Anda di halaman 1dari 2

Culex sp.

Klasifikasi nyamuk Culex menurut Romoser dan Stoffolano (1998) adalah


sebagai berikut.

Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Subclass : Pterygota
Ordo : Diptera
Subordo : Nematocera
Familia : Culicidae
Subfamilia : Culicinae
Genus : Culex
Species : Culex quinquefasciatus

Nyamuk ini memiliki nama lain Culex pipiens fatigans (Suman et al. 2010).
Kepala nyamuk ini umumnya bulat atau spheric dan memiliki sepasang mata, antenna,
dan palpi yang terdiri atas 5 segmen serta 1 probosis antenna dengan 15 segmen. Culex
tidak memiliki rambut pada spiracular sehingga spesies ini berbeda dengan Aedes.
Panjang palpus maxillaris nyamuk jantan sama dengan probosis. Nyamuk ini terdiri
dari 3 bagian, yaitu protoraks, mesotoraks, dan metatoraks. Bagian metatoraks
mengecil dan terdapat sepasang sayap yang mengalami modifikasi menjadi halter. Ciri
lainnya adalah posisi yang sejajar ketika berada di permukaan bagian yang dihinggap
saat istirahat atau kaki belakang yang terangkat ketika nyamuk menusuk (Suman et al.
2010). Nyamuk ini memiliki siklus hidup metamorphosis sempurna dari telur, larva,
pupa, lalu menjadi dewasa dan siklus hidupnya membutuhkan waktu sekitar 14 hari
(Suman et al. 2010).
Culex quinquesfasciatus merupakan vektor cacing filaria Wucherichia
bancrofti yang dapat menyebabkan limfatik filariasis (Sudomo et al. 2010). Menurut
Rai et al. (2019), nyamuk ini umumnya ditemukan di negara beriklim tropis dan
subtropics sehingga menjadi tempat yang cocok bagi nyamuk tersebut untuk
berkembangbiak dan dapat mentransmisikan vektor penyakit yang dikenal dengan
Mosquito-borne diseases. Selain itu, nyamuk ini dapat mentransmisikan patogen
berupa virus, seperti Flavivirus dari famili Arboviridae yang dapat menyebabkan
encephalitis atau bahkan demam hemorrhagik (Mattar et al. 2017). Menurut Atoni et
al. (2018), Culex quinquefasciatus merupakan salah satu vektor penyebab West Nile
Virus pada kuda yang dapat menyebabkan encephalomyelitis.

DAFTAR PUSTAKA

Atoni E, Wang Y, Karungu S, Waruhiu C, Zohaib A, Obanda V, Agwanda B,


Mutua M, Xia H, Yuan Z. 2018. Metagenomic virome analysis of Culex
mosquitoes from Kenya and China. Viruses. 10(1): 1-15.
Mattar S, Tique V, Miranda J, Montes E, Garzon D. 2017. Undifferentiated tropical
febrile illness in Cordoba, Colombia: not everything is dengue. J Infect Public
Health. 10(5):507-512.
Rai P, Bharati M, Subba A, Saha D. 2019. Insecticide resistance mapping in the vector
of lymphatic filariasis, Culex quinquefasciatus Say from northern region of
West Bengal, India. PLoS ONE. 14(5):1-17.
Romoser WS, Stoffolano JGS. 1998. The Science of Entomology 4th Edition. New York
(US): McGraw-Hill.
Sudomo M, Chayabejara S, Duong S, Hernandez L, Wu WP, Bergquist R. 2010.
Elimination of lymphatic filariasis in Southeast Asia. Adv Parasitol.
72:205:233.
Suman DS, Shrivastava AR, Parashar BD, Pant SC, Agrawal OP, Prakash S. Variation
in morphology and morphometries of eggs of Culex quinquefasciatus
mosquitoes from different ecological regions of India. J Vector Ecol.
349(2):191-199

Anda mungkin juga menyukai