PENDAHULUAN
darah yang kurang pada jaringan otak menyebabkan serangkaian reaksi biokimia,
yang dapat merusakan atau mematikan sel-sel saraf otak. Kematian jaringan otak
dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan itu, aliran
darah yang berhenti juga membuat suplai oksigen dan zat makanan ke otak juga
berhenti, sehingga sebagian otak tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya
(Sutrisno, 2007).
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Agar penulis mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien
yang menderita CVA patologis, dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan secara benar, tepat dan sesuai dengan standar
keperawatan profesional.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian pada pasien yang mengalami CVA
2. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada penderita CVA
3. Intervensikan keperawatan pada pasien yang mengalami CVA
4. Implementasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan CVA.
5. mengevaluasikan hasil asuhan keperawatan pda pasien dengan
CVA.
1.4 Manfaat
Studi kasus dapat bermanfaat secara praktis :
a. Perawat
Dapat digunakan sebagai alat bantu mengevaluasi dalam upaya
meningkatkan mutu pelayanan bagi pasien yang menderita CVA.
b. Perkembangan keperawatan
Agar studi kasus ini dapat dijadikan sebagai bahan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien pada CVA .Sehingga
dapat dikukan tindakan untuk mengatasi masalah yanj terjadi pada pasien
dengan CVA.
c. Peneliti
Memberikan pengertian, pengetahuan dan pengambilan keputusan
yang tepat pada pembaca. Khususnya dalam menyikapi jika ada
penderita dengan CVA.
d. Instalasi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dan menambah referensi untuk meningkatkan
mutu pelayanan yang diberikan pada penderita dengan CVA.
e. Penulis
Diharapkan penulis dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
yang lebih mendalam dan upaya dalam memberikan asuhan keperawatan
khususnya pada pasien dengan CVA.
TINJAUAN TEORITIS
2.1.3 ETIOLOGI
2. Stroke Haemoragik
1) Perdarahan serebri
Perdarahan serebri termasuk urutan ketiga dari semua penyebab kasus
gangguan pembuluh darah otak dan merupakan persepuluh dari semua
kasus penyakit ini. Perdarahan intrakranial biasanya disebabkan oleh
ruptura arteria serebri.
2) Pecahnya aneurisma
Biasanya perdarahan serebri terjadi akibat aneurisma yang pecah maka
penderita biasanya masih muda dan 20% mempunyai lebih dari satu
aneurisma. Dan salah satu dari ciri khas aneurisma adalah
kecendrungan mengalami perdarahan ulang (Sylvia A. Price, 1995)
3) Penyebab lain (dapat menimbulkan infark atau perdarahan).
Trombosis sinus dura
- Diseksi arteri karotis atau vertebralis
- Vaskulitis sistem saraf pusat
- Penyakit moya-moya (oklusi arteri besar intrakranial yang progresif)
- Migran
- Kondisi hyperkoagulasi
- Penyalahgunaan obat (kokain, antikoagulan, amfetamin dan berbagai
obat adiktif)
- Kelainan hematologis (anemia sel sabit, polisitemia atau leukemia)
- Miksoma atrium.
2.1.4 KLASIFIKASI
1. . Stroke Non Haemoragik
Yaitu gangguan peredaran darah otak tanpa terjadi suatu
perdarahan yang ditandai dengan kelemahan pada satu atau
keempat anggota gerak atau hemiparese, nyeri kepala, mual,
muntah, pandangan kabur dan dysfhagia. Stroke non haemoragik
dibagi lagi menjadi dua yaitu stroke embolik dan stroke trombotik.
2. Stroke Haemoragik
Yaitu suatu gangguan peredaran darah otak yang ditandai dengan
adanya perdarahan intra serebral atau perdarahan subarakhnoid.
Tanda yang terjadi adalah penurunan kesadaran, pernapasan cepat,
nadi cepat, gejala fokal berupa hemiplegi, pupil mengecil, kaku
kuduk.
Perdarahan otak dibagi dua yaitu;
b. Perdarahan Subaraknoid
2.1.5 PATOFISIOLOGI
5. Herniasi otak
Herniasi otak adalah kondisi medis yag sangat berbahaya di mana
jaringan otak menjadi berpindah dalam beberapa cara karena
peningkatan tekanan intracranial(tekanan di dalam tengkorak).
Kenaikan tekanan menyebabkan otak di perluas, tetapi karena
memiliki tempat untuk masuk ke dalam tengkorak, maka otak
menjadi rusak parah. Dalam beberapa kasus, herniasi otak dapat
diobati, tetapi dalam kasus lain itu akan menyebabkan koma dan
kematian pada akhirnya.
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu
sendiri terutama untuk mendapatkan informasi hemoglobin dan
hematocrit.
2. Pemeriksaan kimia darah dan darah rutin.
- Pada stroke akut mungkin terjadi hiperglikemia.
- Hiperkolesterolemia, peningkatan kekentalan dan viskositas darah
diperiksa untuk mengetahui penyebab stroke.
- Mungkin terjadi pula gangguan elektrolit.
3. Lumbal punksi: pada stroke dengan perdarahan masif terdapat
peningkatan tekanan, warna CSF merah dan eritrosit > 1000/mm3.
4. Pemeriksaan prothrombine test (PT) dan activated partial
thromboplastin test (aPTT) dilaksanakan untuk mengetahui status
koagulasi dan untuk mempersiapkan pemberian terapi
trombolysis.
5. Pemeriksaan Radiologi
a. Head CT (computerized tomography) scan: sensitif untuk iskemik
dan hemorrhagik stroke. Tetapi pada awal terjadinya iskemik
sering kali tidak sensitif.
3. Keadaan Umum
Umumnya mengalami penurunan kesadaran, kadang
mengalami gangguan bicara, yaitu sulit mengerti, kadang
tidak bisa bicara dan pada tanda-tanda vital: tekanan darah
meningkat dan denyut nadi bervariasi.
4. Riwayat kesehatan sekarang
Serangan stroke trombosis biasanya terjadi pada orang tua
yang sedang tidur atau bangun tidur, kadang disertai nyeri
kepala dan penurunan kesadaran. Serangan stroke
hemoragik sering kali berlangsung sangat mendadak, saat
pasien sedang beraktivitas, hampir selalu disertai nyeri
B. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko peningkatan TIK yang berhubungan dengan adanya
peningkatan volume intra kranial, penekanan jaringan otak
dan edema serebral.
2. Perubahan perfusi jaringan otak (serebral) berhubungan
dengan perdarahan intracerebral, edema serebral, gangguan
oklusi (Marilynn E. Doenges, 2000: 293).
3. Gangguan persepsi sensori: perabaan yang berhubungan
dengan penekanan pada saraf sensori
C. Intervensi Keperawatan
1. Risiko peningkatan TIK berhubungan dengan peningkatan
volume intrakranial, penekanan jaringan otak, dan edema
serebral.