Anda di halaman 1dari 5

DefinisiTriase

Triase (Triage) berasaldari kata perancis yang berarti “menyeleksi”. Dulu istilah ini di
pakai untuk menyeleksi buah anggur untuk membuat minuman anggur yang bagus atau
memisahkan biji kopi sesuai kualitasnya.Setelah itu, konsepnya semakin berkembang dan konsep
yang dipakai seperti sekarang ini ditetapkan setelah perang dunia I. Triase bencana adalah suatu
system untuk menetapkan prioritas perawatan medis berdasarkan berat ringannya suatu penyakit
ataupun tingkat kedaruratannya, agar dapat dilakukan perawatan medis yang terbaik kepada
korban sebanyak-banyaknya, di dalam kondisi dimana tenaga medis maupun sumber-sumber
materi lainnya serba terbatas (Zailanidkk, 2009).

Menurut Kathleen dkk (2008), triage adalah suatu konsep pengkajian yang

Cepat dan terfokus dengan suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya

manusia, peralatan serta fasilitas yang paling efisien dengan tujuan untuk memilih

atau menggolongkan semua pasien yang memerlukan pertolongan dan menetapkan

prioritas penanganannya.

Menurut Pusponegoro (2010), triase berasal dari bahasa Prancis trier bahasa

Inggris triage dan diturunkan dalam bahasa Indonesia triase yang berarti sortir. Yaitu

Proses khusus memilah pasien berdasarkan beratnya cedera atau penyakit untuk

Menentukan jenis perawatan gawat darurat.

Triage adalah usaha pemilahan korban sebelum ditangani, berdasarkan tingkat

Kegawat daruratan trauma atau penyakit dengan mempertimbangkan prioritas

Penanganan dan sumber daya yang ada (Wijaya, S, 2010).

Prinsip-prinsipTriase

Prinsip – prinsip triase yang utama sekali harus dilakukan adalah:


1. Triase umumnya dilakukan untuk seluruh pasien

2. Waktu untuk Triase per orang harus lebih dari 30 detik

3. Prinsip utama Triase adalah melaksanakan prioritas dengan urutan “nyawa” >

“fungsi” > “penampilan”.

4. Pada saat melakukan Triase, maka kartu Triase akan dipasangkan kepada korban

Luka untu kmemastikan urutan prioritasnya (Zailani, dkk, 2009).

MetodeTriase

Simple Triage and Rapid Treatment (START) adalah metode yang telah dikembangkan atas
pemikiran bahwa Triase harus “akurat”, “cepat”, dan “universal”. Metode tersebut menggunakan
4 macam observasi yaitu, “bias berjalan”, “bernafas”, “sirkulasi darah”, dan “tingkat kesadaran”
untuk menentukan tindakan dan penting sekali bagi seluruh anggota medis untuk mampu
melakukan Triase dengan metode ini (Zailani, dkk, 2009).
Untuk alur pelaksanaan triase pada korban bencana massal, dapat dilihat pada
skema berikut

KategoriTriase

Korban yang nyawanya dalam keadaan kritis dan memerlukan prioritas utama dalam pengobatan
medis diberi kartu merah .Korban yang dapat menunggu untuk beberapa jam diberi kartu kuning,
sedangkan korban yang dapat berjalan sendiri diberi kartu hijau. Korban yang telah melampaui
kondisi kritis dan kecil kemungkinannya untuk diselamatkan atau telah meninggal diberi kartu
hitam. Dalam kondisi normal, pasien yang sudah diambang kematian dapat diselamatkan dengan
pengobatan yang serius walaupun kemungkinannya sangat kecil. Para petugas medis yang sudah
terbiasa memberikan pelayanan medis yang maksimal dan pantang menyerah terhadap pasien
dengan kondisi seperti itu, mungkin akan dihinggapi perasaan berdosa saat memberikan kartu
hitam kepada korban. Disinilah letak perbedaan antara pengobatan darurat dengan prinsip
“terbaik untuk satu orang” dan pengobatan bencana dengan prinsip “terbaik untuk semua”
(Zailani, dkk, 2009).Untuk lebih jelasnya, kategori triase dapat kita lihat pada tabel 2.1.berikut
ini:

Kategori Triase

No Prioritas Kode Kategori KondisiPenyakit/Luka


Warna
1 Merah I Priorotas utama pengobatan Memerlukan pengobatan dengan segera karena dalam
kondisi yang sangat kritisya itu tersumbatnya jalan napas,
dyspnea, pendarahan, syok, hilang kesadaran.
2 Kuning II Bisa menunggu pengobatan Pengobatan mereka dapat ditunda untuk beberapa jam
dan tidak akan berpengaruh terhadapnya wanya. Tanda-
tanda vital stabil.
3 Hijau III Ringan Mayoritas korban luka yang dapat berjalan sendiri
mereka dapat melakukan rawat jalan.
4 Hitam 0 Meninggal atau tidak dapat Korban sudah meninggal ataupun tanda-tanda
diselamatkan kehidupannya terus menghilang.

Kartu Triase

Hasil Triase dicatat secara sederhana di kartu triase, kemudian digantungkan di leher atau di
salah satu tangan dan kaki pasien. Triase bukanlah proses yang dilakukan berulang kali untuk
memonitor apakah terjadi perubahan pada kondisi pasien. Jadi, prosesnya perlu dilakukan setiap
saat pada korban atau berulang-ulang ketika mereka akan dipindahkan kelokasi baru, misalnya
ditempat bencana, pusat pertolongan pertama, sebelum diangkut, di pintu masuk rumah sakit,
sebelum operasi/pembedahan, dan lain-lain (Zailani, dkk, 2009).
Triase lapangan dilakukan pada tiga kondisi:

1. Triase di Tempat (Triase Satu)


Triase ditempat dilakukan di “tempat korban ditemukan” atau pada tempat penampungan
yang dilakukan oleh tim pertolongan pertama atau tenaga medis gawat darurat. Triase di
tempat mencakup pemeriksaan, klasifikasi, pemberian tanda dan pemindahan korban ke
posmedis lanjutan.
2. Triase Medik
Triase ini dilakukan saat korban memasuki posmedis lanjutan oleh tenaga medis yang
berpengalaman (sebaiknya dipilih dari dokter yang bekerja di Unit Gawat Darurat,
kemudian ahli anestesi dan terakhir oleh dokter bedah). Tujuan triase medis adalah
menentukan tingkat perawatan yang dibutuhkan oleh korban.
3. Triase Evakuasi
Triase ini ditujukan kepada korban yang dapat dipindahkan ke rumah sakit yang telah
siap menerima korban bencana masal. Jika posmedis lanjutan dapat berfungsi efektif,
jumlah korban dalam status “merah” akan berkurang, dan akan diperlukan
pengelompokkan korban kembali sebelum evakuasi dilaksanakan. Tenaga medis di
posmedis lanjutan dengan berkonsultasi dengan poskomando dan rumah sakit tujuan
berdasarkan kondisi korban akan membuat keputusan korban mana yang harus
dipindahkan terlebih dahulu, rumah sakit tujuan, jenis kendaraan dan pengawalan yang
akan di pergunakan.

Anda mungkin juga menyukai