Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN An.

G DENGAN DIAGNOSA
MEDIS PNEUMONIA DI RUANG MELATI 2 RSUP Dr. SARDJITO
YOGYAKARTA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Anak

Dosen Pembimbing : Etik Pratiwi., M.Kep

Oleh :

Tutri Aprilian
2820173089
3B

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2019
LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan keperawatan pada pasien An. G dengan diagnosa medis Pneumonia


di Ruang Melati 2 RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta. Laporan ini disusun untuk
memenuhi tugas individu Praktik Klinik Keperawatan Anak semester V, pada :

Hari : Senin
Tanggal : 4-9 November 2019
Tempat : Ruang Melati 2 RSUP Dr. Sardjito

Praktikan

(……………………….)

Pembimbing Lahan (CI) Pembimbing Akademik

(…………………………) (…………………………)
BAB I
KONSEP DASAR MEDIK

A. Definisi
Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru,merupakan penyakit
yang sering terjadi pada bayi dan masa kanak-kanak awal (Wong, 2008).
Pneumonia adalah inflamasi atau infeksi pada parenkim paru.
Pneumonia disebabkan oleh satu atau lebih agens berikut : virus, bakteri
(mikoplasma), fungi, parasit, atau aspirasi zat asing (Betz & Sowden, 2009).
Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan
bawah akut (ISNBA) dengan batuk dan disertai dengan sesak nafas
disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan
aspirasi substansi asing,berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan
konsolidasi (Nurarif & Kusuma, 2013).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan pneumonia adalah
salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA) dengan
gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas yang disebabkan agen infeksius
seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi asing,
berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi.

B. Etiologi
Sebagian besar penyebab pnuomonia adalah mikroorganisme (virus,
bakteri), dan sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (minyak
tanah, bensin, atau sejenisnya) dan masuknya makanan, minuman, susu, isi
lambung ke dalam saluran pernafasan (aspirasi). Berbagai penyebab
pneumonia tersebut dikelompokan berdasarkan golongan umur, berat
ringannya penyakit dan penyulit yang menyertainya (komplikasi).
Mikroorganisme tersering sebagai penyebab pneumonia adalah virus
terutama Respiratory Syncial Virus (RSV) yang mencapai 40%, sedangkan
golongan bakteri yang ikut berperan terutama Streptococcus Pneumoniae
dan Haemophilus Influenzae type B (Hib). Awalnya, mikroorganisme
masuk melalui percikan ludah (droplet), kemudian terjadi penyebaran
mikroorganisme dari saluran nafas bagian atas ke jaringan (parenkim) paru
dan sebagian kecil karena penyebaran melalui aliran darah .

C. Manifestasi Klinik
Tanda – tanda klinis utama pneumonia menurut (Betz & Sowden, 2009)
meliputi hal-hal berikut :
1. Batuk
2. Dispnea
3. Takipea
4. Pucat, tampilan kehitaman,atau sianosis (biasanya tanda lanjut)
5. Melemah atau kehilangan suara nafas
6. Retaksi dinding toraks: interkostal, substernal, diafragma, atau
supraklavikula
7. Napas cuping hidung
8. Nyeri abdomen (disebabkan oleh iritasi diafragma oleh paru terinfeksi
didekatnya)
9. Batuk paroksismal mirip pertusis (sering terjadi pada anak yang lebih
kecil)
10. Anak-anak yang lebih besar tidak nampak sakit
11. Demam
12. Ronchi
13. Sakit kepala
14. Sesak nafas
15. Menggigil
16. Berkeringat
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
a. Kulit yang lembab
b. Mual dan muntah
D. Patofisiologi
Pneumonia adalah hasil dari proliferasi patogen mikrobial di
alveolar dan respons tubuh terhadap patogen tersebut. Banyak cara
mikroorganisme memasuki saluran pernapasan bawah. Salah satunya
adalah melalui aspirasi orofaring. Aspirasi dapat terjadi pada kaum geriatri
saat tidur atau pada pasien dengan penurunan kesadaran. Melalui droplet
yang teraspirasi banyak patogen masuk. Pneumonia sangat jarang tersebar
secara hematogen. Faktor mekanis host seperti rambut nares, turbinasi dan
arsitektur trakeobronkial yang bercabang cabang mencegah
mikroorganisme dengan mudah memasuki saluran pernapasan. Faktor lain
yang berperan adalah refleks batuk dan refleks tersedak yang mencegah
aspirasi. Flora normal juga mencegah adhesi mikroorganisme di orofaring.
Saat mikroorganisme akhirnya berhasil masuk ke alveolus, tubuh masih
memiliki makrofag alveolar. Pneumonia akan muncul saat kemampuan
makrofag membunuh mikroorganisme lebih rendah dari kemampuan
mikroorganisme bertahan hidup. Makrofag lalu akan menginisiasi repons
inflamasi host. Pada saat ini lah manifestasi klinis pneumonia akan muncul.
Respons inflamasi tubuh akan memicu penglepasan mediator inflamasi
seperti IL (interleukin) 1 dan TNF ( Tumor Necrosis Factor) yang akan
menghasilkan demam. Neutrofil akan bermigrasi ke paru paru dan
menyebabkan leukositosis perifer sehingga meningkatkaan sekresi purulen.
Mediator inflamasi dan neutrofil akan menyebabkan kebocoran
kapiler alveolar lokal. Bahkan eritrosit dapat keluar akibat kebocoran ini
dan menyebabkan hemoptisis. Kebocoran kapiler ini menyebabkan
penampakan infiltrat pada hasil radiografi dan rales pada auskultasi serta
hipoxemia akibat terisinya alveolar. Pada keadaan tertentu bakteri patogen
dapat menganggu vasokonstriksi hipoksik yang biasanya muncul pada
alveoli yang terisi cairan hal ini akan menyebabkan hipoksemia berat. Jika
proses ini memberat dan menyebabkan perubahan mekanisme paru dan
volume paru dan shunting aliran darah sehingga berujung pada kematian.
E. Pathwaylkjj

Virus, Bakteri, Jamur

Saluran Napas Dalam

Gangguan Pembersihan di paru-paru

Radang Bronkilal

Hipertermi
Radang Inflamasi pada Bronkus

Akumulasi Mukus Produksi Mukus Kuman Terbawa ke

Saluran cerna

Timbul Reaksi Balik Edema/ pembengkakan

Pada Mukosa Infeksi Saluran Cerna

Pengeluaran Energi

Berlebih Ketidakefektifan Peningkatan Flora usus


Bersihan Jalan
napas
Keletihan Peristaltik usus

Intoleransi Malabsorbsi
Aktivitas
Frekuensi BAB > 3hari

(Nurarif & Hardi, 2013).


Ketidakseimbangan
volume cairan lebih
dari kebutuhan tubuh
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Misnadiarly, 2008) pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan
adalah :
1. Sinar X
Mengidenfikasi distribusi struktural (misal : lobar, bronchial), dapat
juga menyatakan abses luas/infiltrate, empiema (stapilococcus);
infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bacterial); atau
penyebaran/perluasan infiltrate nodul (lebih sering virus). Pada
pneumonia mikoplasma sinar X dada mungkin lebih bersih.
2. GDA
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat
dan penyakit paru yang ada.
3. JDL Leukositosis
Biasanya ditemukan, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada
infeksi virus, kondisi tekanan imun.
4. LED Meningkat
5. Fungsi paru hipoksia, volume menurun, tekanan jalan napas meningkat
dan komplain menurun
6. Elektrolit Na dan CI mungkin rendah
7. Bilirubin meningkat
8. Aspirasi / biopsi jaringan paru

G. Komplikasi
Menurut (Misnadiarly, 2008) komplikasi pada pneumonia yaitu :
1. Abses paru
2. Edusi pleural
3. Empisema
4. Gagal napas
5. Perikarditis
6. Meningitis
7. Atelektasis
8. Hipotensi
9. Delirium
10. Asidosis metabolik
11. Dehidrasi

H. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut (Misnadiarly, 2008), kepada penderita yang penyakitnya
tidak terlalu berat, bisa diberikan antibiotik per oral (lewat mulut) dan tetap
tinggal di rumah. Penderita anak yang lebih besar dan penderita dengan
sesak nafas atau dengan penyakit jantung dan paru-paru lainnya, harus
dirawat dan antibiotik diberikan melalui infus. Mungkin perlu di berikan
oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik.
Kebanyakan penderita akan memberikan respons terhadap pengobatan dan
keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu.
Penatalaksanaan pada pneumonia bergantung pada penyebab, sesuai yang
di tentukan oleh pemeriksaan sputum mencakup :
1. Oksigen 1-2L/menit
2. IVFD dekstrose 10% :Nacl 0,9% = 3: 1,+ KCI10 mEq/500 ml cairan
3. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi
4. Jika sesak tidak terlalu berat dapat dimulai makanan enteral bertahap
melalui selang nasogastrik dengan feeding drip.
5. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberiikan inhalasi dengan salin
normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier.
6. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit Anti biotik
sesuai hasil biakan atau diberikan untuk kasus pneumonia community
base:
a. Ampisillin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian
b. Kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari dalam 4 hari pemberian
Untuk kasus pneumonia hospital base:
a. Sefaktosin 100mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian
b. Amikasin 10-15 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian
I. Diagnosa Keperawatan
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2013) diagnosa yang mungkin muncul adalah
:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2. Hipertemi
3. Ketidakefektifan pola nafas
4. Intoleransi aktivitas
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

J. Fokus Intervensi
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan
sekret (Wong, 2008)
a. Tujuan :
1) Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih,
tidak ada sianosis dan dyspnea
2) Menunjukkan jalan napas yang paten
3) Mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat
menghambat jalan napas
b. Intervensi :
1.) Monitor tanda-tanda vital
Rasional : mengetahui kondisi tubuh klien
2.) Minta klien napas dalam sebelum suction dilakukan
Rasional : agar klien merasa rileks
3.) Beri O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi
suksion nasotrakeal
Rasional : agar pernapasan klien kembali normal
4.) Beri posisi yang nyaman
2. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (Wilkinson, 2007)
a. Tujuan :
1.) Suhu tubuh dalam rentang normal
2.) Nadi dan RR dalam rentang normal
3.) Tidak ada perubahan warna kulit
b. Intervensi :
1.) Monitor TTV
Rasional : untuk mengetahui keadaan tubuh klien
2.) Berikan kompres pada lipatan axila dan paha
Rasional : untuk mencegah meningkatnya hipoventilasi
3.) Kolaborasi dengan dokter pemberian obat antipiretik
Rasional : agar meredakan demam pada klien
3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, mual, muntah (Nurarif & Kusuma, 2013)
a. Tujuan :
1.) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
2.) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
3.) Mempu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
4.) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
5.) Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
6.) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
b. Intervensi :
1.) Kaji adanya alergi makanan
Rasional : untuk mencegah terjadinya alergi pada klien
2.) Monitor asupan nutrisi
Rasional : untuk mengontrol asupan yang diberikan pada klien
3.) Monitor adanya penurunan BB
Rasional : untuk menghindari penurunan BB pada klien
4.) Monitor mual muntah
Rasional : untuk mencegah bertambahnya mual muntah yang
dirasakan klien
5.) Berikan informasi tentang kebutuhan tubuh
Rasional : agar klien dapat mengetahui apa saja yang
dibutuhkan oleh tubuhnya
6.) Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi obat
Rasional : untuk memperbaiki gizi klien
7.) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan nutrisi yang dibutuhkan klien
Rasional : untuk memperbaiki gizi klien
4. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan (Nurarif &
Kusuma, 2013)
a. Tujuan :
1.) Berpatisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan
tekanan darah, nadi dan RR
2.) Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri
3.) Mampu berpindah: dengan atau tanpa bantuan alat
4.) Sirkulasi status baik
5.) Status respirasi: pertukaran gas dan ventilasi adekuat
b. Intervensi :
1.) Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medik dalam
merencanakan program terapi yang tepat
Rasional : agar sesuai dengan yang klien bisa lakukan
2.) Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu
dilakukan
Rasional : agar sesuai dengan kemampuan klien
3.) Monitor ttv
Rasional : agar dapat mengontrol keadaan klien
4.) Bantu klien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
Rasional : agar klien termotivasi untuk sembuh

5. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi (Nurarif


& Kusuma, 2013)
a. Tujuan :
1.) Mendemostrasikan batuk efektif dan suara napas bersih, tidak
ada sianosis dan dyspneu
2.) Menunjukan jalan nafas yang paten
3.) TTV dalam rentang normal
b. Intervensi :
1.) Posisikan pasien memaksimalkan ventilasi
Rasional : agar mengurangi sesak napas pada klien
2.) Lakukan fisioterapi dada
Rasional : agar membantu klien mengeluarkan sekret
3.) Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
Rasional : agar sekret yang mengganggu pernapasan klien bisa
keluar
4.) Monitor respirasi dan status O2
Rasional : mengetahui perkembangan respirasi klien
5.) Monitor TTV
Rasional : untuk mengetahui kondisi klien
6.) Berikan terapi O2
Rasional : untuk membantu pernapasan klien
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Nurarif H & Kusuma Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA (North American Nursing

Betz & Sowden.2009.Buku suku keperawatan pediatrik,edisi 5.Jakaerta:EGC

Diagnosis Association) NIC- NOC. Jakarta: EGC

Donna L.Wong.2008 Buku suku keperawatan pediatric.Jakarta:EGC

Ikawati. 2011. Penyakit Sistem Pernapasan dan Tatalaksana Terapinya.


Yogyakarta: Pustaka Bursa Ilmu.

Misnadearly.2008.Penyakit Infeksi Saluran Napas pneumonia pada Anak Orang


Dewasa,Usia lanjut Edisi 1, Jakarta:Pustaka Obor Populer

Nurarif, A.H. & Hardi, K., 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosis NANDA NIC NOC Jilid2. Jakarta: EGC.

Riyadi, Sujono. 2011. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

WHO.2014..Maternal Mortality:World Health Organization

Anda mungkin juga menyukai