Anda di halaman 1dari 86

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Leukemia merupakan kanker pada jaringan pembuluh darah yang

sering ditemui pada anak-anak disebabkan karena penyakit ganas dari

sumsum tulang dan sistem limfatik (Wong et al, 2009).Leukemia terjadi

sebesar 29 % dari semua jenis kanker pada anak-anak (American Cancer

Society, 2017). Salah satu jenis leukemia yang sering ditemui pada anak-

anak yaitu akut limfoblastik leukemia (ALL), dimana sel-sel yang dalam

keadaan normal berkembang menjadi limfosit berubah menjadi ganas

dengan segera akan menggantikan sel-sel normal di dalam sumsum tulang

(The Leukemia & Lymphoma Society, 2003; Simanjorang, 2012).

Menurut American Cancer Society (2017) akutlimfoblastikleukemia akut

(ALL) merupakan jenis leukemia yang sering terjadi dengan prevalensi

sebesar 75 % diderita pada anak usia 0- 19 tahun.

Di Indonesia, kasus leukemia di Indonesia dari tahun 2010-2013

terjadi peningkatan setiap tahunnya dimana pada tahun 2014 terdapat 31 %

kasus baru dan 19 % kematian, pada tahun 2016 terdapat peningkatan 4 %

kasus baru, pada tahun 2017 terdapat peningkatan lagi sebesar 7 % kasus

baru dan 4 % kasus kematian, dan tahun 2018 terdapat peningkatan

sebesar 13 % kasus baru dan 7 % kasus kematian (Riskesdas, 2018).

Jumlah kasus leukemia pada tahun 2018 mencapai 46 kasus (Kemenkes,

2018).

1
Insidensi ALL meningkat pada penderita kelainan kongenital,

diantaranya pada sindroma Down. Kelainan-kelainan kongenital ini

dikaitkan erat dengan adanya perubahan informasi gen. Leukemia

limfoblastik akut (ALL) disebabkan oleh adanya perubahan atau mutasi

genetik sel punca di sumsum tulang, sehingga proses pematangannya

terganggu. Selain menggangu proses pematangan sel punca dari limfoblas

menjadi limfosit, mutasi genetik tersebut menyebabkan limfoblas terus

memperbanyak diri sehingga menggangu produksi sel darah lain.

Gejala klinis pasien ALL bervariasi dan merupakan refleksi

disfungsi hematopoesis (anemia, kelainan jumlah leukosit, febris,

trombositopeni), proliferasi klonal, dan infiltrasi sel leukemia

(hepatosplenomegali, limfadenopati dan nyeri tulang).Ada yang

mengatakan 2/3 pasien yang didiagnosis ALL bahkan tidak menunjukkan

gejala apapun.Gejala klinis pasien baru ALL pada penelitian ini yang

terbanyak adalah pucat yang hampir 100% (96%), demam (88%) dan

kelelahan (48%).Penelitian-penelitian sebelumnya menyebutkan pasien

sebagian besar datang dengan gejala klinis kelelahan dan pucat. Hasil

penelitian ini memperoleh kesesuaian antara klinis pucat dengan kadar

hemoglobin yang rendah. Hal ini kemungkinan karena berbedanya tingkat

pengetahuan tentang penyakit keganasan sehingga pasien baru

diperiksakan setelah gejala klinis memberat(Permono B, dkk. 2006).

Penatalaksanaan atau pengobatan yang ditempuh untuk penderita

leukemia salah satunya yaitu kemoterapi. Tingkat kelangsungan hidup

anak usia 5 tahun telah meningkat dari 0% menjadi hampir 75% setelah

2
pemberian kemoterapi (The Leukemia & Lymphoma Society, 2003).

Keuntungan dari kemoterapi adalah mengobati kanker, menjaga dan

menahan penyebaran sel kanker, memperlambat pertumbuhan sel kanker,

membunuh sel kanker yang menyebar ke bagian tubuh lainnya dan

mengurangi gejala yang disebabkan oleh kanker (American Cancer

Society, 2017).Kemoterapi leukemia ini juga memiliki beberapa efek

samping bagi anak seperti mual muntah, mukositis, alopesia, kelelahan,

perubahan kulit, diare dan konstipasi (Wong et al, 2009; National Cancer

Institute, 2007).

Penanganan efek samping dengan benar dapat berdampak pada

pencegahan komplikasi yang berat, penurunan waktu hospitalisasi,

peningkatan rasa aman dan nyaman, serta meningkatkan kualitas hidup

anak (Selwood, 2008).Efek samping kemoterapi secara fisik maupun

psikologis yang dialami anak dapat menyebabkan ketidakpatuhan terhadap

program pengobatan sehingga meningkatkan kekambuhan (Sitaresmi et al,

2009).Pencegahan infeksi, perdarahan, kebutuhan makanan, personal

hygiene yang baik adalah area yang memerlukan perhatian

khusus.Perawatan yang tidak adekuat dan terjadinya infeksi membuat

kondisi menjadi lebih fatal (Marykutty, Rayaroth & Soumya, 2014).

Menurut Fouad (2013) menyatakan bahwa adanya pengetahuan tentang

kondisi anak, prognosis, berbagai pendekatan pengobatan dan efek

samping pengobatan akan berdampak dalam mempraktikkan perilaku

sehat dengan anak leukemia. Namun, masih terdapat orang tua yang belum

memiliki perawatan yang kurang baik dalam merawat anak leukemia

3
sebagaimana penelitian yang dilakukan Marykutty, Rayaroth, Soumya

(2014), hanya terdapat 13,3% memiliki praktik yang baik dalam merawat

anak leukemia serta mengelola efek samping kemoterapi pada anak.

Dalam paradigma keperawatan anak, memandang anak sebagai

individu yang masih bergantung pada lingkungan salah satunya keluarga

untuk memenuhi kebutuhan individualnya (Supartini, 2004).Keluarga

dengan anak yang menderita penyakit kronis memiliki tanggung jawab

dengan pemeliharaan yang komprehensif dan kompleks di rumah sakit

maupun di rumah (Sulivanbolyai, Knafl & Sadler et al, 2004).

Dari hasil pengumpulan data yang sudah kelompok lakukan

didapatkan data selama 1 bulan terakhir tentang jumlah anak penderita

ALL yang dirawat atau bahkan menjalani kemoterapi atas indikasi ALL di

ruang rawat inap kronis instalasi anak RSUP DR.M.Djamil Padang

didapatkan sebanyak ±21 orang anak.

Berdasarkan uraian diatas maka kelompok tertarik untuk

melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan Akut limfoblastik

leukemia (ALL) di ruang rawat kronis instalasi anak RSUP. DR. M.Djamil

Padang.

4
B. Tujuan

1) Tujuan Umum

Menerapkan asuhan keperawatan pada anak F dengan ALL ( Acute

Limfoblastik Leukemia) di ruang rawat inap kronik instalansi anak

RSUP. DR. M. Djamil Padang.

2) Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian dengan komprehensif pada anak F dengan

ALL ( Acute Limfoblastik Leukemia) di ruang rawat inap kronik

instalansi anak RSUP. DR. M. Djamil Padang.

b. Menegakkan dan menyusun prioritas diagnosa keperawatan pada

anak F dengan ALL ( Acute Limfoblastik Leukemia) di ruang

rawat inap kronik instalansi anak RSUP. DR. M. Djamil Padang.

c. Membuat perencanaan keperawatan pada anak F dengan ALL (

Acute Limfoblastik Leukemia) di ruang rawat inap kronik

instalansi anak RSUP. DR. M. Djamil Padang.

d. Melakukan implementasi keperawatan pada anak F dengan ALL (

Acute Limfoblastik Leukemia) di ruang rawat inap kronik

instalansi anak RSUP. DR. M. Djamil Padang.

e. Melakukan evaluasi pencapaian kriteria hasil perencanaan pada

anak F dengan ALL ( Acute Limfoblastik Leukemia) di ruang

rawat inap kronik instalansi anak RSUP. DR. M. Djamil Padang.

5
BAB II

TIJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi ALL

Leukemia adalah keganasan organ pembuat darah, sehingga

sumsum tulang didominasi oleh limfoblas yang abnormal. Leukemia

limfoblastik akut adalah keganasan yang sering ditemukan pada masa

anak-anak (25-30% dari seluruh keganasan pada anak), anak laki lebih

sering ditemukan dari pada anak perempuan, dan terbanyak pada anak

usia 3-4 tahun. Faktor risiko terjadi leukimia adalah faktor kelainan

kromosom, bahan kimia, radiasi faktor hormonal,infeksi virus (Ribera,

2009).

ALL adalah kanker jaringan yang menghasilkan leukosit (Cecily,

2002).Akut Limfoblastik Leukemia (ALL) adalah suatu keganasan

pada sel-sel prekursor limfoid, yakni sel darah yang nantinya akan

berdiferensiasi menjadi limfosit T dan limfosit B. ALL ini banyak

terjadi pada anak-anak yakni 75%, sedangkan sisanya terjadi pada

orang dewasa. Lebih dari 80% dari kasus ALL adalah terjadinya

keganasan pada sel T, dan sisanya adalah keganasan pada sel B.

Insidennya 1 : 60.000 orang/tahun dan didominasi oleh anak-anak usia

< 15 tahun, dengan insiden tertinggi pada usia 3-5 tahun (Landier, 2001)

ALL adalah patologis dari sel pembuluh darah yang bersifat sistematik

dan biasanya berakhir fatal (Ngastiyah, 2005).

6
2. Anatomi Fisiologi

Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam

pembuluh darah yang warnanya merah. Pada tubuh yang sehat atau

orang dewasa terdapat darah sebanyak kira-kira 1/13 dari berat badan

atau kira-kira 4 sampai 5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap

organ0organ tidak sama tergantung pada umur, pekerjaan, keadaan

jatung atau pembuluh darah.

a. Fungsi darah terdiri atas :

1) Sebagai alat pengangkut

2) Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan

racun yang akan membunuh tubuh dengan perantaraan

leukosit, anti bodi / zat-zat anti racun

3) Menyebarkan panas ke seluruh tubuh

b. Bagian-bagian darah :

1) Air : 91%

2) Protein : 8% (albumin, globulin, protombi dan

fibrinogen)

3) Mineral : 0,9% (Natrium Klorida, Natrium Bikarbonat,

Garam, Posphatt, Magnesium dan Asam Amino)

c. Sel darah ada 3 macam yaitu :

1) Eritrosit (sel darah merah)

Ialah bentuknya seperti cakram / bikonkap dan tidak

mempunyai inti. Ukurannya kira-kira 7,7 unit (0,007 mm)

diameter tidak dapat bergerak. Banyaknya kira-kira 5 juta

7
dalam 1 mm3 (4 ½ - 4 juta).Warnanya kuning kemerah-

merahan, karena di dalamnya mengandug suatu zat yang

disebut hemoglobin. Warna ini akan bertambah merah jika di

dalamnya banyak mengandung O2.

Fungsinya mengikat O2 dari paru-paru untuk diedarkan ke

seluruh jaringan tubuh dan mengikat CO2 dari jaringan tubuh

dikeluarkan melalui paru-paru. Jumlah eritrosit normal kira-

kira 11,5 – 15 gram dalam 100 cc darah. Normal Hb wanita

11,5 mg% dan Hb laki-laki 13,0%. Di dalam tubuh banyaknya

sel darah merah ini bisa berkurang, demikian juga banyaknya

hemoglobin dalam sel darah merah.Apabila keduanya

berkurang maka keadaan ini disebut anemia, yang biasanya hal

ini disebabkan oleh karena pendarahan yang hebat, hama-hama

penyakit yang menghanyutkan eritrosit dan tempat pembuatan

eritrosit sendiri terganggu.

2) Leukosit (sel darah putih)

Ialah keadaan bentuk dan sifat-sifat leukosit berlainan

dengan eritrosit dan apabila kita periksa dan kita lihat bahwa di

8
bawah mikroskop maka akan terlihat bentuknya yang dapat

berubah-ubah dan dapat bergerak dengan perantaraan kaki

palsu (pseudopodia), mempunyai bermacam-macam inti sel

sehingga ia dapat dibedakan menurut inti selnya. Warnanya

bening (tidak berwarna), banyaknya dalam 1 mm3 kira-kira

6.000 sampai 9.000

Fungsi leukosit :

a) Sebagai serdadu tubuh yaitu, membunuh dan memakan

bibit penyakit / bakteri yang masuk ke dalam tubuh

jaringan RES (System Retikulo Endotel), tempat

pembiakannya di dalam limpa dan kelenjar limfe.

b) Sebagai pengangkut yaitu, mengangkut / membawa zat

lemak dari dinding usus melalui limpa uterus ke pembuluh

darah. Hal ini disebabkan sel leukosit yang biasanya tinggal

di dalam kelenjar limfe, sekarang beredar di dalam darah

untuk mempertahankan tubuh terhadap serangan bibit

penyakit tersebut. Jika jumlah leukosit dalam darah

melebihi 10.000/mm3 disebut leukotosis dan kurang 5.000 /

mm3 leukopenia.

Macam-macam leukosit meliputi:

a) Agranulosit : Sel leukosit yang tidak mempunyai granula di

dalamnya, yang terdiri dari :

 Limfosit : Macam leukosit yang dihasilkan dari jaringan

RES dan kelenjar limfe, bentuknya ada yang besar dan

9
ada yang kecil, di dalam sitoplasmanya tidak terdapat

granula dan intinya besar, banyaknya 20 – 25% dan

fungsinya membunuh dan memakan bakteri yang

masuk ke dalam jaringan tubuh.

 Monosit :Terbanyak dibuat di sum-sum tulang merah,

besarnya lebih besar dari limfosit, fungsinya sebagai

fagosit dan banyaknya 38%. Di bawah mikroskop

terlihat bahwa protoplasmanya lebar, warnanya biru

sedikit abu-abu, mempunyai bintik-bintik sedikit

kemerah-merahan. Inti selnya bulat dan panjang

warnanya lembayung muda.

 Granulosit : Disebut juga leukosit granular terdiri dari

Neutrofil atau pulmor nuclear leukosit, mempunyai inti

sel yang berangkai kadang-kadang seperti terpisahpisah,

protoplasmanya banyak bintik-bintik halus / granula,

banyaknya 60 – 70%. Eosinofil, ukuran dan bentuknya

hampir sama dengan netrofil tetapi granula dalam

sitoplasmanya lebih besar, banyaknya kira-kira 2 – 4%

 Basofil, sel inti kecil dan pada eosinifil tetapi

mempunyai inti yang bentuknya teratur, di dalam

protoplasmanya terdapat granula-granula besar.

Banyaknya ½ %. Dibuat di sum-sum merah, fungsinya

tidak diketahui

10
3) Trombosit (sel pembeku darah)

Trombosit ialah merupakan benda-benda kecil yang mati

yang bentuk dan ukurannya bermacam-macam, ada yang bulat,

ada yang lonjong, warnanya putih, banyaknya normal pada

orang dewasa 200.000 – 300.000 mm3.Fungsinya memegang

peranan penting di dalam pembekuan darah.Jika banyaknya

kurang dari normal, maka kalau ada luka darah tidak lekas

membeku sehingga timbul pendarahan yang terus-

menerus.Trombosit lebih dari 300.000 disebut

trombositosis.Trombosit yang kurang dari 200.000 disebut

trombositopenia.

Terjadinya pembekuan darah di dalam plasma darah

terdapat suatu zat yang turut membantu terjadinya peristiwa

pembekuan darah yaitu Ca2+ dan fibrinogen mulai bekerja

apabila tubuh medapat luka.

Hemoglobin ialah protein yang kaya akan zat besi. Jumlah

hemoglobin dalam darah normal ialah kira-kira 15 gram setiap

ml darah, dan ini jumlahnya biasa disebut 100 persen.Plasma

darah ialah bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah,

warnanya bening kekuning-kuningan.Hampir 90% dari plasma

darah terdiri dari air, disamping itu terdapat pula zat-zat lain

yang terlarut di dalamnya.

(Syaifuddin, 2006)

11
3. Etiologi ALL

a. Faktor Prediposisi

1) Genetik

a) Adanya Penyimpangan Kromosom

Insidensi leukemia meningkat pada penderita kelainan

kongenital, diantaranya pada sindroma Down, sindroma

Bloom, Fanconi’s Anemia, sindroma Wiskott-Aldrich, sindroma

Ellis van Creveld, sindroma Kleinfelter, D-Trisomy sindrome,

sindroma von Reckinghausen, dan neurofibromatosis. Kelainan-

kelainan kongenital ini dikaitkan erat dengan adanya perubahan

informasi gen, misal pada kromosom 21 atau C-group Trisomy,

atau pola kromosom yang tidak stabil, seperti pada aneuploidy.

b) Saudara kandung

Dilaporkan adanya resiko leukemia akut yang tinggi pada

kembar identik dimana kasus-kasus leukemia akut terjadi pada

tahun pertama kelahiran. Hal ini berlaku juga pada keluarga

dengan insidensi leukemia yang sangat tinggi

2) Faktor Lingkungan

Beberapa faktor lingkungan di ketahui dapat menyebabkan

kerusakan kromosom dapatan, misal: radiasi, bahan kimia, dan

obat-obatan yang dihubungkan dengan insiden yang meningkat

pada leukemia akut, khususnya ALL.

12
3) Virus

Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta bahwa

RNA virus menyebabkan leukemia pada hewan termasuk

primata.Penelitian pada manusia menemukan adanya RNA

dependent DNA polimerase pada sel-sel leukemia tapi tidak

ditemukan pada sel-sel normal dan enzim ini berasal dari virus tipe

C yang merupakan virus RNA yang menyebabkan leukemia pada

hewan.Salah satu virus yang terbukti dapat menyebabkan leukemia

pada manusia adalah Human T-Cell Leukemia.Jenis leukemia yang

ditimbulkan adalah Acute T- Cell Leukemia.

4) Bahan Kimia dan Obat-obatan

a) Bahan Kimia

Paparan kromis dari bahan kimia (misal: benzen)

dihubungkan dengan peningkatan insidensi leukemia akut,

misal pada tukang sepatu yang sering terpapar benzen. Selain

benzen beberapa bahan lain dihubungkan dengan resiko tinggi

dari AML, antara lain: produk – produk minyak, cat, ethylene

oxide, herbisida, pestisida, dan ladang elektromagnetik

b) Obat-obatan

Obat-obatan anti neoplastik (misal: alkilator dan inhibitor

topoisomere II) dapat mengakibatkan penyimpangan kromosom

yang menyebabkan AML. Kloramfenikol, fenilbutazon, dan

13
methoxypsoralen dilaporkan menyebabkan kegagalan sumsum

tulang yang lambat laun menjadi AML

5) Radiasi

Hubungan yang erat antara radiasi dan leukemia (ALL)

ditemukan pada pasien-pasien anxylosing spondilitis yang

mendapat terapi radiasi, dan pada kasus lain seperti peningkatan

insidensi leukemia pada penduduk Jepang yang selamat dari

ledakan bom atom. Peningkatan resiko leukemia ditemui juga pada

pasien yang mendapat terapi radiasi misal: pembesaran thymic,

para pekerja yang terekspos radiasi dan para radiologis.

6) Leukemia Sekunder

Leukemia yang terjadi setelah perawatan atas penyakit

malignansi lain disebut Secondary Acute Leukemia

(SAL) atau treatment related leukemia. Termasuk diantaranya

penyakit Hodgin, limphoma, myeloma, dan kanker payudara. Hal

ini disebabkan karena obat-obatan yang digunakan termasuk

golongan imunosupresif selain menyebabkan dapat menyebabkan

kerusakan DNA .

7) Faktor lain

Menurut Ngastiyah (2005) penyebab ALL sampai sekarang

belum diketahui dengan jelas, diduga kemungkinan besar karena

virus (virus onkologik), faktor lain yang turut berperan adalah:

14
a) Faktor eksterogen seperti sinar X, sinar radioaktif, hormon,

bahan kimia (bentol, arsen, preparat sulfat), infeksi (virus,

bakteri).

b) Faktor endogen seperti Ras (orang Yahudi mudah menderita).

4. Patofisiologi ALL

Pada pasien ALL terjadi proliferasi patologis sel-sel limfoid muda

di sumsum tulang.Ia akan mendesak sistem hemopoietik normal

lainnya, seperti eritropoietik, trombopoietik dan granulopoietik,

sehingga sumsum tulang didominasi sel blast dan sel-sel leukemia

hingga mereka menyebar (berinfiltrasi) sampai ke darah tepi dan organ

tubuh lainnya. Jika terjadi translokasi maka ia akan mengaktifkan jalur

proliferasi dan pertumbuhan sel secara abnormal sehingga terjadi

leukemia. ALL dicirikan oleh proliferasi limfoblas imatur.Pada tipe

leukemia akut, kerusakan mungkin pada tingkat sel punca limfopoietik

atau prekursor limfoid yang lebih muda.

Sel leukemia berkembang lebih cepat daripada sel normal,

sehingga menjadi crowding out phenomenon di sumsum tulang.

Perkembangan yang cepat ini bukan disebabkan oleh proliferasi yang

lebih cepat daripada sel normal, tetapi selsel leukemia menghasilkan

faktor-faktor yang selain menghambat proliferasi dan diferensiasi sel

darah normal, juga mengurangi apoptosis dibandingkan sel darah

normal. Akibat proliferasi mieloid yang neoplastik, maka produksi

elemen darah yang lain tertekan karena terjadi kompetisi nutrisi untuk

proses metabolisme (terjadi granulositopenia, trombositopenia). Sel-sel

15
leukemia juga menginvasi tulang di sekelilingnya yang menyebabkan

nyeri tulang dan cenderung mudah patah tulang. Proliferasi sel

leukemia dalam organ mengakibatkan gejala tambahan : nyeri akibat

pembesaran limpa atau hati, masalah kelenjar limfa, sakit kepala atau

muntah akibat leukemia meningeal (Nurarif & Kusuma, 2015).

16
5. WOC ALL

Radiasi ionisasi Bahan Kimia Obat-obatan Genetik Alkohol

Penyimpangan ekspresi protoonkogen dan translokasi


kromosom

Fungsi gen menyebabkan kinase lebih aktif dan


meningkatkan faktor transkripsi gen

Perubahan transformasi leukemik dari sel hematopoesis

Proliferasi sel darah putih tanpa batas dan menghalangi


apoptosis

Pembentukan sel darah putih immature dan


nonfungsional (ganas)

17
Acute Limfoblastik Leukemia (ALL)

Infiltrasi dari setiap jaringan tubuh dengan sel-sel


darah putih non fungsional

Sumsum tulang melakukan hematopoesis (kegagalan sum-


sum tulang yang progresif)

Penurunan Penurunan pembentukan Penurunan jumlah Sel-sel leukemia Penurunan


pembentukan sel sel darah merah di sum- neutrofil menginvasi periosteum produksi trombosit
darah merah di sum tulang belakang
sum-sum tulang
belakang Imunitas menurun Peningkatan tekanan Penurunan produksi trombosit
Anemia pada periosteum

MK : Resiko Proses pembekuan darah


Hb Menurun Infeksi menjadi terganggu
Merangsang pengaktifan impuls
saraf
Proses
MK : Resiko
MK : inflamasi
Perdarahan
Ketidakefektifan MK : Nyeri Akut
perfusi jaringan
perifer MK : Hipertermi
18
6. Manifestasi Klinis ALL

Leukemia limfositik akut menyerupai leukemia granulositik akut

dengan tanda dan gejala dikaitkan dengan penekanan unsur sumsum

tulang normal (kegagalan sumsum tulang) atau keterlibatan

ekstramedular oleh sel leukemia.Akumulasi sel-sel limfoblas ganas di

sumsumtulang menyebabkan berkurangnya sel-sel normal di darah

perifer dengan manifestasi utama berupa infeksi, perdarahan, dan

anemia.

Gejala lain yang dapat ditemukan yaitu:

a. Anemia: mudah lelah, letargi, pusing, sesak, nyeri dada

b. Anoreksia, kehilangan berat badan, malaise

c. Nyeri tulang dan sendi (karena infiltrasi sumsum tulang oleh sel

leukemia), biasanya terjadi pada anak

d. Demam, banyak berkeringat pada malam hari (hipermetabolisme)

e. Infeksi mulut, saluran napas, selulitis, atau sepsis. Penyebab

tersering adalah gramnegatif usus stafilokokus, streptokokus, serta

jamur

f. Perdarahan kulit, gusi, otak, saluran cerna, hematuria

g. Hepatomegali, splenomegali, limfadenopati

h. Massa di mediastinum (T-ALL)

i. Leukemia SSP (Leukemia cerebral); nyeri kepala, tekanan

intrakranial naik, muntah,kelumpuhan saraf otak (VI dan VII),

kelainan neurologik fokal, dan perubahan statusmental.

(Wong, 2009)

19
7. Pemeriksaan Penunjang ALL

Pemeriksaan diagnostik yang lazim dilakukan pada anak dengan

Leukemia Limfositik Akut adalah :

a. Pemeriksaan sumsum tulang Leukemia Limfositik Akut

(BMP/Bone Marrow Punction) : Ditemukan sel blast yang

berlebihan, peningkatan protein

b. Pemeriksaan darah tepi Leukemia Limfositik Akut

1) Pansitopenia (anemia, lekopenia, trombositopneia)

2) Peningkatan asam urat serum

3) Peningkatan tembaga (Cu) serum

4) Penurunan kadar Zink (Zn)

5) Peningkatan leukosit dapat terjadi (20.000 – 200.000/µl) tetapi

dalam bentuk sel blast/sel primitif

c. Biopsi hati, limpa, ginjal, tulang untuk mengkaji

keterlibatan/infiltrasi sel kanker ke organ tersebut

d. Fotothorax untuk mengkaji keterlibatan mediastinum

e. Sitogenik : 50-60% dari pasien ALL mempunyai kelainan berupa :

1) Kelainan jumlah kromosom, seperti diploid (2n), haploid (2n-a),

hiperploid (2n+a)

2) Bertambah atau hilangnya bagian kromosom (partial delection)

3) Terdapat marker kromosom, yaitu elemen yang secara morfologis

bukan komponen kromosom normal dari bentuk yang sangat

besar sampai yang sangat kecil

20
8. Penatalaksanaan ALL

Menurut Ngastiyah (2005) penatalaksanaan pada pasien ALL

adalah :

a. Transfusi darah, jika kadar Hb kurang dari 69%. Pada trombositopenia

yang berat dan pendarahan pasif dapat diberikan transfusi trombosit

dan bila terdapat tanda-tanda DIC dapat diberikan heparin.

b. Kortosteroid (prednison, kortison, deksametason, dan sebagainya).

Setelah dicapai remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan

akhirnya dihentikan.

c. Sitostatika, selain sitistatika yang lama (6-merkaptispurin atau 6 mp,

metotreksat atau MTX) pada waktu ini dipakai pula yang baru dan

lebih paten seperti obat lainnya. Umumnya sitostatika diberikan dalam

kombinasi bersama-sama dengan prednison. Pada pemberian obat-

obatan ini sering terdapat akibat samping berupa alopsia (botak),

stomatitis, leucopenia, infeksi sekunder atau kadidiasis. Bila jumlah

leukosit kurang dari 2000 / mm3 pemberiannya harus hati-hati. Infeksi

sekunder dihindarkan (lebih baik pasien dirawat di kamar yang suci

hama).

d. Imunoterapi, merupakan cara pengobatan yang terbaru. Setelah

dicapai remisi dan jumlah sel leukimia cukup rendah (105-106),

imunoterapi mulai diberikan (mengani cara pengobatan yang terbaru

masih dalam perkembangan).

21
9. Konsep Kemoterapi

a. Definisi Kemoterapi

Kemoterapi adalah pemberian obat untuk membunuh sel

kanker. Tidak seperti radiasi atau operasi yang bersifat local,

kemoterapi merupakan terapi sistemik, yang berarti obat menyebar

ke seluruh tubuh dan dapat mencapai sel kanker yang telah

menyebar jauh atau metastase ke tempat lain. Obat-obat anti kaker

ini dapat digunakan sebagai terapi tunggal (active single agents),

tetapi kebanyakan berupa kombinasi karena dapat lebih

meningkatkan potensi sitotoksik terhadap sel kanker.Selain itu sel-

sel yang resisten terhadap salah satu obat mungkin sensitif

terhadap obatlainnya (Rasjidi, 2007).

b. Tujuan penggunaankemoterapi

1) Terapi adjuvant: kemoterapi yang diberikan sesudah operasi,

dapat sendiri atau bersamaan dengan radiasi, dan bertujuan untuk

membunuh sel yang telah bermetastase.

2) Terapi neodjuvan: kemoterapi yang diberikan sebelum operasi

untuk mengecilkan massa tumor, biasanya dikombinasi dengan

radioterapi.

3) Kemoterapiprimer : digunakan sendiri dalam penatalaksanaan

tumor, yang kemungkinan kecil untuk diobati, dan kemoterapi

digunakan hanya untuk mengontrol gejalanya.

4) Kemoterapiinduksi : digunakan sebagai terapi pertama dari

beberapa terapi berikutnya.

22
5) Kemoterapikombinasi :mengunakan 2 atau lebih agen kemoterapi

(Rasjidi, 2007)

c. Cara pemberian kemoterapi


1) Pemberian peroral

Beberapa jenis kemoterapi telah dikemas untuk pemberian

peroral, diantaranya adalah chlorambucil dan etoposide (vp-16)

2) Pemberian secaraintra-muskulus

Pemberian dengan cara ini relative lebih mudah dan sebaiknya

suntikan tidak diberikan pada lokasi yang sama dengan

pemberian dua-tiga kali berturut-turut yang dapat diberikan

secara intra-muskulus antara lain bleomicin dan methotrexate.

3) Pemberian secaraintravena

Pemberian secara intravena dapat dengan bolus perlahan-lahan

atau diberikan secara infuse (drip). Cara ini merupakan cara

pemberian kemoterapi yang paling umum dan banyak

digunakan .

4) Pemberian secaraintra-arteri

Pemberian intra-arteri jarang dilakukan karena membutuhkan

sarana yang cukup banyak antara lain alat radiologi diagnostic,

mesin, atau alat filter, serta memerlukan keterampilan tersendiri.

(Rasjidi, 2007)

23
d. Efek Samping Kemoterapi

Efek samping dari kemoterapi meliputi anemia,

trombositopenia, leucopenia, mual dan muntah, alopesia (rambut

rontok), stomatitis, reaksialergi, neurotoksik, dan ekstravasasi

(keluarnya obat vesikan atau iritan ke jaringan subkutan yang

berakibat timbulnya rasa nyeri, nekrosis jaringan, dan ulserasi

jaringan) (Rasjidi, 2007).

1) Efek kemoterapi secarafisik.

Kemoterapi memiliki dampak dalam berbagai bidang

kehidupan antara lain dampak terhadap fisik dan psikologis

kemoterapi memberikan efek nyata kepada fisik pasien, setiap

orang memiliki variasi yang berbeda dalam merespon obat

kemoterapi, efek fisik yang tidak diberikan penanganan yang

baik dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien, adapun

dampak fisik kemoterapi adalah sebagai beriku (Ambarwati,

2014) :

a) Mual danmuntah

b) Konstipasi

c) Neuropatiperifer

d) Toksisitaskulit

e) Kerontokan rambut(alopecia)

f) Penurunan beratbadan

g) Kelelahan(fatigue)

h) Penurunan nafsumakan

24
i) Perubahan rasa dannyeri.

2) Efek SampingPsikologi

Wijayanti (2007) menyebutkan beberapa dampak psikologis

pasien kanker diantaranya sebagai berikut:

a) Ketidakberdayaan

b) Kecemasan

c) Rasamalu

d) Hargadiri

e) Stres

f) Depresi

g) Amarah

25
B. Asuhan Keperawatan Teoritis

1. Pengkajian

a. Identitas

1) Umur : ALL lebih sering terjadi pada umur kurang dari 5 tahun.

Angka kejadian tertinggi adalah pada umur 3 tahun (Wong,

2009).

2) Jenis kelamin :Leukemia Limfoblastik akut paling sering terjadi

pada laki-laki dibandingkan perempuan (Wong, 2009).

3) Pekerjaan :Pekerjaan orang tua yang berhubungan dengan bahan

kimia, radiasi sinar X, sinar radioaktif, yang akan berpengaruh

kepada anaknya (Wong, 2009).

b. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat Kesehatan Sekarang

Pasien mengeluhnyeri sendi dan tulang sering terjadi, lemah,

nafsu makan menurun, demam (jika disertai infeksi) bisa juga

disertai dengan sakit kepala, purpura, penurunan berat badan dan

sering ditemukan suatu yang abnormal.Kelelahan dan petekie

berhubungan dengan trombositopenia juga merupakan gejala-

gejala umum terjadi (Betz &Sowden, 2009).

2) Riwayat Kehamilan dan Kelahiran

Saat hamil ibu sering mengkomsumsi makanan dengan bahan

pengawet dan penyedap rasa.Radiasi pada ibu selama kehamilan

dapat meningkatkan resiko pada janinnya (Nursalam, 2008).

26
3) Riwayat Kesehatan Keluarga

Insiden ALL lebih tinggi berasal dari saudara kandung anak-anak

yang terserang terlebih pada kembar monozigot (identik)

(Nursalam, 2008).

4) Riwayat Tumbuh Kembang

Penderita ALL pertumbuhan dan perkembangannya mengalami

keterlambatan akibat nutrisi yang didapat kurang karena

penurunan nafsu makan, pertumbuhan fisiknya terganggu,

terutama pada berat badan anak tersebut. Anak keliatan kurus,

kecil dan tidak sesuai dengan usia anak.

5) Riwayat Perkembangan

 Motorik Kasar

Pada anak dengan penyakit ALL pada umumnya dapat

melakukan aktivitas secara normal, tapi mereka cepat merasa

lelah saat melakukan aktivitas yang terlalu berat (membutuhkan

banyak energi).

 Motorik Halus

Pada umumnya anak dengan ALL masih dapat melakukan

aktivitas ringan seperti halnya anak-anak normal. Karena

aktivitas ringan tidak membutuhkan energi yang banyak dan

anak tidak mudah lelah

27
c. Data Psikososio Spiritual

1) Psikologi

Anak belum tahu tentang penyakitnya, sehingga anak tidak merasa

memiliki penyakit. Orang tua mengalami kecemasan mengenai

penyakit yang dialami anak, kondisinya apakah bisa sembuh atau

tidak, serta masalah financial keluarga.

2) Sosial

Anak jarang bermain dengan teman-temannya, karena kondisi anak

lemah sehingga orangtua tidak mengizinkan anak untuk

beraktivitas yang berat.Dirumah anak bermain dengan orang tua

dan saudaranya, tetapi bermain yang ringan.

3) Spiritual

Sebelum tidur anak diingatkan oleh orang tua untuk berdoa. Saat

anak melihat orang tuanya berdoa anak mengikuti cara orang

tuanya berdoa.

d. Pola Aktivitas Sehari-hari

1) Nutrisi

Anak kurang nafsu makan. Biasanya anak suka makan makanan

siap saji maupun jajan diluar rumah. Anak tidak suka makan

sayur-sayuran, makan buah kadang-kadang sehingga zat besi yang

diperlukan berkurang. Selain itu pengaruh ibu yang suka masak

menggunakan penyedap rasa dan sering menyediakan makanan

siap saji dirumah.

28
2) Aktivitas istirahat dan tidur

Saat beraktivitas anak cepat kelelahan. Anak kebanyakan istirahat

dan tidur karena kelemahan yang dialaminya.Sebagaian aktivitas

biasanya dibantu oleh keluarga.Saat tidur anak ditemani oleh

ibunya.Tidur anak terganggu karena nyeri sendi yang sering

dialami oleh leukemia.

3) Eliminasi

Anak gangguan ALL pada umumnya mengalami diare, dan

penurunan haluran urin.Haluan urin sedikit yang disebabkan

susahnya masukan cairan pada anak, warna urine kuning keruh.

Saat BAKanak merasa nyeri karena nyeri tekan diperianal.

4) Personal hygiene

Aktivitas hygiene personal sebagaian dibantu oleh orang tua.

e. Keadaan Umum

Pada anak –anak tampak pucat, demam, lemah, sianosis

f. Pemeriksaan TTV

1) RR: Pada penderita ALL, manifestasi kliniknya pada umumnya

anak sesak nafas, tachypnea (Pernafasan >70x/menit)

2) Nadi: Pada penderita ALL, terdapat manifestasi klinik nadi teraba

kuat dan cepat (takikardia)

3) TD: Pada penderita ALL, tekanan darahnya tinggi disebabkan

oleh hiperviskositas darah (Aziz, 2005)

4) Suhu: Pada penderita ALL yang terjadi infeksi suhu akan naik,

(hipertermi, >37,50C) (Weni K, 2010).

29
g. Pemeriksaan Fisik

1) Kepala

Inspeksi kepala tampak membesar

2) Mulut : Terlihat pucat, dan membran mukosa kering

3) Mata : Konjungtiva biasanya anemis, sclera biasanya ikterik

4) Telinga : Simetris kiri dan kanan, tidak ada penumpukan serumen

5) Leher : Terjadi distensi vena jugularis

6) Perdarahan otak: Leukemia system saraf pusat: nyeri kepala,

muntah (gejala peningkatan tekanan intrakranial), perubahan dalam

status mental, kelumpuhan saraf otak, terutama saraf VI dan VII,

kelainan neurologic fokal.

7) Pemeriksaan Thorax
1. Jantung
I : Pada inspeksi terlihat dada kiri menonjol karena adanya

pembesaran jantung dan disebabkan oleh anemia kronik.

P : biasanya ictus cordis teraba pada IC ke V

P : Pekak

A : Terdengar bunyi jantung 1 dan 2 (Lup Dup)

2. Paru
I : Ada penggunaan otot bantu pernafasan

P : Fremitus kiri dan kanan sama

P : Sonor

A : Vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan

8) Pemeriksaan Abdomen
I : Tidak ada pembengkakan
A : Bising usus normal

30
P : Biasanya tidak terdapat nyeri tekan
P : Timpani
9) Pemeriksaan Genetalia

Tidak terjadi kelainan

10) Pemeriksaan integument

a) Terjadi perdarahan kulit (pruritus, pucat, sianosis, ikterik, eritema,

petekie, ekimosis, ruam)

b) Terdapat nodul subkutan, infiltrat, lesi yg tidak sembuh, luka

bernanah, diaforesis (gejala hipermetabolisme).

c) Kulitteraba panas karena adanya peningkatan suhu tubuh

1) Kuku : Rapuh, bentuk sendok / kuku tabuh, sianosis perifer.

d) Pemeriksaan Ekstremitas

1) Sianosis, kekuatan otot lemah

2) Terdapat nyeri tulang dan sendi (karena infiltrasi sumsum tulang

oleh sel-sel leukemia)

(Nursalam, 2008)

h. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan sumsum tulang Leukemia Limfositik Akut

(BMP/Bone Marrow Punction) : Ditemukan sel blast yang

berlebihan, peningkatan protein

2) Pemeriksaan darah tepi Leukemia Limfositik Akut :

a) Pansitopenia (anemia, lekopenia, trombositopneia)

b) Peningkatan asam urat serum

c) Peningkatan tembaga (Cu) serum

d) Penurunan kadar Zink (Zn)

31
e) Peningkatan leukosit dapat terjadi (20.000 – 200.000/µl) tetapi

dalam bentuk sel blast/sel primitif

3) Sitogenik : Biasanya 50-60% dari pasien ALL mempunyai

kelainan berupa :

a) Kelainan jumlah kromosom, seperti diploid (2n), haploid (2n-

a), hiperploid (2n+a)

b) Bertambah atau hilangnya bagian kromosom (partial delection)

c) Terdapat marker kromosom, yaitu elemen yang secara

morfologis bukan komponen kromosom normal dari bentuk

yang sangat besar sampai yang sangat kecil

a. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

a. Gangguan perfusi jaringan perifer b.d tidak adekuatnya jumlah

eritrosit, Hb, anemia

b. Hipertermi b.d Peningkatan laju metabolisme, penyakit

c. Nyeri Kronis b.d Agen cidera biologis (ALL), gangguan iskemi,

infiltrasi tumor/sel kanker

d. Resiko perdarahan b.d Koagulopati inheren (mis., trombositopenia)

e. Resiko infeksi b.d Leukopenia

(Nanda, 2015-2017)

32
2. Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA NOC NIC

Gangguan perfusi Status Sirkulasi Terapi oksigen


1) Wajah pucat Aktivitas :
jaringan perifer b.d 2) Saturasi oksigen 1. bersihkan
Integritas jaringan mulut,hidung,dan sekresi
tidak adekuatnya Kulit trakea dengan tepat
1) Suhu kulit 2. batasi aktivitas merokok
jumlah eritrosit, 2) Keringat 3. pertahankan kepatenan
3) Perfusi jaringan jalan nafas
Hb, anemia Perfusi Jaringan 4. siapkan peralatan oksigen
1) Aliran darah melalui dan berikan melalui sistem
pembuluh darah humidifier
hepar 5. berikan oksgen tambahan
2) Aliran darah melalui seperti yang diperintahkan
pembuluh darah 6. monitor aliran oksigen
ginjal 7. monitor posisi perangkat
3) Aliran darah melalui 8. monitor kemampuan
saluran pembuluh pasien untuk mentolerir
darah gastrointestinal perangkatan oksigen ketika
4) Aliran darah melalui makan
pembuluh darah 9. amati tanda tanda
limpa hipoventilasi induksi
5) Aliran darah melalui oksigen
pembuluh darah 10. monitor peralatan oksigen
pankreas untuk memastikan bahwa
6) Aliran darah melalui alat tersebut tidak
pembuluh darah mengganggu upaya pasien
jantung untuk bernafas
7) Aliran darah melalui 11. sediakan oksigen ketika
pembuluh darah pasien dibawa atau
pulmonari dipindahkan
8) Aliran darah melalui 12. anjurkan pasien untuk
pembuluh darah mendapatkan oksigen
cerebral tambahan sebelum
9) Aliran darah melalui perjalanan udara atau
pembuluh darah perjalanan ke daratan
perifer tinggi dengan cara yang
10) Aliran darah melalui tepat
pembuluh darah pada 13. anjurkan pasien dan
tingkat sel keluarga mengenai
penggunaan oksigen
dirumah
14. atur dan ajarkan pasien
mengenai penggunaan
oksigen dirumah

33
15. rubah kepada pilihan
peralatan pemberian
oksigen lainnya untuk
meningkatkan kenyamanan
dengan tepat
Management Sensasi
perifer
1) Monitor sensasi tumpul
atau tajam dan panas dan
dingin (yang dirasakan
pasien)
2) Dorong pasien
menggunakan pasien tubuh
yang tidak terganggu untuk
mengetahui suhu makanan,
cairan, air mandi, dan lain-
lain
3) Dorong pasien untuk
menggunakan bagian
tubuh yang tidak terganggu
dalam rangka mengetahui
tempat dan permukaan
suatu benda
4) Instruksikan pasien dan
keluarga untuk menjaga
posisi tubuh ketika sedang
mandi, duduk, berbaring,
atau merubah posisi.
5) Lindungi tubuh terhadap
perubahan suhu yang
ekstrim
Hipertermi b.d NOC Fever Treatment
 Thermoregulation 1) Monitor suhu sesering
Peningkatan laju Indikator : mungkin
1) Suhu tubuh dalam 2) Monitor IWL
metabolisme, rentang normal 3) Monitor warna dan suhu
2) Nadi dan RR dalam kulit
penyakit rentang normal 4) Monitor tekanan darah,
3) Tidak ada perubahan nadi dan RR
warna kulit dan tidak 5) Monitor penurunan tingkat
ada pusing, merasa kesadaran
nyaman 6) Monitor WBC, Hb, dan
Hct
7) Monitor intake dan output
8) Berikan anti piretik
9) Berikan pengobatan untuk
mengatasi penyebab
demam

34
10) Selimuti pasien
11) Lakukan tapid sponge
12) Berikan cairan intravena
13) Kompres pasien pada lipat
paha dan aksila
14) Tingkatkan sirkulasi udara
15) Berikan pengobatan untuk
mencegah terjadinya
menggigil

Temperature regulation
1) Monitor suhu minimal tiap
2 jam
2) Rencanakan monitoring
suhu secara kontinyu
3) Monitor TD, nadi, dan RR
4) Monitor warna dan suhu
kulit
5) Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
6) Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
7) Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
8) Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat
panas
9) Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan
efek negatif dari
kedinginan
10) Beritahukan tentang
indikasi terjadinya
keletihan dan penanganan
emergency yang
diperlukan
11) Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
12) Berikan anti piretik jika
perlu

Vital sign Monitoring


1) Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
2) Catat adanya fluktuasi

35
tekanan darah
3) Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
berdiri
4) Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
5) Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
6) Monitor kualitas dari nadi
7) Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
8) Monitor suara paru
9) Monitor pola pernapasan
abnormal
10) Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
11) Monitor sianosis perifer
12) Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
13) Identifikasi penyebab dari
14) perubahan vital sign

Nyeri Kronis b.d  Kontrol nyeri (pain Pain Management


control) 1. melakukan assement
Agen cidera Indikator: komprehensif sakit untuk
1. mengakui timbulnya memasukkan lokasi,
biologis (ALL), nyeri. karakteristik, onset /
2. menjelaskan faktor durasi, frekuensi, kualitas,
gangguan iskemi, penyebab. intensitas atau keparahan
3. menggunakan buku nyeri, dan faktor pencetus.
infiltrasi tumor/sel harian untuk 2. mengamati isyarat
memantau gejala dari nonverbal dari
kanker waktu ke waktu. ketidaknyamanan,
4. menggunakan terutama pada mereka
langkah-langkah tidak dapat berkomunikasi
pencegahan. secara efektif.
5. menggunakan 3. menjamin perawatan
langkah-langkah pasien analgesik penuh
bantuan non- perhatian.
analgesik. 4. menentukan dampak dari
6. menggunakan pengalaman nyeri terhadap
alnalgesic seperti kualitas hidup (mis: tidur,
yang nafsu makan, aktivitas,
direkomendasikan. kognisi, suasana hati,

36
7. laporan perubahan hubungan, kinerja
gejala sakit untuk pekerjaan, dan peran
profesional tanggung jawab)
kesehatan. 5. menjelajahi dengan pasien
8. Laporan gejala yang faktor-faktor yang
tidak terkontrol untuk meningkatkan /
profesional memperburuk rasa sakit..
kesehatan. 6. mengevaluasi, dengan
9. menggunakan sumber pasien dan tim kesehatan,
daya yang tersedia. efektivitas tindakan
10. mengakui gejala pengendalian nyeri masa
terkait nyeri. lalu yang telah digunakan.
11. laporan nyeri 7. menentukan frekuensi
terkontrol. yang diperlukan untuk
membuat penilaian
kenyamanan pasien dan
melaksanakan pemantauan
rencana.
8. memberikan informasi
tentang rasa sakit, seperti
penyebab nyeri, berapa
lama akan berlangsung,
dan diantisipasi
ketidaknyamanan dari
Prosedur dasar.
9. mengurangi atau
menghilangkan faktor-
faktor yang memicu atau
meningkatkan pengalaman
nyeri (misalnya: ketakutan,
kelelahan, monoton, dan
kurangnya pengetahuan)
10. pilih dan menerapkan
berbagai ukuran (mis:
farmakologis,
nonfarmakologi,
interpersonal) untuk
memfasilitasi penghilang
rasa sakit, yang sesuai.
11. prinsip-prinsip mengajar
manajemen nyeri.
12. mendorong pasien untuk
memantau nyeri sendiri
dan untuk campur tangan
tepat.
13. mengajarkan penggunaan
teknik nonfarmakologi.
14. mengeksplorasi pasien

37
penggunaan saat metode
farmakologikal nyeri.
15. mengajarkan tentang
metode farmakologis nyeri.
16. mendorong pasien untuk
menggunakan obat
penghilang rasa sakit yang
memadai.
17. berkolaborasi dengan
pasien, penting lainnya,
dan profesional kesehatan
lainnya untuk memilih dan
menerapkan
nonfarmakologis ukuran
nyeri, yang sesuai.
18. analgesik (PCA), jika
sesuai.
19. penggunaan kontrol nyeri
ukuran sebelum nyeri
menjadi parah.
Analgesic Administration
1. menentukan lokasi nyeri,
karakteristik, kualitas, dan
keparahan sebelum
mengobati pasien.
2. cek perintah medis untuk
obat, dosis, dan frekuensi
analgesik yang diresepkan.
3. sejarah cek untuk alergi
obat.
4. mengevaluasi kemampuan
pasien untuk berpartisipasi
dalam pemilihan analgesik,
rute, dan dosis, dan
melibatkan pasien, yang
sesuai.
5. memilih analgesik atau
kombinasi analgesik yang
tepat ketika lebih dari satu
yang diresepkan.
6. menentukan pilihan
analgesik (narkotik, non
narkotika, atau NSAID),
berdasarkan jenis dan
tingkat keparahan nyeri.
7. menentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis untuk mencapai

38
analgesik yang optimal.
8. memilih rute IV, bukan
IM, untuk sering nyeri
injeksi obat, bila
memungkinkan.
9. keluar narkotika dan obat-
obatan terlarang lainnya,
sesuai dengan protokol
lembaga.
10. Monitor tanda vital
sebelum dan setelah
pemberian analgesik
narkotika dengan dosis
pertama kalinya atau tanda
yang tidak biasa dicatat..
11. analgesik kelola, sekitar
jam untuk mencegah
puncak dan palung
analgesia, especilly dengan
nyeri severa.
12. Tindakan pengamanan
lembaga untuk mereka
yang menerima analgesik
narkotika, yang sesuai.
13. menginstruksikan untuk
meminta obat nyeri PRN
sebelum sakit parah.
14. menginformasikan
individu yang dengan
pemberian narkotika,
mengantuk kadang-kadang
terjadi selama 2 sampai 3
hari dan kemudian mereda.
15. kesalahpahaman yang
benar / mitos pasien atau
anggota keluarga dapat
memegang mengenai
analgesik, khususnya
opioid (mis: kecanduan
dan risiko overdosis).
16. mengevaluasi efektivitas
analgesik pada interval
yang sering rutin setelah
setiap administrasi, tetapi
terutama setelah dosis awal
juga mengamati untuk
tanda dan gejala efek tak
diinginkan (misalnya:

39
depresi pernapasan, neusea
dan muntah, mulut kering,
dan sembelit).
Terapi relaksasi
1. Gambarkan rasionalisasi
dan manfaat relaksasi sera
jensi relaksasi yang
tersedia
2. Uji penurunan tingkat
energi saat ini
ketidakmampuan untuk
konsentrasi atau gejala lain
yang mengiringi yang
mungkin mempengaruhi
kemampuan kognisi untuk
befokus pada teknik
relaksasi
3. Tentukan apakah ada
intervensi relaksasi yang
sudah diberikan manfaat
4. Petimbangkan keingin
individu untuk
berpatisipasi , pilihan,
pengalaman masa lalu dan
konraindikasi sebelum
memilih strategi relaksasi
tertentu
5. Ciptakan lingkungan yang
tenag dan tanpa distraksi
dengan lampu yang redup
dan suhu lingkungan yang
nyaman, jika
memungkinkan
6. Dorong klien untuk
mengambil posisi yang
nyaman dengan pakaina
longgar dan mata tertutup
7. Spesifikan isi intervensi
relaksasi
8. Dapatakan perilaku yang
menunjukan terjadi
relaksasi,misalnya bernafas
dalam,menguap,pernafasan
perut,atayu bayangan yang
menenangkan
9. Minta klien untuk rileks
dan merasakan sensasi
yang terjadi

40
10. Gunakan suara yang
lembut dengan irama yang
lambat untuk setiap kata
11. Tunjukana dan praktikan
teknik relaksasi pada klien
12. ]dorong klien untuk
mengulang praktek teknik
relaksasi,jika
memungkinkan
13. Antisipasi penggunan
relaksasi
14. Berikan informasi tertulis
mengenai persiapan
keterlibatan didadalam
tenik relaksasi
15. Dorong pengulangan
teknik praktik-praktik
tertentu secara berkala
16. Berikan waktu yang tidak
terganggu karena mungkin
saja klien tertidur
17. Dorong knotrol sendiri
ketika relaksasi dilakukan
18. Kembangkan kaset teknik
relaksasi untuk digunakan
individu dengan tepat
Resiko Bowel Elimination Tube Care Gastrointestinal:
Indikator:  Monitor TTV
ketidakefektifa  Monitor status cairan dan
 Circulation status elektrolit
perfusi  Electrolite and acid  Monitor bising usus
base balance  Monitor irama jantung
gastrointestinal b.d
 Fluid balance  Catat intake dan output
 Hidration secara akurat
anemia,disfugsi
 Tissue perfusion :  Kaji tanda - tanda
hati (mis ,serosis abdominal organs gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit
heptis)
(membran mukosa
kering, sianosis,
jaundice)
 suplemen elektrolit sesuai
instruksi dokter
 Kolaborasi dengan ahli
gizi jumlah kalori dan
jumlah zat gizi yang

41
dibutuhkan
 Pasang NGT jika
diperlukan
 Monitor warna dan
konsistensi dari
nasogastric output
Bledding Reduction
Gastrointestinal
 Evaluasi respon
psikologis pasien untuk
jumlah trombosit,
sesuaiMemberi obat
(misalnya, laktulosa atau
vasopresin)
 Hindari ekstrem di
tingkat pH lambung
dengan pemberian obat
yang tidak sesuai
 Masukkan nasogastrik
tabung untuk sekresi
hisap dan monitor
 Menilai status gizi
pasien
 Membangun hubungan
suportif dengan pasien
dan keluarga
 Anjurkan pasien dan
keluarga pada
pembatasan kegiatan dan
perkembangan
 Anjurkan pasien dan /
atau keluarga tentang
prosedur (misalnya,
kemoterpi, sclerosis, dan
operasi)
 Anjurkan pasien dan /
atau keluarga pada
kebutuhan untuk
penggantian darah
 Anjurkan pasien dan /
atau keluarga untuk
menghindari penggunaan
obat anti inflamasi
(misalnya, aspirin dan
ibuprofen).

42
Resiko infeksi b.d NOC: Management Imunisasi
Status Imunitas 1) Sediakan informasi
Leukopenia 1) Suhu tubuh mengenai vaksin yang
2) Tingkat sel T4 disiapkan oleh pusat
3) Infeksi berulang pencegahan dan control
4) Kehilangan berat penyakit
badan 2) Dokumentasikan informasi
5) Keletihan kronis vaksinasi, sesuai SOP yang
berlaku
Perilaku Imunitas 3) Ingatkan individu atau
1) Menggambarkan keluarga ketika
resiko yang terkait imuniasasinya ada yang
dengan imunisasi belum dilakukan
tertentu 4) Bantu keluarga terkait
2) Mendapatkan perencanaan keuangan
imunisasi yang untuk membayar imunisasi
direkomendasikan (misalnya, apakah dibayar
sesuai umur oleh The asuransi dan klinik Dept.
American Acadamy Kesehatan)
Peadris atau United 5) Jadwalkan imunisaSI
States Publiick Help sesuai tenggang waktu
Service yang ada
3) Menjelaskan langkah Perlindungan Infeksi
–langkah bantuan 1) Monitor adanya tanda dan
untuk efek vaksin gejala inffeksi sistemik
4) Melaporkan setiap lokal
efek samping 2) Monitor kerentanan
5) Mengkonfirmasi terhadap infeksi
tanggal imunisasi 3) Batasi jumlah pengunjung
berikutnya 4) Srining semua pengunjung
terhadap penyakit menular
StatusNutrisi 5) Tingkatkan asupan nutrisi
1) Asupan gizi yang cukup
2) Asupan makanan 6) Anjurkan asupan cairan
3) Asupan cairan yang tepat
Rasio berat badan 7) Lanjutkan istirahat
8) Pantau adanya tingkat
perubahan energi
9) Instruksikan pasien untuk
minum antiobiotik yang
diresepkan
10) Ajarkan pasien dan
keluarga mengenai tanda
dan gejala infeksi dan
kapan harus
melaporkannya kepada
yankes
11) Berikan ruangan pribadi

43
yang dibutuhkan
12) Laporkan dugaan infeksi
pada personil pengendali
infeksi

44
BAB III

LAPORAN KASUS

B. PENGKAJIAN

1. IDENTITAS

Identitas Pasien

Nama : An.F

No.Rek.Medis : 01.05.84.76

Umur : 14 tahun

Tempat/tgl hahir : Pasaman Barat, 28-03-2005

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pendidikan : Pelajar

Anak ke- :1

BB/TB : 58kg/ 161cm

Alamat : Pasaman Barat

Nama ibu : NyM Nama ayah : Tn.D

Umur : 38 tahun Umur : 40 tahun

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Pendidikan : SLTA Pendidikan : SLTA

Alamat : Pasaman Barat

Tanggal masuk : 4-11-2019

Diagnosa medis : ALL (Akut Limfoblastik Leukemia) + Hipertensi

45
2. KELUHAN UTAMA
An. F dan Keluarga mengatakan An.F demam sejak 3 hari yang lalu,
demam naik turun, pusing, badan terasa lemah, BAB An. F berdarah sejak
6 hari yang lalu. An. F sudah pernah melakukan kemoterapi sebanyak 6
kali
3. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 4 November 2019 didapatkan
bahwa Ny M ibu dari An. F mengatakan anaknya sudah pernah dirawat
pada bulan Agustus 2019 yang lalu (± 4 bulan yang lalu) dan itu
pertama kalinya An. F diketahui mengidap penyakit ALL. Anak telah
dikenal menderita penyakit diagnosa Leukemia Limfoblastik Akut
(LLA)di RSUP. Dr M. Djamil Padang, dan telah menjalani
kemoterapy fase induksi selama 8 minggu, kemoterapy terhenti
sementara karena bilirubin anak meningkat menjadi 4,8 mg/dl yang
seharusnya nilai bilirubin total normalnya adalah 0,3-1,0 mg/dl .
b. Riwayat Kesehatan sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian hari Senin tanggal 4 November 2019
diketahui An. F masuk RSUP Dr.M. Djamil Padang jam 17.15 wib
melalui IGD dan dirawat di ruang Kronis. Pada saat pengkajian, An. F
masih mengeluh BAB berdarah, darah segar, menetes diakhir BAB
(lebih kurang 5cc), anak tampak pucat, lemah, dan lemas untuk
beraktivitas. An.F juga mengeluh demamsejak 3 hari yang lalu anak
tidak berkeringat, demam hilang timbul tidak disertai dengan tidak
kejangdan tidak menggigil, kepala terasa pusing, badan dan mata An.F
tampak menguning sejak 2 minggu yang lalu dan bertambah kuning
sejak 3 hari terakhir, konjungtiva anemis. An.F didiagnosa menderita
ALL dan telah menjalani kemoterapi fase induksi selama 8 minggu,
akan tetapi kemoterapi dihenti sementara karena bilirubin An.F
meningkat menjadi 4,8 mg/dl. Saat dilakukan pemeriksaan TTV
didapatkan Suhu An.F : 39,00C, N : 94x/I, RR : 24x/i TD : 120/80
mmhg.

46
c. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga klien tidak ada yang mengalami penyakit yang sama dengan
klien sebelumnya dan tidak ada riwayat penyakit kronis lainnya dan
tidak ada mengalami penyakit keturunan seperti Jantung, Diabetes
Melitus orang tua An.F megatakan tidak ada angggota keluarga yang
menderita penyakit kanker dan lain-lain.

Genogram

Keterangan :
: Perempuan
: Laki-laki
:Klien
: Nikah
----------- : Tinggal serumah
Penjelasan
An F anak ke 2 dari pasangan Tn D dan Ny.M, An.F tinggal serumah
dengan orang tua dan kakak nya yaitu Tn D dan Ny.M.

4. RIWAYAT KESEHATAN LINGKUNGAN


Ny. M mengatakan mereka tinggal dirumah permanen yang jauh dari
selokan dan terpapar dengan polusi udara karena rumah berada di tepi
jalan raya. Kamar mandi berada di dalam rumah disebelah dapur.

47
5. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Ny.M mengatakan An.F takut dengan tindakan keperawatan dan medis
seperti takut disuntik.Ny.juga merasa khawatir akan kondisi yang dialami
anaknya.

6. IMUNISASI
No Jenis Imunisasi Usia Pemberian
1. DPT 5 Saat 5 tahun
2. MMR 2 Saat 5 tahun
3. Tifoid 2 Saat 5 tahun
4. Dengue 1 Saat 9 tahun
5. Dengue 2 Saat 9,5 tahun
6. Dengue 3 Saat 10 tahun
7. DPT 6 Saat 10 tahun
8. HPV 1 , HPV 2 Saat 10 tahun
9. Tifoid 4 Saat 11 tahun
10. Tifoid 5 Saat 14 tahun
11. Tifoid 6 Saat 17 tahun
12. DPT 7 Saat 18 tahun

7. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI


a. Pola pemenuhan nutrisi
Di rumah
An. F makan 2-3x/hari dengan jenis nasi, lauk pauk, sayur dan
buah, An. F mengatakan makanan favorit nya adalah nasi goring, An. F
juga tidak ada alergi dan makannya di siang dan malam hari.
Di rumah sakit
Saat dirumah sakit An. F makan 1-3x/hari tetapi hanya
menghabiskan ¹⁄₄ porsi makanan karena An. F sudah tidak nafsu lagi untuk
makan, jenis makanan An. F adalah nasi lunak, lauk pauk dan sayuran,
An. F tidak memiliki alergi pada makanan maupun obat.

48
b. Pola minum
Di rumah
Frekuensi : 8-9 x/hari
Jenis : air mineral, susu
Jumlah : 6-7 gelas/hari
Pantangan : tidak ada
Minuman yang disukai : teh
Di rumah sakit
Frekuensi : 6-7 x/hari
Jenis : air mineral
Jumlah : 3-4 gelas/hari
c. Pola tidur
Di rumah
Waktu tidur : Siang tidak ada tidur siang
Malam : 6-8 jam
Jumlah jam tidur : 8 jam/hari
Di rumah sakit
Waktu tidur : Tidak ada tidur siang
Malam 4-5 jam
Jumlah jam tidur : 5 jam /hari
Ny.M mengatakan selama dirumah sakit An F susah tidur karena demam
dan sering terbangun saat malam hari, dan susah untuk tidur lagi.

d. Pola aktifitas dan latihan


Program olah raga :Ny.M mengatakan selama sakit An.F hanya
istirahat total dan tidak ada melakukan aktifitas apalagi olah raga.
e. Pola kebersihan
Di rumah
Mandi : 2 x/ hari
Gosok gigi : 2 x/hari
Keramas : 2 x/minggu
Potong kuku : 1 x/ minggu

49
Berpakaian : 1-2 x/ hari
Di rumah sakit
Mandi :1 x/hari (hanya dilap pake handuk)
Gosok gigi :1 x/hari
Keramas : tidak ada
Potong kuku : tidak ada
Berpakaian : 1 x/hari
f. Pola eliminasi
BAB
Di rumah
Frekuensi : 1-2 x/hari
Konsistensi : Padat
Warna : Merah kecoklatan

Di rumah sakit
Frekuensi :1-2x/hari
Konsistensi : Padat
Warna : Kuning
BAK
Di rumah
Frekuensi : 6-7 x/hari
Jumlah : 1000cc/hari
Warna : Kuning
Di rumah sakit
Frekuensi : 4-5 x/hari
Jumlah : 500 cc/hari
Warna : Kuning Pekat
g. Kebiasaan lain
Menggigit jari : Tidak ada
Menggigit kuku : Tidak ada
Menghisap jari : Tidak ada
Memainkan genital : Tidak ada

50
Mudah marah : Tidak ada
8. PEMERIKSAAN FISIK
a. Pemeriksaan Fisik
6) Keadaan umum : Lemah
7) Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Pernapasan : 24 x/menit
Nadi : 94x/menit
Suhu : 39,00C
Kesadaran : Compos Mentis

8) Kepala
Inspeksi :Warna rambut hitam, kulit kepala bersih, rambut halus
dan rontok
Palpasi :Tidak ada tonjolan dan tidak ada nyeri tekan.
9) Mata
Inspeksi :Sklera ikterik, refleks mengedip positif, konjugtiva
anemisBentuk simetris kiri dan kanan ,bereaksi terhadap
cahaya.
Palpasi :Tidakada massa, anak tidak menangis saat dipalpasi.
10) Hidung
Inspeksi :Bentuk simetris, tidak ada kotoran,tidak terdapat
pernapasan cuping, hidung dan tidak ada kelainan.
Palpasi :Tidakada nyeri tekan, anak tidak menangis saat
dipalpasi.
11) Mulut
Inspeksi :Gerakanbibir simetris, tidak ada kelainan dibagian
palatum, mukosa bibir kering, bibir pucat, lidah
tampak bersih, gusi tidak ada pendarahan
12) Telingga
Inspeksi :Bentuk simetris, terdapat sedikit serumen.
Palpasi :Tidak ada benjolan dan nyeri tekan

51
13) Dada (paru)
Inspeksi :Bentuk dada simetris,tidak ada penggunaan otot bantu
pernafasan
Palpasi :Fremituskiri dan kanan sama
Perkusi :Sonor
Auskultasi:Suara nafas rochi (+) pada kedua lapang paru, Whezing
14) Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di 1 jari lateral RIC V
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II (Lup Dup)
15) Abdomen
Inspeksi : Tidak ada pembengkakan abdomen.
Auskultasi : Bising usus 20x/menit (frekuensi BAB 1-2x/hari)
Perkusi : Tympani
Palpasi : Supel, hepar teraba ¾-3/4 tepi tumpul, permukaan rata
16) Ektremitas
Atas :Pergerakan aktif, tekstur kulit kering,tangan kiri
terpasang infus Kaen IB 14 tpm makro.
Bawah :Pergerakan aktif, sedikit ada edema, dan tekstur kulit
kering.
17) Genetalia dan anus
Tidak ada kelainan pada genetalia dan anus.
18) Sistem integument
Terdapat sianosis pada kuku klien, turgor kulit klien kering, CRT > dari
3 detik yaitu 4 detik, kulit An.F tampak pucat, ikterik, dan teraba panas.

52
9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Hematologi (Tanggal 4 November 2019)
PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL

Hemoglobin 5,1 g/dl 12-15,2

Leukosit 7.780/mm2 5.000-10.000

Eritrosit 1,62 juta 4,0-5,5 juta

Trombosit 238.000/mm2 150.000-400.000/mm2

Bilirubin total 4.8 mg/dl 0.3-1.0

Bilirubin direk 4.3 mg/dl <0.20

Kreatinin darah 0.3mg/dl 0.8-1.3

2) Hitung Jenis
PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL
Basofil 1 0-1
Eosinofil 0 1-3
Neutrofi Batang 6 2,0-6,0
Neutrofil Segmen 72 50-70
Limfosit 14 20-40
Hasil Patologis :Ditemukan blast 1, mielosit 1, metamielosit 1,eritrosit
berinti

3) Gambaran Darah Tepi


Eritrosit : Anisositosis Normokrom
Eritrosit berinti ; 1/100 leukosit

Leukosit : Jumlah Cukup, ditemukan blast 1, limfosit atipik (+)

Trombosit : Jumlah cukup, morfologi normal

53
10. PENATALAKSANAAN
Didapatkan dari tanggal 4 November 2019 sampai tanggal 7 November 2019:

 IVFD kaen 1B 0,7 X 1580 cc/hr; 14 tpm makro


 Ceftriaxone 2x 1,2 gram IV
 PCT 4x500 mg (Suhu >38˚c)
 Urdofallk 2x300 mg po
 Hp Pro 2x1 tablet
 Tranfusi PRC dengan Golongan darah : A pada tanggal 5 november
dilakukan tranfusi PRC 1 kantong dengan volume 275 cc. Dilanjutkan lagi
pada tanggal 6 november 2019 dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
suhu 36,5˚c HR: 80 mmhg, RR: 20x/i, jumlah PRC yang masuk 1 kantong
dengan volume 253 CC dilakukan pada jam 16.00 dan selesai jam 21.00,
Hemoglobin sebelum dilakukan transfusi PRC yaitu 5,1 g/dl .

54
Data Masalah Etiologi WOC
No.
DS: Hipertermia Penyakit Gangguan Pembentukan leukosit
1.
 Keluarga mengatakan An.F sejak 3 hari yang lalu
 An F mengatakan masih demam
 Keluarga mengatakan demam naik turun Proses inflamasi
 An.F mengeluhkan tidak nyaman gelisah dan rewel

DO:
Aktivitas interleukin
 An F tampak lemah 1 di hipotalamus
 Suhu 39,0oC
 Nadi 94x/i
 RR 24x/i Pengeluaran
 Badan An.F teraba panas an kulit tampak memerah prostalandin
 Membran mukosa An.F tampak kering
 An.F tampak gelisah
 An.F mendapatkan terapi PCT infus 250cc Peningkatan suhu
tubuh

Hipertermi

55
DS : Gangguan Perfusi Tidak Absorbsi Fe, B12, dan Asam
2.
 An. F mengatakan kepala terasa pusing Jaringan Perifer adekuatnya Folat berkurang
 An. F mengatakan lemas dan tidak mau jumlah
makan eritrosit, Hb Berkurangnya suplai O2
yang dikirim ke
DO : menurun, jaringan
 An.F tampak pucat anemia
 Konjungtiva anemis
Hipoksia jaringan
 Sianosis pada kuku
 An.F rencana tranfusi PRC 2 kantong dengan
volume berbeda
Frekuensi jantung meningkat
 An.F tampak lemah
dan beban keja jantung
 Hb : 5,1 g/dl meningkat
 Nadi 94 x/i
 RR 26x/i
 TD 120/8-0
 CRT >3 detik Berkurangnya suplai O2 Ke
jaringan
 Mukosa bibir pucat
 Mata AN.F tampak ikterik
 Eritrosit : 1,62 juta
Pucat, akral dingin,
CRT >3 detikm

56
Gangguan Perfusi
Jaringan Perifer

57
DS : Resiko Penyakit Gangguan Pembentukan sel
3
 Keluarga mengatakan BAB An.F berdarah ketidakefektifan darah
 Keluarga mengatakan darah berwarna segar, perfusi
menetes diakhir BAB (lebih kurang 5cc) gastrointestinal Granulositopenia,
trombositopenia
 BAB berwarna Merah kecoklatan
 Kelurga mengatakan anak merasa mual
 Keluarga mengatakan mata dan kulit An.F Leukosit memfagosit
kuning sejak sebelum masuk rumah sakit sel darah

DO :
Penyebaran sel
leukemia ke organ
 An.F tampak pucat (Hepar)
 Hb : 5.1 g/dl
 Eritrosit : 1.62 juta Pembesaran hepar
 Hematokrit : 17
 Eritrosit berinti : 1/100 leukosit
Disfungsi hepar
 Bilirubin total : 4.8 mg/dl
 Pada saat dilakukan palpasi pada abdoemen

58
teraba supel, hepar teraba ¾-3/4 tepi tumpul,
permukaan rata
Gangguan
pemecahan sel
darah merah

Kelebihan produksi
bilirubin

Jundice pada
kulit dan mata

MK : Resiko
ketidkefektifan
gastrointestinal

59
1. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnosa keperawatan Tanggal di Paraf Tanggal Paraf


. tegakkan teratasi

1. Hipertermi b.d penyakit 04-11-2019 G 9-11-2019 G

2. Gangguan Perfusi Jaringan Perifer b.dTidak adekuatnya G G


04-11-2019 9-11-2019
jumlah eritrosit, Hb menurun, anemia

3. Resiko ketidakefektifa perfusi gastrointestinal b.d G G

anemia,disfugsi hati
07-11-2019 9-11-2019

60
4. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA NOC NIC
Hipertermia b.d  Thermoregulation Fever Treatment
penyakit Indikator : 16) Monitor suhu sesering
1. Suhu tubuh dalam mungkin
rentang normal 17) Monitor IWL
2. Nadi dan RR dalam 18) Monitor warna dan
rentang normal suhu kulit
3. Tidak ada perubahan 19) Monitor tekanan
warna kulit dan tidak ada darah, nadi dan RR
pusing, merasa nyaman 20) Monitor penurunan
tingkat kesadaran
21) Monitor WBC, Hb,
dan Hct
22) Monitor intake dan
output
23) Berikan anti piretik
24) Berikan pengobatan
untuk mengatasi
penyebab demam
25) Selimuti pasien
26) Lakukan tapid sponge
27) Berikan cairan
intravena
28) Kompres pasien pada
lipat paha dan aksila
29) Tingkatkan sirkulasi
udara
30) Berikan pengobatan
untuk mencegah
terjadinya menggigil

Temperature
regulation
13) Monitor suhu minimal
tiap 2 jam
14) Rencanakan
monitoring suhu
secara kontinyu
15) Monitor TD, nadi, dan
RR
16) Monitor warna dan
suhu kulit
17) Monitor tanda-tanda
hipertermi dan

61
hipotermi
18) Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
19) Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
20) Ajarkan pada pasien
cara mencegah
keletihan akibat panas
21) Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan
suhu dan
kemungkinan efek
negatif dari
kedinginan
22) Beritahukan tentang
indikasi terjadinya
keletihan dan
penanganan
emergency yang
diperlukan
23) Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan
penanganan yang
diperlukan
24) Berikan anti piretik
jika perlu

Vital sign Monitoring


15) Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
16) Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
17) Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
18) Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
19) Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
20) Monitor kualitas dari
nadi
21) Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
22) Monitor suara paru
23) Monitor pola

62
pernapasan abnormal
24) Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
25) Monitor sianosis
perifer
26) Monitor adanya
cushing triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi,
peningkatan sistolik)
27) Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign

Gangguan Perfusi Status Sirkulasi Management Sensasi


Jaringan Perifer 3) Wajah pucat perifer
b.dTidak adekuatnya 4) Saturasi oksigen 6) Monitor sensasi
jumlah eritrosit, Hb Integritas jaringan tumpul atau tajam dan
menurun, anemia Kulit panas dan dingin
4) Suhu kulit (yang dirasakan
5) Keringat pasien)
6) Perfusi jaringan 7) Dorong pasien
Perfusi Jaringan menggunakan bagian
11) Aliran darah melalui tubuh yang tidak
pembuluh darah hepar terganggu untuk
12) Aliran darah melalui mengetahui suhu
pembuluh darah ginjal makanan, cairan, air
13) Aliran darah melalui mandi, dan lain-lain
saluran pembuluh 8) Dorong pasien untuk
darah gastrointestinal menggunakan bagian
14) Aliran darah melalui tubuh yang tidak
pembuluh darah limpa terganggu dalam
15) Aliran darah melalui rangka mengetahui
pembuluh darah tempat dan permukaan
pankreas suatu benda
16) Aliran darah melalui 9) Instruksikan pasien
pembuluh darah dan keluarga untuk
jantung menjaga posisi tubuh
17) Aliran darah melalui ketika sedang mandi,
pembuluh darah duduk, berbaring, atau
pulmonari merubah posisi.
18) Aliran darah melalui 10) Lindungi tubuh
pembuluh darah terhadap perubahan
cerebral suhu yang ekstrim
19) Aliran darah melalui 11)
pembuluh darah perifer

63
20) Aliran darah melalui
pembuluh darah pada
tingkat sel
Resiko Bowel Elimination Tube Care
ketidakefektifan Indikator: Gastrointestinal:
perfusi  Monitor TTV
gastrointestinal b.d  Tissue perfusion :  Monitor status cairan
anemia,disfugsi hati abdominal organs dan elektrolit
Indikator :  Monitor bising usus
 Jumlah, warna,  Monitor irama
konsistensi dan bau jantung
fese dalam batas  Catat intake dan
normal
output secara akurat
• Warna kulit normal,
 Kaji tanda - tanda
tidak ada jundice
• Turgor kulit baik gangguan
• Bilirubin dalam batas keseimbangan cairan
normal dan elektrolit
 Tidak ada nyeri perut (membran mukosa
 Bising usus normal kering, sianosis,
 Tekanan systole dan
jaundice)
diastole dalam
rentang normal  suplemen elektrolit
 Ganguaan mental, sesuai instruksi
orientasi pengetahuan dokter
dan kekuatan otot  Kolaborasi dengan
normal ahli gizi jumlah
 Tidak ada bunvi
kalori dan jumlah zat
nafas tambahan
 Intake output gizi yang dibutuhkan
seimbang  Pasang NGT jika
 Tidak ada oedem diperlukan
perifer dan asites  Monitor warna dan
 Tidak ada rasa haus konsistensi dari
yang abnormal
nasogastric output
 Membran mukosa
lembab Bledding Reduction
 Hematokrit dalam Gastrointestinal
batas normal  Evaluasi respon
psikologis pasien
untuk jumlah
trombosit,
sesuaiMemberi obat
(misalnya, laktulosa
atau vasopresin)
 Hindari ekstrem di
tingkat pH lambung
dengan pemberian

64
obat yang tidak
sesuai
 Masukkan
nasogastrik tabung
untuk sekresi hisap
dan monitor
 Menilai status gizi
pasien
 Membangun
hubungan suportif
dengan pasien dan
keluarga
 Anjurkan
keluargapasien pada
pembatasan kegiatan
dan perkembangan
 Anjurkan keluarga
tentang prosedur
(misalnya,
kemoterpi, sclerosis,
dan operasi)
 Anjurkan keluarga
pasien pada
kebutuhan untuk
penggantian darah
 Anjurkan keluarga
pasien untuk
menghindari
penggunaan obat
anti inflamasi
(misalnya, aspirin
dan ibuprofen).

65
66
5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
1. Hari Pertama Implementasi

Hari/tgl Dx Implementasi Evaluasi Paraf


Senin/04 1 1.Mengukur TTV : Suhu, Nadi, RR, S : Keluarga An.F mengatakan mhs
November 2.Menganjurkan kompres hangat dan banyak An.F masih demam, suhu naik
2019 minum turun
3.Menganjurkan menyelimuti pasien
Jam 08.00- Jam O : Suhu : 38,6, badan teraba
21.00 4.Membantu memberikan PCT melalui infus yang panas, An. F tampak Gelisah,
masuk ke Intravena . Keluarga An.F tampak
5. kolaborasi dengan perawat tentang terapi yang mengompres An.F
akan dilakukan
A : Masalah Belum teratasi :
Hipertermi
P : Intervensi dilanjutkan :
1. Monitor suhu sesering mungkin
2. Monitor warna dan suhu kulit
3.Monitor nadi dan RR

67
4.Monitor penurunan tingkat
kesadaran
5. Monitor intake dan output
6. Selimuti pasien
7.Kolaborasi pemberian PCT
Infus
8. Berikan cairan intravena (Kaen
1B)
9. Kompres An.F pada lipat paha
dan aksila

Senin/04 2 1. Mengukur TTV : Nadi, suhu, Pernafasan, TD Jam 08.00-16.00 mhs


November 2. Memantau warna kulit dan membran mukosa S : Keluarga mengatakan An.F
2019 3. Memantau hasil pemeriksaan laboratorium masih lemah
Jam 08.00- 4. Mempertahankan tirah baring

68
21.00 5. Merencanakan pemberian tranfusi darah O : An.F tampak masih pucat,
6. Mengkolaborasi dengan perawat tentang membran mukosa kering, CRT >3
tindakan selanjutnya detik, konjungtiva anemis, Hb :
5,1 g/dl, TD : 100/70mmHg, RR :
25x/I, N ; 98x/i

A : Gangguan Perfusi jaringan


Perifer

P : Intervensi dilanjutkan :
Pantau warna kulit dan membran
mukosa, kolaborasi untuk tranfusi
darah, ukur suhu tubuh, pantau
hasil pemeriksaan laboratorium,
anjurkan banyak makan dan
minum, anjurkan makan sedikit-
sedikit tapi sering

69
07-11-2019 3 1.Kaji tanda - tanda gangguan keseimbangan S : Keluarga mengatakan BAB mhs
cairan dan elektrolit (membran mukosa kering, An.F masih berdarah namun
sianosis, jaundice)
sedikit, darah berwarna segar, dan
2. Menganjurkan keluarga untuk memberitahu
menetes pada akhir BAB,
apabila ada tanda perdarahan (Jika BAB masih
keluarga mengatakan An.F masih
berdarah)
kurang nafsu makan dan
3. Memberikan antibiotik (Ceftriaxon)
terkadang mual
4. Menganjurkan An.F banyak minum

O : An.F tampak lemah, Hb : 5,1


An.F tampak pucat, Kulit dan
mata An.F tampak kuning

A : Masalah teratasi sebagian :


risiko ketidakefektifa perfusi
gastrointestinal

P : Intervensi dilanjutkan :
 Monitor TTV
 Monitor status cairan dan

70
elektrolit
3) Kaji tanda - tanda gangguan
keseimbangan cairan dan
elektrolit (membran mukosa
kering, sianosis, jaundice)
4) Kolaborasi dengan ahli gizi
jumlah kalori dan jumlah zat
gizi yang dibutuhkan
5) Evaluasi respon psikologis
pasien untuk jumlah
trombosit
6) Menilai status gizi pasien
7) Anjurkan keluargapasien
pada pembatasan kegiatan
dan perkembangan

71
2. Implementasi Hari Kedua

Hari/tgl Dx Implementasi Evaluasi Paraf


Selasa/05 1 1. memonitor suhu An.F S : Keluarga An.F mengatakan
November 2. Mengecek warna dan suhu kulit An.F masih demam, suhu masih
2019 3. Mengukur Nadi dan Pernafasan naik turun
4. Menganjurkan ibu An.F memberi banyak
minum pada An.F O : Suhu : 37,8, badan teraba
5. Memonitor intake dan output panas, An. F tampak Gelisah,
6.Menyelimuti An.F Keluarga An.F tampak
7. Memberikan PCT Infus (250cc) mengompres An.F
8. Memberikan cairan intravena (Kaen 1B)
9. Melakukan Kompres pada An.F di lipat paha A : Masalah Belum teratasi :
dan aksila Hipertermi

P : Intervensi dilanjutkan :
1. Monitor suhu sesering mungkin

2. Monitor warna dan suhu kulit

3. Monitor nadi dan RR

4.Monitor penurunan tingkat


kesadaran
5. Monitor intake dan output

7.Kolaborasi pemberian PCT


melalui imfus dan masuk ke

72
intravena
8. Berikan cairan intravena (Kaen
1B)
9. Kompres An.F pada lipat paha
dan aksila

Selasa/05 2 1. mengukur TTV : Nadi, suhu, Pernafasan, TD S : Keluarga mengatakan An.F


November 2. memantau warna kulit dan membran mukosa masih lemah
2019 3. memantau hasil pemeriksaan laboratorium
4. mempertahankan tirah baring O : An.F tampak masih pucat,
5. merencanakan pemberian tranfusi darah membran mukosa kering, CRT >3
6. Menganjurkan banyak makan dan minum detik, konjungtiva anemis, Hb :
7. menganjurkan makan sedikit-sedikit tapi 5,1 g/dl, TD : 100/70mmHg, RR :
sering 25x/I, N ; 98x/i

A : Gangguan Perfusi jaringan


Perifer

P : Intervensi dilanjutkan :
Pantau warna kulit dan membran
mukosa, kolaborasi untuk tranfusi
darah, ukur suhu tubuh, pantau
hasil pemeriksaan laboratorium

73
08-11-2019 3 - Menganjurkan keluarga untuk memberi tahu jika S : Keluarga mengatakan BAB
BAB masih berdarah An.F tidak berdarah lagi, An.F
- mengukur suhu, nadi, pernafasan An. F masih kurang nafsu makan
encatat intake dan output
mengkaji tanda - tanda gangguan keseimbangan O : An.F tampak lemah, An.F
cairan dan elektrolit (membran mukosa kering, tampak pucat, kulit An.F tampak
kuning, mata masih ikterik
sianosis, jaundice)
A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan :
Menganjurkan An.F makan
sedikit-sedikit tapi sering,
mengkaji perubahan warna kulit,
monitor hasil laboratorium,
menganjurkan banyak makan,
kolaborasi untuk tranfusi darah

74
3. Implementasi Hari Ketiga

Hari/tgl Dx Implementasi Evaluasi Paraf


Selasa/05 1 1. mengukur suhu An.F S : Keluarga An.F mengatakan
November 2. Mengecek warna dan suhu kulit An.F masih demam, suhu masih
2019 3. Mengukur Nadi dan Pernafasan naik turun
4. Menganjurkan ibu An.F memberi banyak
minum pada An.F O : Suhu : 37,8, badan teraba
Menganjurkan panas, An. F tampak Gelisah,
6.Menyelimuti An.F Keluarga An.F tampak
7. Memberikan PCT Infus (250cc) mengompres An.F
8. Memberikan cairan intravena (Kaen 1B)
9. Melakukan Kompres pada An.F di lipat paha A : Masalah Belum teratasi :
dan aksila Hipertermi

P : Intervensi dilanjutkan :
1. Monitor suhu sesering mungkin

2. Monitor warna dan suhu kulit

3. Monitor nadi dan RR

4.Monitor penurunan tingkat


kesadaran
5. Monitor intake dan output

7.Kolaborasi pemberian PCT


melalui imfus dan masuk ke

75
intravena
8. Berikan cairan intravena (Kaen
1B)
9. Kompres An.F pada lipat paha
dan aksila

Selasa/05 2 1. mengukur TTV pada An.F : Nadi, suhu, S : Keluarga mengatakan An.F
November Pernafasan, TD masih lemah
2019 2. memantau warna kulit dan membran mukosa
3. memantau hasil pemeriksaan laboratorium O : An.F tampak masih pucat,
4. menganjurkan keluarga untuk tetap membran mukosa kering, CRT 3
mempertahankan An.F tirah baring detik, konjungtiva anemis, TD :
5. berkolaborasi untuk merencanakan 100/70mmHg, RR : 25x/I, N ;
pemberian tranfusi darah 98x/i
6. Menganjurkan banyak makan dan minum
7. Menganjurkan makan sedikit-sedikit tapi A : Gangguan Perfusi jaringan
sering Perifer

P : Intervensi dilanjutkan :
Pantau warna kulit dan membran
mukosa, kolaborasi untuk tranfusi
darah, ukur suhu tubuh, pantau
hasil pemeriksaan laboratorium

76
08-11-2019 3 - mengukur suhu, nadi, pernafasan An. F S : Keluarga mengatakan An.F
encatat intake dan output masih kurang nafsu makan,
mengkaji tanda - tanda gangguan keseimbangan kuning pada kulit An.F sudah
cairan dan elektrolit (membran mukosa kering, sedikit berkurang
sianosis, jaundice)
O : An.F tampak lemah, An.F
Berkolaborasi untuk pemberian obat untuk tampak pucat, kulit An.F tampak
mengatasi jundice pada An.F kuning, mata masih ikterik

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan :
Menganjurkan An.F makan
sedikit-sedikit tapi sering,
mengkaji perubahan warna kulit,
monitor hasil laboratorium,
menganjurkan banyak makan,
kolaborasi untuk tranfusi darah

77
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pembahasan kasus ini kelompok akan membandingkan antara teori

dengan laporan kasus asuhan keperawatan pada An. F dengan Akut

Limfoblastik Leukemia (ALL)yang dilakukan pada tanggal 04 November 2019

di ruang bangsal anak kronik RSUP Dr. M. Djamil Padang. Penerapan asuhan

keperawatan dengan tahapan proses keperawatan yang meliputi pengkajian,

perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Pada bab ini dibahas tentang masalah keperawatan prioritas utama pada suatu

kasus, faktor pendukung, hambatan serta solusinya.

A. PENGKAJIAN

1. Identitas pasien

Data biografi yang perlu dipertimbangkan adalah jenis kelamin,

karena leukemia limpfositik akut paling sering terjadi pada laki-laki

dibandingkan perempuan (Wong, 2009). Selain itu, pekerjaan orang tua

(ibu ketika hamil) juga sangat berpengaruh karena pekerjaan orang tua

yang berhubungan dengan bahan kimia, radiasi sinar X, sinar radioaktif,

dapat menjadi salah satu faktor resiko anak nya terkena ALL karena hal ini

dapat memicu kerusakan sel sum-sum tulang sehingga pembentukan sel

darah putih menjadi immature dan non fungsional yang akhirnya

menimbulkan keganasan (ALL) (Wong, 2009).

78
Pada kasus An. F didapatkan data yang sesuai yaitu An. F berjenis

kelamin laki-laki dan ibu An.F mengatakan bahwa dahulu nya ibu An.F

bekerja di pabrik yang banyak kontak dengan bahan-bahan kimia.

2. Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya pasien mengeluhnyeri sendi dan tulang sering terjadi,

lemah, nafsu makan menurun, demam (jika disertai infeksi) bisa juga

disertai dengan sakit kepala, purpura, penurunan berat badan dan sering

ditemukan suatu yang abnormal.Kelelahan dan petekie berhubungan

dengan trombositopenia juga merupakan gejala-gejala umum terjadi

(Betz & Sowden, 2009).

Pada kasus An. F didapatkan data yang sesuai dengan teori diatas

yaitu pasien mengatakan BAB berdarah sejak lebih kurang 6 hari yang

lalu, darah segar, menetes diakhir BAB (lebih kurang 5cc), anak tampak

pucat, lemah, dan lemas untuk beraktivitas. An.F juga mengeluh demam

sejak 3 hari yang lalu, demam hilang timbul, kepala terasa pusing, badan

dan mata An.F tampak kuning sejak 2 minggu yang lalu dan bertambah

kuning sejak 3 hari terakhir, konjungtiva anemis. Pada hasil pemeriksaan

labor didapatkan Hb An.F rendah yaitu 5,1.

b. Riwayat kesehatan dahulu

Biasanya saat hamil ibu sering mengkomsumsi makanan dengan

bahan pengawet dan penyedap rasa.Radiasi pada ibu selama kehamilan

dapat meningkatkan resiko pada janinnya (Nursalam, 2008).

79
Pada kasus An.F didapatkan data yang sesuai dengan teori yaitu

ibu An. F dahulunya bekerja di pabrik yang sering kontak dengan bahan-

bahan kimia.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Biasanyainsiden ALL lebih tinggi berasal dari saudara kandung

anak-anak yang terserang terlebih pada kembar monozigot (identik)

(Nursalam, 2008).

Pada kasus An. F tidak didapati data yang sesuai dengan teori

diatas yaitu tidak ada keluarga yang memiliki penyakit yang sama dengan

An.F

3. Pola nutrisi/ metabolisme

a. Pola makan

Biasanya pasien kehilangan nafsu makan, mual/muntah, anak suka

makan makanan siap saji maupun jajan diluar rumah. Anak tidak suka

makan sayur-sayuran, makan buah kadang-kadang sehingga zat besi yang

diperlukan berkurang. Selain itu pengaruh ibu yang suka masak

menggunakan penyedap rasa dan sering menyediakan makanan siap saji

dirumah.

Pada kasus didapati ada data yang sama dimana pasien kehilangan

nafsu makan.

4. Pemeriksaan fisik

Pada penderita ALL yang terjadi infeksi suhu akan naik, (hipertermi,

>37,50C) (Weni K, 2010).

80
Hasi pemeriksaan tanda-tanda vital suhu 39,00C (Suhu naik turun), hal

ini sesuai dengan teori.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa diangkat berdasarkan respon pasien saat dilakukan pengkajian

didapatkan 3 diagnosa kasus dan secara teoritis ada 5 diagnosa, dimana pada

diagnosa teoritis menurut Nanda (2015-2017) :

 Hipertermia b.d penyakit. Data subjektifnya : Keluarga mengatakan An.F

sejak 3 hari yang lalu, An F mengatakan masih demam, Keluarga

mengatakan demam naik turun, An.F mengeluhkan tidak nyaman gelisah dan

rewel. Data objektifnya : Suhu 39,0oC, Nadi 94x/i, RR 24x/I, Badan An.F

teraba panas, Membran mukosa An.F tampak kering, An.F tampak gelisah,

An.F mendapatkan terapi PCT infus 250cc

 Gangguan Perfusi Jaringan Perifer b.d Tidak adekuatnya jumlah eritrosit, Hb

menurun, anemia. Data subjektif nya : An.F mengatakan kepala terasa

pusing, lemas dan tidak mau makan. Data objektifnya : An.F tampak pucat,

konjungtiva anemis, sianosis pada kuku, CRT = 4 dtk, An.F tampak lemah,

Hb : 5,1 g/dl

 Resiko ketidakefektifan perfusi gastrointestinal b.d anemia,disfugsi hati. Data

subjektif nya : Keluarga mengatakan BAB An. F berdarah, Keluarga

mengatakan darah berwarna segar, menetes diakhir BAB (lebih kurang 5cc),

BAB berwarna Merah kecoklatan, Kelurga mengatakan anak merasa mual,

Keluarga mengatakan mata dan kulit An.F kuning sejak sebelum masuk

rumah sakit. Data objektif nya : An. F tampak pucat, Hb : 5.1 g/dl, Eritrosit :

1.62 juta, Hematokrit : 17, Eritrosit berinti : 1/100 leukosit, Bilirubin total :

81
4.8 mg/dl, Pada saat dilakukan palpasi pada abdoemen teraba supel, hepar

teraba ¾-3/4 tepi tumpul, permukaan rata.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Setelah semua pengkajian dilakukan pada pasien didapatkan 3 diagnosa

yang mana diagnosa ini berada di diagnosa teoritis menurut Nanda (2015-

2017). Tiga diagnosa keperawatan yang ditegakkan berdasarkan keluhan

pasien tersebut dan dilakukan Intervensi keperawatan yaitu :

Intervensi yang dilakukan pada diagnosa pertama yaitu Fever

Treatment dengan aktivitas keperawatan :monitor suhu sesering mungkin,

monitor warna dan suhu kulit, monitor tekanan darah, nadi dan RR, monitor

penurunan tingkat kesadaran, monitor Hb, dan Hct, monitor intake dan

output, berikan anti piretik, selimuti pasien, kompres pasien pada lipat paha

dan aksila.

Intervensi yang dilakukan pada diagnosa kedua yaitu Management

Sensasi perifer dengan aktivitas keperawatan : mengukur TTV : nadi, suhu,

pernafasan, TD, memantau warna kulit dan membran mukosa, memantau

hasil pemeriksaan laboratorium, mempertahankan tirah baring, merencanakan

pemberian tranfusi darah.

Intervensi yang dilakukan pada diagnosa ketiga yaitu : Tube Care

Gastrointestinal dengan aktivitas keperawatan : mengukur TTV, memantau

status cairan dan elektrolit, memantau bising usus, mencatat intake dan

output, memnatau tanda-tanda gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit,

membrane mukosa dan sianosis, Berkolaborasi untuk pemberian obat untuk

mengatasi jaundice.

82
D. IMPLEMENTASI

Dalam tahap pelaksanaan, tindakan keperawatan disesuaikan dengan

rencana yang telah dibuat dan semua tindakan yang dilakukan pada pasien

didokumentasikan kedalam catatan perkembangan.Pelaksanaan tindakan

dilakukan mulai tanggal 04 November 2019. Kelompok tidak menemukan

hambatan dalam pelaksaan karena tindakan keperawatan yang dilakuakan

diruangan tersebut sebelumnya telah mendekati teori yang ada sehingga

kelompok dapat menyelesaikan tindakan keperawatan yang baik maka

kelompok dapat menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan ALL

sebagai berikut :

a. Diagnosa pertama gangguan perfusi jaringan perifer b.dtidak adekuatnya

jumlah eritrosit, Hb menurun, anemia . Untuk diagnosa ini kelompok

melakukan implementasi keperawatan dilakukan berdasarkan intervensi

keperawatan yang telah disususun untuk mengurangi mengatasi masalah

perfusi jaringan perifer. Implementasi yang dilakukan yaitu mengukur

TTV : Nadi, suhu, pernafasan, TD, memantau warna kulit dan membran

mukosa, memantau hasil pemeriksaan laboratorium, mempertahankan tirah

baring, merencanakan pemberian tranfusi darah.

b. Diagnosa kedua yaitu Hipertermia b.d penyakit. Untuk diagnosa ini

kelompok melakukan implementasi keperawatan dilakukan berdasarkan

intervensi keperawatan yang telah disusun untuk menurunkan suhu tubuh

An. F. Implementasi yang dilakukan adalah dengan mengukur TTV : suhu,

nadi, RR, menganjurkan kompres hangat dan banyak minum,

83
menganjurkan menyelimuti pasien, membantu memberikan PCT infus

sebanyak 50cc

E. EVALUASI

Pada kasus nyata evaluasi yang digunakan adalah evaluasi proses

(formatif). Alasannya evaluasi yang dilakukan setiap dilakukan tindakan

berorientasi pada etiologi di lakukan secara terus menerus sampai tujuan yang

ditentukan tercapai.

Pada diagnosa pertama yaitu gangguan perfusi jaringan perifer

b.dtidak adekuatnya jumlah eritrosit, Hb menurun, anemia. Untuk diagnosa

ini, kelompok melakukan intervensi keperawatan selama 3 hari yaitu

dimulai pada hari Senin tanggal 04 November 2019 dan teratasi sebagian

pada hari Rabu 06 November 2019. Secara subjektif: Orang tua An.F

mengatakan anaknya masih lemah, An.F juga mengatakan kepala masih teras

pusing, tidak nafsu makan. Orang tua mengatakan anaknya gelisah dan rewel.

Secara objektif : An.R masih terlihat pucat, CRT 3 detik. Belum terjadinya

perkembangan yang baik pada An. F yaitu perfusi jaringan perifer An.F

masih belum teratasi, untuk diagnosa pertama ini masalah hanya teratasi

sebagian.

Pada diagnosa kedua yaitu Hipertermia b.d penyakit. Untuk diagnosa

ini, kelompok melakukan intervensi keperawatan selama 3 hari yaitu dimulai

pada hari senin tanggal 04 November 2019 – 06 November 2019, dan

masalah belum teratasi. Keluarga An F mengatakan badan anaknya masih

teraba panas, demam An.F naik turun, tampak lemah, An F gelisah, keluarga.

Secara objektif :Suhu naik turun (38,8-39,0), Nadi 96 x/i, CRT =3 detik, An F

84
tampak gelisah, konjungtiva anemis, mukosa bibir pucat, An.F tetap

mendapat terapi PCT infus sesuai berat badan. Belum terjadinya

perkembangan yang baik pada An. F Hipertermi belum teratasi.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Hidayat A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1 . Salemba Medika


Jakarta
Betz, Cecily, L. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik (Mosby’s Pediatric
Nursing Reference). Edisi 3.Jakarta:EGC
Ngastiyah, 2005.Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: EGC
Nuraruf, Huda Amin, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan nanda Nic-Noc Eisi Revisi Jilid 1. Yogyakarta:
MediAction
Rasjidi, Imam. 2007. Kemoterapi Kanker Ginekologi Dalam Praktik Seharihari.
Jakarta: Sagung Seto

85
Wong, Donna, L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4. Jakarta:
EGC

86

Anda mungkin juga menyukai