PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Society, 2017). Salah satu jenis leukemia yang sering ditemui pada anak-
anak yaitu akut limfoblastik leukemia (ALL), dimana sel-sel yang dalam
kasus baru, pada tahun 2017 terdapat peningkatan lagi sebesar 7 % kasus
2018).
1
Insidensi ALL meningkat pada penderita kelainan kongenital,
gejala apapun.Gejala klinis pasien baru ALL pada penelitian ini yang
terbanyak adalah pucat yang hampir 100% (96%), demam (88%) dan
sebagian besar datang dengan gejala klinis kelelahan dan pucat. Hasil
anak usia 5 tahun telah meningkat dari 0% menjadi hampir 75% setelah
2
pemberian kemoterapi (The Leukemia & Lymphoma Society, 2003).
perubahan kulit, diare dan konstipasi (Wong et al, 2009; National Cancer
Institute, 2007).
sehat dengan anak leukemia. Namun, masih terdapat orang tua yang belum
3
sebagaimana penelitian yang dilakukan Marykutty, Rayaroth, Soumya
(2014), hanya terdapat 13,3% memiliki praktik yang baik dalam merawat
ALL yang dirawat atau bahkan menjalani kemoterapi atas indikasi ALL di
leukemia (ALL) di ruang rawat kronis instalasi anak RSUP. DR. M.Djamil
Padang.
4
B. Tujuan
1) Tujuan Umum
2) Tujuan Khusus
5
BAB II
TIJAUAN PUSTAKA
1. Definisi ALL
anak-anak (25-30% dari seluruh keganasan pada anak), anak laki lebih
sering ditemukan dari pada anak perempuan, dan terbanyak pada anak
usia 3-4 tahun. Faktor risiko terjadi leukimia adalah faktor kelainan
2009).
pada sel-sel prekursor limfoid, yakni sel darah yang nantinya akan
orang dewasa. Lebih dari 80% dari kasus ALL adalah terjadinya
< 15 tahun, dengan insiden tertinggi pada usia 3-5 tahun (Landier, 2001)
ALL adalah patologis dari sel pembuluh darah yang bersifat sistematik
6
2. Anatomi Fisiologi
pembuluh darah yang warnanya merah. Pada tubuh yang sehat atau
orang dewasa terdapat darah sebanyak kira-kira 1/13 dari berat badan
b. Bagian-bagian darah :
1) Air : 91%
fibrinogen)
7
dalam 1 mm3 (4 ½ - 4 juta).Warnanya kuning kemerah-
dengan eritrosit dan apabila kita periksa dan kita lihat bahwa di
8
bawah mikroskop maka akan terlihat bentuknya yang dapat
Fungsi leukosit :
mm3 leukopenia.
9
ada yang kecil, di dalam sitoplasmanya tidak terdapat
tidak diketahui
10
3) Trombosit (sel pembeku darah)
kurang dari normal, maka kalau ada luka darah tidak lekas
trombositopenia.
darah terdiri dari air, disamping itu terdapat pula zat-zat lain
(Syaifuddin, 2006)
11
3. Etiologi ALL
a. Faktor Prediposisi
1) Genetik
b) Saudara kandung
2) Faktor Lingkungan
12
3) Virus
ditemukan pada sel-sel normal dan enzim ini berasal dari virus tipe
a) Bahan Kimia
b) Obat-obatan
13
methoxypsoralen dilaporkan menyebabkan kegagalan sumsum
5) Radiasi
6) Leukemia Sekunder
kerusakan DNA .
7) Faktor lain
14
a) Faktor eksterogen seperti sinar X, sinar radioaktif, hormon,
bakteri).
4. Patofisiologi ALL
elemen darah yang lain tertekan karena terjadi kompetisi nutrisi untuk
15
leukemia juga menginvasi tulang di sekelilingnya yang menyebabkan
pembesaran limpa atau hati, masalah kelenjar limfa, sakit kepala atau
16
5. WOC ALL
17
Acute Limfoblastik Leukemia (ALL)
anemia.
c. Nyeri tulang dan sendi (karena infiltrasi sumsum tulang oleh sel
jamur
(Wong, 2009)
19
7. Pemeriksaan Penunjang ALL
hiperploid (2n+a)
20
8. Penatalaksanaan ALL
adalah :
akhirnya dihentikan.
metotreksat atau MTX) pada waktu ini dipakai pula yang baru dan
hama).
21
9. Konsep Kemoterapi
a. Definisi Kemoterapi
b. Tujuan penggunaankemoterapi
radioterapi.
22
5) Kemoterapikombinasi :mengunakan 2 atau lebih agen kemoterapi
(Rasjidi, 2007)
2) Pemberian secaraintra-muskulus
3) Pemberian secaraintravena
digunakan .
4) Pemberian secaraintra-arteri
(Rasjidi, 2007)
23
d. Efek Samping Kemoterapi
2014) :
a) Mual danmuntah
b) Konstipasi
c) Neuropatiperifer
d) Toksisitaskulit
e) Kerontokan rambut(alopecia)
f) Penurunan beratbadan
g) Kelelahan(fatigue)
h) Penurunan nafsumakan
24
i) Perubahan rasa dannyeri.
2) Efek SampingPsikologi
a) Ketidakberdayaan
b) Kecemasan
c) Rasamalu
d) Hargadiri
e) Stres
f) Depresi
g) Amarah
25
B. Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Pengkajian
a. Identitas
1) Umur : ALL lebih sering terjadi pada umur kurang dari 5 tahun.
2009).
b. Riwayat Kesehatan
26
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
(Nursalam, 2008).
5) Riwayat Perkembangan
Motorik Kasar
banyak energi).
Motorik Halus
27
c. Data Psikososio Spiritual
1) Psikologi
2) Sosial
3) Spiritual
Sebelum tidur anak diingatkan oleh orang tua untuk berdoa. Saat
tuanya berdoa.
1) Nutrisi
siap saji maupun jajan diluar rumah. Anak tidak suka makan
28
2) Aktivitas istirahat dan tidur
3) Eliminasi
4) Personal hygiene
e. Keadaan Umum
f. Pemeriksaan TTV
4) Suhu: Pada penderita ALL yang terjadi infeksi suhu akan naik,
29
g. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
7) Pemeriksaan Thorax
1. Jantung
I : Pada inspeksi terlihat dada kiri menonjol karena adanya
P : Pekak
2. Paru
I : Ada penggunaan otot bantu pernafasan
P : Sonor
8) Pemeriksaan Abdomen
I : Tidak ada pembengkakan
A : Bising usus normal
30
P : Biasanya tidak terdapat nyeri tekan
P : Timpani
9) Pemeriksaan Genetalia
d) Pemeriksaan Ekstremitas
(Nursalam, 2008)
h. Pemeriksaan Penunjang
31
e) Peningkatan leukosit dapat terjadi (20.000 – 200.000/µl) tetapi
kelainan berupa :
(Nanda, 2015-2017)
32
2. Intervensi Keperawatan
33
15. rubah kepada pilihan
peralatan pemberian
oksigen lainnya untuk
meningkatkan kenyamanan
dengan tepat
Management Sensasi
perifer
1) Monitor sensasi tumpul
atau tajam dan panas dan
dingin (yang dirasakan
pasien)
2) Dorong pasien
menggunakan pasien tubuh
yang tidak terganggu untuk
mengetahui suhu makanan,
cairan, air mandi, dan lain-
lain
3) Dorong pasien untuk
menggunakan bagian
tubuh yang tidak terganggu
dalam rangka mengetahui
tempat dan permukaan
suatu benda
4) Instruksikan pasien dan
keluarga untuk menjaga
posisi tubuh ketika sedang
mandi, duduk, berbaring,
atau merubah posisi.
5) Lindungi tubuh terhadap
perubahan suhu yang
ekstrim
Hipertermi b.d NOC Fever Treatment
Thermoregulation 1) Monitor suhu sesering
Peningkatan laju Indikator : mungkin
1) Suhu tubuh dalam 2) Monitor IWL
metabolisme, rentang normal 3) Monitor warna dan suhu
2) Nadi dan RR dalam kulit
penyakit rentang normal 4) Monitor tekanan darah,
3) Tidak ada perubahan nadi dan RR
warna kulit dan tidak 5) Monitor penurunan tingkat
ada pusing, merasa kesadaran
nyaman 6) Monitor WBC, Hb, dan
Hct
7) Monitor intake dan output
8) Berikan anti piretik
9) Berikan pengobatan untuk
mengatasi penyebab
demam
34
10) Selimuti pasien
11) Lakukan tapid sponge
12) Berikan cairan intravena
13) Kompres pasien pada lipat
paha dan aksila
14) Tingkatkan sirkulasi udara
15) Berikan pengobatan untuk
mencegah terjadinya
menggigil
Temperature regulation
1) Monitor suhu minimal tiap
2 jam
2) Rencanakan monitoring
suhu secara kontinyu
3) Monitor TD, nadi, dan RR
4) Monitor warna dan suhu
kulit
5) Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
6) Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
7) Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
8) Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat
panas
9) Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan
efek negatif dari
kedinginan
10) Beritahukan tentang
indikasi terjadinya
keletihan dan penanganan
emergency yang
diperlukan
11) Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
12) Berikan anti piretik jika
perlu
35
tekanan darah
3) Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
berdiri
4) Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
5) Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
6) Monitor kualitas dari nadi
7) Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
8) Monitor suara paru
9) Monitor pola pernapasan
abnormal
10) Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
11) Monitor sianosis perifer
12) Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
13) Identifikasi penyebab dari
14) perubahan vital sign
36
7. laporan perubahan hubungan, kinerja
gejala sakit untuk pekerjaan, dan peran
profesional tanggung jawab)
kesehatan. 5. menjelajahi dengan pasien
8. Laporan gejala yang faktor-faktor yang
tidak terkontrol untuk meningkatkan /
profesional memperburuk rasa sakit..
kesehatan. 6. mengevaluasi, dengan
9. menggunakan sumber pasien dan tim kesehatan,
daya yang tersedia. efektivitas tindakan
10. mengakui gejala pengendalian nyeri masa
terkait nyeri. lalu yang telah digunakan.
11. laporan nyeri 7. menentukan frekuensi
terkontrol. yang diperlukan untuk
membuat penilaian
kenyamanan pasien dan
melaksanakan pemantauan
rencana.
8. memberikan informasi
tentang rasa sakit, seperti
penyebab nyeri, berapa
lama akan berlangsung,
dan diantisipasi
ketidaknyamanan dari
Prosedur dasar.
9. mengurangi atau
menghilangkan faktor-
faktor yang memicu atau
meningkatkan pengalaman
nyeri (misalnya: ketakutan,
kelelahan, monoton, dan
kurangnya pengetahuan)
10. pilih dan menerapkan
berbagai ukuran (mis:
farmakologis,
nonfarmakologi,
interpersonal) untuk
memfasilitasi penghilang
rasa sakit, yang sesuai.
11. prinsip-prinsip mengajar
manajemen nyeri.
12. mendorong pasien untuk
memantau nyeri sendiri
dan untuk campur tangan
tepat.
13. mengajarkan penggunaan
teknik nonfarmakologi.
14. mengeksplorasi pasien
37
penggunaan saat metode
farmakologikal nyeri.
15. mengajarkan tentang
metode farmakologis nyeri.
16. mendorong pasien untuk
menggunakan obat
penghilang rasa sakit yang
memadai.
17. berkolaborasi dengan
pasien, penting lainnya,
dan profesional kesehatan
lainnya untuk memilih dan
menerapkan
nonfarmakologis ukuran
nyeri, yang sesuai.
18. analgesik (PCA), jika
sesuai.
19. penggunaan kontrol nyeri
ukuran sebelum nyeri
menjadi parah.
Analgesic Administration
1. menentukan lokasi nyeri,
karakteristik, kualitas, dan
keparahan sebelum
mengobati pasien.
2. cek perintah medis untuk
obat, dosis, dan frekuensi
analgesik yang diresepkan.
3. sejarah cek untuk alergi
obat.
4. mengevaluasi kemampuan
pasien untuk berpartisipasi
dalam pemilihan analgesik,
rute, dan dosis, dan
melibatkan pasien, yang
sesuai.
5. memilih analgesik atau
kombinasi analgesik yang
tepat ketika lebih dari satu
yang diresepkan.
6. menentukan pilihan
analgesik (narkotik, non
narkotika, atau NSAID),
berdasarkan jenis dan
tingkat keparahan nyeri.
7. menentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis untuk mencapai
38
analgesik yang optimal.
8. memilih rute IV, bukan
IM, untuk sering nyeri
injeksi obat, bila
memungkinkan.
9. keluar narkotika dan obat-
obatan terlarang lainnya,
sesuai dengan protokol
lembaga.
10. Monitor tanda vital
sebelum dan setelah
pemberian analgesik
narkotika dengan dosis
pertama kalinya atau tanda
yang tidak biasa dicatat..
11. analgesik kelola, sekitar
jam untuk mencegah
puncak dan palung
analgesia, especilly dengan
nyeri severa.
12. Tindakan pengamanan
lembaga untuk mereka
yang menerima analgesik
narkotika, yang sesuai.
13. menginstruksikan untuk
meminta obat nyeri PRN
sebelum sakit parah.
14. menginformasikan
individu yang dengan
pemberian narkotika,
mengantuk kadang-kadang
terjadi selama 2 sampai 3
hari dan kemudian mereda.
15. kesalahpahaman yang
benar / mitos pasien atau
anggota keluarga dapat
memegang mengenai
analgesik, khususnya
opioid (mis: kecanduan
dan risiko overdosis).
16. mengevaluasi efektivitas
analgesik pada interval
yang sering rutin setelah
setiap administrasi, tetapi
terutama setelah dosis awal
juga mengamati untuk
tanda dan gejala efek tak
diinginkan (misalnya:
39
depresi pernapasan, neusea
dan muntah, mulut kering,
dan sembelit).
Terapi relaksasi
1. Gambarkan rasionalisasi
dan manfaat relaksasi sera
jensi relaksasi yang
tersedia
2. Uji penurunan tingkat
energi saat ini
ketidakmampuan untuk
konsentrasi atau gejala lain
yang mengiringi yang
mungkin mempengaruhi
kemampuan kognisi untuk
befokus pada teknik
relaksasi
3. Tentukan apakah ada
intervensi relaksasi yang
sudah diberikan manfaat
4. Petimbangkan keingin
individu untuk
berpatisipasi , pilihan,
pengalaman masa lalu dan
konraindikasi sebelum
memilih strategi relaksasi
tertentu
5. Ciptakan lingkungan yang
tenag dan tanpa distraksi
dengan lampu yang redup
dan suhu lingkungan yang
nyaman, jika
memungkinkan
6. Dorong klien untuk
mengambil posisi yang
nyaman dengan pakaina
longgar dan mata tertutup
7. Spesifikan isi intervensi
relaksasi
8. Dapatakan perilaku yang
menunjukan terjadi
relaksasi,misalnya bernafas
dalam,menguap,pernafasan
perut,atayu bayangan yang
menenangkan
9. Minta klien untuk rileks
dan merasakan sensasi
yang terjadi
40
10. Gunakan suara yang
lembut dengan irama yang
lambat untuk setiap kata
11. Tunjukana dan praktikan
teknik relaksasi pada klien
12. ]dorong klien untuk
mengulang praktek teknik
relaksasi,jika
memungkinkan
13. Antisipasi penggunan
relaksasi
14. Berikan informasi tertulis
mengenai persiapan
keterlibatan didadalam
tenik relaksasi
15. Dorong pengulangan
teknik praktik-praktik
tertentu secara berkala
16. Berikan waktu yang tidak
terganggu karena mungkin
saja klien tertidur
17. Dorong knotrol sendiri
ketika relaksasi dilakukan
18. Kembangkan kaset teknik
relaksasi untuk digunakan
individu dengan tepat
Resiko Bowel Elimination Tube Care Gastrointestinal:
Indikator: Monitor TTV
ketidakefektifa Monitor status cairan dan
Circulation status elektrolit
perfusi Electrolite and acid Monitor bising usus
base balance Monitor irama jantung
gastrointestinal b.d
Fluid balance Catat intake dan output
Hidration secara akurat
anemia,disfugsi
Tissue perfusion : Kaji tanda - tanda
hati (mis ,serosis abdominal organs gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit
heptis)
(membran mukosa
kering, sianosis,
jaundice)
suplemen elektrolit sesuai
instruksi dokter
Kolaborasi dengan ahli
gizi jumlah kalori dan
jumlah zat gizi yang
41
dibutuhkan
Pasang NGT jika
diperlukan
Monitor warna dan
konsistensi dari
nasogastric output
Bledding Reduction
Gastrointestinal
Evaluasi respon
psikologis pasien untuk
jumlah trombosit,
sesuaiMemberi obat
(misalnya, laktulosa atau
vasopresin)
Hindari ekstrem di
tingkat pH lambung
dengan pemberian obat
yang tidak sesuai
Masukkan nasogastrik
tabung untuk sekresi
hisap dan monitor
Menilai status gizi
pasien
Membangun hubungan
suportif dengan pasien
dan keluarga
Anjurkan pasien dan
keluarga pada
pembatasan kegiatan dan
perkembangan
Anjurkan pasien dan /
atau keluarga tentang
prosedur (misalnya,
kemoterpi, sclerosis, dan
operasi)
Anjurkan pasien dan /
atau keluarga pada
kebutuhan untuk
penggantian darah
Anjurkan pasien dan /
atau keluarga untuk
menghindari penggunaan
obat anti inflamasi
(misalnya, aspirin dan
ibuprofen).
42
Resiko infeksi b.d NOC: Management Imunisasi
Status Imunitas 1) Sediakan informasi
Leukopenia 1) Suhu tubuh mengenai vaksin yang
2) Tingkat sel T4 disiapkan oleh pusat
3) Infeksi berulang pencegahan dan control
4) Kehilangan berat penyakit
badan 2) Dokumentasikan informasi
5) Keletihan kronis vaksinasi, sesuai SOP yang
berlaku
Perilaku Imunitas 3) Ingatkan individu atau
1) Menggambarkan keluarga ketika
resiko yang terkait imuniasasinya ada yang
dengan imunisasi belum dilakukan
tertentu 4) Bantu keluarga terkait
2) Mendapatkan perencanaan keuangan
imunisasi yang untuk membayar imunisasi
direkomendasikan (misalnya, apakah dibayar
sesuai umur oleh The asuransi dan klinik Dept.
American Acadamy Kesehatan)
Peadris atau United 5) Jadwalkan imunisaSI
States Publiick Help sesuai tenggang waktu
Service yang ada
3) Menjelaskan langkah Perlindungan Infeksi
–langkah bantuan 1) Monitor adanya tanda dan
untuk efek vaksin gejala inffeksi sistemik
4) Melaporkan setiap lokal
efek samping 2) Monitor kerentanan
5) Mengkonfirmasi terhadap infeksi
tanggal imunisasi 3) Batasi jumlah pengunjung
berikutnya 4) Srining semua pengunjung
terhadap penyakit menular
StatusNutrisi 5) Tingkatkan asupan nutrisi
1) Asupan gizi yang cukup
2) Asupan makanan 6) Anjurkan asupan cairan
3) Asupan cairan yang tepat
Rasio berat badan 7) Lanjutkan istirahat
8) Pantau adanya tingkat
perubahan energi
9) Instruksikan pasien untuk
minum antiobiotik yang
diresepkan
10) Ajarkan pasien dan
keluarga mengenai tanda
dan gejala infeksi dan
kapan harus
melaporkannya kepada
yankes
11) Berikan ruangan pribadi
43
yang dibutuhkan
12) Laporkan dugaan infeksi
pada personil pengendali
infeksi
44
BAB III
LAPORAN KASUS
B. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
Identitas Pasien
Nama : An.F
No.Rek.Medis : 01.05.84.76
Umur : 14 tahun
Pendidikan : Pelajar
Anak ke- :1
45
2. KELUHAN UTAMA
An. F dan Keluarga mengatakan An.F demam sejak 3 hari yang lalu,
demam naik turun, pusing, badan terasa lemah, BAB An. F berdarah sejak
6 hari yang lalu. An. F sudah pernah melakukan kemoterapi sebanyak 6
kali
3. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 4 November 2019 didapatkan
bahwa Ny M ibu dari An. F mengatakan anaknya sudah pernah dirawat
pada bulan Agustus 2019 yang lalu (± 4 bulan yang lalu) dan itu
pertama kalinya An. F diketahui mengidap penyakit ALL. Anak telah
dikenal menderita penyakit diagnosa Leukemia Limfoblastik Akut
(LLA)di RSUP. Dr M. Djamil Padang, dan telah menjalani
kemoterapy fase induksi selama 8 minggu, kemoterapy terhenti
sementara karena bilirubin anak meningkat menjadi 4,8 mg/dl yang
seharusnya nilai bilirubin total normalnya adalah 0,3-1,0 mg/dl .
b. Riwayat Kesehatan sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian hari Senin tanggal 4 November 2019
diketahui An. F masuk RSUP Dr.M. Djamil Padang jam 17.15 wib
melalui IGD dan dirawat di ruang Kronis. Pada saat pengkajian, An. F
masih mengeluh BAB berdarah, darah segar, menetes diakhir BAB
(lebih kurang 5cc), anak tampak pucat, lemah, dan lemas untuk
beraktivitas. An.F juga mengeluh demamsejak 3 hari yang lalu anak
tidak berkeringat, demam hilang timbul tidak disertai dengan tidak
kejangdan tidak menggigil, kepala terasa pusing, badan dan mata An.F
tampak menguning sejak 2 minggu yang lalu dan bertambah kuning
sejak 3 hari terakhir, konjungtiva anemis. An.F didiagnosa menderita
ALL dan telah menjalani kemoterapi fase induksi selama 8 minggu,
akan tetapi kemoterapi dihenti sementara karena bilirubin An.F
meningkat menjadi 4,8 mg/dl. Saat dilakukan pemeriksaan TTV
didapatkan Suhu An.F : 39,00C, N : 94x/I, RR : 24x/i TD : 120/80
mmhg.
46
c. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga klien tidak ada yang mengalami penyakit yang sama dengan
klien sebelumnya dan tidak ada riwayat penyakit kronis lainnya dan
tidak ada mengalami penyakit keturunan seperti Jantung, Diabetes
Melitus orang tua An.F megatakan tidak ada angggota keluarga yang
menderita penyakit kanker dan lain-lain.
Genogram
Keterangan :
: Perempuan
: Laki-laki
:Klien
: Nikah
----------- : Tinggal serumah
Penjelasan
An F anak ke 2 dari pasangan Tn D dan Ny.M, An.F tinggal serumah
dengan orang tua dan kakak nya yaitu Tn D dan Ny.M.
47
5. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Ny.M mengatakan An.F takut dengan tindakan keperawatan dan medis
seperti takut disuntik.Ny.juga merasa khawatir akan kondisi yang dialami
anaknya.
6. IMUNISASI
No Jenis Imunisasi Usia Pemberian
1. DPT 5 Saat 5 tahun
2. MMR 2 Saat 5 tahun
3. Tifoid 2 Saat 5 tahun
4. Dengue 1 Saat 9 tahun
5. Dengue 2 Saat 9,5 tahun
6. Dengue 3 Saat 10 tahun
7. DPT 6 Saat 10 tahun
8. HPV 1 , HPV 2 Saat 10 tahun
9. Tifoid 4 Saat 11 tahun
10. Tifoid 5 Saat 14 tahun
11. Tifoid 6 Saat 17 tahun
12. DPT 7 Saat 18 tahun
48
b. Pola minum
Di rumah
Frekuensi : 8-9 x/hari
Jenis : air mineral, susu
Jumlah : 6-7 gelas/hari
Pantangan : tidak ada
Minuman yang disukai : teh
Di rumah sakit
Frekuensi : 6-7 x/hari
Jenis : air mineral
Jumlah : 3-4 gelas/hari
c. Pola tidur
Di rumah
Waktu tidur : Siang tidak ada tidur siang
Malam : 6-8 jam
Jumlah jam tidur : 8 jam/hari
Di rumah sakit
Waktu tidur : Tidak ada tidur siang
Malam 4-5 jam
Jumlah jam tidur : 5 jam /hari
Ny.M mengatakan selama dirumah sakit An F susah tidur karena demam
dan sering terbangun saat malam hari, dan susah untuk tidur lagi.
49
Berpakaian : 1-2 x/ hari
Di rumah sakit
Mandi :1 x/hari (hanya dilap pake handuk)
Gosok gigi :1 x/hari
Keramas : tidak ada
Potong kuku : tidak ada
Berpakaian : 1 x/hari
f. Pola eliminasi
BAB
Di rumah
Frekuensi : 1-2 x/hari
Konsistensi : Padat
Warna : Merah kecoklatan
Di rumah sakit
Frekuensi :1-2x/hari
Konsistensi : Padat
Warna : Kuning
BAK
Di rumah
Frekuensi : 6-7 x/hari
Jumlah : 1000cc/hari
Warna : Kuning
Di rumah sakit
Frekuensi : 4-5 x/hari
Jumlah : 500 cc/hari
Warna : Kuning Pekat
g. Kebiasaan lain
Menggigit jari : Tidak ada
Menggigit kuku : Tidak ada
Menghisap jari : Tidak ada
Memainkan genital : Tidak ada
50
Mudah marah : Tidak ada
8. PEMERIKSAAN FISIK
a. Pemeriksaan Fisik
6) Keadaan umum : Lemah
7) Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Pernapasan : 24 x/menit
Nadi : 94x/menit
Suhu : 39,00C
Kesadaran : Compos Mentis
8) Kepala
Inspeksi :Warna rambut hitam, kulit kepala bersih, rambut halus
dan rontok
Palpasi :Tidak ada tonjolan dan tidak ada nyeri tekan.
9) Mata
Inspeksi :Sklera ikterik, refleks mengedip positif, konjugtiva
anemisBentuk simetris kiri dan kanan ,bereaksi terhadap
cahaya.
Palpasi :Tidakada massa, anak tidak menangis saat dipalpasi.
10) Hidung
Inspeksi :Bentuk simetris, tidak ada kotoran,tidak terdapat
pernapasan cuping, hidung dan tidak ada kelainan.
Palpasi :Tidakada nyeri tekan, anak tidak menangis saat
dipalpasi.
11) Mulut
Inspeksi :Gerakanbibir simetris, tidak ada kelainan dibagian
palatum, mukosa bibir kering, bibir pucat, lidah
tampak bersih, gusi tidak ada pendarahan
12) Telingga
Inspeksi :Bentuk simetris, terdapat sedikit serumen.
Palpasi :Tidak ada benjolan dan nyeri tekan
51
13) Dada (paru)
Inspeksi :Bentuk dada simetris,tidak ada penggunaan otot bantu
pernafasan
Palpasi :Fremituskiri dan kanan sama
Perkusi :Sonor
Auskultasi:Suara nafas rochi (+) pada kedua lapang paru, Whezing
14) Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di 1 jari lateral RIC V
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II (Lup Dup)
15) Abdomen
Inspeksi : Tidak ada pembengkakan abdomen.
Auskultasi : Bising usus 20x/menit (frekuensi BAB 1-2x/hari)
Perkusi : Tympani
Palpasi : Supel, hepar teraba ¾-3/4 tepi tumpul, permukaan rata
16) Ektremitas
Atas :Pergerakan aktif, tekstur kulit kering,tangan kiri
terpasang infus Kaen IB 14 tpm makro.
Bawah :Pergerakan aktif, sedikit ada edema, dan tekstur kulit
kering.
17) Genetalia dan anus
Tidak ada kelainan pada genetalia dan anus.
18) Sistem integument
Terdapat sianosis pada kuku klien, turgor kulit klien kering, CRT > dari
3 detik yaitu 4 detik, kulit An.F tampak pucat, ikterik, dan teraba panas.
52
9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Hematologi (Tanggal 4 November 2019)
PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL
2) Hitung Jenis
PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL
Basofil 1 0-1
Eosinofil 0 1-3
Neutrofi Batang 6 2,0-6,0
Neutrofil Segmen 72 50-70
Limfosit 14 20-40
Hasil Patologis :Ditemukan blast 1, mielosit 1, metamielosit 1,eritrosit
berinti
53
10. PENATALAKSANAAN
Didapatkan dari tanggal 4 November 2019 sampai tanggal 7 November 2019:
54
Data Masalah Etiologi WOC
No.
DS: Hipertermia Penyakit Gangguan Pembentukan leukosit
1.
Keluarga mengatakan An.F sejak 3 hari yang lalu
An F mengatakan masih demam
Keluarga mengatakan demam naik turun Proses inflamasi
An.F mengeluhkan tidak nyaman gelisah dan rewel
DO:
Aktivitas interleukin
An F tampak lemah 1 di hipotalamus
Suhu 39,0oC
Nadi 94x/i
RR 24x/i Pengeluaran
Badan An.F teraba panas an kulit tampak memerah prostalandin
Membran mukosa An.F tampak kering
An.F tampak gelisah
An.F mendapatkan terapi PCT infus 250cc Peningkatan suhu
tubuh
Hipertermi
55
DS : Gangguan Perfusi Tidak Absorbsi Fe, B12, dan Asam
2.
An. F mengatakan kepala terasa pusing Jaringan Perifer adekuatnya Folat berkurang
An. F mengatakan lemas dan tidak mau jumlah
makan eritrosit, Hb Berkurangnya suplai O2
yang dikirim ke
DO : menurun, jaringan
An.F tampak pucat anemia
Konjungtiva anemis
Hipoksia jaringan
Sianosis pada kuku
An.F rencana tranfusi PRC 2 kantong dengan
volume berbeda
Frekuensi jantung meningkat
An.F tampak lemah
dan beban keja jantung
Hb : 5,1 g/dl meningkat
Nadi 94 x/i
RR 26x/i
TD 120/8-0
CRT >3 detik Berkurangnya suplai O2 Ke
jaringan
Mukosa bibir pucat
Mata AN.F tampak ikterik
Eritrosit : 1,62 juta
Pucat, akral dingin,
CRT >3 detikm
56
Gangguan Perfusi
Jaringan Perifer
57
DS : Resiko Penyakit Gangguan Pembentukan sel
3
Keluarga mengatakan BAB An.F berdarah ketidakefektifan darah
Keluarga mengatakan darah berwarna segar, perfusi
menetes diakhir BAB (lebih kurang 5cc) gastrointestinal Granulositopenia,
trombositopenia
BAB berwarna Merah kecoklatan
Kelurga mengatakan anak merasa mual
Keluarga mengatakan mata dan kulit An.F Leukosit memfagosit
kuning sejak sebelum masuk rumah sakit sel darah
DO :
Penyebaran sel
leukemia ke organ
An.F tampak pucat (Hepar)
Hb : 5.1 g/dl
Eritrosit : 1.62 juta Pembesaran hepar
Hematokrit : 17
Eritrosit berinti : 1/100 leukosit
Disfungsi hepar
Bilirubin total : 4.8 mg/dl
Pada saat dilakukan palpasi pada abdoemen
58
teraba supel, hepar teraba ¾-3/4 tepi tumpul,
permukaan rata
Gangguan
pemecahan sel
darah merah
Kelebihan produksi
bilirubin
Jundice pada
kulit dan mata
MK : Resiko
ketidkefektifan
gastrointestinal
59
1. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
anemia,disfugsi hati
07-11-2019 9-11-2019
60
4. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA NOC NIC
Hipertermia b.d Thermoregulation Fever Treatment
penyakit Indikator : 16) Monitor suhu sesering
1. Suhu tubuh dalam mungkin
rentang normal 17) Monitor IWL
2. Nadi dan RR dalam 18) Monitor warna dan
rentang normal suhu kulit
3. Tidak ada perubahan 19) Monitor tekanan
warna kulit dan tidak ada darah, nadi dan RR
pusing, merasa nyaman 20) Monitor penurunan
tingkat kesadaran
21) Monitor WBC, Hb,
dan Hct
22) Monitor intake dan
output
23) Berikan anti piretik
24) Berikan pengobatan
untuk mengatasi
penyebab demam
25) Selimuti pasien
26) Lakukan tapid sponge
27) Berikan cairan
intravena
28) Kompres pasien pada
lipat paha dan aksila
29) Tingkatkan sirkulasi
udara
30) Berikan pengobatan
untuk mencegah
terjadinya menggigil
Temperature
regulation
13) Monitor suhu minimal
tiap 2 jam
14) Rencanakan
monitoring suhu
secara kontinyu
15) Monitor TD, nadi, dan
RR
16) Monitor warna dan
suhu kulit
17) Monitor tanda-tanda
hipertermi dan
61
hipotermi
18) Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
19) Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
20) Ajarkan pada pasien
cara mencegah
keletihan akibat panas
21) Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan
suhu dan
kemungkinan efek
negatif dari
kedinginan
22) Beritahukan tentang
indikasi terjadinya
keletihan dan
penanganan
emergency yang
diperlukan
23) Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan
penanganan yang
diperlukan
24) Berikan anti piretik
jika perlu
62
pernapasan abnormal
24) Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
25) Monitor sianosis
perifer
26) Monitor adanya
cushing triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi,
peningkatan sistolik)
27) Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign
63
20) Aliran darah melalui
pembuluh darah pada
tingkat sel
Resiko Bowel Elimination Tube Care
ketidakefektifan Indikator: Gastrointestinal:
perfusi Monitor TTV
gastrointestinal b.d Tissue perfusion : Monitor status cairan
anemia,disfugsi hati abdominal organs dan elektrolit
Indikator : Monitor bising usus
Jumlah, warna, Monitor irama
konsistensi dan bau jantung
fese dalam batas Catat intake dan
normal
output secara akurat
• Warna kulit normal,
Kaji tanda - tanda
tidak ada jundice
• Turgor kulit baik gangguan
• Bilirubin dalam batas keseimbangan cairan
normal dan elektrolit
Tidak ada nyeri perut (membran mukosa
Bising usus normal kering, sianosis,
Tekanan systole dan
jaundice)
diastole dalam
rentang normal suplemen elektrolit
Ganguaan mental, sesuai instruksi
orientasi pengetahuan dokter
dan kekuatan otot Kolaborasi dengan
normal ahli gizi jumlah
Tidak ada bunvi
kalori dan jumlah zat
nafas tambahan
Intake output gizi yang dibutuhkan
seimbang Pasang NGT jika
Tidak ada oedem diperlukan
perifer dan asites Monitor warna dan
Tidak ada rasa haus konsistensi dari
yang abnormal
nasogastric output
Membran mukosa
lembab Bledding Reduction
Hematokrit dalam Gastrointestinal
batas normal Evaluasi respon
psikologis pasien
untuk jumlah
trombosit,
sesuaiMemberi obat
(misalnya, laktulosa
atau vasopresin)
Hindari ekstrem di
tingkat pH lambung
dengan pemberian
64
obat yang tidak
sesuai
Masukkan
nasogastrik tabung
untuk sekresi hisap
dan monitor
Menilai status gizi
pasien
Membangun
hubungan suportif
dengan pasien dan
keluarga
Anjurkan
keluargapasien pada
pembatasan kegiatan
dan perkembangan
Anjurkan keluarga
tentang prosedur
(misalnya,
kemoterpi, sclerosis,
dan operasi)
Anjurkan keluarga
pasien pada
kebutuhan untuk
penggantian darah
Anjurkan keluarga
pasien untuk
menghindari
penggunaan obat
anti inflamasi
(misalnya, aspirin
dan ibuprofen).
65
66
5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
1. Hari Pertama Implementasi
67
4.Monitor penurunan tingkat
kesadaran
5. Monitor intake dan output
6. Selimuti pasien
7.Kolaborasi pemberian PCT
Infus
8. Berikan cairan intravena (Kaen
1B)
9. Kompres An.F pada lipat paha
dan aksila
68
21.00 5. Merencanakan pemberian tranfusi darah O : An.F tampak masih pucat,
6. Mengkolaborasi dengan perawat tentang membran mukosa kering, CRT >3
tindakan selanjutnya detik, konjungtiva anemis, Hb :
5,1 g/dl, TD : 100/70mmHg, RR :
25x/I, N ; 98x/i
P : Intervensi dilanjutkan :
Pantau warna kulit dan membran
mukosa, kolaborasi untuk tranfusi
darah, ukur suhu tubuh, pantau
hasil pemeriksaan laboratorium,
anjurkan banyak makan dan
minum, anjurkan makan sedikit-
sedikit tapi sering
69
07-11-2019 3 1.Kaji tanda - tanda gangguan keseimbangan S : Keluarga mengatakan BAB mhs
cairan dan elektrolit (membran mukosa kering, An.F masih berdarah namun
sianosis, jaundice)
sedikit, darah berwarna segar, dan
2. Menganjurkan keluarga untuk memberitahu
menetes pada akhir BAB,
apabila ada tanda perdarahan (Jika BAB masih
keluarga mengatakan An.F masih
berdarah)
kurang nafsu makan dan
3. Memberikan antibiotik (Ceftriaxon)
terkadang mual
4. Menganjurkan An.F banyak minum
P : Intervensi dilanjutkan :
Monitor TTV
Monitor status cairan dan
70
elektrolit
3) Kaji tanda - tanda gangguan
keseimbangan cairan dan
elektrolit (membran mukosa
kering, sianosis, jaundice)
4) Kolaborasi dengan ahli gizi
jumlah kalori dan jumlah zat
gizi yang dibutuhkan
5) Evaluasi respon psikologis
pasien untuk jumlah
trombosit
6) Menilai status gizi pasien
7) Anjurkan keluargapasien
pada pembatasan kegiatan
dan perkembangan
71
2. Implementasi Hari Kedua
P : Intervensi dilanjutkan :
1. Monitor suhu sesering mungkin
72
intravena
8. Berikan cairan intravena (Kaen
1B)
9. Kompres An.F pada lipat paha
dan aksila
P : Intervensi dilanjutkan :
Pantau warna kulit dan membran
mukosa, kolaborasi untuk tranfusi
darah, ukur suhu tubuh, pantau
hasil pemeriksaan laboratorium
73
08-11-2019 3 - Menganjurkan keluarga untuk memberi tahu jika S : Keluarga mengatakan BAB
BAB masih berdarah An.F tidak berdarah lagi, An.F
- mengukur suhu, nadi, pernafasan An. F masih kurang nafsu makan
encatat intake dan output
mengkaji tanda - tanda gangguan keseimbangan O : An.F tampak lemah, An.F
cairan dan elektrolit (membran mukosa kering, tampak pucat, kulit An.F tampak
kuning, mata masih ikterik
sianosis, jaundice)
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan :
Menganjurkan An.F makan
sedikit-sedikit tapi sering,
mengkaji perubahan warna kulit,
monitor hasil laboratorium,
menganjurkan banyak makan,
kolaborasi untuk tranfusi darah
74
3. Implementasi Hari Ketiga
P : Intervensi dilanjutkan :
1. Monitor suhu sesering mungkin
75
intravena
8. Berikan cairan intravena (Kaen
1B)
9. Kompres An.F pada lipat paha
dan aksila
Selasa/05 2 1. mengukur TTV pada An.F : Nadi, suhu, S : Keluarga mengatakan An.F
November Pernafasan, TD masih lemah
2019 2. memantau warna kulit dan membran mukosa
3. memantau hasil pemeriksaan laboratorium O : An.F tampak masih pucat,
4. menganjurkan keluarga untuk tetap membran mukosa kering, CRT 3
mempertahankan An.F tirah baring detik, konjungtiva anemis, TD :
5. berkolaborasi untuk merencanakan 100/70mmHg, RR : 25x/I, N ;
pemberian tranfusi darah 98x/i
6. Menganjurkan banyak makan dan minum
7. Menganjurkan makan sedikit-sedikit tapi A : Gangguan Perfusi jaringan
sering Perifer
P : Intervensi dilanjutkan :
Pantau warna kulit dan membran
mukosa, kolaborasi untuk tranfusi
darah, ukur suhu tubuh, pantau
hasil pemeriksaan laboratorium
76
08-11-2019 3 - mengukur suhu, nadi, pernafasan An. F S : Keluarga mengatakan An.F
encatat intake dan output masih kurang nafsu makan,
mengkaji tanda - tanda gangguan keseimbangan kuning pada kulit An.F sudah
cairan dan elektrolit (membran mukosa kering, sedikit berkurang
sianosis, jaundice)
O : An.F tampak lemah, An.F
Berkolaborasi untuk pemberian obat untuk tampak pucat, kulit An.F tampak
mengatasi jundice pada An.F kuning, mata masih ikterik
P : Intervensi dilanjutkan :
Menganjurkan An.F makan
sedikit-sedikit tapi sering,
mengkaji perubahan warna kulit,
monitor hasil laboratorium,
menganjurkan banyak makan,
kolaborasi untuk tranfusi darah
77
BAB IV
PEMBAHASAN
di ruang bangsal anak kronik RSUP Dr. M. Djamil Padang. Penerapan asuhan
Pada bab ini dibahas tentang masalah keperawatan prioritas utama pada suatu
A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
(ibu ketika hamil) juga sangat berpengaruh karena pekerjaan orang tua
dapat menjadi salah satu faktor resiko anak nya terkena ALL karena hal ini
78
Pada kasus An. F didapatkan data yang sesuai yaitu An. F berjenis
kelamin laki-laki dan ibu An.F mengatakan bahwa dahulu nya ibu An.F
2. Riwayat kesehatan
lemah, nafsu makan menurun, demam (jika disertai infeksi) bisa juga
disertai dengan sakit kepala, purpura, penurunan berat badan dan sering
Pada kasus An. F didapatkan data yang sesuai dengan teori diatas
yaitu pasien mengatakan BAB berdarah sejak lebih kurang 6 hari yang
lalu, darah segar, menetes diakhir BAB (lebih kurang 5cc), anak tampak
pucat, lemah, dan lemas untuk beraktivitas. An.F juga mengeluh demam
sejak 3 hari yang lalu, demam hilang timbul, kepala terasa pusing, badan
dan mata An.F tampak kuning sejak 2 minggu yang lalu dan bertambah
79
Pada kasus An.F didapatkan data yang sesuai dengan teori yaitu
ibu An. F dahulunya bekerja di pabrik yang sering kontak dengan bahan-
bahan kimia.
(Nursalam, 2008).
Pada kasus An. F tidak didapati data yang sesuai dengan teori
diatas yaitu tidak ada keluarga yang memiliki penyakit yang sama dengan
An.F
a. Pola makan
makan makanan siap saji maupun jajan diluar rumah. Anak tidak suka
dirumah.
Pada kasus didapati ada data yang sama dimana pasien kehilangan
nafsu makan.
4. Pemeriksaan fisik
Pada penderita ALL yang terjadi infeksi suhu akan naik, (hipertermi,
80
Hasi pemeriksaan tanda-tanda vital suhu 39,00C (Suhu naik turun), hal
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
didapatkan 3 diagnosa kasus dan secara teoritis ada 5 diagnosa, dimana pada
mengatakan demam naik turun, An.F mengeluhkan tidak nyaman gelisah dan
rewel. Data objektifnya : Suhu 39,0oC, Nadi 94x/i, RR 24x/I, Badan An.F
teraba panas, Membran mukosa An.F tampak kering, An.F tampak gelisah,
pusing, lemas dan tidak mau makan. Data objektifnya : An.F tampak pucat,
konjungtiva anemis, sianosis pada kuku, CRT = 4 dtk, An.F tampak lemah,
Hb : 5,1 g/dl
mengatakan darah berwarna segar, menetes diakhir BAB (lebih kurang 5cc),
Keluarga mengatakan mata dan kulit An.F kuning sejak sebelum masuk
rumah sakit. Data objektif nya : An. F tampak pucat, Hb : 5.1 g/dl, Eritrosit :
1.62 juta, Hematokrit : 17, Eritrosit berinti : 1/100 leukosit, Bilirubin total :
81
4.8 mg/dl, Pada saat dilakukan palpasi pada abdoemen teraba supel, hepar
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
yang mana diagnosa ini berada di diagnosa teoritis menurut Nanda (2015-
monitor warna dan suhu kulit, monitor tekanan darah, nadi dan RR, monitor
penurunan tingkat kesadaran, monitor Hb, dan Hct, monitor intake dan
output, berikan anti piretik, selimuti pasien, kompres pasien pada lipat paha
dan aksila.
status cairan dan elektrolit, memantau bising usus, mencatat intake dan
mengatasi jaundice.
82
D. IMPLEMENTASI
rencana yang telah dibuat dan semua tindakan yang dilakukan pada pasien
sebagai berikut :
TTV : Nadi, suhu, pernafasan, TD, memantau warna kulit dan membran
83
menganjurkan menyelimuti pasien, membantu memberikan PCT infus
sebanyak 50cc
E. EVALUASI
berorientasi pada etiologi di lakukan secara terus menerus sampai tujuan yang
ditentukan tercapai.
dimulai pada hari Senin tanggal 04 November 2019 dan teratasi sebagian
pada hari Rabu 06 November 2019. Secara subjektif: Orang tua An.F
mengatakan anaknya masih lemah, An.F juga mengatakan kepala masih teras
pusing, tidak nafsu makan. Orang tua mengatakan anaknya gelisah dan rewel.
Secara objektif : An.R masih terlihat pucat, CRT 3 detik. Belum terjadinya
perkembangan yang baik pada An. F yaitu perfusi jaringan perifer An.F
masih belum teratasi, untuk diagnosa pertama ini masalah hanya teratasi
sebagian.
teraba panas, demam An.F naik turun, tampak lemah, An F gelisah, keluarga.
Secara objektif :Suhu naik turun (38,8-39,0), Nadi 96 x/i, CRT =3 detik, An F
84
tampak gelisah, konjungtiva anemis, mukosa bibir pucat, An.F tetap
DAFTAR PUSTAKA
85
Wong, Donna, L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4. Jakarta:
EGC
86