PENDAHULUAN
1. Primary Cementing
Adalah suatu penyemenan dimana langsung dilakukan setelah pemasangan
casing, kegunaan primary cementing diantaranya :
Melekatkan casing keformasi
Melindung pipa dari tekanan – tekanan formasi
Menutup zona lost circulation
Membuat pemisah zona dibelakang casing
1
2
2. Secondary Cementing
Adalah suatu cara dimana cemen slurry ditekan masuk kesuatu formasi atau
tidak disumur, gunanya antara lain :
Memperbaiki Primary Cementing yang tidak sempurna.
Mengurangi gas oil, water oil atau water gas ratio.
Memperbaiki casing yang patah.
Menutup zona lost circulation.
Membantu pada primary cementing bila fill up ( pengisian kolom yang
harus disemen ) tidak cukup.
Secondary cementing dapat dibagi menjadi 3 bagian :
a. Squezze Cementing, bertujuan untuk :
Mengurangi WOR, WGR, GOR.
Menutup formasi yang tidak lagi produktif.
Menutup zona lost circulation.
Memperbaiki kebocoran pada casing.
3
b. Re–Cementing
Dilakukan untuk menyempurnakan primary cementing yang gagal dan
untuk memperluas perlindungan casing diatas top Cement.
c. Plug Back Cementing, dilakukan untuk :
Menutup dan meninggalkan sumur.
Melakukan directional drilling sebagai landasan Whip Stock
yang dikarenakan adanya perbedaan Compressive Stregh antara
semen dan formasi maka akan mengakibtakan bit berubah
arahnya.
Menutup zona air dibawah zona minyak agar WOR berkurang
pada open hole completion.
Perkins System
Perkins system sering juga disebut dengan penyemenan system plug atau
penyemenan sistem sumbat, karena didalam penyemenan ini menggunakan plug.
Terdapat dua plug, yaitu bottom plug dan top plug. Bottom plug memisahkan
Lumpur yang ada dalam casing dengan bubur semen sedangkan top plug
memisahkan bubur semen dengan Lumpur pendorong.
Peralatan yang digunakan pada penyemenan system perkins adalah sebagai
berikut:
1. Peralatan yang terletak di bawah permukaan adalah antara lain :
Casing Shoe
Casing shoe terletak di ujung rangkaian casing. Fungsi dari
casing shoe adalah untuk menuntut casing diwaktu penurunannya
agar tidak tersangkut. Casing shoe yang berfungsi hanya sebagai
penuntut casing diwaktu penurunannya disebut guide shoe. Casing
yang diperlengkapi dengan elap penahan tekanan balik disebut
dengan float shoe.
4
Shoe Track
Shoe track adalah satu atau dua batang casing yang ditempatkan
diatas casing shoe. Shoe track berfungsi untuk menampung bubur
semen yang terkontaminasi oleh Lumpur pendorong. Kalau bubur
semen yang terkontaminasi oleh Lumpur pendorong masuk ke anulus
maka ikatan semen di annulus tidak baik.
Casing Collar
Salah satu alat downhole yang digunakan untuk mengkonfirmasi
atau mengkorelasi kedalaman menggunakan titik referensi yang
diketahui pada casing string.
Scratcher
Scratcher bertugas untuk mengikis mud cake. Bila mud cake
tidak terkikis maka ikatan semen dengan dinding lobang tidak baik,
ini akan membentuk channeling pada semen. Stracher terdiri dari 2
macam, yaitu:
a) Rotating scratcher yang berfungsi untuk mengikis mud cake
dengan jalan memutar casing.
b) Reciprocating scratcher yang berfunfsi untuk mengikis mud
cake dengan jalan menaik – turunkan rangkaian casing.
Centralizer
Centralizer berfungsi membuat casing berada ditengah – tengah
lobang, kalau casing tidak berada ditengah – tengah lobang bor, maka
semen tidak rata tebalnya di sekeliling casing malahan ada annulus
casing yang tidak tersemen, kalau hal ini terjadi maka casing tidak
akan ada yang menahan dari serangan cairan korosif. Sehingga casing
akan cepat bocor atau terbentuk channeling dalam semen.
2. Peralatan yang terletak di atas permukaan adalah antara lain :
Cementing head
Cementing head adalah peralatan penyemenan yang dipasang
diujung casing teratas. Cementing head yang modern sekarang adalah
plug container dimana didalam plug container bisa dipasang langsung
5
bottom plug dan top plug, masing – masng plug akan ditahan oleh
pin penahan.
Selain dari itu cementing head jenis dilengkapi dengan 3 buah
saluran yaitu :
a) Saluran Lumpur, saluran ini untuk sirculasi Lumpur untuk
membersikkan lubang bor
b) Saluran bubur semen, saluran ini dipakai diwaktu memompakan
bubur semen kedalam casing.
c) Saluran Lumpur pendorong, saluran ini digunakan mendorong
sampai top plug berimpit dengan bottom plug di casing collar.
Cementing line
Cementing pump
Pompa semen bertugas mengisap bubur semen yang telah dibuat
dan memompakan bubur semen ke cementing head melalui cementing
line.
Slurry pan
Hopper dan mixer
Hopper adalah corong untuk memasukan bubuk semen dan
additive, air disalurankan dengan tekanan tiinggi dari bagian belakang
mixer. Air dengan bubuk semen dan additive diaduk hingga rata oleh
mixer.
Tangki air
Poorboys System
Metode poorboys system ini disebut juga dengan penyemenan sistem tubing
atau tubing system. Dikatakan tubing system sering digunakan untuk penyemenan
casing berukuran 16 inch ke atas. Alasan dari penggunaan sistem poorboys
adalah:
1) Waktu
Waktu yang diperlukan untuk melakukan penyemenan dengan system
poorboys lebih singkat dibanding bila menyemen dengan sistem perkins.
Hubungan diameter casing besar waktu untuk pendorongan akan lebih
panjang.
2) Peralatan yang tersedia.
Bila casing besar, top plug yang mempunyai ukuran yang besar tidak
ada dipasaran. Kalau di pesan pada pabrik tentu harus segera khusus,
sehingga harganya mahal, dan bila ditinjau dari segi biaya tidak ekonomis.
3) Bubur semen
Bila menggunakan system perkins, tentu untuk casing yang besar akan
mempunyai shoetrack yang mempunyai volume yang besar pula. Di dalam
shoetrack nantinya setelah selesai penyemenan teris oleh semen, yang
banyak sekali, dan semen yang tertinggal di dalam shoetrack akan terbuang
saja. Tentu ini merupakan kerugian dari bubuk semen, sehingga system
perkins juga tidak ekonomis untuk menyemen casing yang berdiameter
besar.
4) Lumpur pendorong
Lumpur pendorong yang digunakan tentu akan banyak sekali bla
menggunakan penyemenan dengan system sumbat, volume Lumpur
pendorong mulai dari permukaan sampai ke casing collar adalah sangat
besar volumenya untuk casing yang besar diameternya.
7
Penyemenan Bertingkat
Penyemenan bertingkat lebih populer disebut dengan stage cementing,
penyemenan ini dilakukan secara bertingkat atau secara bertahap. Tingkat pertama
dilakukan untuk menyemen casing bagian bawah sepanjang kolam semen tertentu,
kemudian dilanjutkan lagi untuk menyemen lagi casing yang lebih atas.
Penyemenan dengan cara ini bisa dlakukan untuk menyemen seluruh annulus
casing dari dari dasar lubang atau tidak seluruhnya. Mungkin beberapa ribu feat
dari dasr lubang. dan ada beberapa ribu atau ratus featpula dari permukaan, hal ini
tergantung kepada tujuan penyemenan itu dan kondisi dari formasi yang akan
disemen. Alasan – alasan dilakukannya penyemenan bertingkat sebagai berikut :
1) Tekanan rekah formasi
Bila formasi didasar lubang mempunyai tekanan rekahan yang kecil
tinggi kolam semen tidak dapat terlalu besar, sebab dasar lubang tidak
sanggup menahan tekanan yang besar kita tahu bahwa berat jenis bubur
semen adalah cukup besar dan akan menyebabkan tekanan yang lebih besar,
8
Tidak terdapat banyak perbedaan antara ketiga cara diatas, karna secara
teknis proses kerja dari ketiga cara diatas basicnya semua sama.
BAB II
PEMBUATAN SUSPENSI SEMEN DAN CETAKAN SAMPEL
𝑮𝒃𝒌 + 𝑮𝒘 + 𝑮𝒂
𝑫𝒃𝒔 =
𝑽𝒃𝒌 + 𝑽𝒘 + 𝑽𝒂
Dimana :
Dbs = Densitas suspensi semen
Gbk = Berat bubuk semen
Gw = Berat air
Ga = Berat additif
Vbk = Volume bubuk semen,gallon
Vw = Volume air,gallon
Va = Volume additive,gallon
Densitas suspensi semen sangat berpengaruh terhadap tekanan
hidrostatis suspensi semen didalam lubang sumur. Bila formasi tidak
sanggup menahan tekanan suspensi semen, maka akan menyebabkan
formasi pecah, sehingga terjadi lost cirulation.
KLASIFIKASI SEMEN
API telah melakukan pengklasifikasian semen kedalam beberapa
kelas guna mempermudah pemilihan dan penggolongan semen yang akan
digunakan. Pengklasifikasian ini didasrkan atas kondisi sumur dan sifat-
sifat semen yang disesuaikan dengan kondisi sumur tersebut. Kondisi
sumur tersebut meliputi kedalaman sumur, temperatur, tekanan dan
kandungan yang terdapat pada fluida formasi (seperti sulfat dan
sebagainya).
12
Kelas A
Semen kelas A ini digunakan dari kedalaman 0 (permukaan)
sampai 6000 ft. Semen ini terdapat dalam tipe biasa (ordinary type)
saja.
Kelas B
Semen kelas B digunakan dari kedalaman 0 sampai 6000 ft dan
tersedia dalam jenis yang tahan terhadap kandungan sulfat menengah
dan tinggi (moderate and high sulfat resistant).
Kelas C
Semen kelas C digunakan dari kedalaman 0 sampai 6000 ft dan
mempunyai sifat high-early strength (proses pengerasan cepat).
Semen ini tersedia dalam jenis moderate dan high sulfat resistant.
Kelas D
Semen kelas D digunakan untuk kedalaman dari 6000 ft
sampai 12000 ft dan untuk kondisi sumur yang memiliki tekanan dan
temperatur tinggi. Semen ini tersedia juga dalam jenis moderate and
high sulfat resistant.
Kelas E
Semen kelas E digunakan untuk kedalaman dari 6000 ft
sampai 14000 ft dan untuk kondisi sumur yang memiliki tekanan dan
temperatur tinggi. Semen ini tersedia juga dalam jenis moderate and
high sulfat resistant.
Kelas F
Semen kelas F digunakan untuk kedalaman dari 10000 ft
sampai 16000 ft dan untuk kondisi sumur yang memiliki tekanan dan
temperatur tinggi. Semen ini tersedia juga dalam jenis high sulfat
resistant.
Kelas G
Semen kelas G digunakan untuk kedalaman 0 sampai 8000 ft
dan merupakan semen dasar. Bila ditambahkan retarder, semen ini
dapat dipakai untuk sumur yang dalam dan range temperatur yang
13
cukup besar. Semen ini tersedia dalam jenis moderate and high sulfat
resistant.
Kelas H
Semen kelas H digunakan dari kedalaman 0 sampai 8000 ft
dan merupakan semen dasar pula. Dengan penambahan acclerator
dan retarder, semen ini dapat digunakan pada range temperatur dan
kedalaman yang besar. Semen ini hanya tersedia dalam jenis
moderate sulfate resistant.
Bubuk semen
Bubuk semen ditempatkan dalam karung atau sack. Berat dari satu
sack semen adalah 94 lbs pada umumnya. Sedangkan berat jenis dari
bubuk semen adalah 3.14 gr/cc. Bubuk semen yang dipakai dalam
penyemenan sumur minyak dan gas berbeda dengan semen yang
digunakan untuk bangunan. Sumur minyak mempunyai sifat-sifat tertentu.
Yang mana komponen-komponennya harus disesuikan pula. American
Petroleum Institute telah menstandarisasi dari bubuk semen yang
digunakan untuk menyemen sumur minyak dan gas menurut kelas tertentu.
a. TRICALCIUM SILICATE
Tricalcium silicate (3CaO.SiO2) dinotasikan sebagai C3S,
yang dihasilkan dari kombinasi CaO dan SiO2. Komponen ini
merupakan yang terbanyak dalam semen Portland, sekitar 40 – 45 %
untuk semen yang lambat proses pengerasannya dan sekitar 60 – 65
% untuk semen yang cepat proses pengerasannya (high-early streth
cement). Komponen C3S pada semen memberikan strength yang
terbesar pada awal pengerasan.
b. DICALCIUM SILICATE
Dicalcium silicate (2CaO.SiO2) dinotasikan sebagai C2S, yang
juga dihasilkan dari kombinasi CaO dan SiO2. Komponen ini sangat
penting dalam memberikan final strength semen. Karena C2S ini
menghidrasinya lambat maka tidak berpengaruh dalam setting time
semen, akan tetapi sangat menentukan dalam kekuatan semen lanjut.
Kadar C2S dalam semen tidak lebih dari 20 %.
15
c. TRICALCIUM ALUMINATE
Tricalcium aluminate (3CaO.Al2O3) dinotasikan sebagai C3A,
yang terbentuk dari reaksi antara CaO dengan Al2O3. Walaupun
kadarnya lebih kecil dari komponen silikat (sekitar 15 % untuk high-
early strength cemen dan sekitar 3 % untuk semen yang tahan
terhadap sulfat), namun berpengaruh pada rheologi suspensi semen
dan membantu proses pengerasan awal pada semen.
d. TETRACALCIUM ALUMINOFERRITE
Tetracalcium aluminoferrite (4CaO.Al2O3.Fe2O3) dinotasikan
sebagai C4AF, yang terbentuk dari reaksi CaO, Al2O3 dan Fe2O3.
Komponen ini hanya sedikit pengaruhnya pada stength semen. API
menjelaskan bahwa kadar C4AF ditambah dengan dua kali kadar
C3A tidak boleh lebih dari 24 % untuk semen yang tahan terhadap
kandungan sulfat yang tinggi. Penambahan oksida besi yang
berlebihan akan menaikkan kadar C4AF dan menurunkan kadar C3A,
dan berfungsi menurunkan panas hasil reaksi/hidrasi C3S dan C2S.
1. MATERIAL CALCAREOUS
Material ini berisi kalsium karbonat dan kalsium oksida yang
terdiri dari limestone dan batuan semen.
Limestone adalah batuan terbentuk dari sebagian besar zat-zat
organik sisa (seperti kerang laut atau koral) yang terakumulasi.
Limestone ini merupakan komponen dasar dari kalsium
karbonat.
Batu semen adalah batuan yang komposisinya serupa dengan
semen batuan.
Kapur adalah limestone kekuning-kuningan atau abu-abu dan
halus yang sebagian besar berasal dari kerang-kerang laut.
Marl atau tanah kapur adalah tanah yang rapuh dan
mengandung bahan-bahan pokok kalsium karbonat.
Alkali adalah alkali di sini berasal dari pembuangan zat-zat
kimia pabrik yang mengandung kalsium oksida atau kalsium
karbonat.
2. MATERIAL ARGILLACEOUS
Material ini berisi clay atau mineral clay.
Clay adalah bahan yang bersifat plastis bila basah dan keras
bila dipanaskan. Terdiri dari sebagian besar aluminium silikat
dan mineral lainnya.
Shale adalah batuan fosil yang terbentuk dari gabungan clay,
lumpur dan silt (endapan lumpur).
17
Slate atau batu tulis adalah batuan yang padat dan berbutir
baik, yang dihasilkan dari pemampatan clay, shale dan batuan
lainnya.
Ash atau abu merupakan produk pembakaran batubara.
Modified lignin adalah retarder untuk temperatur yang tinggi. Dan juga
dapat sebagai additive untuk menurunkan viskositas dari bubuk semen.
Bahan ini terutama digunakan untuk :
Pozzolan lime
Semen kelas D dan E
Modified lignin tidak perlu menambahkan air yang banyak. Bahan ini
dianjurkan untuk kedalaman 12.000 ft keatas atau untuk temperatur 2600F
lebih. Pada tabel berikut ini diperlihatkan modified lignin sebagai retarder
untuk kadalaman 12.000 ft sampai 18.000 ft. Untuk penyemenan casing
dan squeeze cementing dalam keadaan statis maupun saat dinamis, untuk
semen kelas D atau F. Dengan kenaikan kedalaman sumur dan
penambahan berbagai harga modified lignin didapatkan thickening time
bubur semen antara 3 – 4 jam.
2. CMHEC
CMHEC adalah singkatan dari Carboxy Methyl Hidroxy Etyl Cellulose.
Bahan ini digunakan untuk temperatur yang ekstrim. CMHEC
memerlukan banyak air dalam pencampurannya.
3. Garam NaCl
Konsentrasi NaCl yang dicampurkan harus lebih besar dari lima persen
(5%). Kalau 1.5 sampai 3% NaCl mempercepat thickening time. NaCl
berguna juga untuk memperbaiki ikatan semen untuk menyemen formasi
garam. Untuk formasi shale digunakan juga air garam formasi shale tidak
mengisap air dari bubuk semen. Sebab formasi shale menghisap air tawar.
Additive ini dapat pula menaikkan berat jenis bubur semen. Umumnya
digunakan 3.1 lb untuk setiap gallon air.
B. Accelerator
Adalah additive untuk mempercepat thickening time. Pada umumnya
accelerator ditambahkan bbila menyemen sumur yang dangkal. Kalau tidak
ditambahkan accelerator terlalu lama menunggu bubur semen menjadi keras.
Bahan-bahan yang bertindak sebagai accelerator adalah :
19
Tabel 2.1 Pengaruh calcium chlorida terhadap thichening time bubur semen
Tabel 2.2 Pengaruh calcium chlorida Terhadap compressive strength bubur semen
Compressive strength, psi
Curing time jam % CaCl2 Temperatur,°F
60° 80° 100° 120°
6 0 NS 45 385 905
12 0 65 365 830 1660
18 0 185 915 1525 3060
24 0 430 1250 1805 3815
48 0 1040 1398 3490 5990
6 2 115 300 1015 1800
12 2 505 1055 2400 3260
19 2 750 1325 3075 4210
24 2 1580 2415 3910 5475
48 2 3050 4385 6340 6525
6 4 155 360 970 1445
12 4 610 1005 2090 2715
18 4 900 1395 2885 3635
24 4 1620 2385 3490 3665
48 4 2850 3715 4990 4830
Tabel 2.3 Pengaruh sodium chlorida Terhadap thickening time bubuk semen
Thickening time, jam, menit
Prosentase NaCl,
Kedalaman, ft
%
1000 2000 4000 6000
0 4.4 4.12 2.30 2.25
2 3.05 2.27 1.52 1.13
4 3.05 2.35 1.35 1.20
21
3. Densified cement
Densified cement maksudnya bubur semen yang dikurangi WCR-nya.
Dengan mengurangi air yang dicampurkan dalam membuat bubur
semen, maka dihasilkan semen yang padat.
Dengan demikian akan didapatkan berat jenis bubur semen yang lebih
besar dan thickening bubur semen yang lebih kecil.
Pengurangan air yang dicampurkan dalam membuat bubur semen
boleh dilakukan kalau sudah memakai friction loss reducer.
Kalau tidak akan menyebabkan friksi diannulus besar. Jadi dengan
kata lain bila mengurangi air yang dicampurkan dalam membuat
bubuk semen harus diiringi oleh penambahan friction reducer. Agar
tidak banyak gesekan diannulus. Tabel berikut ini memperlihatkan
penambahan friction reducer bila air yang dicampurkan dikurangi dan
memperlihatkan berat jenis bubuk semen yang dihasilkan dan juga
yield bubur semen.
Tabel 2.5 Sifat-sifat bubur semen desified cement
Berat
Air friction reducer jenis yield
(5)
gal/sak ppg cuft/sack
5.20 0.00 15.60 1.18
22
C. Weighting Agent,
digunakan untuk menambah densitas suspensi semen.
Weight material ditambahkan dalam bubur semen bila akan menyemen
formasi bertekanan tinggi. Untuk menaikkan berat jenis bubur semen
ditambahkan dalam pembuatan semen antara lain:
1. Ilmenite merupakan bahan yang tertarik sebagai weight material.
Material ini adalah inert solid dan tidak memberikan pengaruh
terhadap thickening time. Rumus kimia dari ilmenite adalah FeTiO3,
mempunyai SG 4.7. Distribusi ilmenite dalam bubur semen dapat
merata atau uniform. Berat jenis bubur semen yang terjadi dapat
mencapai 22 ppg.
2. Barite merupakan bahan yang paling umum digunakan menaikkan
berat jenis bubur semen, maupun lumpur pemboran. SG dari barite
adalah 4.3 dan dapat menaikkan berat jenis bubur semen menjadi 18
ppg. Kata lain untuk barite adalah barium sulfate. Dalam penambahan
barite, perlu diiringi dengan penambahan air untuk membasahi
partikelnya, karena barite mempunyai surface area yang besar. Air ini
dapat juga melarutkan retarder dari bubuk semen. Sehingga thickening
timenya jadi singkat. Penambahan air yang banyak dapat menurunkan
compressive strength dari semen.
3. Pasir yang digunakan untuk menaikkan berat jenis bubur semen
umumnya adalah pasir ottawa (ottawa sand). Berat jenis yang terjadi
dapat mencapai 18 ppg. Biasanya digunakan untuk penyemenan
lobang untuk pemasangan whipstock dan untuk plug job yang lain. SG
dari ottawa sand adalah 2.6 sehingga untuk menaikkan berat jenis
bubur semen diperlukan pasir yang banyak.
4. Densified cement
23
D. Ekstender,
adalah additive untuk menaikkan volume dari bubuk semen. Pada
umumnya penambahan extender diiringi dengan penambahan air.
Kenaikan volume tidak seimbang dengan kenaikan berat bubur semen.
Sehingga akan cepat penurunan berat jenis bubur semen.
Bahan-bahan yang termasuk sebagai extender adalah :
1. Bentonite
Bentonite merupakan bermineral clay. Sifat utamanya adalah dapat
mengisap air dengan banyak, sehingga volume bubur semen yang
terjadi bisa naik sampai 10 kali. Akibatnya berat jenis bubur semen
dapat turun lebih besar. Penambahan bentonite harus diiringi dengan
penambahan air. Untuk 2% bentonite kira-kira penambahan air adalah
1.3 gallon per sack.
Pengaruh lain akibat penambahan bentonite adalah :
Yield semen naik
Biaya lebih murah
Perforating qualities baik
Compressive strength semen naik
Permeabilitas semen naik
Viskositas bubur semen naik
Untuk temperatur 2300F ke atas penambahan bentonite sangat drastis
menurunkan strength semen dan menaikkan permeabilitas semen. Pada
24
2. Pozzolan
Pozzolan merupakan extender yang tidak terlalu banyak menurunkan
compressive strength semen. Sedangkan pengaruh penambahan
pozzolan terhadap bubur semen adalah sama dengan penambahan
bentonite. Umumnya campuran bubuk semen dengan pozzolan adalah
50% berbanding 50% dan biasanya bentonite 2%. Pengaruh campuran
pozzolan bubuk semen dan bentonite terhadap compressive strength
adalah seperti pada tabel :
Tabel 2.7 Compressive strength semen campuran bubuk semen Pozzolan dan bentonite 50% :
50% ; 2%
Catatan :
NS : Not Set = tidak melekat.
Perbandingan bubuk semen dengan pozzolan.
25
Tabel 2.8 Pengaruh penambahan pozzolan dengan perbandingan 50% : 50% Dengan bubuk
semen terhadap compressive strength untuk Prosentase bentonite tertentu
Compressive strength
Bentonite
Temperatur, °F
% 80 100 140
2 350 600 1125
4 225 390 600
6 150 300 550
8 100 220 425
Semen yang dibuat dari campuran bubuk semen dan pozzolan disebut
dengan pozzolan cement.
Pada tabel di bawah ini diperlihatkan jumlah air yang diperlukan untuk
perbandingan tertentu dan berat jenis serta yield yang dihasilkannya
Berat
Pozzolan Bubuk semen Bentonite Air jenis Yield
slurry
% % % gal/sak ppg cuft/sack
0 100 0 5.20 15.60 1.17
50 50 2 5.75 14.15 1.26
50 50 4 6.95 13.60 1.43
50 50 6 7.66 13.30 1.53
50 50 8 8.37 13.10 1.64
Selain pozzolan cement ada juga semen yang dibuat dari pencampuran
pozzolan dengan lime tanpa bubuk semen. Dipasaran dikenal dengan nama
Pozmix-140 cement, umumnya keluaran Haliburton. Semen ini berat lime
10% sampai 15% dari berat pozzolan. Campuran ini memberikan
thickening time 3 sampai 4 jam, untuk range temperatur 1400F – 4000F.
Kebaikannya adalah strengnya tidak turun untuk temperatur di atas 2300F.
3. Diatomaceous earth
26
Berat
Air Yield
Dia.Earth jenis
gal/sack ppg cuft/sack
0 5.2 15.6 1.18
10 10.2 13.2 1.92
20 13.3 12.4 2.42
30 18.2 11.7 3.12
40 25.6 11 4.19
4.Gilsonite
Gilsonit tidak memerlukan banyak air. Sehingga menurunkan compressive
strength semen akan lebih kecil dibandingkan dengan extender yang lain,
untuk pengurangan berat jenis yang sama.
Penambahan air 2 gal per 50 lb, gilsonite.
Pada tabel berikut diperlihatkan pengaruh penambahan gilsonit terhadap
compressive strength semen.
Tabel 2.11 Pengaruh gilsonit terhadap compressive strength
Gilsonite bentonite
80°F 100°F 140°F
lb/sk.bk %
0 0 2315 2740 6825
25 0 1250 1660 2725
50 0 730 960 1675
0 4 485 830 1805
25 4 365 605 1210
50 4 275 485 830
5.Expanded perlite
27
Wet Process
Material-material mentah dicampur dengan air, lalu dimasukkan ke tempat
penggilingan (grinding mill). Campuran ini kemudian dipompa melalui
vibrating screen. Material-material yang kasar dikembalikan ke penggilingan,
sementara campuran yang lolos yang berupa susupensi ditampung pada suatu
tempat berbentuk kolom-kolom. Di tempat ini, suspensi mengalami proses
rotasi dan pemampatan sehingga didapat campuran yang homogen. Di tempat
ini pula komposisi kimia suspensi diubah-ubah untuk didapatkan komposisi
yang diinginkan sebelum dibawa ke klin.
b. Proses Pembakaran
Setelah melalui salah satu proses peleburan di atas, campuran tersebut
dimasukkan ke tempat pembakaran (klin). Di klin, campuran ini berputar-
putar kemudian berubah menjadi clinker.
Ada 6 tahap temperatur yang harus dilalui campuran di klin, yaitu :
- Tahap 1 (sampai 200°C)
Ditahap ini mengalami proses penguapan air bebas.
- Tahap 2 (200° sampai 800°)
Pada tahap ini mengalami proses pra-pemanasan, dimana partikel- partikel
clay dihidroksidasi (pembebasan unsur-unsur dihidroksida).
29
c. Proses Pendinginan
Proses pendinginan sebenarnya telah dimulai ketika temperatur mulai
menurun dari clinkering temperature. Kualitas clinker dan selesainya
pembuatan semen sangat tergantung dari laju pendinginan-perlahan sekitar 4-5
o
C sampai suhu 1250 oC, kemudian cepat sekitar 18-20 oC permenit. Saat laju
pendingin lambat, C3A dan C4AF dengan cepat mengkristal, kristal C3S dan
C2S menjadi lebih teratur dan MgO bebas juga mengkristal (mineral ini
disebut Periclase). Pada kondisi ini, aktivitas hidrolik kecil, compressive
strength awal tinggi namun strength selanjutnya rendah. Saat laju pendinginan
cepat, fasa likuid memadat seperti gelas. C3A dan C2S menurun. MgObebsa
tetapdalam fasa gelas, sehingga menjadi kurang aktif dan dapat menyebabkan
semen menjadi kurangkokoh. Pada kondisi ini, compressive strength awal
rendah, namun selanjutnya tinggi.
d. Proses Penggilingan
Pada tabung penggiling ada bola-bola baja, yang dapat mengakibatkan sekitar
97-99 % energi yang masuk diubah menjadi panas. Oleh karena itu diperlukan
30
pendinginan, karena jika terlalu panas akan banyak gypsum yang menghidrasi
menjadi kalsium sulfat hemidrat (CSH1/2) atau larutan anhidrit (CS).
Akhirnya dari proses penggilingan didapat bubuk semen yang diinginkan dari
hasil penggilingan clinker dengan gypsum (CSH2).
Pembuatan suspensi semen dimulai dengan persiapan peralatan dan material
semen, baik berupa semen Portland, air dan additif.
2.3.2. Bahan
1. Semen
2. Additive ( Bentonite dan Barite )
3. Air
31
10
Slika 10 % BWOC dengan berat = 100 × 349 𝑔𝑟 = 34.9 𝑔𝑟
2.5. Pembahasan
Dalam pelaksanaan percobaan diatas kita menggunakan semen
dalam x gram yang ditimbang, harga WCR yang diinginkan tidak boleh
melebihi batas air maksimum atau kurang dari batas air minimum. Kadar
maksimum yang dimaksud yaitu apabila air yang dicampurkan kedalam
semen tanpa menyebabkan pemisahan lebih dari 3.5 ml, dalam 250 ml
suspensi semen jika didiamkan selama 2 jam pada temperatur kamar.
Sedangkan kadar air minimum jumlah air yang dapat dicampurkan
kedalam semen untuk memperoleh konsisten maksimum sebesar 30 cc.
Prosedur yang digunakan jika ingin menggunakan additif berupa padatan,
timbang % berat yang dibutuhkan. Jika menggunakan additif cairan, %
penambahan dilakukan dengan mengukur volume additif berbanding
dengan volume air yang diperlukan. Setelah bubuk semen dengan additif
dicampur kemudian air dan additif dimasukan kedalam mixing container
dan dijalankan dengan kecepatan 4000 RPM. Kemudian tutup mixing
container dengan pengadukan pada kecepatan tinggi 1200 RPM selama 35
detik.
Semen yang dibuat dipergunakan pada percobaan penentuan shear
band dan compressive strength maka ditambahkan kedalamnya additive
(barite) sebesar 2 gram. Semen yang telah dibuat dimasukkan kedalam
cetakan yang telah tersedia.
Cetakan sampel pertama yang berupa kubik berukuran 2 x 2 inchi,
yang akan digunakan dalam percobaan pengukuran compressive streght
sebelum sampel suspensi semen dituangkan terlebih dahulu pada cetakan
35
diolesi vaselin yang berguna untuk melicinkan batuan semen saat akan
dilepas dari cetakan.
Cetakan sampel kedua adalah cetakan berupa silinder yang akan
dipergunakan dalam pengukuran shear band strength, pada pengukuran
shear band strength kita akan mengukur kemampuan semen untuk
menahan tekanan secara horizontal dan vertical.
Cetakan ketiga berupa core silinder 11/2 in dan diameter luarnya 1 in.
Sampel yang digunakan untuk pengukuran permeabilitas semen dengan
casing dan pengukuran compressive strength.
Setelah memasukkan semen kedalam masing-masing cetakan, tutup
cetakan dengan penutupnya dan memasukkan kedalam plastik kemudian
diletakkan didalam ember yang berisi air. Hal ini dilakukan agar cetakan
yang kita buat cepat mengeras.
2.6. Kesimpulan
36
BAB III
PENGUJIAN DENSITAS SUSPENSI SEMEN
𝑾𝒔 + 𝑾𝒂𝒅𝒅 + 𝑾𝒂𝒊𝒓
𝝆 𝒔𝒆𝒎𝒆𝒏 =
𝑽𝒔 + 𝑽𝒂𝒅𝒅 + 𝑽𝒂𝒊𝒓
3.3.2. Bahan
1. Semen
2. Additive (Barite/Bentonite)
3. Air
38
𝑾𝒔 + 𝑾𝒂𝒅𝒅 + 𝑾𝒂𝒊𝒓
𝝆 𝒔𝒆𝒎𝒆𝒏 =
𝑽𝒔 + 𝑽𝒂𝒅𝒅 + 𝑽𝒂𝒊𝒓
Dimana :
ρ = Massa jenis suspensi semen
Ws = Berat bubuk semen
Wad = Berat additive
Wair = Berat air
Vs = Volume bubuk semen
Vad = Volume Additif
Vair = Volume Air
3. Masukkan suspensi semen kedalam cup balanced, kemudian cup
ditutup dan semen yang melekat pada dinding bagian luar dibersihkan
sampai bersih.
4. Letakkan balance arm pada kedudukan semula, kemudian atur rider
hingga seimbang, baca harga skala sebagai densitas suspensi semen
40
Additif
Massa Jenis Berat Jenis
Semen Air Barite Bentonite suspensi suspensi
(gr) (ml) (gr) (gr) semen (gr/ml) semen (ppg)
600 276 0,0 0 15,623
600 276 0,75 0,173 15,630
600 276 1,50 0,346 15,638
600 276 2,25 0,520 15,645
600 276 3,00 0,693 15,653
600 276 0,0 0 15,623
600 276 0,75 0,283 15,627
600 276 1,50 0,566
600 276 2,25 0,849
600 276 3,00 1,132
600 276 3,75 1,415
600 276 4,50 1,698
600 276 5,25 1,981
600 276 6,00 2,264
600 276 6,75 2,547
600 276 7,50 2,830
B
Additive Vs Density
e 15.66500
r 15.66000
a 15.65500
t 15.65000
15.64500
15.64000 Barite
J 15.63500
e 15.63000 Bentonite
n 15.62500
i 15.62000
s 0.0 2.0 4.0 6.0 8.0
Additive
3.6. Pembahasan
42
3.7. Kesimpulan
1. Penambahan zat aaditive barite kedalam larutan semen akan
menambah/menaikkan harga SG semen.
2. Penambahan zat additive bentonite kedalam larutan semen akan
menambah/menaikkan harga SG semen.
43
BAB IV
PENGUJIAN RHEOLOGI SUSPENSI SEMEN
𝜇𝑝 = 𝐶600 − 𝐶300
Y𝑝𝑣 = 𝐶300 − 𝜇𝑝
Dimana :
µp = Plastic Viscosity, Cp
Yp = Yield point, lb/100ft 2
C600 = Dial reading pada 600 rpm
C300 = Dial reading pada 300 rpm
4.3.2. Bahan
1. Bubuk Semen
2. Bentonite
3. Barite
4. Air
47
60
50
40
Barite
30
Bentonite
20
10
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Additive (gr)
120
100
80
Barite
60
Bentonite
40
20
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Additive (gr)
4.6. Pembahasan
Pada pengujian rheologi suspensi semen ini digunakan komposisi
semen 600 gram, barite dan bentonite antara 0 gr sampai 6 gram dan air
51
276 mL. Suspensi semen yang sudah jadi lalu dimasukkan ke dalam bejana
pada alat Fann VG Meter untuk diukur Plastic Viscosity dan Yield
Pointnya. Dari percobaan dengan 6 gr barite didapat dial reading pada 600
rpm dan 300 rpm yaitu 262 rpm dan 202 rpm. Kemudian dilakukan
perhitungan, diperoleh Plastic Viscosity sebesar 60 Cp (pengurangan C600
dengan C300) serta Yield Point 142 lb/100 ft2 (pengurangan C300 dengan
µp). Dari percobaan dengan 6 gr bentonite didapat dial reading pada 600
rpm dan 300 rpm yaitu 177 rpm dan 130 rpm. Kemudian dilakukan
perhitungan, diperoleh Plastic Viscosity sebesar 47 Cp serta Yield Point 89
lb/100 ft2.
4.7. Kesimpulan
1. Penambahan barite menaikkan nilai plastic viscosity dan yield point
dan suspense semen.
2. Penambahan bentonite menurunkan nilai plastic viscosity dan yield
point.
3. Pada percobaan C300 dan C600 mengalami selisih kenaikan yang
sama.
4. Pengujian rheology suspense semen dilakukan untuk menghitung
hidrolika operasi penyemenan.
5. Sifat-sifat fluida sangat berpengaruh dalam proses sirkulasi suspense
semen.
53
BAB V
PENGUJIAN THICKENING TIME
𝑻 − 𝟕𝟖, 𝟐
𝑩𝒄 =
𝟐𝟎, 𝟎𝟐
Dimana :
Bc = Konsistensi suspense semen
T = Pembacaan harga torsi,g-cm
5.3.2. Bahan
1. Bubuk semen
2. NaCl
3. CMC
4. Air
20
Thickening Times Uc)
15
NaCl
10
CMC
5
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Additive (gr)
5.6. Pembahasan
Pada percobaan thickening time ini dilakukan dengan contoh
perhitungan menggunakan komposisi: semen 600 gram, additive NaCl 1
gram dan 276 mL air. Suspensi semen yang telah terbentuk dimasukkan ke
dalam slurry cup sampai batas dan dimasukkan ke dalam Atmospheric
Consistometer, yang merupakan salah satu alat yang dipakai untuk
mengukur konsistensi suspensi semen. Dan didapat nilai thickening
timenya yaitu 16 uc pada additive Nacl 1 gram. Sedangkan pada CMC 1
gram didapat nilai Thickening time 14 uc.
Additive yang dipakai dalam percobaan ini yaitu NaCl dan CMC.
Penambahan NaCl ke dalam suspensi semen akan mempercepat proses
thickening time/ pengerasan suspensi semen. Hal itu terjadi karena NaCl
bersifat mengikat H2O sehingga jumlah volume air dalam suspensiakan
berkurang dan menyebabkan suspensi semen cepat mongering. NaCl
termasuk accelerator yang mempercepat thickening time. Selain itu
accelerator juga bisa berupa CaCl2, Gypsum.
59
5.7. Kesimpulan
1. Penambahan additive berupa CMC mempercepat thickening time
dibandingkan NaCl.
2. Penambahan NaCl berbanding lurus dengan harga thickening
timenya yakni semakin besar penambahan NaCl maka akan semakin
besar pula thickening timenya.
3. Sedangkan CMC berbanding terbalik dengan thickening time.
Semakin besar perubahan CMC maka akan semakin kecil thickening
timenya.
60
BAB VI
PENGUJIAN FREE WATER
Dalam penentuan harga free water ini, hal yang perlu diperhatikan
adalah WCR (Water Cemen Ratio, yaitu perbandingan air yang dicampur
terhadap bubuk semen sewaktu suspensi dibuat). Jumlah air yang
dicampurkan tidak boleh lebih dari kadar air maksimum atau kurang dari
62
6.3.2. Bahan
1. Semen
2. Air
3. Barite
4. Bentonite
63
0.7
0.6
0.5
Free Water (ml)
0.4
Bentonite
0.3
Barite
0.2
0.1
0
0 2 4 6 8
-0.1
Additive (gr)
66
6.6. Pembahasan
Pada percobaan free water ini kita menggunakan contoh perhitungan
600 gram semen, 276 ml air dan 1 gram Bentonite dan 1 gram barite.
Setelah dua jam free water diamati dengan membaca kandungan air dari
skala gelas ukur. Diperoleh free water sebanyak 0 ml pada bentonite dan
0.25 ml pada barite dalam waktu 2 jam.
Dalam melakukan suatu penyemenan diperlukan kehati-hatian dalam
penambahan air ke dalam campuran bubuk semen, karena bila tidak hati-
hati (sesuai yang diharapkan) akan berakibat hasil suspensi semen kurang
baik. Apabila air yang ditambahkan terlalu banyak maka akan
menimbulkan masalah pada daya ikat semen untuk kekuatan semen
tersebut, karena semakin banyak air yang ditambahkan maka free water
yang didapat semakin banyak mengakibatkan permeabilitas besar dan
semen rapuh. Apabila air yang ditambahkan kurang akan berakibat semen
mempunyai daya ikat yang besar dan berakibat retaknya atau pecahnya
formasi.
Oleh karena itu, penambahan air (WCR) tidak boleh melebihi kadar
maksimum atau kurang dari kadar minimumnya. Untuk mengatasi
terjadinya free water yang berlebihan biasanya ditambahkan additive yang
terkandung dari formasinya.
Dari grafik penambahan bentonite vs free water menunjukkan
adanya fluktuasi. Dimana pada awal grafik meningkat, kemudian
menurun. Secara teoritis, bentonite berfungsi sebagai
penghisap/pengabsorb air, sehingga kadar free water akan berkurang bila
bentonite yang ditambahkan semakin banyak. Namun bila free water
terlalu sedikit, menyebabkan semen memiliki friksi yang besar terhadap
lubang bor, akibatnya formasi bisa retak atau pecah.
Grafik penambahan Barite vs Free water menunjukkan kecenderung
kenakan di awal, dan di akhir dengan datar. Secara teori, Barite dapat
67
6.7. Kesimpulan
1. Penambahan additive berupa barite atau bentonite berpengaruh pada
free water tapi terikat pada jumlah tertentu.
2. Banyaknya free water dari suspensi semen juga tergantung dari jenis
semen yang digunakan.
3. Penambahan additive barite dengan free water @2jam menunjukkan
bahwa pada awalnya dalam keadaan nol kemudian meningkat namun
tidak begitu tinggi kemudian cenderung menurun dan pada akhirnya
konstan pada angka nol.
4. Penambahan additive penambahan bentonite free water @2jam
cenderung turun dimana pada awalnya sedikit tinggi kemudian konstan
pada angka nol dan kemudian meningkat drastic dan pada akhirnya
menurun kembali.
5. Apabila jumlah air cenderung lebih sedikit, maka akan berpengaruh
terhadap ikatan semen.
68
BAB VII
PENGUJIAN FILTRATION LOSS
dimana :
F30 = filtrat pada 30 menit ,ml
Ft = filtrat pada t menit , ml
t = waktu pengukuran
Pada primary cementing, filtration loss yang diikinkan sekitar 150
– 250 cc yang diukur selam 30 menit dengan menggunakan saringan
berukuran 325 mesh dan tekanan 1000 psi. sedangkan pada squeeze
cementing, filtration loss yang diijinkan sekitar 55 – 65 cc selama 30
menit. Jadi dapat disimpulkan bila formasi yang akan di lalui oleh
bubur semen merupakan formasi yang porous dan permeable, maka perlu
penambahan additive yang sesuai sebalum bubursemen dipompakan, atau
dengan kata lain sebelum dilakukan penyemena.
Untuk mengontrol besar kecilnya filtration loss dapat digunakan :
7.3.2. Bahan
1. Semen
2. Bentonite
3. Kerosine
4. Air
dimana :
F30 = filtrat pada 30 menit ,ml
Ft = filtrat pada t menit , ml
t = waktu pengukuran
73
5. Hentikan penekanan udara atau gas N2, buang tekanan udara dalam
silinder dan sisa suspense semen yang di dalam silinder tuangkan
kembali ke dalam breaker.
100
80
Bentonite
60
Kerosine
40
20
0
0 5 10 15
Additive (gr)
160.00000
140.00000
120.00000
100.00000
80.00000
(ml)
Bentonite
60.00000
40.00000 Kerosine
20.00000
0.00000
0 5 10 15
Additive (gr)
7.6. Pembahasan
Pada percobaan ini menggunakan semen 600 gr, air 276 ml, dan
pada contoh perhitungan pada additif bentonite 1 gr didapat nilai FL 30
menit percobaan 120 ml dan nilai perhitungannya 124,382 ml.
75
7.7. Kesimpulan
1. Grafik hubungan penambahan additive dengan filtration loss
menunjukkan bahwa semakin tinggi penambahan bentonite maka
filtration loss cenderung naik terus.
2. Grafik filtration loss dengan penambahan kerosene filtration lossnya
cenderung turun kemudian mengalami kenaikkan yang tidak begitu
besar sehingga filtration lossnya pada akhirnya terlihat hamper konstan.
3. Penambahan additive berpengaruh pada jumlah filtration loss tapi
terikat oleh banyaknya jumlah additive yang ditambahkan.
4. Semakin banyak filtrate yang hilang dari suspense semen maka akan
menyebabkan semakin kekurangan air (flash set).
5. Salah satu fungsi dari sementing adalah menutup zona rekahan pada
formasi sehingga mencegah filtration loss.
76
BAB VIII
PENGUJIAN COMPRESSIVE STRENGTH
8.3.1. Peralatan
1. Hidraulic pump
2. Motor
8.3.2. Bahan
1. Semen
2. Bentonite
3. NaCl
4. Air
CS = k x P (A1 / A2)
Dimana :
CS = Compressive Strength semen, psi
P = Pembebanan maksimum, psi
A1 = Luas penampang block bearing dari hydraulic mortar, in2
A2 = Luas permukaan sampel semen, in2
k = Konstanta koreksi, funsi dari perbandingan tinggi (t) terhadap
diameter (D)
r2 = D/2
= 0,96 in / 2
= 0,48 in
81
A2 = 3,14 x ( r2 )2
= 3,14 x ( 0,48 in )2
= 0,723456 in2
Tinggi ( t ) = 1,614 in
Koefisien Faktor
1,75
Menggunakan Interpolasi :
12000.00000
10000.00000
8000.00000
6000.00000 Bentonite
4000.00000 NaCl
2000.00000
0.00000
0 2 4 6 8
Additive (gr)
8.6. Pembahasan
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa penambahan
bentonite dan NaCl akan menurunkan compressive strength.
Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa dengan penambahan massa
additive yang sama 0,5 gram sampai dengan 3,5 gram pada Bentonite dan
NaCl, bentonite akan lebih memperbesar harga Compressive Strength dari
pada NaCl. API merekomendasikan bahwa setiap penambahan 1%
bentonite perlu ditambahkan pula 5,3 % air (BWOC), yang berlaku untuk
seluruh kelas semen. Pengaruh dari penambahan bentonite adalah yield
semen meningkat, kualitas perforasi lebih baik, permeabilitas naik,
viscositas naik dan Compressive Strength menurun. Untuk temperature di
atas 110oC (230oF) penambahan bentonite akan menyebabkan turunnya
Compressive Strength secara drastis.
Dari hasil percobaan diketahui pada semen dasar harga
compressive strength-nya adalah 11346,90774 psi yang berarti semen
tersebut mempunyai kemampuan untuk menahan tekanan sebesar
11346,90774 psi yang berasal dari selisih tekanan formasi dengan tekanan
yang berasal dari casing.
84
8.7. Kesimpulan
1. Semakin besar penambahan bentonite maka semakin rendah
pembebanan (psi) begitu juga nilai CS semakin menurun.
2. Semakin besar penambahan NaCl semakin tinggi pembebanan (psi)
namun nilai CS semakin rendah.
3. Bentonite merupakan salah satu additive yang mengurangi nilai
compressive strength suatu suspense semen.
4. Ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi nilai compressive
strength antara lain faktor K, pembebanan maksimum dan luas
penampang.
5. Nilai Compresive Strength sangat berpengaruh terhadap ketahanan dari
semen tuk melindungi casing dari zona formasi (horizontal)
85
BAB IX
PENGUJIAN SHEAR BOND STRENGTH
9.3.2. Bahan
1. Semen
2. Bentonite
3. NaCl
87
4. Air
Dimana :
SBS = Shear bond strength, psi
A1 = Luas Bearing Block Hydraulik Mortar, in2
D = Diameter dalam casing sample (semen), in
h = Tinggi sample semen,in
p = Pembebanan maksimum, psi
k = Konstanta koreksi, fungsi dari perbandingan tinggi
(t) terhadap diameter (D)
89
Diameter ( D ) = 0,96 in
Tinggi ( t ) = 1,614 in
33,16625 𝑖𝑛2
= 0,97445 𝑥 260 𝑝𝑠𝑖 𝑥 (3,14 𝑥 0,96 𝑖𝑛 𝑥 2,01 𝑖𝑛)
= 1386,59096 Psi
91
1,400.00000
1,200.00000
1,000.00000
800.00000 Bentonite
600.00000
NaCl
400.00000
200.00000
0.00000
0 2 4 6 8
Additive (gr)
9.6. Pembahasan
Shear Bond strength merupakan kemampuan semen menahan
tekanan secara vertical yang digunakan untuk menahan tekanan karena
berat casing dalam pengujiannya semen bubur semen yang digunakan
ditambah dengan additive bentonite dan barite. Strength pada semen
terbagi dua yaitu compressive strength dan shear bond strength.
Compressive strength adalah kekuatan semen dalam menahan tekanan
yang berasal dari arah horizontal. Sedangkan shear bond srength adalah
kekuatan semen dalam menahan tekanan-tekanan dari arah vertikal.
Pada percobaan ini digunakan additif bentonite dan NaCl data pada
Shear Bond Strength sama dengan data pada Compressive strength tetapi
pada percobaan ini diketahui nilai h pada contoh perhitungan pada
bentonite 1 gram yaitu sebesar dan nilai k = 0.97445 sehingga didapat
nilai dari Shear Bond strength yaitu sebesar 1386,859096 psi
Semen yang baik adalah semen yang mempunyai harga shear bond
strength
tinggi karena semen mempunyai kekuatan untuk mampu menahan
tekanan-tekanan yang berasal dari berat casing yang ditimbulkan atau
tekanan – tekanan dalam arah yang vertikal.
93
9.7. Kesimpulan
1. Penambahan additive berupa Bentonite dan NaCl dapat mengurangi
nilai shear bond strength dari suatu suspense semen.
2. Faktor lain yang mempengaruhi shear bond strength adalah faktor K,
pembebanan maksimum, luas penampang, diameter dan ketinggian.
3. Semakin besar maasa additive yang ditambahkan maka akan semakin
memperkecil harga shear bond strength baik bentonite maupun NaCl.
4. Nilai shear strength sangat berpengaruh terhadap ketahanan dari semen
untuk menahan semen secara vertikal.
5. Dengan menggunakan penambahan yang sama, harga shear bond
strength lebih besar jika menggunakan NaCl dibandingkan Bentonite.
94
BAB X
PENGUJIAN LUAS PERMUKAAN BUBUK SEMEN
𝟐𝟑, 𝟐 𝒙 √𝝓𝟑 𝒙 √𝒕
𝑶𝒑𝒔 =
𝝆𝒔 𝒙 ( 𝟏 − 𝝓 ) 𝒙 √𝝁
Dimana :
= Porositas semen
t = Waktu pengukuran dengan Blaine Permeameter
s = Densitas semen
= Viscositas udara
10.3.2. Bahan
1. Semen
7. Ops 23.2 x 3 x t / s x1 x
97
Viscositas Vs Temperature
0.0462
0.046
0.0458
Viscositas (lb/ft.h)
0.0456
0.0454
0.0452
0.045
0.0448
0.0446
0 20 40 60 80 100 120
Temperatur (oF)
Viscositas Vs Temperature
Φ Vs Temperature
0.585
0.58
Porositas (Φ)
0.575
0.57
0.565
0.56
0.555
465 470 475 480 485 490 495 500 505
Temperature (Rn)
Φ Vs Temperature
10.6. Pembahasan
Pengujian luas permukaan butir padatan dilakukan karena suatu
padatan mempunyai densitas yang lebih besar daripada liquid sehingga
mengakibatkan adanya perbedaan sifat fisik setelah ditambahkan dengan
liquid dimana salah satu sifat fisik padatan adalah ukuran butiran, semakin
halus ukuran butiran maka semakin luas permukaan butiran sehingga
pertukaran ionnya semakin tinggi sedangkan apabila suatu butiran
mempunyai ukuran butiran yang kasar maka semakin sempit luas
permukaan sehingga mempunyai pertukaran ionnya semakin rendah.
Selain itu faktor yang perlu diperhatikan dalam percobaan ini adalah
waktu pengukuran dengan blaine permeameter sebab waktu tersebut
digunakan dalam perhitungan untuk menghitung besarnya permeabilitas
dari sampel semen. Dimana waktu pembacaan pada baline permeameter
harus lebih besar dari 20 detik, jika kurang dari 20 detik daya ikat semen
kurang baik. Daya ikat semen dikatakan baik jika waktu pembacaan pada
blaine permeamater antara 20–30 detik.
10.7. Kesimpulan
1. Semakin besar nilai densitas semen maka akan semakin kecil nilai Ops.
2. Semakin tinggi nilai viscositas udara maka akan semakin kecil nilao
Ops.
3. Porositas berbanding lurus terhadap nilai Ops.
101
BAB XI
PEMBAHASAN UMUM
Dalam Suatu operasi pemboran penyemenan salah satu unsur yang sangat
diperhatikan karena baik buruknya suatu penyemenan akan berdampak pula pada
keadaan formasi dan casing sebagai pelindung lubang bor. Suspensi semen
memiliki sifat-sifat tertentu dimana sifat dari suspensi semen akan mempengaruhi
proses penyemenan maupun hasil dari penyemenan yang kita lakukan. Sifat-sifat
dari suspensi semen diantaranya adalah densitas, thickening time, filtration loss,
free water, compressive strength, dan shear bond strength.
Dalam pelaksanaan percobaan diatas kita menggunakan semen dalam x
gram yang ditimbang, harga WCR yang diinginkan tidak boleh melebihi batas air
maksimum tau kurang dari batas air minum. Kadar maksimum yang dimasud
yaitu apabila air yang dicampurkan kedalam semen tanpa menyebabkan
pemisahan lebih dari 3.5 ml, dalam 250 ml suspensi semen jika didiamkan
selama2 jam pada temperatur kamar. Sedangkan kadar air minimum jumlah air
yang dapat dicampurkan kedalam semen untuk memperoleh konsisten maksimum
sebesar 30 cc. Prosedur yang digunakan jika ingin menggunakan additif berupa
padatan, timbang % berat yang dibutuhkan. Jika menggunakan additif cairan, %
penambahan dilakukan dengan mengukur volume additif berbanding dengan
volume air yang diperlukan. Setelah bubuk semen dengan additif dicampur
kemudian air dan additif dimasukan kedalam mixing container dan dijalankan
dengan kecepatan 4000 RPM. Kemudian tutup mixing container dengan
pengadukan pada kecepatan tinggi 1200 RPM selama 35 detik.
Dari data percobaan ini dapat dilihat bahwa semakin besar penambahan
massa additive semakin besar pula nilai densitas suspensi semen yang didapat.
Dan jika dilihat dari grafik penambahan barite nilai desitas suspensi semennya
lebih besar peninkatannya dibanding nilai dari additive bentonite.
103
memiliki sifat mengikat air sehingga semakin banyak digunakan semakin sedikit
filtrat yang keluar dari filterpress sedangkan NaCl dapat memperbesar filtration
loss. Penambahan bentonite pada dasarnya akan menurunkan jumlah filtration
loss. Hal ini dapat terjadi karena bentonite bersifat menghisap air sehingga
kandungan air dalam suspensi semen tetap terjaga. Akan tetapi penambahan
bentonite ini perlu diperhitungkan secara tepat untuk memperoleh hasil yang
diharapkan.
Pengujian Compressive strength dilakukan untuk mengetahui kekuatan
dari semen padat untuk menahan tekanan horizontal yang berasal dari formasi
ataupun casing, dalam pembuatan sample semen bubur semen ditambah dengan
additive bentonite dan barite. Menurut teori, penambahan bentonite akan
menyebabkan penurunan strength semen. Sedangkan penambahan barite dapat
menaikkan strength semen. Dalam mengukur strength semen, sering kali yang
diukur adalah compressive strength. Umumnya compressive strengrh mempunyai
harga 8-10 kali lebih dari harga shear strength. Strength minimum yang
direkomendasikan API untuk dapat melanjutkan operasi pemboran adalah 6,7
MPa (1000psi). Untuk mencapai hasil penyemenan yang diinginkan maka
strength semen harus mampu melindungi dan menyokong casing, menahan
goncangan selama operasi pemboran, menyekat lubang dari fluida formasi yang
korosif serta menyekat antar lapisan yang permeable
Shear Bond strength merupakan kemampuan semen menahan tekanan
secara vertical yang digunakan untuk menahan tekanan karena berat casing dalam
pengujiannya semen bubur semen yang digunakan ditambah dengan additive
bentonite dan barite. Semen yang baik adalah semen yang mempunyai harga
shear bond strength tinggi karena semen mempunyai kekuatan untuk mampu
menahan tekanan-tekanan yang berasal dari berat casing yang ditimbulkan atau
tekanan – tekanan dalam arah yang vertikal.Berdasarkan teori, fungsi dari
penambahan barite dapat meningkatkan harga shear bond strength, tetapi pada
percobaan yang dilakukan ada sedikit ketidakcocokkan dengan teori yang ada.
Luas permukaan bubuk semen dapat dihitung dan dijadikan sebagai acuan
dalam pemilihan semen yang baik. karena semakin besar luas permukaan bubuk
105
semen berarti butiran semen semekin kecil dan ikatan antar ionnya pun semakin
erat dengan demikian padatan semen yang akan dihasilkan akan memiliki
permeabilitas yang kecil, jika semen berpermeabilitas kecil akan mencegah
adanya fluida formasi yang mungkin bisa masuk melewati pori semen yang
terbentuk dan dapat menyebabkan terjadinya korosi pada casing. Pengujian luas
permukaan butir padatan dilakukan karena suatu padatan mempunyai densitas
yang lebih besar daripada liquid sehingga mengakibatkan adanya perbedaan sifat
fisik setelah ditambahkan dengan liquid dimana salah satu sifat fisik padatan
adalah ukuran butiran, semakin halus ukuran butiran maka semakin luas
permukaan butiran sehingga pertukaran ionnya semakin tinggi sedangkan apabila
suatu butiran mempunyai ukuran butiran yang kasar maka semakin sempit luas
permukaan sehingga mempunyai pertukaran ionnya semakin
106
BAB XII
KESIMPULAN UMUM
1. Pembuatan suspensi semen dan cetakan semen ini perlu dilakukan dalam
penentuan shear bond dan compressive strength.
2. Pembuatan suspensi semen dan cetakan semen yang baik akan sangat
mendukung nilai dari shear band dan compressive strength yang akan
ditentukan kemudian.
3. Densitas dari suspensi semen sangat perlu diperhatiakan karena sangat
berpengaruh dalam proses penyemenan.
4. Pengukuran Densitas berguna untuk mengetahui tekanan hidrostatik suspensi
semen di dalam lubang sumur. Bila tekanan hidrostatik yang dihasilkan
suspensi semen terlalu besar maka akan mengakibatkan formasi pecah,
sehingga terjadi loss circulation, dan jika tekanan hidrostatik yang dihasilkan
suspensi semen terlalu kecil maka akan mengakibatkan collapse.
5. Pada percobaan Densitas ini semakin besar penambahan massa barite dan
bentonite maka akan semakin memperbesar nilai dari densitas suspensi
semen.
6. Penggunaan additive barite cenderung akan lebih cepat meningkatkan nilai
densitas bila dibandingkan dengan penggunaan additive bentonite.
7. Pengujian rheologi suspensi semen bertujuan untuk menghitung hidrolika
operasi penyemenan yang mana rheologi semen ini berhubungan dengan
perkiraan kehilangan tekanan akibat friksi dan sifat-sifat aliran yang bisa
menentukan keberhasilan dalam penyemenan. Untuk memperoleh hasil
penyemenan yang baik yang disesuaikan dengan keadaan dalam formasi.
8. Semakin besar penambahan massa additive barite ke dalam suspensi maka
nilai plastic viscosity-nya semakin besar, sebaliknya semakin besar
penambahan bentonite maka plastic viscosity-nya semakin kecil.
9. Dari grafik hubungan penambahan additive vs plastic viscosity, terlihat
bahwa terdapat titik potong antara kurva barite dan bentonite, ini
107
dengan nilai fw 0.75 ml. pada barite tahap awal mengalami kenaikan yaitu
dengan nilai free water 0.25 ml dan setelah itu mengalami penurunan pada
penambahan 1 gram kemudian mendatar dalam perhitungan waktu 2 jam.
17. Filtration loss adalah peristiwa hilangnya cairan suspensi semen yang masuk
ke dalam formasi permeable yang dilaluinya. Bila filtration loss terlalu besar,
maka akan dapat menyebabkan pecah formasi karena banyak cairan atau
filtrate suspensi semen yang hilang ke formasi, hal tersebut bisa
mengakibatkan terjadinya lost circulation.
18. Bentonite merupakan lost Circulation Control Agent merupakan additive
yang digunakan untuk mengontrol hilangnya suspensi semen ke dalam
formasi yang lemah.
19. Compressive strength adalah kekuatan semen dalam menahan tekanan–
tekanan yang berasal dari formasi maupun casing dalam arah horizontal.
Penambahan Bentonite dan NaCl akan memperkecil harga Compressive
Strength.
20. Pada additif bentonite harga Compressive Strength yang didapat semakin
besar nilai/massa yang ada maka semakin kecil nilai Compressive Strength
yang didapat begitu juga dengan additif NaCl pada suatu suspensi semen.
Tetapi dengan menggunakan penambahan yang sama, harga Compressive
Strength lebih besar jika menggunakan bentonite dibandingkan NaCl.
21. Nilai Compressive Strength dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
penambahan additive, pembebanan, ukuran penampang semen, ukuran
bearing dan koefisien faktor. Nilai Compresive Strength sangat berpengaruh
terhadap ketahanan dari semen untuk melindungi casing dari zona formasi
(horizontal)
22. Shear Bond Strength adalah kekuatan suspensi semen untuk menahan berat
dari casing dalam arah vertical. Semen yang baik adalah semen yang
mempunyai harga shear bond strength tinggi. Pengujian Shear Bond Strength
untuk mengetahui kekuatan suspensi semen untuk menahan berat dari casing
dalam arah vertikal. Pada additive bentonite semakin besar massa yang ada
109
maka semakin kecil nilai Shear Bond Strength yang didapat, begitu juga
dengan additive NaCl pada suatu sampel semen.
23. Nilai Shear Bond Strength dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
penambahan additive, pembebanan, diameter dalam casing sampel (semen),
luas bearing block hydraulic mortar, tinggi sampel semen dan koefisien
faktor. Nilai Shear Bond Strength sangat berpengaruh terhadap ketahanan
dari semen tuk menahan semen secara vertikal.
24. Percobaan pengujian luas permukaan bubuk semen dilakukan untuk
mengetahui daya ikat semen terhadap casing.dan penentuan kekuatan semen.
Dari percobaan pengujian luas permukaan bubuk semen dapat diperoleh luas
permukaan bubuk semen sebesar 358,199 cm2/gram sehingga sampel semen
tersebut memiliki ukuran butir yang cukup halus dan memiliki kekuatan yang
cukup baik.
25. Luas permukaan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
Densitas semen yaitu semakin besar nilai densitas semen maka semakin
kecil nilai ops.
Temperatur ruang yaitu semakin tinggi nilai temperatur maka akan
mempengaruhi naiknya nilai porositas dan viskositas udara
Viscositas udara yaitu semakin tinggi nilai viscositas udara maka akan
semakin kecil nila ops.
Porositas yaitu semakin tinggi nilai ops juga akan semakin berbanding
besar.
Semakin lama pengukuran dengan blaine parameter maka ops juga akan
naik.
110
DAFTAR PUSTAKA