tekanan darah, suhu badan, frekuensi nadi, frekuensi
napas)
b. Berat badan
c. Tinggi badan
d. Lingkar lengan atas (LILA)
e. Muka : apakah ada edema atau terlihat pucat
f. Status generalis atau pemeriksaan fisik umum lengkap, meliputi:
kepala, mata, higiene mulut dan gigi, karies, tiroid, jantung, paru,
payudara (apakah terdapat benjolan, bekas operasi di daerah areola,
bagaimana kondisi puting), abdomen (terutama bekas operasi
terkait uterus), tulang belakang, ekstremitas (edema, varises,
refleks patella), serta kebersihan kulit
2. Pemeriksaan fisik umum pada kunjungan berikutnya:
a. Tanda vital: (tekanan darah, suhu badan, frekuensi nadi, pernafasan
napas)
b. Berat badan
c. Edema
d. Pemeriksaan terkait masalah yang telah teridentifikasi pada
kunjungan sebelumnya.
18
2. Pemeriksaan fisik obstetri pada setiap kunjungan berikutnya:
a. Pantau tumbuh kembang janin dengan mengukur tinggi fundus uteri.
Sesuaikan dengan grafik tinggi fundus (jika tersedia), atau lihat
gambar berikut:
b. Palpasi abdomenmenggunakan maneuver Leopold I-IV:
Leopold I : menentukantinggi fundus uteri danbagian janin yang
terletakdi fundus uteri (dilakukansejak awal trimester I)
Leopold II :menentukan bagian janinpada sisi kiri dan kanan
ibu(dilakukan mulaiakhir trimester II)
Leopold III :menentukan bagianjanin yang terletak di bagian
bawahuterus (dilakukan mulai akhir trimester II)
Leopold IV : menentukan berapa jauh masuknya janin ke
pintuatas panggul (dilakukan bila usia kehamilan >36 minggu)
c. Auskultasi denyut jantung janin menggunakan fetoskop atau Doppler
(jika usia kehamilan > 16 minggu)
2. 3. 4 Pemeriksaan Penunjang
19
2. Lakukan pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi:
Urinalisis (terutama protein urin pada trimester kedua dan ketiga)jika
terdapat hipertensi
Kadar hemoglobin pada trimester ketiga terutama jika
dicurigaianemia
Pemeriksaan sputum bakteri tahan asam (BTA): untuk ibu
denganriwayat defisiensi imun, batuk > 2 minggu atau LILA < 23,5
cm
Tes sifilis
Gula darah puasa (lihat bab 5.14 untuk keterangan lebih
lengkapmengenai waktu dan langkah pemeriksaan)
3. Lakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG).
Pemeriksaan USG direkomendasikan:
a. Pada awal kehamilan (idealnya sebelum usia kehamilan
15minggu) untuk menentukan usia gestasi, viabilitas janin,
letakdan jumlah janin, serta deteksi abnormalitas janin yang
berat
b. Pada usia kehamilan sekitar 20 minggu untuk deteksi anomaly
janin
c. Pada trimester ketiga untuk perencanaan persalinan
Lakukan rujukan untuk pemeriksaan USG jika alat atau
tenagakesehatan tidak tersedia.
20
Jika memungkinkan, idealnya asam folat sudah mulai diberikan
sejak 2 bulan sebelum hamil (saat perencanaan kehamilan).
2. Di area dengan asupan kalsium rendah, suplementasi kalsium 1,5-2 g/
hari dianjurkan untuk pencegahan preeklampsia bagi semua ibu hamil,
terutama yang memiliki risiko tinggi (riwayat preeklampsia di
kehamilan sebelumnya, diabetes, hipertensi kronik, penyakit ginjal,
penyakit autoimun, atau kehamilan ganda).
3. Pemberian 75 mg aspirin tiap hari dianjurkan untuk pencegahan
preeklampsia bagi ibu dengan risiko tinggi, dimulai dari usia kehamilan
20 minggu.
4. Beri ibu vaksin tetanus toksoid (TT) sesuai status imunisasinya.
Pemberian imunisasi pada wanita usia subur atau ibu hamil harus
didahului dengan skrining untuk mengetahui jumlah dosis (dan status)
imunisasi tetanus toksoid (TT) yang telah diperoleh selama hidupnya.
Pemberian imunisasi TT tidak mempunyai interval (selang waktu)
maksimal, hanya terdapat interval minimal antar dosis TT.
Jika ibu belum pernah imunisasi atau status imunisasinya tidak
diketahui, berikan dosis vaksin (0,5 ml IM di lengan atas) sesuai
tabel berikut.
Tabel 2.3.5 Pemberian vaksin TT untuk ibu yang belum pernah imunisasi
(DPT/TT/Td) atau tidak tahu status imunisasinya.
Pemberian Selang waktu minimal
TT1 Saat kunjungan pertama (sedini mukin pada
kehamilan)
TT2 4 minggu setelah TT1 (pada kehamilan)
TT3 6 bulan setelah TT2 (pada kehamilan, jika selang
waktu minimal terpenuhi)
TT4 1 tahun setelah TT3
TT5 1 tahun setelah TT4
21
2. 3. 6 Memberi Materi Konseling, Informasi dan Edukasi
Setiap ibu hamil wajib memiliki buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA),
karena materi konseling dan edukasi yang perlu diberikan tercantum di
buku tersebut.
Pastikan bahwa ibu memahami hal-hal berikut:
1. Persiapan persalinan, termasuk:
Siapa yang akan menolong persalinan
Dimana akan melahirkan
Siapa yang akan membantu dan menemani dalam persalinan
Kemungkinan kesiapan donor darah bila timbul permasalahan
Metode transportasi bila diperlukan rujukan
Dukungan biaya
2. Pentingnya peran suami atau pasangan dan keluarga selama kehamilan
dan persalinan.
3. Tanda-tanda bahaya yang perlu diwaspadai:
Sakit kepala lebih dari biasa
Perdarahan per vaginam
Gangguan penglihatan
Pembengkakan pada wajah/tangan
Nyeri abdomen (epigastrium)
Mual dan muntah berlebihan
Demam
Janin tidak bergerak sebanyak biasanya
4. Pemberian makanan bayi, air susu ibu (ASI) eksklusif, dan inisiasi
menyusu dini (IMD).
5. Penyakit yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan janin misalnya
hipertensi, TBC, HIV, serta infeksi menular seksual lainnya.
6. Perlunya menghentikan kebiasaan yang berisiko bagi kesehatan, seperti
merokok dan minum alkohol.
7. Program KB terutama penggunaan kontrasepsi pascasalin.
8. Informasi terkait kekerasan terhadap perempuan.
22
9. Kesehatan ibu termasuk kebersihan, aktivitas, dan nutrisi
Menjaga kebersihan tubuh dengan mandi teratur dua kali sehari,
mengganti pakaian dalam yang bersih dan kering, dan membasuh
vagina
Minum cukup cairan
Peningkatan konsumsi makanan hingga 300 kalori/hari dari menu
seimbang.
Latihan fisik normal tidak berlebihan, istirahat jika lelah.
Hubungan suami-istri boleh dilanjutkan selama kehamilan
(dianjurkan memakai kondom)
23
Kehamilan dengan masalah khusus Seperti masalah keluarga atau
psikososial,
kekerasan dalam rumah tangga,
kebutuhan financial, dll
Kehamilan dengan masalahkesehatan Riwayat pada kehamilan
yang membutuhkanrujukan untuk sebelumnya: janin atauneonatus
konsultasi dan atau kerjasama mati, keguguran ≥3x, bayi <2500g
penanganannya atau >4500 g, hipertensi,
pembedahan pada organ
reproduksi
Kehamilan saat ini: kehamilan
ganda, usia ibu <16 atau 40, Rh(-),
hipertensi, massa pelvis, penyakit
jantung, penyakit ginjal, DM,
malaria, HIV, sifilis, TBC, anemia
berat, penyalahgunaan obat-obatan
dan alcohol, LILA <23,5 cm,
tinggi badan <145 cm, kenaikan
berat badan <1kg atau >2kg tiap
bulan atau tidak sesuai IMT, TFU
tidak sesuai usia kehamilan,
pertumbuhan janin terhambat,
infeksi saluran kemih, penyakit
kelamin, malposisi/malpresentasi,
gangguan kejiwaan, dan kondisi-
kondisi lain yang dapat memburuk
kehamilan.
Kehamilan dengan Perdarahan, preeklampsia, eklampsia,
kondisikegawatdaruratan yang ketuban pecah dini, gawat janin, atau
membutuhkan rujukan segera kondisi-kondisi kegawatdaruratan lain
yang mengancam nyawa ibu dan bayi
24
Bantu ibu menentukan pilihan yang tepat untuk konsultasi (dokter
puskesmas, dokter spesialis obstetri dan ginekologi, dsb)
2. Lampirkan kartu kesehatan ibu hamil berikut surat rujukan
3. Minta ibu untuk kembali setelah konsultasi dan membawa surat
dengan hasil dari rujukan
4. Teruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi selama kehamilan
5. Lakukan perencanaan dini jika ibu perlu bersalin di fasilitas
kesehatan rujukan:
a. Menyepakati rencana kelahiran di antara pengambil keputusan
dalam keluarga (terutama suami dan ibu atau ibu mertua)
b. Mempersiapkan/mengatur transportasi ke tempat persalinan,
terutama pada malam hari atau selama musim hujan
c. Merencanakan pendanaan untuk biaya transportasi dan perawatan
d. Mempersiapkan asuhan bayi setelah persalinan jika dibutuhkan
e. Untuk kehamilan dengan kondisi kegawatdaruratan yang
membutuhkan RUJUKAN SEGERA:
1. Rujuk segera ke fasilitas kesehatan terdekat di mana tersedia
pelayanan kegawatdaruratan obstetri yang sesuai.
2. Sambil menunggu transportasi, berikan pertolongan awal
kegawatdaruratan, jika perlu berikan pengobatan.
3. Mulai berikan cairan infus intravena
4. Temani ibu hamil dan anggota keluarganya
5. Bawa obat dan kebutuhan-kebutuhan lain
6. Bawa catatan medis atau kartu kesehatan ibu hamil, surat
rujukan, dan pendanaan yang cukup.
2. 4. Kebutuhan Dasar pada Ibu Hamil
Agar janin dapat berkembang secara optimal, maka dalam proses
pertumbuhan dan perkembanganya perlu dipenuhi oleh zat gizi yang
lengkap, baik berupa vitamin, mineral, kalsium, karbohidrat, lemak,
protein dan mineral. Oleh karena itu selama proses kehamilan seorang ibu
hamil perlu mengjonsumsi makanan dengan kualitas gizi yang sehat dan
seimbang, karena pada dasarnya selama kehamilan berbagai zat gizi yang
25
kita konsumsi akan berdampak langsung pada kesehatan dan
perkembangan janin ibu sendiri. Selain gizi yang cukup, kebutuhan dasar
selama ibu hamil juga harus diperhatikan, karena hal ini sangat
berpengaruh terhadap kondisi ibu baik fisik maupun psikologisnya
mengingat reaksi terhadap perubahan selama masa kehamilan antara satu
dengan ibu hamil lainya dalam penerimaanya tidaklah sama. Menurut
Romauli (2011) kebutuhan dasar ibu hamil diantaranya:
1. Kebutuhan Ibu Hamil Trimester I
a. Diet dalam kehamilan Ibu dianjurkan untuk makan makanan yang
mudah dicerna dan makan makanan yang bergizi untuk menghindari
adanya rasa mual dan muntah begitu pula nafsu makan yang
menurun. Pasien dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang
mengandung zat besi (150 mg besi sulfat, 300 mg besi glukonat),
asam folat (0,4 - 0,8 mg/hari), kalori ibu hamil umur 23-50 tahun
perlu kalori sekitar 23000 kkal), protein (74 gr/hari), vitamin dan
garam mineral (kalsium, fosfor, magnesium, seng, yodium). Makan
dengan porsi sedikit namun sering dengan frekuensi sedang. Ibu
hamil juga harus cukup minum 6-8 gelas sehari.
b. Pergerakan dan gerakan badan
Selain menyehatkan badan, dengan bergerak secara tidak
langsung hal ini meminimakan rasa malas pada ibu untuk melakukan
aktivitas-aktivitas yang tidak terlalu berat bagi ibu selama hamil,
bergerak juga mendukung sistem kerja tubuh ibu selama hamil
sehingga ibu yang memiliki nafsu makan yang tinggi dan berat
badan yang lebih dapat terkontrol dan meminimalkan terjadi nya
obesitas/ kegemukan selama hamil. Pergerakan badan ibu sebagai
bentuk olahraga tubuh juga bermanfaat melatih otot-otot dalam ibu
menjadi lebih fleksibel/ lentur sehingga memudahkan jalan untuk
calon bayi ibu saat memasuki proses persalinan.
c. Hygiene dalam kehamilan
Ibu hamil boleh mengerjakan pekerjaan sehari-hari akan tetapi
jangan terlalu lelah sehingga harus di selingi dengan istirahat.
26
Istirahat yang dibutuhkan ibu 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada
siang hari. Ibu dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan untuk
mengurangi kemungkinan infeksi, setidaknya ibu mandi 2-3 kali
perhari, kebersihan gigi juga harus dijaga kebersihannya untuk
menjamin perencanaan yang sempurna.
d. Koitus
Pada umumnya koitus diperbolehkan pada masa kehamilannya
jika dilakukan dengan hati-hati.Pada akhir kehamilan, sebaiknya
dihentikan karena dapat menimbulkan perasaan sakit dan
perdarahan.Pada ibu yang mempunyai riwayat abortus, ibu
dianjurkan untuk koitusnya di tunda sampai dengan 16 minggu
karena pada waktu itu plasenta telah berbentuk.Pola seksual pada
trimester III saat persalinan semakin dekat, umumnya hasrat libido
kembali menurun, bahkan lebih drastis dibandingkan dengan saat
trimester pertama.Perut yang makin membuncit membatasi
gerakandan posisi nyaman saat berhubungan intim.Pegal dipunggung
dan pinggul, tubuh bertambah berat dengan cepat, nafas lebih sesak
(karena besarnya janin mendesak dada dan lambung).Selain hal fisik,
turunnya libido juga berkaitan dengan kecemasan dan kekhawatiran
yang meningkat menjelang persalinan.Sebenarnya tidak ada yang
perlu dirisaukan jika kehamilan tidak disertai faktor
penyulit.Hubungan seks sebaiknya lebih diutamakan menjaga
kedekatan emosional daripada rekreasi fisik karena pada trimester
terakhir ini, dapat terjadi kontraksi kuat pada wanita hamil yang
diakibatkan karena orgasme.Hal tersebut dapat berlangsung biasanya
sekitar 30 menit hingga terasa tidak nyaman. Jika kontraksi
berlangsung lebih lama, menyakitkan, menjadi lebih kuat, atau ada
indikasi lain yang menandakan bahwa proses kelahiran akan mulai.
Akan tetapi, jika tidak terjadi penurunan libido pada trimester ketiga
ini, hal itu normal saja.Ibu hamil berhak mengetahui pola seksual
karena dapat terjadi kontraksi kuat pada wanita hamil yang
diakibatkan karena orgasme.
27
e. Ibu diberi imnisasi TT1 dan TT2 (Sartika, Nita. 2016: 16).
28
Hubungan seksual pada trimester 3 tidak berbahaya kecuali ada
beberapa riwayat berikut yaitu:
1) Pernah mengalami arbotus sebelumnya
2) Riwayat perdarahan pervaginam sebelumnya
3) Terdapat tanda infeksi dengan adanya pengeluaran cairan disertai
rasa nyeri dan panas pada jalan lahir.
Walaupun ada beberapa indikasi tentang bahaya jika melakukan
hubungan seksual pada trimester III bagi ibu hamil, namun faktor
lain yang lebih dominan yaitu turunnya rangsangan libido pada
trimester ini yang membuat kebanyakan ibu hamil tidak tertarik
untuk berhubungan intim dengan pasanganya, rasa nyama yang
sudah jauh berkurang disertai ketidaknyamanan seperti pegal/ nyeri
di daerah punggung bahkan terkadang ada yang merasakan adanya
kembali rasa mual seperti sebelumnya, hal inilah yang
mempengaruhi psikologis ibu di trimester III.
c. Istirahat Cukup
Istirahat dan tidur yang teratur dapat meningkatkan kesehatan
jasmani, rohani, untuk kepentingan kesehatan ibu sendiri dan
tumbuh kembang janinya di dalam kandungan. Kebutuhan tidur
yang efektif yaitu 8 jam/ hari.
d. Kebersihan Diri (Personal Hygiene)
Penting bagi ibu menjaga kebersihan dirinya selama hamil, hal
ini dapat mempengaruhi fisik dan psikologis ibu.kebersihan lain
yang juga penting di jagayaitu persiapan laktsi, serta penggunaan
bra yang longgar dan menyangga membantu memberikan
kenyamanan dan keamanan bagi ibu.
e. Mempersiapkan kelahiran dan kemingkinan darurat
Bekerja sama dengan ibu, keluarganya, serta masyarakat untuk
mempersiapkan rencana kelahiran, termasuk mengindentifikasi
penolong dan tempat persalinan, serta perencanaan tabungan untuk
mempersiapkan biaya persalinan. Bekerja sama dengan ibu,
keluarganya dan masyarakat untuk mempersiapkan rencana jika
29
terjadi komplikasi,termasuk: Mengidentifikasi kemana harus pergi
dan transportasi untuk mencapai tempat tersebut, Mempersiapkan
donor danar, Mengadakan persiapan financial, Mengidentifikasi
pembuat keputusan kedua jika pembuat keputusan pertama tidak
ada ditempat.
f. Memberikan konseling tentang tanda-tanda persalinan. Beberapa
tanda-tanda persalinan yang harus diketahui:
1) Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan
teratur.
2) Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena
robekan-robekan kecil pada servik.
3) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya. Pada
pemeriksaan dalam servik mendatar dan pembukaan telah ada.
30
BAB III
METODE PENELITIAN
3.4.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Koya Barat yang datang untuk melakukan ANC selama
periode bulan Mei – Juli 2019 dengan jumlah populasi 407 orang.
3.4.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah Total sampling, yaitu semua ibu
hamil di wilayah kerja Puskesmas Koya Barat yang datang untuk
melakukan pemeriksaan kehamilan selama periode bulan Mei – Juli2019
dengan jumlah sampel 407 orang.
31
3.4 VariabelPenelitian
Variabel yang hendak diteliti adalah:
1. Usia ibu
2. Paritas
3. Jumlah kunjungan perTrimester
4. Suku
3.5.1 Umur/Usia
Umur/Usiaadalah waktu sejak pasien lahir sampai datang melakukan
ANC di Puskesmas Koya Barat Muara Tami.
Kategori :
1. Masa Reproduksi Muda
Usia 15 - 19 tahun : Fase menunda kehamilan.
2. Masa Reproduksi Sehat
20 – 35 tahun : Fase menjarangkan kehamilan.
3. Masa Reproduksi Tua
Usia 36 – 45 tahun: Fase tidak hamil lagi.
3.5.2 Paritas
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dimiliki oleh seorang
wanita. Paritas atau jumlah kehamilan yang dialami ibu, dibedakan menjadi
primigravida, second gravida, multigravida, grandemultigravida.
Kategori :
1. Primigravida : seorang wanita hamil untuk pertama kali.
2. Second Gravida: seorang wanita hamil yang kedua kali.
3. Multigravida: seorang wanita hamil lebih dari dua kali.
4. Grandemultigravida : seorang wanita yang hamil lebih dari lima kali.
32
3.5.3 Jumlah Kunjungan perTrimester
Kebijakan program pelayanan antenatal menetapkan frekuensi
kunjungan antenatal sebaiknya minimal 4 (empat) kali selama
kehamilan, dengan ketentuan sebagai berikut : (Depkes, 2009).
1. Pada trimester I dengan waktu kunjungan sebelum minggu ke 0 sampai
14 (1 kali kunjungan)
2. Pada trimester II dengan waktu kunjungan antara minggu ke 14 sampai
28 (1 kali kunjungan)
3. Pada trimester III dengan waktu kunjungan antara minggu ke 28 sampai
36 dan minggu ke 36 sampai 40 (2 kali kunjungan).
3.5.4 Suku
Papua dan Non Papua
33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di wilayah kerja
Puskesmas Koya Barat Muara Tami khususnya Karakteristik Antenatal Care
(ANC) yang diambil dalam penelitian ini adalah Umur, Paritas, Jumlah
kunjungan perTrimester, dan Suku. Dari penelitian ini didapatkan hasil
sebagai berikut :
4.1.1 Gambaran ANC di Puskesmas Koya Barat periode Mei – Juli 2019
berdasarkan umur.
Karakteristik Antenatal Care (ANC) di Puskesmas Koya Barat Muara
Tami periode Mei - Juli 2019 berdasarkan umur terbanyak ditemukan pada
kelompok umur atau Masa Reproduksi Sehat 20 – 35 tahun yaitu sebanyak
317 orang (78%), sedangkan pada umur atau masa reproduksi Muda 15 – 19
tahun sebanyak 43 orang (11%) dan pada kelompok umur atau Masa
Reproduksi tua 36 – 45 tahun yaitu sebanyak 47 orang (11%).
Tabel 4.1.1.Gambaran ANC berdasarkan Usia di Puskesmas Koya Barat
periode Mei - Juli 2019.
No Usia N %
1 15 – 19 43 11%
2 20 – 35 317 78%
3 36 – 45 47 11%
34
Diagram 4.1.1. Gambaran ANC berdasarkan Usia di Puskesmas Koya
Barat periode Mei – Juli 2019.
100%
80%
60% 15 - 19 tahun
40%
20 - 35 tahun
20%
36 - 45 tahun
0%
Usia
1 Primigravida 97 24%
4 Grandemultigravida 6 1,5%
35
Diagram 4.1.2 Gambaran ANC berdasarkan Paritas di Puskesmas Koya
Barat periode Mei – Juli 2019.
50%
45%
40%
35%
Primigravida
30%
25% Secondgravida
20% Multigravida
15%
Grandemultigravida
10%
5% Tidak diketahui
0%
Paritas
4.1.3 Gambaran ANC di Puskesmas Koya Barat periode Mei – Juli 2019
berdasarkan kunjungan Ibu perTrimester.
1 K1 (Trimester 1) 70 17,2%
36
4 Tidak diketahui 1 0,2%
60%
50%
40% K1 (Trimester 1)
30% K2 (Trimester 2)
20% K3 dan K4
(Trimester 3)
10%
Tidak diketahui
0%
Kunjungan Trimerster
4.1.4 Gambaran ANC di Puskesmas Koya Barat periode Mei – Juli 2019
berdasarkan Suku.
37
Diagram4.1.4 Gambaran karakteristik Antenatal Care (ANC) berdasarkan
Suku di Puskesmas Koya Barat Muara Tamiperiode Mei – Juli 2019.
80%
70%
60%
50% Asli Papua
40%
30% Non Papua
20%
10% Tidak diketahui
0%
Suku
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian distribusi frekuensi ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Koya Barat periode Mei – Juli 2019 maka akan dibahas variabel-
variabel yang diteliti, sebagai berikut :
4.2.1 Gambaran kunjungan Antenatal Care (ANC) berdasarkan Umur.
Dari hasil penelitian diperoleh hasil, Gambaran Karakteristik Antenatal
Care (ANC) di Puskesmas Koya Barat periode Mei – Juli 2019 berdasarkan
umur terbanyak ditemukan pada kelompok umur atau Masa Reproduksi
Sehat 20 – 35 tahun yaitu sebanyak 317 orang (78%), sedangkan pada umur
atau masa reproduksi Muda 15 – 19 tahun sebanyak 43 orang (11%) dan
pada kelompok umur atau Masa Reproduksi tua 36 – 45 tahun yaitu
sebanyak 47 orang (11%).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh (Puspitasari,
2017) dimana, Simkhadaet. al (2012) menyatakan bahwa tidak ada
hubungan yang bermakna antara usia dengan kunjungan antenatal care.
Namun ada perbedaan dengan hasil studi yang dilakukan oleh Vidler, et. Al
(2016) terkait dengan usia merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
pada kunjungan antenatal care.
Menurut penelitian yang di lakukan oleh Sari (2014), dimana di temukan
bahwa ibu hamil yang usia tergolong 20 – 35 tahun lebih banyak melakukan
38
kunjungan antenatal care bila di bandingkan dengan ibu hamil yang usia
tergolong kurang dari 20 tahun ataupun lebih dari 35 tahun.
Hal ini karena ibu tergolong usia 20 – 35 tahun memiliki kesiapan untuk
hamil dimana dalam proses kehamilan di perlukan kematangan psikologis
seorang ibu, kesabaran, pemahaman kebutuhan ibu hamil dan keterampilan
yang di miliki demi untuk keselamatan dalam proses persalinan. Dan pada
penelitian ini juga tampak usia ibu hamil yang tergolong kurang dari 20
tahun ataupun lebih dari 35 tahun harus lebih efektif lagi untuk melakukan
kunjungan antenatal care karena di usia yang tergolong kurang baik ini
lebih banyak mengalami kesulitan dalam proses kehamilan dimana dalam
usia kurang dari 20 tahun, kematangan rahim dan psikologis seorang wanita
belum begitu baik dan di usia kehamilan lebih dari 35 tahun, sudah
tergolong kehamilan beresiko karena bias mengalami preeklamsi dan
eklamsi saat menjalani proses kehamilan di karenakan bukanlah usia yang
baik untuk mejalani kehamilan.
Usia reproduksi optimal bagi seorang ibua dalah 20 – 35 tahun, di bawah
dan diatas usia tersebut akan meningkatkan resiko kehamilan maupun
persalinan. Pertambahan umur di ikuti oleh perubahan perkembangan
oragan-organ reproduksi belum sempurna secara keseluruhan dan kejiwaan
yang belum siap menjadi seorang ibu, maka kehamilan dapat berakhir
dengan suatu keguguran, bayi BBLR dan dapat di sertai persalinan macet.
Usia hamil pertama yang ideal bagi seorang wanita adalah 20 tahun, pada
sebab usia tersebut Rahim wanita sudah siap menerima kehamilan
(Manuaba, 2005, dalam Sari, 2014).
39
Grandemultigravida sebanyak 6 orang (1,5%) dan pada kelompok yang
tidak diketahui sebanyak 2 orang (0,5%).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Sari (2018),
di mana juga ditemukan, Berdasarkan dari hasil kunjungan ANC menurut
paritas, yang melakukan kunjungan ANC paling banyak pada ibu multipara
adalah sebanyak 14 orang (40%).
Menurut teori Wiknjosastro (2005) yang dikutip Padila (2014). Ibu yang
baru pertama kali hamil merupakan hal yang sangat baru sehingga
termotivasi dalam memeriksakan kehamilannya ketenaga kesehatan.
Sebaliknya ibu yang sudah pernah melahirkan lebih dari satu orang
mempunyai anggapan bahwa ia sudah berpengalaman sehingga tidak
termotivasi untuk memeriksakan kehamilannya.
Pada kutipan teori diatas, peneliti berasumsi bahwa terdapat perbedaan
dengan hasil penelitian yang dimana ibu yang sudah melahirkan lebih dari
satu kali (multipara) ternyata lebih termotivasi untuk memeriksakan
kehamilannya dengan melakukan kunjungan ANC dibandingkan ibu yang
baru pertama kali hamil. Sehingga pada hasil penelitian, peneliti
memperoleh hasil uji yaitu tidak adanya hubungan antar aparitas dengan
kunjungan Antenatal Care.
Menurut (kemenkes, 2014) pentingnya kunjungan ANC pada ibu paritas
adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang memperberat keadaan ibu hamil
seperti EMPAT TERLALU (terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering
melahirkan dan terlalu dekat jarak kelahiran).
40
terendah oleh kelompok ibu hamil yang melakukan kunjungan pada
trimester 1 (K1), sebanyak 70 orang (17,2%). Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang di lakukan oleh Hasil Survei Demografi dan Kesehatan
(Demographic Helath Survey) di beberapa negara tahun 2004 – 2007 juga
menunjukkan bahwa 20 – 60% ibu dengan kunjungan ANC terbanyak pada
trimester ke 3 untuk mendapatkan kurang dari 90 tablet besi dan
pemeriksaan pasca persalinan (Saptarini, 2015).
41
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian diperoleh hasil, Gambaran Karakteristik Antenatal
Care (ANC) di Puskesmas Koya Barat periode Mei – Juli 2019 berdasarkan
umur terbanyak ditemukan pada kelompok umur atau Masa Reproduksi
Sehat 20 – 35 tahun yaitu sebanyak 317 orang (78%), sedangkan pada umur
atau masa reproduksi Muda 15 – 19 tahun sebanyak 43 orang (11%) dan
pada kelompok umur atau Masa Reproduksi tua 36 – 45 tahun yaitu
sebanyak 47 orang (11%).
Dari hasil penelitian diperoleh hasil, Gambaran karakteristik Antenatal
Care (ANC) di Puskesmas Koya Barat periode Mei – Juli 2019 berdasarkan
jumlah paritas, gravida terbanyak ditemukan pada kelompok Multigravida
yaitu sebanyak 192 orang (47%), di susul oleh Secondgravida sebanyak 110
orang (27%), Primigravida yaitu sebanyak 97 orang (24%), terendah pada
Grandemultigravida sebanyak 6 orang (1,5%) dan pada kelompok yang
tidak diketahui sebanyak 2 orang (0,5%).
Dari hasil penelitian diperoleh hasil, Gambaran kunjungan ibu hamil
pertrimester selama kehamilan di Puskesmas Koya Barat periode bulan Mei
– Juli 2019, ditemukan angka tertinggi adalah pada kelompok ibu hamil
yang melakukan kunjungan pada trimester 3 (K 3 dan K4) sebanyak 196
orang (48,2%), di ikuti oleh kelompok ibu hamil yang melakukan
kunjungan pada trimester 2 (K2), sebanyak 140 orang (34,4%), dan yang
terendah oleh kelompok ibu hamil yang melakukan kunjungan pada
trimester 1 (K1), sebanyak 70 orang (17,2%).
Dari hasil penelitian diperoleh hasil, Gambaran kunjungan ibu hamil
berdasarkan Suku di Puskesmas Koya Barat periode bulan Mei – Juli 2019,
didapatkan pada kelompok ibu hamil Asli Papua sebanyak 79 Orang
(19,4%), angka tertinggi pada kelompok ibu Non Papua sebanyak 286
Orang (70,3%) dan pada kelompok yang tidak diketahui, sebanyak 42 orang
(10,3%).
42
5.2 Saran
5.2.1 Kepada Masyarakat
1. Dapat mencari informasi dan menambah pengetahuan tentang,
pentingnya kunjungan ANC selama kehamilan.
2. Segera memerikasakan diri jika dalam masa kehamilan.
3. Ibu hamil agar tetap menjaga kehamilan dan melakukan pemeriksaan
setiap bulannya secara teratur di Puskesmas atau Rumah sakit.
5.2.2 Kepada Puskesmas
1. Melakukan pemantauan dan pemahaman kepada masyarakat tentang
pentingnya masa kehamilan agar selalu menjaga hingga persalinan.
2. Memberikan penyuluhan tentang pentingnya kunjungan ANC pada
ibu hamil agar dapa menambah pengetahuan masyarakat.
3. Membuat tempat pemeriksaan di lapangan atau mengunjungi setiap
ibu hamil yang ada di lingkungan.
4. Membuat pendataan secara lengkap di puskesmas dan data di
laporkan atau arsip data di simpan di bagian TU Puskesmas.
43
DAFTAR PUSTAKA
44
Tjokroprawiro Askandar et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga Rumah Sakit Pendidikan Dr.
Soetomo Surabaya. Airlangga University Press (AUP). 2015. Surabaya.
Saptarini, I. dkk.Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Konsumsi Tablet Besi
Pada Ibu Hamil Di Kelurahan Kebon Kelapa, Bogor. Pusat Teknologi
dan Intervensi Kesehatan Masyarakat. 2015. Jakarta Pusat.
45