Anda di halaman 1dari 110

BAB I

PENDAHULUAN

Hal yang harus dilakukan setelah proses pemboran ialah penyemenan


(cementing). Penyemenan pada sumur pemboran (cementing) adalah suatu proses
pencampuran (mixing) dan pendesakan (displacement) bubur semen (slurry)
melalui casing sehingga mengalir ke atas melewati annulus di belakang casing
sehingga casing terikat ke formasi. Satu yang penting dari beberapa faktor yang
mempengaruhi kualitas konstruksi sumur pemboran adalah sejauh mana kualitas
semen yang digunakan pada operasi sementing. Untuk itu perlu dilakukan study
uji laboratorium untuk mengetahui komposisi dan sifat fisik semen. Diharapkan
dengan kualitas semen yang baik konstruksi sumur dapat bertahan lebih dari 20
tahun. Operasi penyemenan bertujuan untuk :
 Melekatkan casing pada dinding lubang sumur.
 Melindungi casing dari masalah-masalah mekanis sewaktu operasi
pemboran (seperti getaran).
 Melindungi casing dari fluida formasi yang bersifat korosi.
 Memisahkan zona yang satu terhadap zona lainnya dibelakang casing.

Menurut alasan dan tujuannya penyemenan dibagi menjadi dua :

1. Primary Cementing
Adalah suatu penyemenan dimana langsung dilakukan setelah pemasangan
casing, kegunaan primary cementing diantaranya :
 Melekatkan casing keformasi
 Melindung pipa dari tekanan – tekanan formasi
 Menutup zona lost circulation
 Membuat pemisah zona dibelakang casing

1
2

Penyemanan conductor casing bertujuan untuk mencegah terjadinya


kontaminasi fluida pemboran dengan formasi. Pada surface casing bertujuan
melindungi air tanah agar tidak tercemar dari fluida pemboran, memperkuat
kedudukan surface casing sebagai tempat dipasangnya alat BOP, untuk
menahan beban casing yang berada dibawahnya, dan untuk mencegah
terjadinya aliran fluida pemboran atau fluida formasi yang akan melalui
surface casing.
Penyemenen intermediate casing bertujuan untuk menutupi tekanan
formasi abnormal atau untuk mengisolasi daerah lost circulation.
Penyemenen production casing bertujuan untuk mencegah terjadinya
aliran antar formasi ataupun aliran fluida formasi yang tidak diinginkan,
yang akan memasuki sumur, untuk mengisolasi zona produktif yang akan
diproduksikan fluida formasi, dan juga untuk mencegah terjadinya korosi
pada casing yang disebabkan oleh material–material korosif.

2. Secondary Cementing
Adalah suatu cara dimana cemen slurry ditekan masuk kesuatu formasi atau
tidak disumur, gunanya antara lain :
 Memperbaiki Primary Cementing yang tidak sempurna.
 Mengurangi gas oil, water oil atau water gas ratio.
 Memperbaiki casing yang patah.
 Menutup zona lost circulation.
 Membantu pada primary cementing bila fill up ( pengisian kolom yang
harus disemen ) tidak cukup.
Secondary cementing dapat dibagi menjadi 3 bagian :
a. Squezze Cementing, bertujuan untuk :
 Mengurangi WOR, WGR, GOR.
 Menutup formasi yang tidak lagi produktif.
 Menutup zona lost circulation.
 Memperbaiki kebocoran pada casing.
3

b. Re–Cementing
Dilakukan untuk menyempurnakan primary cementing yang gagal dan
untuk memperluas perlindungan casing diatas top Cement.
c. Plug Back Cementing, dilakukan untuk :
 Menutup dan meninggalkan sumur.
 Melakukan directional drilling sebagai landasan Whip Stock
yang dikarenakan adanya perbedaan Compressive Stregh antara
semen dan formasi maka akan mengakibtakan bit berubah
arahnya.
 Menutup zona air dibawah zona minyak agar WOR berkurang
pada open hole completion.

Perkins System
Perkins system sering juga disebut dengan penyemenan system plug atau
penyemenan sistem sumbat, karena didalam penyemenan ini menggunakan plug.
Terdapat dua plug, yaitu bottom plug dan top plug. Bottom plug memisahkan
Lumpur yang ada dalam casing dengan bubur semen sedangkan top plug
memisahkan bubur semen dengan Lumpur pendorong.
Peralatan yang digunakan pada penyemenan system perkins adalah sebagai
berikut:
1. Peralatan yang terletak di bawah permukaan adalah antara lain :
 Casing Shoe
Casing shoe terletak di ujung rangkaian casing. Fungsi dari
casing shoe adalah untuk menuntut casing diwaktu penurunannya
agar tidak tersangkut. Casing shoe yang berfungsi hanya sebagai
penuntut casing diwaktu penurunannya disebut guide shoe. Casing
yang diperlengkapi dengan elap penahan tekanan balik disebut
dengan float shoe.
4

 Shoe Track
Shoe track adalah satu atau dua batang casing yang ditempatkan
diatas casing shoe. Shoe track berfungsi untuk menampung bubur
semen yang terkontaminasi oleh Lumpur pendorong. Kalau bubur
semen yang terkontaminasi oleh Lumpur pendorong masuk ke anulus
maka ikatan semen di annulus tidak baik.
 Casing Collar
Salah satu alat downhole yang digunakan untuk mengkonfirmasi
atau mengkorelasi kedalaman menggunakan titik referensi yang
diketahui pada casing string.
 Scratcher
Scratcher bertugas untuk mengikis mud cake. Bila mud cake
tidak terkikis maka ikatan semen dengan dinding lobang tidak baik,
ini akan membentuk channeling pada semen. Stracher terdiri dari 2
macam, yaitu:
a) Rotating scratcher yang berfungsi untuk mengikis mud cake
dengan jalan memutar casing.
b) Reciprocating scratcher yang berfunfsi untuk mengikis mud
cake dengan jalan menaik – turunkan rangkaian casing.
 Centralizer
Centralizer berfungsi membuat casing berada ditengah – tengah
lobang, kalau casing tidak berada ditengah – tengah lobang bor, maka
semen tidak rata tebalnya di sekeliling casing malahan ada annulus
casing yang tidak tersemen, kalau hal ini terjadi maka casing tidak
akan ada yang menahan dari serangan cairan korosif. Sehingga casing
akan cepat bocor atau terbentuk channeling dalam semen.
2. Peralatan yang terletak di atas permukaan adalah antara lain :
 Cementing head
Cementing head adalah peralatan penyemenan yang dipasang
diujung casing teratas. Cementing head yang modern sekarang adalah
plug container dimana didalam plug container bisa dipasang langsung
5

bottom plug dan top plug, masing – masng plug akan ditahan oleh
pin penahan.
Selain dari itu cementing head jenis dilengkapi dengan 3 buah
saluran yaitu :
a) Saluran Lumpur, saluran ini untuk sirculasi Lumpur untuk
membersikkan lubang bor
b) Saluran bubur semen, saluran ini dipakai diwaktu memompakan
bubur semen kedalam casing.
c) Saluran Lumpur pendorong, saluran ini digunakan mendorong
sampai top plug berimpit dengan bottom plug di casing collar.
 Cementing line
 Cementing pump
Pompa semen bertugas mengisap bubur semen yang telah dibuat
dan memompakan bubur semen ke cementing head melalui cementing
line.
 Slurry pan
 Hopper dan mixer
Hopper adalah corong untuk memasukan bubuk semen dan
additive, air disalurankan dengan tekanan tiinggi dari bagian belakang
mixer. Air dengan bubuk semen dan additive diaduk hingga rata oleh
mixer.
 Tangki air

Proses pembuatan bubur semen dan memompakannya ke bawah permukaan


adalah seperti berikut. Bubuk semen dimasukan kedalam hopper, air dialirkan
dengan tekanan tinggi kemixer. Mixer akan mencampur bubuk semenj dengan air
atau additive membentuk bubur semen (slurry), slurry terdorong keslurry pan.
Pompa semen akan mengisap bubur semen dan memompakannya ke cementing
head melalui cementing line. Plug yang terdapat pada plug container mempunyai
3 saluran yaitu :
6

1. saluran untuk sirkulasi Lumpur.


2. saluran bubur semen.
3. saluran lumpur pendorong.

Poorboys System
Metode poorboys system ini disebut juga dengan penyemenan sistem tubing
atau tubing system. Dikatakan tubing system sering digunakan untuk penyemenan
casing berukuran 16 inch ke atas. Alasan dari penggunaan sistem poorboys
adalah:
1) Waktu
Waktu yang diperlukan untuk melakukan penyemenan dengan system
poorboys lebih singkat dibanding bila menyemen dengan sistem perkins.
Hubungan diameter casing besar waktu untuk pendorongan akan lebih
panjang.
2) Peralatan yang tersedia.
Bila casing besar, top plug yang mempunyai ukuran yang besar tidak
ada dipasaran. Kalau di pesan pada pabrik tentu harus segera khusus,
sehingga harganya mahal, dan bila ditinjau dari segi biaya tidak ekonomis.
3) Bubur semen
Bila menggunakan system perkins, tentu untuk casing yang besar akan
mempunyai shoetrack yang mempunyai volume yang besar pula. Di dalam
shoetrack nantinya setelah selesai penyemenan teris oleh semen, yang
banyak sekali, dan semen yang tertinggal di dalam shoetrack akan terbuang
saja. Tentu ini merupakan kerugian dari bubuk semen, sehingga system
perkins juga tidak ekonomis untuk menyemen casing yang berdiameter
besar.
4) Lumpur pendorong
Lumpur pendorong yang digunakan tentu akan banyak sekali bla
menggunakan penyemenan dengan system sumbat, volume Lumpur
pendorong mulai dari permukaan sampai ke casing collar adalah sangat
besar volumenya untuk casing yang besar diameternya.
7

5) Pompa Lumpur pendorong.


Pompa Lumpur pendorong mungkin takkan sanggup mendorong
Lumpur pemboran yang besar volumenya.

Proses kerjanya adalah sebagai berikut. Casing yang akan disemen


disambung ujungnya dengan duplex float shoe. Shoe ini berfungsi menuntun
casing agar tidak tersangkutdalam penurunannya. Karna mempunyai float system,
shoe dapat menahan tekanan balik bubur semen dari annulus. Selain itu duplex
float shoe dilengkapi juga stinger socket. Pada bagian luar casing dilengkapi
dengan centralizer dan scratcher, yang bertugas agar casing tetap berada ditengah
lubang dan membersikan mud cake. di annulus drill pipe dengan casing juga
dipasang sebuah centralizer agar pemasangan stinger dengan stinger socket bisa
tepat, tubing dan drill pipe digunakan sebagai saluran bubur semen dan Lumpur
pendorong.

Penyemenan Bertingkat
Penyemenan bertingkat lebih populer disebut dengan stage cementing,
penyemenan ini dilakukan secara bertingkat atau secara bertahap. Tingkat pertama
dilakukan untuk menyemen casing bagian bawah sepanjang kolam semen tertentu,
kemudian dilanjutkan lagi untuk menyemen lagi casing yang lebih atas.
Penyemenan dengan cara ini bisa dlakukan untuk menyemen seluruh annulus
casing dari dari dasar lubang atau tidak seluruhnya. Mungkin beberapa ribu feat
dari dasr lubang. dan ada beberapa ribu atau ratus featpula dari permukaan, hal ini
tergantung kepada tujuan penyemenan itu dan kondisi dari formasi yang akan
disemen. Alasan – alasan dilakukannya penyemenan bertingkat sebagai berikut :
1) Tekanan rekah formasi
Bila formasi didasar lubang mempunyai tekanan rekahan yang kecil
tinggi kolam semen tidak dapat terlalu besar, sebab dasar lubang tidak
sanggup menahan tekanan yang besar kita tahu bahwa berat jenis bubur
semen adalah cukup besar dan akan menyebabkan tekanan yang lebih besar,
8

yang akan menghancurkan formasi dari tekanan tersebut. Ha ini berlaku


pula pada sumue dalam
2) Menghemat pemakaian semen.
Bagian dari lubang bar tidak perlu seluruhnya disemen, bila formasi
lubang cukup keras dan kompak, tidak perlu disemen. Jadi dengan tidak
seluruhnya disemen maka akan menghemat semen.
3) Formasi lost
Formasi yang sangat lemah yang mana merupakan yaqng tidak tahan
terhadap tekanan, tidak perlu disemen bila formasi tersebut tidak
menibulkan bahaya yang lain cukup disemen bagian atas dan bawahnya
saja.

Teknik penyemenan bertingkat ada beberapa cara, yaitu:


 Regular two stage cementing.
 Continuous tripping two stage cementing.
 Continuous two stage cementing.

Tidak terdapat banyak perbedaan antara ketiga cara diatas, karna secara
teknis proses kerja dari ketiga cara diatas basicnya semua sama.

Gambar 1.1. Cementing


9

Standar minimum yang harus dimiliki dari perencanaan sifat-sifat semen


didasarkan pada Brookhaven National Laboratory dan API Spec 10 “Specification
for Material and Testing for Well Cementing”.
Secara garis besar percobaan laboratorium analisa semen pemboran dapat
dibagi dalam beberapa kelompok kecil, yaitu :
 Pembuatan suspensi semen dan cetakan sampel
 Uji Rheologi suspensi semen.
 Uji sifat-sifat suspensi semen.
 Uji sifat-sifat batuan semen.
Uji sifat-sifat batuan semen pemboran sedikit berbeda dengan uji yang
lainnya, karena batuan semen yang terjadi merupakan fungsi waktu. Dengan
demikian sifat-sifat tersebut akan berbeda tergantung dari waktu
pengkondisiannya baik terhadap temperatur ataupun waktunya.
10

BAB II
PEMBUATAN SUSPENSI SEMEN DAN CETAKAN SAMPEL

2.1. Tujuan Percobaan


1. Mengetahui dan memahami cara pembuatan suspensi semen pemboran
2. Mengetahui cara pembuatan cetakan semen / sampel
3. Mengetahui pengkondisian suspensi semen
4. Mengetahui
5. Mengetahui

2.2. Teori Dasar


Pada umumnya penyemenan bertujuan untuk melekatkan casing
pada dinding lubang sumur, melindungi casing dari masalah–masalah
mekanis sewaktu operasi pemboran (seperti getaran). Melindung casing
dari fluida formasi yang bersifat korosif, dan untuk memisahkan zona–
zona yang satu terhadap zona yang lain dibelakang casing.
Densitas suspensi semen yang rendah sering digunakan dalam
operasi primary cementing, guna untuk menghindari terjadinya fracture
pada formasi yang lemah. Untuk menurunkan densitas dapat dilakukan
dengan hal-hal berikut :

 Menambahkan clay atau zat –zat kimia silikat jenis extender


 Menambahakan bahan –bahan yang dapat memperbesar volume
suspensi semen,seperti pozzolan

Sedangkan densitas suspensi semen sangat tinggi digunakan bila


tekanan formasi cukup besar. Untuk memperbesar densitas dapat
ditambahkan pasir atau material –material pemberat ke dalam suspensi
semen,seperti barite dan bentonite.
11

Pengukuran densitas di laboratorium berdasarkan dari data berat


volume tiap komponen yang ada dalam suspensi semen, sedangkan di
lapangan dengan menggunakan alat ” Pressurized mud balance ”.
Densitas suspensi semen didefenisikan sebagai perbandingan antara
jumlah berat bubuk semen, air pencampur dan addditif terhadap jumlah
volume bubuk semen, air pencampur dan additif.
Dirumuskan sebagai berikut :

𝑮𝒃𝒌 + 𝑮𝒘 + 𝑮𝒂
𝑫𝒃𝒔 =
𝑽𝒃𝒌 + 𝑽𝒘 + 𝑽𝒂

Dimana :
Dbs = Densitas suspensi semen
Gbk = Berat bubuk semen
Gw = Berat air
Ga = Berat additif
Vbk = Volume bubuk semen,gallon
Vw = Volume air,gallon
Va = Volume additive,gallon
Densitas suspensi semen sangat berpengaruh terhadap tekanan
hidrostatis suspensi semen didalam lubang sumur. Bila formasi tidak
sanggup menahan tekanan suspensi semen, maka akan menyebabkan
formasi pecah, sehingga terjadi lost cirulation.

KLASIFIKASI SEMEN
API telah melakukan pengklasifikasian semen kedalam beberapa
kelas guna mempermudah pemilihan dan penggolongan semen yang akan
digunakan. Pengklasifikasian ini didasrkan atas kondisi sumur dan sifat-
sifat semen yang disesuaikan dengan kondisi sumur tersebut. Kondisi
sumur tersebut meliputi kedalaman sumur, temperatur, tekanan dan
kandungan yang terdapat pada fluida formasi (seperti sulfat dan
sebagainya).
12

 Kelas A
Semen kelas A ini digunakan dari kedalaman 0 (permukaan)
sampai 6000 ft. Semen ini terdapat dalam tipe biasa (ordinary type)
saja.
 Kelas B
Semen kelas B digunakan dari kedalaman 0 sampai 6000 ft dan
tersedia dalam jenis yang tahan terhadap kandungan sulfat menengah
dan tinggi (moderate and high sulfat resistant).
 Kelas C
Semen kelas C digunakan dari kedalaman 0 sampai 6000 ft dan
mempunyai sifat high-early strength (proses pengerasan cepat).
Semen ini tersedia dalam jenis moderate dan high sulfat resistant.
 Kelas D
Semen kelas D digunakan untuk kedalaman dari 6000 ft
sampai 12000 ft dan untuk kondisi sumur yang memiliki tekanan dan
temperatur tinggi. Semen ini tersedia juga dalam jenis moderate and
high sulfat resistant.
 Kelas E
Semen kelas E digunakan untuk kedalaman dari 6000 ft
sampai 14000 ft dan untuk kondisi sumur yang memiliki tekanan dan
temperatur tinggi. Semen ini tersedia juga dalam jenis moderate and
high sulfat resistant.
 Kelas F
Semen kelas F digunakan untuk kedalaman dari 10000 ft
sampai 16000 ft dan untuk kondisi sumur yang memiliki tekanan dan
temperatur tinggi. Semen ini tersedia juga dalam jenis high sulfat
resistant.
 Kelas G
Semen kelas G digunakan untuk kedalaman 0 sampai 8000 ft
dan merupakan semen dasar. Bila ditambahkan retarder, semen ini
dapat dipakai untuk sumur yang dalam dan range temperatur yang
13

cukup besar. Semen ini tersedia dalam jenis moderate and high sulfat
resistant.
 Kelas H
Semen kelas H digunakan dari kedalaman 0 sampai 8000 ft
dan merupakan semen dasar pula. Dengan penambahan acclerator
dan retarder, semen ini dapat digunakan pada range temperatur dan
kedalaman yang besar. Semen ini hanya tersedia dalam jenis
moderate sulfate resistant.

PEMBUATAN SUSPENSI SEMEN


Pembuatan suspensi semen dimulai dengan persiapan peralatan dan
material semen, baik berupa semen portland, air dan additive.

Bubuk semen
Bubuk semen ditempatkan dalam karung atau sack. Berat dari satu
sack semen adalah 94 lbs pada umumnya. Sedangkan berat jenis dari
bubuk semen adalah 3.14 gr/cc. Bubuk semen yang dipakai dalam
penyemenan sumur minyak dan gas berbeda dengan semen yang
digunakan untuk bangunan. Sumur minyak mempunyai sifat-sifat tertentu.
Yang mana komponen-komponennya harus disesuikan pula. American
Petroleum Institute telah menstandarisasi dari bubuk semen yang
digunakan untuk menyemen sumur minyak dan gas menurut kelas tertentu.

Komponen bubuk semen


Semen yang biasa digunakan dalam industri perminyakan adalah
semen Portland, dikembangkan oleh JOSEPH ASPDIN12 tahun 1824.
Disebut Portland karena mula-mula bahannya didapat dari pulau Portland
Inggris. Semen Portland ini termasuk semen hidrolis dalam arti akan
mengeras bila bertemu atau bercampur air. Semen Portland mempunyai 4
komponen mineral utama (lihat gambar), yaitu :
14

Gambar 2.1 komponen semen portland

a. TRICALCIUM SILICATE
Tricalcium silicate (3CaO.SiO2) dinotasikan sebagai C3S,
yang dihasilkan dari kombinasi CaO dan SiO2. Komponen ini
merupakan yang terbanyak dalam semen Portland, sekitar 40 – 45 %
untuk semen yang lambat proses pengerasannya dan sekitar 60 – 65
% untuk semen yang cepat proses pengerasannya (high-early streth
cement). Komponen C3S pada semen memberikan strength yang
terbesar pada awal pengerasan.

b. DICALCIUM SILICATE
Dicalcium silicate (2CaO.SiO2) dinotasikan sebagai C2S, yang
juga dihasilkan dari kombinasi CaO dan SiO2. Komponen ini sangat
penting dalam memberikan final strength semen. Karena C2S ini
menghidrasinya lambat maka tidak berpengaruh dalam setting time
semen, akan tetapi sangat menentukan dalam kekuatan semen lanjut.
Kadar C2S dalam semen tidak lebih dari 20 %.
15

c. TRICALCIUM ALUMINATE
Tricalcium aluminate (3CaO.Al2O3) dinotasikan sebagai C3A,
yang terbentuk dari reaksi antara CaO dengan Al2O3. Walaupun
kadarnya lebih kecil dari komponen silikat (sekitar 15 % untuk high-
early strength cemen dan sekitar 3 % untuk semen yang tahan
terhadap sulfat), namun berpengaruh pada rheologi suspensi semen
dan membantu proses pengerasan awal pada semen.

d. TETRACALCIUM ALUMINOFERRITE
Tetracalcium aluminoferrite (4CaO.Al2O3.Fe2O3) dinotasikan
sebagai C4AF, yang terbentuk dari reaksi CaO, Al2O3 dan Fe2O3.
Komponen ini hanya sedikit pengaruhnya pada stength semen. API
menjelaskan bahwa kadar C4AF ditambah dengan dua kali kadar
C3A tidak boleh lebih dari 24 % untuk semen yang tahan terhadap
kandungan sulfat yang tinggi. Penambahan oksida besi yang
berlebihan akan menaikkan kadar C4AF dan menurunkan kadar C3A,
dan berfungsi menurunkan panas hasil reaksi/hidrasi C3S dan C2S.

Selain ke-4 dasar komponen yang ditemukan dalam klinker, semen


portland dalam bentuk akhirnya dapat mengandung gypsum, alkali sulfat,
magnesium, lime bebas dan zat penambah lainnya. Pada konsentrasi
normal, material-material ini tidak begitu mempengaruhi sifat set semen,
tapi mempengaruhi laju hidrasi, ketahan terhadap serangan sulfat dan sifat
bubur semen.
Struktur butiran klinker bervariasi mengikuti material mentahnya,
ukuran butirannya dan pemanggangannya dan pendinginannya. Variabel-
variabel tadi mempengaruhi proses kristalisasi, berbagai hasil akhir dan
porositas dari butiran klinker itu sendiri. Secara umum, C3S (alite), sebagai
komponen mayoritas mengkristal sebagai partikel butiran. C2S (balite)
16

mengkristal kecil-kecil, lebih bundar yang mana tersebar di sekitar butiran


C3S. C4AF membentuk fasa kontinu di antara struktur butiran klinker.
Semen Portland terbuat dari bahan-bahan mentah tertentu, pemilihan
bahan-bahan mentah tersebut sangat berpengaruh terhadap komposisi
bubuk semen yang diinginkan. Ada dua macam bahan mentah yang
dibutuhkan dalam menghasilkan semen Portland, yaitu :

1. MATERIAL CALCAREOUS
Material ini berisi kalsium karbonat dan kalsium oksida yang
terdiri dari limestone dan batuan semen.
 Limestone adalah batuan terbentuk dari sebagian besar zat-zat
organik sisa (seperti kerang laut atau koral) yang terakumulasi.
Limestone ini merupakan komponen dasar dari kalsium
karbonat.
 Batu semen adalah batuan yang komposisinya serupa dengan
semen batuan.
 Kapur adalah limestone kekuning-kuningan atau abu-abu dan
halus yang sebagian besar berasal dari kerang-kerang laut.
 Marl atau tanah kapur adalah tanah yang rapuh dan
mengandung bahan-bahan pokok kalsium karbonat.
 Alkali adalah alkali di sini berasal dari pembuangan zat-zat
kimia pabrik yang mengandung kalsium oksida atau kalsium
karbonat.

2. MATERIAL ARGILLACEOUS
Material ini berisi clay atau mineral clay.
 Clay adalah bahan yang bersifat plastis bila basah dan keras
bila dipanaskan. Terdiri dari sebagian besar aluminium silikat
dan mineral lainnya.
 Shale adalah batuan fosil yang terbentuk dari gabungan clay,
lumpur dan silt (endapan lumpur).
17

 Slate atau batu tulis adalah batuan yang padat dan berbutir
baik, yang dihasilkan dari pemampatan clay, shale dan batuan
lainnya.
 Ash atau abu merupakan produk pembakaran batubara.

Distrubusi permukaan dari komposisi yang berbeda penting dalam


menentukan sifat semen. Kelas semen tertentu dengan spesifikasi yang
sama dapat mempunyai kekuatan yang berbeda. Ini biasanya disebabkan
perbedaan proses kristalisasi.
Selain komponen dasar, ada juga komponen tambahan dalam
pembuatan semen pemboran. Komponen tambahan semen merupakan
macam-macam additive yang digunakan dalam operasi penyemenan untuk
memperoleh sifat khusus atau kinerja yang dibutuhkan. Additive yang
umum digunakan untuk bahan campuran pada suspensi semen/slurry
antara lain :
A. Retarder
Retarder adalah additive berfungsi untuk memperlambatkan
atau memperpanjang thickening time. Hal ini diperlukan untuk
menyemen surat bertemperatur tinggi, atau untuk sumur yang dalam
atau kolom penyemenan yang panjang. Atau bila air banyak terisap
oleh penambahan additive lain sehingga thickening time berkurang.
Sebagaimana telah disebut diatas bahwa bila thickening time
lebih kecil dari waktu pemompaan bubur semen maka bubur semen
akan mengeras sebelum sampai ke tempat yang diinginkan. Bahan-
bahan yang bertindak sebagai retarder adalah sebagai berikut :
1. Calcium ligno sulfonate
Pengaruh calcium ligno sulfonate terhadap thickening dapat
dilihat pada tabel berikut. Dimana bentonite adalah 12% untuk
kedalaman tertentu. Kalau secara normal thickening time akan
berkurang untuk pertambahan temperatur. Temperatur akan
naik dengan bertambahnya kedalaman lobang.
18

Modified lignin adalah retarder untuk temperatur yang tinggi. Dan juga
dapat sebagai additive untuk menurunkan viskositas dari bubuk semen.
Bahan ini terutama digunakan untuk :
 Pozzolan lime
 Semen kelas D dan E
Modified lignin tidak perlu menambahkan air yang banyak. Bahan ini
dianjurkan untuk kedalaman 12.000 ft keatas atau untuk temperatur 2600F
lebih. Pada tabel berikut ini diperlihatkan modified lignin sebagai retarder
untuk kadalaman 12.000 ft sampai 18.000 ft. Untuk penyemenan casing
dan squeeze cementing dalam keadaan statis maupun saat dinamis, untuk
semen kelas D atau F. Dengan kenaikan kedalaman sumur dan
penambahan berbagai harga modified lignin didapatkan thickening time
bubur semen antara 3 – 4 jam.
2. CMHEC
CMHEC adalah singkatan dari Carboxy Methyl Hidroxy Etyl Cellulose.
Bahan ini digunakan untuk temperatur yang ekstrim. CMHEC
memerlukan banyak air dalam pencampurannya.
3. Garam NaCl
Konsentrasi NaCl yang dicampurkan harus lebih besar dari lima persen
(5%). Kalau 1.5 sampai 3% NaCl mempercepat thickening time. NaCl
berguna juga untuk memperbaiki ikatan semen untuk menyemen formasi
garam. Untuk formasi shale digunakan juga air garam formasi shale tidak
mengisap air dari bubuk semen. Sebab formasi shale menghisap air tawar.
Additive ini dapat pula menaikkan berat jenis bubur semen. Umumnya
digunakan 3.1 lb untuk setiap gallon air.

B. Accelerator
Adalah additive untuk mempercepat thickening time. Pada umumnya
accelerator ditambahkan bbila menyemen sumur yang dangkal. Kalau tidak
ditambahkan accelerator terlalu lama menunggu bubur semen menjadi keras.
Bahan-bahan yang bertindak sebagai accelerator adalah :
19

1. Calcium chlorida (CaCl2)


2% CaCl2 dapat melipat duakan compressive strength semen dalam
tempo 24 jam, pada temperatur 1200F. Umumnya calcium chloride
yang ditambahkan berkisar antara 2% sampai 4%.
Di atas itu strength semen bisa menjadi turun. Pengaruh penambahan
CaCl2 terhadap thickening time adalah seperti pada tabel berikut.
Terlihat pada tabel bahwa untuk kedalaman tertentu, dengan
penambahan calcium chlorida (kenaikan prosentase calcium chlorida)
maka thickening time bubur semen menurun.
Pengaruh thickening time terhadap compressive strength untuk 2%
penggunaan akan memperkecil thickening time, akan tetapi
penambahan 4% calcium chloridalebih sedikit kenaikan compressive
strengthnya dibandingkan dengan penambahan 4%.
Hal ini dapat terlihat pada tabel berikut, untuk percobaan dengan
memakai bubuk semen kelas A, dengan penambahan calcium chlorida
2 dan 4%

Tabel 2.1 Pengaruh calcium chlorida terhadap thichening time bubur semen

Thickening time, jam-menit kedalaman, ft


%CaCl2
2000 4000 6000
0 4.00 3.48 2.32
2 3.15 2.3 1.47
4 2.38 1.55 1.05
20

Tabel 2.2 Pengaruh calcium chlorida Terhadap compressive strength bubur semen
Compressive strength, psi
Curing time jam % CaCl2 Temperatur,°F
60° 80° 100° 120°
6 0 NS 45 385 905
12 0 65 365 830 1660
18 0 185 915 1525 3060
24 0 430 1250 1805 3815
48 0 1040 1398 3490 5990
6 2 115 300 1015 1800
12 2 505 1055 2400 3260
19 2 750 1325 3075 4210
24 2 1580 2415 3910 5475
48 2 3050 4385 6340 6525
6 4 155 360 970 1445
12 4 610 1005 2090 2715
18 4 900 1395 2885 3635
24 4 1620 2385 3490 3665
48 4 2850 3715 4990 4830

2. Natrium chlorida (NaCl)


Natrium chlorida atau garam dapur, dapat bertindak sebagai retarder
dan dapat juga sebagai accelerator. Hal ini tergantung kepada
konsentrasi garamnya.
Penambahan NaCl akan menurunkan thickening time prosentase
penambahan NaCl 2 dan 4% adalah seperti pada tabel berikut :

Tabel 2.3 Pengaruh sodium chlorida Terhadap thickening time bubuk semen
Thickening time, jam, menit
Prosentase NaCl,
Kedalaman, ft
%
1000 2000 4000 6000
0 4.4 4.12 2.30 2.25
2 3.05 2.27 1.52 1.13
4 3.05 2.35 1.35 1.20
21

Pengaruh penambahan NaCl terhadap compressive strength untuk


tekanan, temperatur dan waktu tertentu dapat dilihat pada tabel berikut:
Dimana untuk penambahan NaCl untuk tekanan temperatur dan waktu
yang sama akan menaikkan compressive strength semen.
Tabel 2.4 Pengaruh sodium chlorida terhadap compressive Strength bubur semen
Compressive strength, psi
Tekanan dan temperatur, psi, °F
Curing time jam % NaCl
110,
60, 14.7 80, 14.7 95, 800
1600
12 0 80 560 800 1120
24 0 615 1905 2080 2925
12 2 290 960 1590 2800
24 2 1230 2260 3200 3420
12 4 280 1145 1530 2375
24 4 1390 2330 3150 3400

3. Densified cement
Densified cement maksudnya bubur semen yang dikurangi WCR-nya.
Dengan mengurangi air yang dicampurkan dalam membuat bubur
semen, maka dihasilkan semen yang padat.
Dengan demikian akan didapatkan berat jenis bubur semen yang lebih
besar dan thickening bubur semen yang lebih kecil.
Pengurangan air yang dicampurkan dalam membuat bubur semen
boleh dilakukan kalau sudah memakai friction loss reducer.
Kalau tidak akan menyebabkan friksi diannulus besar. Jadi dengan
kata lain bila mengurangi air yang dicampurkan dalam membuat
bubuk semen harus diiringi oleh penambahan friction reducer. Agar
tidak banyak gesekan diannulus. Tabel berikut ini memperlihatkan
penambahan friction reducer bila air yang dicampurkan dikurangi dan
memperlihatkan berat jenis bubuk semen yang dihasilkan dan juga
yield bubur semen.
Tabel 2.5 Sifat-sifat bubur semen desified cement
Berat
Air friction reducer jenis yield
(5)
gal/sak ppg cuft/sack
5.20 0.00 15.60 1.18
22

4.75 0.75 16.00 1.12


4.24 1.00 16.50 1.05
3.78 1.00 17.00 0.99
3.38 1.00 17.50 0.99
3.02 1.00 18.00 0.89

C. Weighting Agent,
digunakan untuk menambah densitas suspensi semen.
Weight material ditambahkan dalam bubur semen bila akan menyemen
formasi bertekanan tinggi. Untuk menaikkan berat jenis bubur semen
ditambahkan dalam pembuatan semen antara lain:
1. Ilmenite merupakan bahan yang tertarik sebagai weight material.
Material ini adalah inert solid dan tidak memberikan pengaruh
terhadap thickening time. Rumus kimia dari ilmenite adalah FeTiO3,
mempunyai SG 4.7. Distribusi ilmenite dalam bubur semen dapat
merata atau uniform. Berat jenis bubur semen yang terjadi dapat
mencapai 22 ppg.
2. Barite merupakan bahan yang paling umum digunakan menaikkan
berat jenis bubur semen, maupun lumpur pemboran. SG dari barite
adalah 4.3 dan dapat menaikkan berat jenis bubur semen menjadi 18
ppg. Kata lain untuk barite adalah barium sulfate. Dalam penambahan
barite, perlu diiringi dengan penambahan air untuk membasahi
partikelnya, karena barite mempunyai surface area yang besar. Air ini
dapat juga melarutkan retarder dari bubuk semen. Sehingga thickening
timenya jadi singkat. Penambahan air yang banyak dapat menurunkan
compressive strength dari semen.
3. Pasir yang digunakan untuk menaikkan berat jenis bubur semen
umumnya adalah pasir ottawa (ottawa sand). Berat jenis yang terjadi
dapat mencapai 18 ppg. Biasanya digunakan untuk penyemenan
lobang untuk pemasangan whipstock dan untuk plug job yang lain. SG
dari ottawa sand adalah 2.6 sehingga untuk menaikkan berat jenis
bubur semen diperlukan pasir yang banyak.
4. Densified cement
23

Bubur semen yang dikurangi air dalam pembuatannya akan


memberikan berat jenis bubur semen yang lebih tinggi. Dalam
pembuatannya harus diiringi dengan menambahkan friction reducer,
0.75 sampai 1 % berat bubuk semen.
5. Sodium chlorida
Untuk menaikkan berat jenis bubur semen yang kecil saja, dapat
ditambahkan natrium chlorida. Kenaikan yang diperoleh 0.5 ppg
sampai 1 ppg.

D. Ekstender,
adalah additive untuk menaikkan volume dari bubuk semen. Pada
umumnya penambahan extender diiringi dengan penambahan air.
Kenaikan volume tidak seimbang dengan kenaikan berat bubur semen.
Sehingga akan cepat penurunan berat jenis bubur semen.
Bahan-bahan yang termasuk sebagai extender adalah :
1. Bentonite
Bentonite merupakan bermineral clay. Sifat utamanya adalah dapat
mengisap air dengan banyak, sehingga volume bubur semen yang
terjadi bisa naik sampai 10 kali. Akibatnya berat jenis bubur semen
dapat turun lebih besar. Penambahan bentonite harus diiringi dengan
penambahan air. Untuk 2% bentonite kira-kira penambahan air adalah
1.3 gallon per sack.
Pengaruh lain akibat penambahan bentonite adalah :
 Yield semen naik
 Biaya lebih murah
 Perforating qualities baik
 Compressive strength semen naik
 Permeabilitas semen naik
 Viskositas bubur semen naik
Untuk temperatur 2300F ke atas penambahan bentonite sangat drastis
menurunkan strength semen dan menaikkan permeabilitas semen. Pada
24

tabel berikut terlihat pengaruh penambahan bentonite terhadap


compressive strength.

Tabel 2.6 pengaruh penambahan bentonite terhadap compressive strength


During time Temperatur Compressive strength
% bentonite
Jam °F psi
12 100 0 1035
12 100 4 375
12 100 8 155
12 100 12 75
24 120 0 3595
24 120 4 1380
24 120 8 610
24 120 12 510

2. Pozzolan
Pozzolan merupakan extender yang tidak terlalu banyak menurunkan
compressive strength semen. Sedangkan pengaruh penambahan
pozzolan terhadap bubur semen adalah sama dengan penambahan
bentonite. Umumnya campuran bubuk semen dengan pozzolan adalah
50% berbanding 50% dan biasanya bentonite 2%. Pengaruh campuran
pozzolan bubuk semen dan bentonite terhadap compressive strength
adalah seperti pada tabel :
Tabel 2.7 Compressive strength semen campuran bubuk semen Pozzolan dan bentonite 50% :
50% ; 2%

Curring Compressive strength psi


time Temperatur °F
Jam 60 80 100 120 140 160 180
6 NS NS 110 235 380 660 830
12 25 120 295 490 685 1250 1520
18 60 195 445 660 880 1565 2000
24 100 350 600 815 1125 2300 2880
72 375 880 1210 1460 2145 3000 3105

Catatan :
NS : Not Set = tidak melekat.
Perbandingan bubuk semen dengan pozzolan.
25

Prosentase bentonite yang selain 2%, pengaruhnya terhadap


compressive strength adalah seperti pada tabel berikut.

Tabel 2.8 Pengaruh penambahan pozzolan dengan perbandingan 50% : 50% Dengan bubuk
semen terhadap compressive strength untuk Prosentase bentonite tertentu
Compressive strength
Bentonite
Temperatur, °F
% 80 100 140
2 350 600 1125
4 225 390 600
6 150 300 550
8 100 220 425

Semen yang dibuat dari campuran bubuk semen dan pozzolan disebut
dengan pozzolan cement.
Pada tabel di bawah ini diperlihatkan jumlah air yang diperlukan untuk
perbandingan tertentu dan berat jenis serta yield yang dihasilkannya

Tabel 2.9 Sifat-sifat bubur semen pada pozzolan cement

Berat
Pozzolan Bubuk semen Bentonite Air jenis Yield
slurry
% % % gal/sak ppg cuft/sack
0 100 0 5.20 15.60 1.17
50 50 2 5.75 14.15 1.26
50 50 4 6.95 13.60 1.43
50 50 6 7.66 13.30 1.53
50 50 8 8.37 13.10 1.64
Selain pozzolan cement ada juga semen yang dibuat dari pencampuran
pozzolan dengan lime tanpa bubuk semen. Dipasaran dikenal dengan nama
Pozmix-140 cement, umumnya keluaran Haliburton. Semen ini berat lime
10% sampai 15% dari berat pozzolan. Campuran ini memberikan
thickening time 3 sampai 4 jam, untuk range temperatur 1400F – 4000F.
Kebaikannya adalah strengnya tidak turun untuk temperatur di atas 2300F.

3. Diatomaceous earth
26

Bahan ini berasal dari silika suatu sedimen. Diatomaceous earth


mempunyai surface area yang besar, sehingga memerlukan banyak air
dalam pembuatan bubur semen.
Umumnya dicampurkan antara 10% sampai 40%, dari berat bubuk semen.
Dipasaran sering disebut dengan :
- Diacel D, buatan philips pet.co
- Letepoz 2, buatan Dowell sclumberger.
Dalam tabel berikut diperlihatkan sifat-sifat Diatomaceous Earth
cemen.
Tabel 2.10 Sifat-sifat diamomaceous earth cement

Berat
Air Yield
Dia.Earth jenis
gal/sack ppg cuft/sack
0 5.2 15.6 1.18
10 10.2 13.2 1.92
20 13.3 12.4 2.42
30 18.2 11.7 3.12
40 25.6 11 4.19

4.Gilsonite
Gilsonit tidak memerlukan banyak air. Sehingga menurunkan compressive
strength semen akan lebih kecil dibandingkan dengan extender yang lain,
untuk pengurangan berat jenis yang sama.
Penambahan air 2 gal per 50 lb, gilsonite.
Pada tabel berikut diperlihatkan pengaruh penambahan gilsonit terhadap
compressive strength semen.
Tabel 2.11 Pengaruh gilsonit terhadap compressive strength
Gilsonite bentonite
80°F 100°F 140°F
lb/sk.bk %
0 0 2315 2740 6825
25 0 1250 1660 2725
50 0 730 960 1675
0 4 485 830 1805
25 4 365 605 1210
50 4 275 485 830

5.Expanded perlite
27

Expanded merupakan extender yang berasal dari vulkanik. Umumnya


ditambahkan juga bentonite 2% sampai dengan 6% untuk mencegah
pemisahan air.
Pada umumnya juga penambahan perlu penambahan air yang banyak,
dibawah tekanan expended perlite bertindak sebagai spons. Sehingga
bubur semen akan mempunyai berat jenis yang lebih besar dan volume
yang lebih kecil untuk kondisi bertekanan dibandingkan dengan kondisi
permukaan.

E. Dispersant, digunakan untuk menurunkan viskositas suspensi semen.


F. Fluid Loss Control Agent, digunakan untuk mengurangi filtrat (air bebas).
G. Lost Circulation Control Agent, digunakan untuk mengurangi kehilangan
suspensi semen ke formasi.
H. Special Additive, digunakan untuk keperluan khusus dalam
menanggulangi kasus tertentu.

Pembuatan semen portland melalui beberapa tahap berikut :


a. Proses Peleburan
Dalam bagian ini ada 2 cara yang umum digunakan, yaitu :
 Dry Process
Pada awal proses ini, clay dan limestone sama-sama dihancurkan, lalu
dikeringkan di rotary dries. Hasilnya dibawa ke tempat penggilingan untuk
dileburkan. Kemudian hasil peleburan ini masuk ketempat penyaringan dan
partikel-partikel yang kasar dibuang dengan system sentrifugal. Hasil saringan
ini ditempatkan di beberapa silo (tempat berbentuk tabung yang tertutup) dan
setelah didapat komposisi kimia yang diinginkan kemudian akan melalui
proses pembakaran di klin.
28

Gambar 2.2 Schematic flow diagram of the dry process-inexpensive, inconsistent

 Wet Process
Material-material mentah dicampur dengan air, lalu dimasukkan ke tempat
penggilingan (grinding mill). Campuran ini kemudian dipompa melalui
vibrating screen. Material-material yang kasar dikembalikan ke penggilingan,
sementara campuran yang lolos yang berupa susupensi ditampung pada suatu
tempat berbentuk kolom-kolom. Di tempat ini, suspensi mengalami proses
rotasi dan pemampatan sehingga didapat campuran yang homogen. Di tempat
ini pula komposisi kimia suspensi diubah-ubah untuk didapatkan komposisi
yang diinginkan sebelum dibawa ke klin.

Gambar 2.3 Schematic flow diagram of the wet process-expensive, consistent

b. Proses Pembakaran
Setelah melalui salah satu proses peleburan di atas, campuran tersebut
dimasukkan ke tempat pembakaran (klin). Di klin, campuran ini berputar-
putar kemudian berubah menjadi clinker.
Ada 6 tahap temperatur yang harus dilalui campuran di klin, yaitu :
- Tahap 1 (sampai 200°C)
Ditahap ini mengalami proses penguapan air bebas.
- Tahap 2 (200° sampai 800°)
Pada tahap ini mengalami proses pra-pemanasan, dimana partikel- partikel
clay dihidroksidasi (pembebasan unsur-unsur dihidroksida).
29

- Tahap 3 (800°-1100°) dan Tahap 4 (1100° - 1300°)


Pada tahap ini mengalami proses pembebasan unsur karbon
(dekarbonisasi). Dehidroksidasi mineral – mineral clay disempurnakan dan
didapatkan hasil yang berbentuk kristal. Kalsium Karbonat membebaskan
sejumlah besar karbondioksida. Produk bermacam- macam kalsium
aluminat dan ferit mulai terjadi.
- Tahap 4 (1300°-1500°-1300°)
Pada tahap ini sebagian campuran reaksi mencair. Dan suhu 1500oC
(clincering temperature), C2S dan C3S terbentuk. Sementara itu lime,
alumina dan oksida besi tetap dalam fasa cair.
- Tahap 5 (1300o – 10000C)
Pada tahap ini C3A dan C4AF berubah dari fasa liquid menjadi padat dan
berbentuk kristal.

c. Proses Pendinginan
Proses pendinginan sebenarnya telah dimulai ketika temperatur mulai
menurun dari clinkering temperature. Kualitas clinker dan selesainya
pembuatan semen sangat tergantung dari laju pendinginan-perlahan sekitar 4-5
o
C sampai suhu 1250 oC, kemudian cepat sekitar 18-20 oC permenit. Saat laju
pendingin lambat, C3A dan C4AF dengan cepat mengkristal, kristal C3S dan
C2S menjadi lebih teratur dan MgO bebas juga mengkristal (mineral ini
disebut Periclase). Pada kondisi ini, aktivitas hidrolik kecil, compressive
strength awal tinggi namun strength selanjutnya rendah. Saat laju pendinginan
cepat, fasa likuid memadat seperti gelas. C3A dan C2S menurun. MgObebsa
tetapdalam fasa gelas, sehingga menjadi kurang aktif dan dapat menyebabkan
semen menjadi kurangkokoh. Pada kondisi ini, compressive strength awal
rendah, namun selanjutnya tinggi.

d. Proses Penggilingan
Pada tabung penggiling ada bola-bola baja, yang dapat mengakibatkan sekitar
97-99 % energi yang masuk diubah menjadi panas. Oleh karena itu diperlukan
30

pendinginan, karena jika terlalu panas akan banyak gypsum yang menghidrasi
menjadi kalsium sulfat hemidrat (CSH1/2) atau larutan anhidrit (CS).
Akhirnya dari proses penggilingan didapat bubuk semen yang diinginkan dari
hasil penggilingan clinker dengan gypsum (CSH2).
Pembuatan suspensi semen dimulai dengan persiapan peralatan dan material
semen, baik berupa semen Portland, air dan additif.

2.3. Peralatan dan Bahan


2.3.1. Peralatan
1. Timbangan
2. Stop Watch
3. Kantong Plastic
4. Mixer
5. Mud Balance
6. Cetakan Sampel

2.3.2. Bahan
1. Semen
2. Additive ( Bentonite dan Barite )
3. Air
31

Gambar 2.4 Timbangan

Gambar 2.5 Stopwatch

Gambar 2.6 Mixer

Gambar 2.7 Mud Balance

Gambar 2.8 Cetakan Sampel


32

Gambar 2.9 Bentonite

Gambar 2.11 Barite

Gambar 2.10 Semen

2.4. Prosedur Percobaan


2.4.1. Prosedur Pembuatan Sampel
1. Timbang bubuk semen x gram, dengan timbangan.
2. Ukur air dengan WCR (Water Cement Ratio) yang diinginkan, harga
WCR tersebut tidak boleh melebihi batas air maksimum atau kurang
dari batas air minimum. Kadar air maksimum adalah air yang
dicampurkan ke dalam semen tanpa menyebabkan terjadinya pemisahan
lebih dari 3.5 ml, dalam 250 ml suspensi semen jika didiamkan selama
2 jam pada temperatur kamar. Sedang kadar air minimum adalah
jumlah air yang dapat dicampurkan ke dalam semen untuk memperoleh
konsistensi maksimum sebesar 30 cc.
3. Jika menggunakan additif, lakukan prosedur sebagai berikut :
a. Jika additive berupa padatan, timbang berdasarkan % berat yang
dibutuhkan. Sebagai contoh penambahan tepung silica dalam %
BWOC, dengan berat total semen dan silica seberat 349 gram adalah
:
33

10
Slika 10 % BWOC dengan berat = 100 × 349 𝑔𝑟 = 34.9 𝑔𝑟

Bubuk semen + Silika = (349 − 34.9) 𝑔𝑟 = 314.1 𝑔𝑟


b. Jika additive berupa cairan, % penambahan dilakukan dengan
mengukur volume additive berbanding dengan volume air yang
diperlukan. Sebagai contoh 1.5 % HR-13-L, dengan volume total air
sebesar 1000 ml, adalah :
1.6
Volume HR-a3-L yang diperlukan = × 1000 𝑚𝑙 = 15 𝑚𝑙
100

4. Campur bubuk semen dengan additive padatan pada kondisi kering,


kemudian air dan additif larutan masukkan ke dalam mixing container
dan jalankan mixer mixer pada kecepatan rendah 4000 RPM dan
masukkan campuran semen dan additif padatan kedalamannya tidak
lebih dari 15 detik, kemudian tutup mixing container dan lanjutkan
pengadukan pada kecepatan tinggi 12000 RPM selama 35 detik.

2.4.2. Cetakan Sampel


Untuk kebutuhan pengujian digunakan tiga buah bentuk cetakan
sampel sebagai berikut :
1. Cetakan Pertama
Berupa kubik berukuran 2 x 2 in, cetakan sampel ini digunakan untuk
pengukuran compressive strength standar API.
2. Cetakan Kedua
Berupa silinder casing berukuran tinggi 2 in, dan diameter dalamnya 1
in. Cetakan sampel ini digunakan untuk pengukuran shear bond
strength antara casing dan semen, serta pengukuran permeabilitas
dengan casing.
3. Cetakan Ketiga
Berupa core silinder berukuran tinggi 1 – ½ in dan diameter luarnya 1
in. Cetakan sampel ini digunakan untuk pengukuran permeabilitas
semen dengan casing dan pengukuran compressive strength.
34

2.4.3. Pengkondisian Suspensi Semen


Pengkondisi suspensi semen dimaksudkan untuk mensimulatorkan
kondisi tekanan dan temperatur yang diinginkan. Pengkondisian dapat
dilakukan dengan tekanan atmosphere dan temperatur sampai 90⁰ C
dengan menggunakan water bath. Pengkondisian pada tekanan dan
temperatur operasi dapat dilakukan dengan alat Pressure Curing Chamber.

2.5. Pembahasan
Dalam pelaksanaan percobaan diatas kita menggunakan semen
dalam x gram yang ditimbang, harga WCR yang diinginkan tidak boleh
melebihi batas air maksimum atau kurang dari batas air minimum. Kadar
maksimum yang dimaksud yaitu apabila air yang dicampurkan kedalam
semen tanpa menyebabkan pemisahan lebih dari 3.5 ml, dalam 250 ml
suspensi semen jika didiamkan selama 2 jam pada temperatur kamar.
Sedangkan kadar air minimum jumlah air yang dapat dicampurkan
kedalam semen untuk memperoleh konsisten maksimum sebesar 30 cc.
Prosedur yang digunakan jika ingin menggunakan additif berupa padatan,
timbang % berat yang dibutuhkan. Jika menggunakan additif cairan, %
penambahan dilakukan dengan mengukur volume additif berbanding
dengan volume air yang diperlukan. Setelah bubuk semen dengan additif
dicampur kemudian air dan additif dimasukan kedalam mixing container
dan dijalankan dengan kecepatan 4000 RPM. Kemudian tutup mixing
container dengan pengadukan pada kecepatan tinggi 1200 RPM selama 35
detik.
Semen yang dibuat dipergunakan pada percobaan penentuan shear
band dan compressive strength maka ditambahkan kedalamnya additive
(barite) sebesar 2 gram. Semen yang telah dibuat dimasukkan kedalam
cetakan yang telah tersedia.
Cetakan sampel pertama yang berupa kubik berukuran 2 x 2 inchi,
yang akan digunakan dalam percobaan pengukuran compressive streght
sebelum sampel suspensi semen dituangkan terlebih dahulu pada cetakan
35

diolesi vaselin yang berguna untuk melicinkan batuan semen saat akan
dilepas dari cetakan.
Cetakan sampel kedua adalah cetakan berupa silinder yang akan
dipergunakan dalam pengukuran shear band strength, pada pengukuran
shear band strength kita akan mengukur kemampuan semen untuk
menahan tekanan secara horizontal dan vertical.
Cetakan ketiga berupa core silinder 11/2 in dan diameter luarnya 1 in.
Sampel yang digunakan untuk pengukuran permeabilitas semen dengan
casing dan pengukuran compressive strength.
Setelah memasukkan semen kedalam masing-masing cetakan, tutup
cetakan dengan penutupnya dan memasukkan kedalam plastik kemudian
diletakkan didalam ember yang berisi air. Hal ini dilakukan agar cetakan
yang kita buat cepat mengeras.

2.6. Kesimpulan
36

BAB III
PENGUJIAN DENSITAS SUSPENSI SEMEN

3.1. Tujuan Percobaan


1. Mengetahui cara pembuatan suspense semen
2. Memahami cara pengujian densitas semen.
3. Menentukan densitas suspense dengan menggunakan mud balance.
4. Mengetahui pengaruh penambahan zat additive terhadap densitas
semen.

3.2. Teori Dasar


Densitas suspensi semen didefinisikan sebagai perbandingan antara
jumlah berat bubuk semen, air pencampur dan additif terhadap jumlah
volume bubuk semen, air pencampur dan additif.
Persamaannya sebagai berikut :

𝑾𝒔 + 𝑾𝒂𝒅𝒅 + 𝑾𝒂𝒊𝒓
𝝆 𝒔𝒆𝒎𝒆𝒏 =
𝑽𝒔 + 𝑽𝒂𝒅𝒅 + 𝑽𝒂𝒊𝒓

Densitas suspensi semen yang rendah sering digunakan dalam


operasi prymary cementing dan remedial cementing, guna memghindari
terjadinya fracture pada formasi yang lemah. Untuk menurunkan densitas
dapat dilakukan dengan hal-hal berikut :
 Menambahkan clay atau zat-zat kimia silikat jenis extender.
 Menambahkan bahan-bahan yang dapat memperbesar volume
suspensi semen, seperti pozzolan.

Sedangkan densitas suspensi semen yang tinggi digunakan bila


tekanan formasi cukup besar. Untuk menaikkan densitas dapat
37

ditambahkan pasir atau material-material pemberat ke dalam suspensi


semen, seperti barite.
Densitas suspensi semen sangat berpengaruh terhadap tekanan
tekanan hidrostatis suspensi semen di dalam lubang sumur. bila formasi
tidak sanggup menahan tekanan suspensi semen, maka formasi akan pecah
dan terjadi loss circulation.
Pengukuran densitas di laboratorium berdasarkan dari data berat dan
volume tiap komponen yang ada dalam suspensi semen, sedangkan di
lapangan dengan menggunakan Pressurized Mud Balance. Densitas
suspensi semen diukur dengan pressurized Mud Balance

3.3. Peralatan dan Bahan


3.3.1. Peralatan
1. Mud Balance
2. Timbangan
3. Mixer

3.3.2. Bahan
1. Semen
2. Additive (Barite/Bentonite)
3. Air
38

Gambar 3.1 Mud Balance


Gambar 3.4 Bentonite

Gambar 3.2 Timbangan Digital


Gambar 3.5 Semen

Gambar 3.3 Multi Mixer Gambar 3.6 Barite


39

3.4. Prosedur Percobaan


Prosedur percobaan yang dilakukan adalah :
1. Mengkalibrasi peralatan pressured mud balanced sebagai berikut :
- Membersihkan peralatan mud balanced
- Mengisi cup dengan air hingga penuh lalu ditutup dan dibersihkan
bagian luarnya
- Meletakkan kembali mud balanced pada kedudukan semula
- Rider ditempatkan pada skala 8,33 ppg
- Meneliti nuvo glass, bila tidak seimbang kalibrasikan screw sampai
seimbang.
2. Mempersiapkan suspensi semen yang diukur dan density suspensi
semen dapat menggunakan rumus :

𝑾𝒔 + 𝑾𝒂𝒅𝒅 + 𝑾𝒂𝒊𝒓
𝝆 𝒔𝒆𝒎𝒆𝒏 =
𝑽𝒔 + 𝑽𝒂𝒅𝒅 + 𝑽𝒂𝒊𝒓

Dimana :
ρ = Massa jenis suspensi semen
Ws = Berat bubuk semen
Wad = Berat additive
Wair = Berat air
Vs = Volume bubuk semen
Vad = Volume Additif
Vair = Volume Air
3. Masukkan suspensi semen kedalam cup balanced, kemudian cup
ditutup dan semen yang melekat pada dinding bagian luar dibersihkan
sampai bersih.
4. Letakkan balance arm pada kedudukan semula, kemudian atur rider
hingga seimbang, baca harga skala sebagai densitas suspensi semen
40

3.5. Data dan Perhitungan


Contoh Perhitungan :
W air : 276 gr
W semen : 600 gr
W additive : 0 gr
ρ barite : 4,33 gr/cc
ρ bentonite : 2,65 gr/ cc
ρ semen : 3,14 gr/ cc
276 𝑔𝑟
V air : 𝑚⁄ρ = 𝑔𝑟⁄ = 𝟐𝟕𝟔 𝒄𝒄
1 𝑐𝑐
600 𝑔𝑟
V semen : 𝑚⁄ρ = 𝑔𝑟 = 𝟏𝟗𝟏, 𝟎𝟖𝟐𝟖 𝒄𝒄
3,14 ⁄𝑐𝑐

Massa jenis suspensi semen


𝑊 𝑎𝑖𝑟 + 𝑊𝑠 + 𝑊𝑎𝑑𝑑 ( 276 + 600 + 0 )𝑔𝑟 𝒈𝒓⁄
= = 𝟏, 𝟖𝟕𝟓𝟒𝟕 𝒄𝒄
𝑉 𝑎𝑖𝑟 + 𝑉𝑠 + 𝑉𝑎𝑑𝑑 ( 276 + 191,0828 + 0 )𝑐𝑐

Densitas Suspensi Semen


𝑔𝑟
1,87547 ⁄𝑐𝑐 𝑥 8,33 = 𝟏𝟓, 𝟔𝟐𝟐𝟔𝟕 𝒑𝒑g
41

Tabel 3.1. Hasil Pengujian Densitas Suspensi Semen

Additif
Massa Jenis Berat Jenis
Semen Air Barite Bentonite suspensi suspensi
(gr) (ml) (gr) (gr) semen (gr/ml) semen (ppg)
600 276 0,0 0 15,623
600 276 0,75 0,173 15,630
600 276 1,50 0,346 15,638
600 276 2,25 0,520 15,645
600 276 3,00 0,693 15,653
600 276 0,0 0 15,623
600 276 0,75 0,283 15,627
600 276 1,50 0,566
600 276 2,25 0,849
600 276 3,00 1,132
600 276 3,75 1,415
600 276 4,50 1,698
600 276 5,25 1,981
600 276 6,00 2,264
600 276 6,75 2,547
600 276 7,50 2,830

Grafik 3.1 Grafik Penambahan Additive Vs Densitas Suspensi Semen

B
Additive Vs Density
e 15.66500
r 15.66000
a 15.65500
t 15.65000
15.64500
15.64000 Barite
J 15.63500
e 15.63000 Bentonite
n 15.62500
i 15.62000
s 0.0 2.0 4.0 6.0 8.0
Additive

3.6. Pembahasan
42

Densitas merupakan salah satu faktor yang sangat diperhitungkan


dalam penyemenan. Densitas semen ini berkaitan erat dengan tekanan
hidrostatis karena berkaitan dengan rumus Ph = 0.052 x ρ x h yang mana
densitas berbanding lurus dengan tekanan hidrostatik. Semakin besar ρ
maka Ph juga semakin besar, begitu pula sebaliknya. Tekanan hidrostatik
ini yang mengendalikan fluida pada lubang bor. Sehingga kesetimbangan
tekanan tetap terjaga dan juga untuk mencegah terjadinya kick. Namun jika
densitasnya terlalu besar, maka formasi akan pecah dan mengakibatkan
loss circulation.
Pada percobaan ini diperagakan contoh pengendalian densitas
semen. Sebagai pengendalinya adalah zat additive. Zat additive yang
digunakan pada percobaan ini adalah barite dan bentonite. Dalam hal ini
digunakan zat additive barite dengan berbagai berat antara 0 gr sampai 3 gr
dan bentonite dengan berbagai berat antara 0 gr sampai 7,50 gr, semen
yang digunakan 600 gr dan airnya 276 ml.
Dari percobaan didapatkan densitas semen awal sebesar 15,623 ppg
dan ketika ditambah 3 gr barite naik menjadi 15,693 ppg sedangkan ketika
ditambah 3 gr bentonite naik menjadi 15,638 ppg.
Dari percobaan dapat dilihat bahwa penambahan bentonite
mengakibatkan densitas semen cenderung bertambah. Penambahan barite
cenderung menambah densitas namun lebih kecil dibandingkan barite.
Namun kecenderungan bentonite itu secara teoritis tidak tepat. Karena
fungsi bentonite yaitu menurunkan densitas semen. Hal ini dapat terjadi
karena kesalahan perhitungan.

3.7. Kesimpulan
1. Penambahan zat aaditive barite kedalam larutan semen akan
menambah/menaikkan harga SG semen.
2. Penambahan zat additive bentonite kedalam larutan semen akan
menambah/menaikkan harga SG semen.
43

3. Bertambahnya additive maka SG semen juga meningkat artinya


pertambahan additive berbanding lurus dengan SG semen.
4. Jika densitas semen tinggi dan formasi pecah dan terjadi loss
circulation.
5. Densitas dari suspensi semen sangat perlu diperhatiakan karena
sangat berpengaruh dalam proses penyemenan.
44

BAB IV
PENGUJIAN RHEOLOGI SUSPENSI SEMEN

4.1. Tujuan Percobaan


1. Menghitung pengaruh penambahan barite dan bentonite terhadap rheology
suspensi semen.
2. Menentukan harga plastic viscosity dan yield point suspensi semen dengan
Fan VG Meter.
3. Mengetahui efek penambahan additive pada rheology suspensi semen
pemboran.
4. Menentukan rheology suspensi semen pemboran yaitu plastic viscosity &
yield point.

4.2. Teori Dasar


Pengujian rheologi suspensi semen dilakukan untuk menghitung
hidrolika operasi penyemenan. Penggunaan dari hubungan yang tepat pada
perkiraan kehilangan tekanan akibat friksi dan sifat-sifat aliran, suspensi
semen sangat tergantung dari besaran pengukuran parameter rheologi di
laboratorium. Dimana salah satu sifat penting dari hidrolika pemboran
adalah rheologi fluida pemboran yang meliputi sifat sifat aliran.
Ada dua tipe dasar alat yang di gunakan untuk pengukuran rheologi
dewasa ini, yaitu : Capillary Pipe Rheometers dan Coaxial Cylinder
Rotational Viscometer, yang di gunakan pada pengukuran rheologi di
laboratorium adalah Rotational Viscometer yang lebih di kenal dengan
Rheometer atau Fann VG meter dapat di lihat pada gambar 3
Jenis–jenis fluida pemboran dapat dibagi menjadi dua kelas, yaitu:
a. Fluida Newtonian
Adalah fluida yang viscositasnya hanya dipengaruhi oleh temperatur dan
tekanan, dengan kata lain adalah fluida yang viscositasnya konstan.
Misalnya air, gas, dan minyak yang encer.
45

b. Fluida Non Newtonian


Yang dimaksud dengan fluida Non Newtonian adalah fluida yang
mempunyai viscositas tidak konstan, bergantung pada besarnya geseran
(shear rate) yang terjadi. Fluida Non Newtonian memperlihatkan suatu
yield stress suatu jumlah tertentu dari tahanan dalam yang harus diberikan
agar fluida dapat mengalir seluruhnya.
Fluida non Newtonian terdiri dari:
1. Bingham Plastic adalah suatu model pendekatan fluida Non-
Newtonian dimana viscositasnya akan sangat tergantung pada shear
stress dari fluida tersebut,dimana semakn lama viscositasnya akan
menjadi konstan.
2. Power Law
3. Yield Stress merupakan batas kemampuan maksimum material u/
mengalami pertambahan panjang (melar) sebelum material tsb
mengalami fracture (patah) mengikuti hukum Hooke

Berikut ini adalah beberapa istilah yang selalu diperhatikan dalam


penentuan rheologi suatu semen pemboran :

 Viscositas plastic (plastic viscosity) seringkali digambarkan sebagai bagian


dari resistensi untuk mengalir yang disebabkan oleh friksi mekanik.
 Yield point adalah bagian dari resistensi untuk mengalir oleh gaya tarik
menarik antar partikel. Gaya tarik menarik ini disebabkan oleh muatan–
muatan pada permukaan partikel yang didispersi dalam fasa fluida.
 Gel Strength adalah pembentukan padatan karena gaya tarik–menarik
antara plat–plat clay jika didiamkan, dalam keadaan statis dimana clay
dapat mengatur diri. Oleh karena itu, dengan bertambahnya waktu (yang
terbatas) maka harga gel strength akan bertambah. Gel strength juga
disebut gaya tarik–menarik yang statis.
Alat yang digunakan untuk mengetahui sifat rheology adalah Fann
VG Viscometer yang dilengkapi cup heater untuk menaikkan temperatur
46

suspensi semen. Suspensi semen yang akan dites ditempatkan sedemikian


rupa sehingga mengisi ruang antar bob dan rotor sleeve. Pada saat rotor
berputar, maka suspensi semen akan menghasilkan torque pada bob
sebanding dengan viscositas suspensi semen. Untuk menentukan plastic
viscosity (µp) dan yield point (Yp) dalam satuan lapangan digunakan
persamaan Bingham Plastic :

𝜇𝑝 = 𝐶600 − 𝐶300
Y𝑝𝑣 = 𝐶300 − 𝜇𝑝

Dimana :
µp = Plastic Viscosity, Cp
Yp = Yield point, lb/100ft 2
C600 = Dial reading pada 600 rpm
C300 = Dial reading pada 300 rpm

4.3. Peralatan dan Bahan


4.3.1. Peralatan
1. Fann VG Meter
2. Gelas Ukur
3. Mixer
4. Timbangan
5. Stop Watch

4.3.2. Bahan
1. Bubuk Semen
2. Bentonite
3. Barite
4. Air
47

Gambar 4.2 Gelas Ukur

Gambar 4.1 Fann VG Met

Gambar 4.4 Timbangan

Gambar 4.3 Mixer

Gambar 4.5 Stopwatch Gambar 4.6 Semen portland


48

Gambar 4.7 Bentonite Gambar 4.8 Barite

4.4. Prosedur Percobaan


1. Isi bejana dengan suspensi semen yang telah disiapkan sampai batas
yang telah ditentukan.
2. Letakan bejana pada tempatnya, skala atur kedudukannya sedemikian
rupa sehingga rotor dan bab tercelup ke dalam semen menurut batas
yang telah ditentukan.
3. Gerakkan rotor pada posisi high dan tempatkan kecepatan rotor pada
kedudukan 600 rpm. Pemutaran terus dilakukan sehingga kedudukan
skala (dial) mencapai keseimbangan. Catat harga yang ditunjukkan
skala sebagai pembacaan 600 rpm.
4. Tentukan kecepatan menjadi 300 rpm dan catat skala sebagai pembaca
300 rpm.
5. Hitung besarnya Plastic Viscosity dan Yield Point dengan
menggunakan persaman :
µp = C600 – C300
Yp = C600 - µp
Dimana : µp = Plastic Viscosity
49

Yp = Yield Point, lb/ 100 ft2


C300 = Dial Reading pada 300 rpm
C600 = Dial Reading pada 600 rpm

4.5. Data dan Perhitungan


Contoh Perhitungan :
Semen kelas A
WCR = 46 %,

Plastic Viscosity (μp) = C600 – C300


= 155 – 135
= 20 Cp

Yield Point (Yp) = C300 – μp


= 135 – 20
= 115 lb/ 100 ft2

Tabel 4.1. Tabulasi Pengujian Rheologi Suspensi Semen

Semen Air Additif (gr) μp γp


(gr) (ml) Barite Bentonite C300 C600 (cp) (lb/100ft²)
600 276 0 135 155 20 115
600 276 2 172 217 45 127
600 276 4 187 237 50 137
600 276 6 202 262 60 142
600 276 0 172 242 70 102
600 276 2 162 227 65 97
600 276 4 154 217 63 91
600 276 6 130 177 47 83
50

Grafik 4.1 Grafik Penambahan additive Vs Plastic Viscosity

Additive Vs Plastic Viscosity


80
70
Plastic Viscosity (cp)

60
50
40
Barite
30
Bentonite
20
10
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Additive (gr)

Grafik 4.2 Grafik Penambahan additive Vs Yield Point

Additive Vs Yield Point


160
140
Yield Point (lb/100sqft)

120
100
80
Barite
60
Bentonite
40
20
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Additive (gr)

4.6. Pembahasan
Pada pengujian rheologi suspensi semen ini digunakan komposisi
semen 600 gram, barite dan bentonite antara 0 gr sampai 6 gram dan air
51

276 mL. Suspensi semen yang sudah jadi lalu dimasukkan ke dalam bejana
pada alat Fann VG Meter untuk diukur Plastic Viscosity dan Yield
Pointnya. Dari percobaan dengan 6 gr barite didapat dial reading pada 600
rpm dan 300 rpm yaitu 262 rpm dan 202 rpm. Kemudian dilakukan
perhitungan, diperoleh Plastic Viscosity sebesar 60 Cp (pengurangan C600
dengan C300) serta Yield Point 142 lb/100 ft2 (pengurangan C300 dengan
µp). Dari percobaan dengan 6 gr bentonite didapat dial reading pada 600
rpm dan 300 rpm yaitu 177 rpm dan 130 rpm. Kemudian dilakukan
perhitungan, diperoleh Plastic Viscosity sebesar 47 Cp serta Yield Point 89
lb/100 ft2.

Penambahan barite dan bentonite berpengaruh terhadap viscositas


dari bubur semen. Bentonite yang merupakan dispersant yang berpengaruh
terhadap penurunan yield semen, viscositas naik, compressive strength
menurun serta permeabilitas naik. Barite merupakan Weighting agent yang
berfungsi menaikkan densitas, selain itu juga dapat menurunkan viscositas
suspensi semen dan yield point naik.
Dari grafik penambahan additive vs plastic viscosity menunjukkan
adanya fluktuasi. Dimana pada grafik Bentonite menunjukkan
kecenderungan untuk relative menurun. Secara teoritis dengan
bertambahnya bentonite maka viscositasnya semakin besar (µp naik).
Sedangkan pada penambahan barite menunjukkan kenaikan.
Grafik penambahan yield point vs bentonite menunjukkan
kecenderungan menurun, sesuai dengan teori, bahwa penambahan
bentonite menyebabkan penurunan yield point. Sedangkan pada grafik
penambahan yield point vs barite menunjukkan kecenderungan kenaikan.
Aplikasi di lapangan untuk pengujian rheologi semen ini adalah
untuk menghitung hidrolika operasi penyemenan yang sangat menentukan
dalam operasi
pemboran. Dalam hal ini, rheologi semen berhubungan dengan
perkiraan kehilangan tekanan akibat friksi dan sifat–sifat aliran dalam
52

penyemenan. Untuk memperoleh keberhasilan dalam penyemenan, harus


disesuaikan dengan keadaan formasi.

4.7. Kesimpulan
1. Penambahan barite menaikkan nilai plastic viscosity dan yield point
dan suspense semen.
2. Penambahan bentonite menurunkan nilai plastic viscosity dan yield
point.
3. Pada percobaan C300 dan C600 mengalami selisih kenaikan yang
sama.
4. Pengujian rheology suspense semen dilakukan untuk menghitung
hidrolika operasi penyemenan.
5. Sifat-sifat fluida sangat berpengaruh dalam proses sirkulasi suspense
semen.
53

BAB V
PENGUJIAN THICKENING TIME

5.1. Tujuan Percobaan


1. Untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan suspensi semen untuk
mencapai konsistensi 100 UC (Unit of Consistensy)
2. Mengetahui pengaruh penambahan additive NaCl dan CMC terhadap
thickening time.
3. Menentukan thickening time suspensi semen menggunakan alat
Atmospheric Consistometer.
4. Mengukur thickening time suspense semen.

5.2. Teori Dasar


Thickening time didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan
suspensi semen untuk mencapai konsistensi sebesar 100 UC (Unit of
Consistency). Konsistensi sebesar 100 UC merupakan batasan bagi
suspense semen masih dapat dipompa lagi. Dalam penyemenan yang di
maksud dengan konsistensi adalah viskositas, cuma dalam pengukurannya
ada sedikit perbedaan prinsip. sehingga penggunaan konsistensi ini dapat
dipakai untuk membedakan viskositas pada operasi penyemenan dengan
viskositas pada operasi pemboran (lumpur pemboran).
Thickening time semen ini sangatlah penting , waktu pemompaan
harus lebih kecil dari thickening time, karena bila tidak akan menyebabkan
suspensi semen mengeras lebih dahulu. Sebelum sesudah suspense semen
mencapai target yang diinginkan dan bila mengeras didalam casing
merupakan kejadian yang sangat fatal dalam oprasi pemboran selanjutnya.
Untuk sumur-sumur yang dalam dan untuk kolam penyemenannya
yang panjang, diperluakn waktu pemompaan yang lama sehingga
Thickening time harus diperpanjang, untuk memeperpanjang atau
memperlambat Thickening time perlu ditambah retarder kedalam suspensi
54

semen, seperti kalsium lignosulfat, carboxymenthyl hydroxyethyl cellulose


dan senyawa-senyawa organik.
Pada sumur-sumur yang dangkal maka diperlukan thickening time
yang tidak lama, karena selain target yang akan dicapai tidak terlalu
panjang, juga untuk mempersingkat waktu. Untuk mempersingkat
thickening time, dapat ditambah accelerator kedalam suspensi semen.
Yang termasuk accelerator adalah kalsium klorida, sodium klorida,
gypsum, sodium silikat, air laut dan additif yang tergolong dalam
dispersant.
Perencanaan besarnya thickening time bergantung kepada
kedalaman sumur dan waktu untuk mencapai daerah target yang akan
disemen dilaboratorium, pengukuran thickening time menggunakan alat
high pressure high temperature consistometer (HPHT). Disimulasikan
pada kondisi temperature dan tekanan sirkulasi. Thickening time suspense
semen dibaca bila pada alat diatas telah menunjukkan 100 Uc untuk
setandar API. Namun ada perusahaan lain yang menggunakan angka 70
Uc (seperti pada hudbay) dengan pertimbangan factor keselamatan,
kemudiaan dieksrapolasi ke 100 uc.
Perhitungan konsistensi suspensi semen dilaboratorium ini dilakukan
dengan mengisi sampel kedalam silinder, lalu diputar konstan pada 150
rpm kemudiaan dibaca harga torsinya. Dan harga konsistensi suspensi
semen dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

𝑻 − 𝟕𝟖, 𝟐
𝑩𝒄 =
𝟐𝟎, 𝟎𝟐

Dimana :
Bc = Konsistensi suspense semen
T = Pembacaan harga torsi,g-cm

Peralatan yang digunakan untuk mengukur thickening time suspensi


semen adalah Atmospheric Consistometer digunakan untuk kondisi
55

tekanan atmosphere dan temperature sampai 220oF, sedangkan HPHT


Consistometer umumnya digunakan pada tekanan sampai 2500 psi dan
BHCT 500oF

5.3. Peralatan dan Bahan


5.3.1. Peralatan
1. Atmospheric Consistometer
2. Stop Watch
3. Mixer
4. Timbangan

5.3.2. Bahan
1. Bubuk semen
2. NaCl
3. CMC
4. Air

Gambar 5.1 Atmospheric Consistometer Gambar 5.2 Stopwatch


56

Gambar 5.3 Mixer Gambar 5.4 Timbangan

Gambar 5.5 Semen Portland Gambar 5.6 NaCl

Gambar 5.7 Aquades


57

5.4. Prosedur Percobaan


Pengujian dengan Atsmospheric Consistometer
1. Siapkan peralatan dan stop watch, sebelum dilakukan pengujian
kalibrasi peralatan yang akan digunakan. Kalibrasi dan pengujiannya
sebagai berikut :
2. Hidupkan switch master dan set temperature pada skala yang
diinginkan.
3. Tuangkan suspensi semen kedalam slurry container sampai ketinggian
yang ditunjukkan oleh batas garis.
4. Paddel yang teah dilapisi grease dipasang pada lid yang telah terpasang
paddel pada slurry container dan masukkan kedalam atmospheric
consistometer.
5. Hidupkan motor dan stop watch dan skala petunjuk dalam selang waktu
tertentu sampai jarum torsi menunjukkan angka 70 BC.

5.5. Data dan Perhitungan

Tabel 5.1 Pengujian Thickening Time

Semen Air Additive (gr)


Thickening Time (uc)
(gr) (ml) NaCl CMC
600 276 0 14
600 276 1 16
600 276 2 22
600 276 3 23
600 276 0 15
600 276 1 14
600 276 2 10
600 276 3 8
58

Grafik 5.1 Grafik Penambahan Additive Vs Thickening Time

Additive Vs Thickening Time


25

20
Thickening Times Uc)

15

NaCl
10
CMC
5

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Additive (gr)

5.6. Pembahasan
Pada percobaan thickening time ini dilakukan dengan contoh
perhitungan menggunakan komposisi: semen 600 gram, additive NaCl 1
gram dan 276 mL air. Suspensi semen yang telah terbentuk dimasukkan ke
dalam slurry cup sampai batas dan dimasukkan ke dalam Atmospheric
Consistometer, yang merupakan salah satu alat yang dipakai untuk
mengukur konsistensi suspensi semen. Dan didapat nilai thickening
timenya yaitu 16 uc pada additive Nacl 1 gram. Sedangkan pada CMC 1
gram didapat nilai Thickening time 14 uc.
Additive yang dipakai dalam percobaan ini yaitu NaCl dan CMC.
Penambahan NaCl ke dalam suspensi semen akan mempercepat proses
thickening time/ pengerasan suspensi semen. Hal itu terjadi karena NaCl
bersifat mengikat H2O sehingga jumlah volume air dalam suspensiakan
berkurang dan menyebabkan suspensi semen cepat mongering. NaCl
termasuk accelerator yang mempercepat thickening time. Selain itu
accelerator juga bisa berupa CaCl2, Gypsum.
59

CMC merupakan salah satu contoh additive yang memperlambat/


memperpanjang thickening time (retarder). Contoh retarder yang lain
antara lain Calcium Lignosulfonate dan senyawa–senyawa organic.
Grafik penambahan NaCl vs thickening time menunjukkan fluktuasi
yang tidak terlalu besar (cenderung datar). Secara teori, semakin banyak
NaCl yang ditambahkan, maka thickening time akan meningkat (naik),
karena sifatnya sebagai pengencer. Suspensi semen yang encer
viscositasnya kecil sehingga waktu pengerasan semakin cepat.
Pada grafik CMC vs thickening time diperoleh fluktuasi yang besar
(naik turun), padahal seharusnya bertambahnya CMC akan menurunkan
thickening time (memperlambat), dimana sifat CMC adalah sebagai
pengental. Suspensi semen yang kental viscositasnya besar, sehingga
untuk mengeras akan lambat/ lama.
Dari grafik tersebut terdapat perpotongan pada titik 0.35 dan
memiliki thickening time yang sama yaitu 14,5 uc.
Aplikasi di lapangan pengujian thickening time adalah untuk
menentukan setting waktu pemompaan, dimana waktu pemompaan harus
lebih kecil dari thickening time. Jika tidak, dapat mengakibatkan suspensi
semen akan mengeras terlebih dahulu sebelum seluruh suspensi semen
mencapai target yang diinginkan.

5.7. Kesimpulan
1. Penambahan additive berupa CMC mempercepat thickening time
dibandingkan NaCl.
2. Penambahan NaCl berbanding lurus dengan harga thickening
timenya yakni semakin besar penambahan NaCl maka akan semakin
besar pula thickening timenya.
3. Sedangkan CMC berbanding terbalik dengan thickening time.
Semakin besar perubahan CMC maka akan semakin kecil thickening
timenya.
60

4. Thickening time yang digunakan tergantung dari kedalaman sumur


dan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai zona yang diinginkan.
5. Thickening time dipengaruhi oleh jumlah additive dan rate pompa.
61

BAB VI
PENGUJIAN FREE WATER

6.1. Tujuan Percobaan


1. Mengukur harga free water pada 2 jam dalam suspensi semen.
2. Mengetahui pengaruh penambahan additive terhadap free water.
3. Mengetahui free water
4. Membandingkan free water dengan penambahanberat Bentonite dan
berat Barite.
.
6.2. Teori Dasar
Free water adalah air bebas yang terpisah dari suspensi semen.
Apabila harga free water ini terlalu besar melebihi batas air maksimum,
maka akan terjadi pori-pori pada semen. Ini akan mengakibatkan semen
mempunyai permeabilitas yang besar.

Kandungan air normal dalam suspense semen yang


direkomendasikan oleh API dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 6.1 API Class Sement

API Class Water ( % ) by Water


Cement Weight of Cement Gal per Sack Liter per Sack
A dan B 46 5.19 19.6
C 56 6.32 23.9
D, E, F dan H 38 4.29 16.2
G 44 4.97 18.8
J (Centative) - - -

Dalam penentuan harga free water ini, hal yang perlu diperhatikan
adalah WCR (Water Cemen Ratio, yaitu perbandingan air yang dicampur
terhadap bubuk semen sewaktu suspensi dibuat). Jumlah air yang
dicampurkan tidak boleh lebih dari kadar air maksimum atau kurang dari
62

batas air minimum karena akan mempengaruhi baik buruk ikatan


sementingnya
Batasan air dalam suspensi didefinisikan sebagai kadar minimum
dan Kadar maksimum air.

 Kadar Minimum Air.


Kadar air minimum adalah jumlah air yang dicampurkan tanpa
menyebabkan konsistensi suspensi semen lebih dari 30 UC. Bila air
yang ditambahkan lebih kecil dari kadar minimumnya, maka akan
terjadi gesekan-gesekan (friksi) yang cukup besar di annulus sewaktu
suspensi semen dipompakan dan juga akan menaikkan tekanan di
annulus.

 Kadar Maksimum Air.


Adalah batas air yang dicampurkan ke dalam campuran suspensi semen
tanpa menyebabkan pemisahan lebih dari 3.5 mL dalam 250 mL
suspensi semen, bila didiamkan selama 2 jam pada temperature kamar.

6.3. Peralatan dan Bahan


6.3.1. Peralatan
1. Mixer
2. Timbangan
3. Gelas Ukur

6.3.2. Bahan
1. Semen
2. Air
3. Barite
4. Bentonite
63

Gambar 6.1 Mixer Gambar 6.2 Timbangan

Gambar 6.3 Gelas Ukur Gambar 6.4 Semen Portland

Gambar 6.5 Aquades Gambar 6.6 Barite


64

Gambar 6.7 Bentonite

6.4. Prosedur Percobaan


1. Gunakan tabung ukur, kemudian isi tabung tersebut dengan suspensi
semen yang akan diukur kadar airnya sebanyak 250 ml
2. Diamkan selama 2 jam sehingga terjadi air bebas pada atas tabung, catat
harga air bebas yang terbentuk.
3. Air bebas yang terjadi tidak boleh lebih dari 3,5 m

6.5. Data dan Perhitungan


Semen kelas A
WCR = 46 %
65

Tabel 6.2 Hasil Percobaan terhadap Free Water @ 2 hours

Semen Additive (gr) Free Water @ 2 hours


Air (ml)
(gr) Bentonite Barite (ml)
600 276 0 0,5
600 276 1 0
600 276 2 0
600 276 3 0
600 276 4 0
600 276 5 0,75
600 276 6 0
600 276 7 0
600 276 0 0
600 276 1 0,25
600 276 2 0,1
600 276 3 0
600 276 4 0
600 276 5 0
600 276 6 0
600 276 7 0

Grafik 6.1 Penambahan Additive Vs Free Water @ 2 Hours

Additive Vs Free Water


0.8

0.7

0.6

0.5
Free Water (ml)

0.4
Bentonite
0.3
Barite
0.2

0.1

0
0 2 4 6 8
-0.1
Additive (gr)
66

6.6. Pembahasan
Pada percobaan free water ini kita menggunakan contoh perhitungan
600 gram semen, 276 ml air dan 1 gram Bentonite dan 1 gram barite.
Setelah dua jam free water diamati dengan membaca kandungan air dari
skala gelas ukur. Diperoleh free water sebanyak 0 ml pada bentonite dan
0.25 ml pada barite dalam waktu 2 jam.
Dalam melakukan suatu penyemenan diperlukan kehati-hatian dalam
penambahan air ke dalam campuran bubuk semen, karena bila tidak hati-
hati (sesuai yang diharapkan) akan berakibat hasil suspensi semen kurang
baik. Apabila air yang ditambahkan terlalu banyak maka akan
menimbulkan masalah pada daya ikat semen untuk kekuatan semen
tersebut, karena semakin banyak air yang ditambahkan maka free water
yang didapat semakin banyak mengakibatkan permeabilitas besar dan
semen rapuh. Apabila air yang ditambahkan kurang akan berakibat semen
mempunyai daya ikat yang besar dan berakibat retaknya atau pecahnya
formasi.
Oleh karena itu, penambahan air (WCR) tidak boleh melebihi kadar
maksimum atau kurang dari kadar minimumnya. Untuk mengatasi
terjadinya free water yang berlebihan biasanya ditambahkan additive yang
terkandung dari formasinya.
Dari grafik penambahan bentonite vs free water menunjukkan
adanya fluktuasi. Dimana pada awal grafik meningkat, kemudian
menurun. Secara teoritis, bentonite berfungsi sebagai
penghisap/pengabsorb air, sehingga kadar free water akan berkurang bila
bentonite yang ditambahkan semakin banyak. Namun bila free water
terlalu sedikit, menyebabkan semen memiliki friksi yang besar terhadap
lubang bor, akibatnya formasi bisa retak atau pecah.
Grafik penambahan Barite vs Free water menunjukkan kecenderung
kenakan di awal, dan di akhir dengan datar. Secara teori, Barite dapat
67

menurunkan free water. Sehingga, bila Barite yang ditambahkan semakin


banyak, maka free water yang diperoleh semakin sedikit. Free water yang
terlalu besar dapat menghasilkan pori–pori pada semen yang berarti bahwa
permeabilitasnya besar akibatnya semen kurang kokoh

6.7. Kesimpulan
1. Penambahan additive berupa barite atau bentonite berpengaruh pada
free water tapi terikat pada jumlah tertentu.
2. Banyaknya free water dari suspensi semen juga tergantung dari jenis
semen yang digunakan.
3. Penambahan additive barite dengan free water @2jam menunjukkan
bahwa pada awalnya dalam keadaan nol kemudian meningkat namun
tidak begitu tinggi kemudian cenderung menurun dan pada akhirnya
konstan pada angka nol.
4. Penambahan additive penambahan bentonite free water @2jam
cenderung turun dimana pada awalnya sedikit tinggi kemudian konstan
pada angka nol dan kemudian meningkat drastic dan pada akhirnya
menurun kembali.
5. Apabila jumlah air cenderung lebih sedikit, maka akan berpengaruh
terhadap ikatan semen.
68

BAB VII
PENGUJIAN FILTRATION LOSS

7.1. Tujuan Percobaan


1. Mengetahui efek penambahan additive terhadap filtration loss.
2. Menghitung & membandingkan nilai filtration loss semen dengan
penambahan additive bentonite dan kerosine.
3. Mengukur harga filtration loss pada 30 menit percobaan dalam suspensi
semen dengan menggunakan alat filter.
4. Menghitung harga filtration loss pada 30 menit dengan perhitungan dan
percobaan.

7.2. Teori Dasar


Filtration Loss adalah peristiwa hilangnya cairan dalam suspense
semen kedalam formasi permeable yang dilaluinya. Cairan ini sering
disebut dengan filtrate, filtrate yang hilang tidak boleh terlalu banyak,
karena akan menyebabkan suspense semen kekurangan air. Kejadian ini
disebut dengan flash set.
Bila suspense semen mengalami flash set maka akan menyebabkan
pecahnya formasi. Pengujian filtration loss di laboratorium menggunakan
alat filter press. Pada kondisi temperature sirkulasi dengan tekanan 1000
psi. Namun filter loss mempunyai kelemahan yaitu temperatur maksimm
o
yang bisa digunakan hanya sampai 28 C (180oF). Filtration loss
diketahuidari volume filtrat yang ditampung dalam sebuah tabung atau
gelas ukur selama 30 menit masa pengujian.
Pada primary cementing, filtration loss yang diikinkan sekitar 150 –
250 cc yang diukur selam 30 menit dengan menggunakan saringan
berukuran 325 mesh dan tekanan 1000 psi. sedangkan pada squeeze
cementing, filtration loss yang diijinkan sekitar 55 – 65 cc selama 30
69

menit. Namun filter loss mempunyai kelemahan yaitu temperatur


maksimum yang bisa digunakan hanya sampai 82 º C ( 180º F ).Filtration
loss diketahui dari volume filtrat yang ditampung dalam sebuah tabung
atau gelas ukur selama 30 menit,masa pengujian. Bila waktu pengujian
tidak sampai 30 menit,maka besarnya filtrion loss dapat diketahui dengan
rumus :

𝑭𝟑𝟎 = 𝑭𝒕 (𝟓, 𝟒𝟕𝟕⁄√𝒕)

dimana :
F30 = filtrat pada 30 menit ,ml
Ft = filtrat pada t menit , ml
t = waktu pengukuran
Pada primary cementing, filtration loss yang diikinkan sekitar 150
– 250 cc yang diukur selam 30 menit dengan menggunakan saringan
berukuran 325 mesh dan tekanan 1000 psi. sedangkan pada squeeze
cementing, filtration loss yang diijinkan sekitar 55 – 65 cc selama 30
menit. Jadi dapat disimpulkan bila formasi yang akan di lalui oleh
bubur semen merupakan formasi yang porous dan permeable, maka perlu
penambahan additive yang sesuai sebalum bubursemen dipompakan, atau
dengan kata lain sebelum dilakukan penyemena.
Untuk mengontrol besar kecilnya filtration loss dapat digunakan :

 Fluid Loss Control Agents.


Yaitu additif-additif yang berfungsi mencegah hilangnya fasa
liquid semen ke dalam formasi sehingga terjaga kandungan cairan
dalam suspensi semen. Additive – additive yang termasuk kedalam
fluid loss control agents diantaranya polymer, CMHEC, dan latex.
 Lost Circulation Control Agents.
Yaitu additive yang berguna mengontrol hilangnya suspensi
semen ke dalam formasi yang lemah atau bergua. Biasanya Material
loss circulation yang dipakai pada pemboran digunakan pula dalam
70

suspensi semen. Additive yang termasuk dalam lost circulation control


agents diantaranya gilsonite, cellophane flakes, gipsum, bentonite, dan
nut shells.

7.3. Peralatan dan Bahan


7.3.1. Peralatan
1. Mixer
2. Timbangan
3. Gelas Ukur
4. Filter Press
5. Stop Watch

7.3.2. Bahan
1. Semen
2. Bentonite
3. Kerosine
4. Air

Gambar 7.1 Mixer Gambar 7.2 Timbangan


71

Gambar 7.3 Gelas Ukur Gambar 7.4 Filter Press

Gambar 7.5 Stopwatch Gambar 7.6 Semen Portland

Gambar 7.7 Bentonite Gambar 7.8 Kerosine


72

Gambar 7.9 Barite

7.4. Prosedur Percobaan


1. Persiapkan alat filter proses dan segera pasang filter paper secepat
mungkin dan letakkan gelas ukur dibawah silinder untuk menampung
fluid filtrate.
2. Tuangkan suspense semen ke dalam silinder dan segera tutup rapat.
Kemudian alirkan udara atau gas N2 dengan tekanan 1000 psi.
3. Catat volume filtrate sebagai fungsi waktu dengan stop watch, interval
pengamatan setiap 2 menit pada 10 menit pertama, kemudian setiap 5
menit untuk 20 menit selanjutnya. Catat volume filtrate pada menit ke-
25.
4. Harga filtration loss diketahui dari volume filtrate yang ditampung
dalam gelas ukur selama 30 menit massa pengujian. Bila waktu
pengujian tidak sampai 30 menit, maka besarnya filtration loss dapat
diketahui dengan rumus :

𝑭𝟑𝟎 = 𝑭𝒕 (𝟓, 𝟒𝟕𝟕⁄√𝒕)

dimana :
F30 = filtrat pada 30 menit ,ml
Ft = filtrat pada t menit , ml
t = waktu pengukuran
73

5. Hentikan penekanan udara atau gas N2, buang tekanan udara dalam
silinder dan sisa suspense semen yang di dalam silinder tuangkan
kembali ke dalam breaker.

7.5. Data dan Perhitungan


Contoh Perhitungan :
 Filtration loss @ 30 menit percobaan = 97 ml
 Filtration loss @ 30 perhitungan
5,677 5,677
𝐹30 = 𝐹𝐿𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 x = 124 𝑚𝑙 x = 𝟏𝟐𝟖, 𝟓𝟐𝟐𝟕 𝐦𝐥
√𝑡 √30
 Faktor koreksi
(128,5227 − 124)𝑚𝑙
x 100% = 𝟑, 𝟓𝟏𝟖𝟗 %
128,5227 𝑚𝑙

Tabel 7.1 Hasil Pengujian Filtration Loss

Additive Filtration loss Filtration loss @ 30


Semen
Air (ml) @ 30 menit menit Perhitungan
(gr)
Percobaan (ml) (ml)
Bentonite Kerosine
600 276 0 30 96,396
600 276 1 120 124,382
600 276 2 94 97,433
600 276 3 111,5 119,718
600 276 4 84,5 87,586
600 276 5 129 133,711
600 276 6 120 124,382
600 276 7 89 92,250
600 276 0 143,5 148,740
600 276 2 60,5 62,709
600 276 4 139,5 144,594
600 276 6 110,5 114,172
600 276 8 111,5 115,572
600 276 10 112,15 116,245
600 276 12 113 117,126
600 276 14 108,5 112,462
74

Grafik 7.1 Grafik Penambahan Additive Vs Filtration Loss @ 30 menit percobaan

Additiive Vs Filtration Loss @30 Menit


160
140
120
FL @30 menit (ml)

100
80
Bentonite
60
Kerosine
40
20
0
0 5 10 15
Additive (gr)

Grafik 7.2 Grafik Penambahan Additive Vs Filtration Loss @ 30 perhitungan

Additive Vs Filtration Loss @ 30 menit


perhitungan
Filtration Loss @ 30 menit perhitungan

160.00000
140.00000
120.00000
100.00000
80.00000
(ml)

Bentonite
60.00000
40.00000 Kerosine
20.00000
0.00000
0 5 10 15
Additive (gr)

7.6. Pembahasan
Pada percobaan ini menggunakan semen 600 gr, air 276 ml, dan
pada contoh perhitungan pada additif bentonite 1 gr didapat nilai FL 30
menit percobaan 120 ml dan nilai perhitungannya 124,382 ml.
75

Filtration loss adalah peristiwa hilangnya cairan dari suspensi semen


ke dalam formasi permeable yang dilaluinya. Cairan yang hilang ini
disebut filtrat dimana jumlah filtrat yang hilang tidak boleh terlalu banyak
karena akan menyebabkan suspensi semen akan kekurangan air. Peristiwa
ini disebut flash set. Bila suspensi semen ini mengalami flash set maka
akan menyebabkan friksi di annulus dan juga dapat mengakibatkan
pecahnya formasi.
Penambahan bentonite pada dasarnya akan menurunkan jumlah
filtration loss. Hal ini dapat terjadi karena bentonite bersifat menghisap air
sehingga kandungan air dalam suspensi semen tetap terjaga. Akan tetapi
penambahan bentonite ini perlu diperhitungkan secara tepat untuk
memperoleh hasil yang diharapkan.
Aplikasinya di lapangan, bila filtration loss terlalu besar, maka akan
dapat menyebabkan pecah formasi karena banyak cairan atau filtrate
suspensi semen yang hilang ke formasi, hal tersebut bisa mengakibatkan
terjadinya lost circulation.

7.7. Kesimpulan
1. Grafik hubungan penambahan additive dengan filtration loss
menunjukkan bahwa semakin tinggi penambahan bentonite maka
filtration loss cenderung naik terus.
2. Grafik filtration loss dengan penambahan kerosene filtration lossnya
cenderung turun kemudian mengalami kenaikkan yang tidak begitu
besar sehingga filtration lossnya pada akhirnya terlihat hamper konstan.
3. Penambahan additive berpengaruh pada jumlah filtration loss tapi
terikat oleh banyaknya jumlah additive yang ditambahkan.
4. Semakin banyak filtrate yang hilang dari suspense semen maka akan
menyebabkan semakin kekurangan air (flash set).
5. Salah satu fungsi dari sementing adalah menutup zona rekahan pada
formasi sehingga mencegah filtration loss.
76

BAB VIII
PENGUJIAN COMPRESSIVE STRENGTH

8.1. Tujuan Percobaan


1. Mengukur compressive strength dan suspense semen.
2. Mengetahui pengaruh penambahan additive yang terhadap
compressive strength.
3. Mengetahui harga compressive strength dari batuan semen yang
telah dilepas dari cetakan.
4. Mengetahui tekanan maksimum retak (pecah) dari sample semen.

8.2. Teori Dasar


Strength pada semen terbagi dua, yaitu Compressive Strength dan
Shear Strength. Compressive Strength didefinisikan sebagai kekuatan
semen dalam menahan tekanan-tekanan yang berasal dari formasi maupun
dari casing. Sedangkan Shear Strength didefinisikan sebagai kekuatan
semen dalam menahan berat casing. Jadi compressive strength menahan
tekanan-tekanan dalam arah horizontal dan shear strength semen menahan
tekanan-tekanan dari arah vertical.
Comperssive strength didefinisikan sebagai kekuatan semen dalam
menahan tekanan – tekanan yang berasal dari formasi maupun dari casing..
Umumnya compressive strenth mempunyai harga 8 – 10 kali lebih dari
harga shear strength. Penggujian compressive strength di laboratorium
menggunakan alat Curring Chamber dan Hydraulic Mortar.
Setelah batuan semen dilepas dari cetakan, kemudian ditempatkan
pada alat hydraulik press dimana diisi sampel akan ditekan secara axial
sampai batuan pecah. Compressive strength dapat ditentukan dengan
melihat harga pada saat terjadi peretakan (pecah) menyilang dari sampel
yang diuji.
77

Pada saat sampel ditempatkan pada hydraulik press untuk


pengukuran strength semen, harga pembebanan diatur tergantung pada
antisipasi harga strength dari sampel semen. Pengukuran compressive
strength semen dirancang untuk mendapatkan beberapa indikasi mengenai
kemampuan semen untuk mengisolasi lapisan batuan dan untuk
melindungi serta menyokong casing.Dalam lubang pemboran, kekuatan
semen sangat dipengaruhi oleh pembebanan triaxial yang complex dan
failure stress merupakan pembebanan utama dari penilaian untuk standard
compressive strength ( Neville, 1981 )
Curing Chamber dapat mensimulasikan kondisi lingkungan semen
untuk temperature dan tekanan tinggi sesuia dengan temperature dan
tekanan formasi. Hydraulic Mortar merupakan mesin pemecah semen yang
sudah mengeras dalam curing Chamber. Strength minimum yang
direkomendasikan oleh API untuk dapat melaanjutkan operasi pemboran
adalah 6.7 Mpa ( 1,000 psi ). Dalam mengukur strength semen sering kali
yang diukur adalah compressive strength dari pada shear strength. Untuk
mencapai hasil penyemenan yang diinginkan, maka strength semen harus
melindungi dan menyokong casing, menahan tekanan hidrolik yang tinggi
tanpa terjadinya perekahan, menahan goncangan selama operasi pemboran
dan perforasi, menyekat lubang dari fluida formasi yang korosif, menyekat
antar lapisan yang permeable.
Seperti sifat-sifat suspensi semen yang lain, compressive strength
dipengaruhi juga oleh additive. Adapun additive itu berfungsi untuk
menaikkan compressive strength dan juga untuk menurunkan compressive
strength. Additive untuk menaikkan compressive strength diantaranya
adalah kalsium klorida, pozzolan, barite, sedangkan additive untuk
menurunkan compressive strength adalah bentonite, sodium silikat. Dalam
percobaan kali ini digunakan bentonite dan NaCl sebagai zat additive.
Dalam mengukur compressive strength digunakan alat hidraulic press.

8.3. Peralatan dan Bahan


78

8.3.1. Peralatan
1. Hidraulic pump
2. Motor

3. Bearing Block Machine Hydraulic Mortar


4. Monometer pengukur tekanan

8.3.2. Bahan
1. Semen
2. Bentonite
3. NaCl
4. Air

Gambar 8.1 Hydraulic Press Gambar 8.2 NaCl


79

Gambar 8.3 Semen Portland Gambar 8.4 Aquades

Gambar 8.5 Bentonite Gambar 8.6 Barite

8.4. Prosedur Percobaan


1. Bersihkan permukaan sampel dari tetesan air dan pasir atau gerusan
butiran agar tidak menempel pada bearing blok mesin penguji.
2. Periksa permukaan sampel apakah sudah benar-benar rata, apabila
belum ratakan dengan menggunakan gerinda.
3. Letakkan sampel semen dalam blok bearing dan atur supaya tepat
ditengah-tengah permukaan blok beraing di atasnya dan blok beraing di
bawahnya, sampel semen harus berdiri vertikal.
4. Perkiraan tekanan maksimum retak (pecah), apabila lebih dari 3000 psi
(skala manometer) beri pembebanan awal setengah tekanan maksimum,
bila kurang dari 3000 psi pembebanan awal tidak diperlukan.
5. Perkiraan laju pembebanan sampai maksimum tidak kurang dari 20
detik dan lebih dari 80 detik.
6. Hidupkan motor penggerak pompa dan jangan lakukan pngaturan
(pembetulan) pada kontrol testing selama pembebanan sampai
didapatkan pembebanan maksimum ketika batuan pecah.
7. Catat harga pembebanan maksimum tersebut.
80

8. Lakukan perhitungan compressive strength semen, dengan


menggunakan rumus :

CS = k x P (A1 / A2)

Dimana :
CS = Compressive Strength semen, psi
P = Pembebanan maksimum, psi
A1 = Luas penampang block bearing dari hydraulic mortar, in2
A2 = Luas permukaan sampel semen, in2
k = Konstanta koreksi, funsi dari perbandingan tinggi (t) terhadap
diameter (D)

Tabel 8.1 Perbandingan t / D terhadap koefisien faktor

t/d Koefisien Faktor


1.75 0.98
1.5 0.96
1.25 0.93
1 0.87

8.5. Data dan Perhitungan


Contoh Perhitungan :
 Diameter Bearing = 6,5 in
r1 = 3,25 in
A1 = 3,14 x ( r1 )2
= 3,14 x ( 3,25 in )2
= 33,16625 in2

 r2 = D/2
= 0,96 in / 2
= 0,48 in
81

A2 = 3,14 x ( r2 )2
= 3,14 x ( 0,48 in )2
= 0,723456 in2

 Tinggi ( t ) = 1,614 in

 t/d = 1,614 in / 0,96 in


= 1,68125

 Pembebanan ( P ) = 254 psi

 Koefisien Faktor
1,75
Menggunakan Interpolasi :

1,75 − 1,68125 0,98 − K 1,68125


=
1,75 − 1,5 0,98 − 0,96
0,06875 0,98 − K 1,5
=
0,25 0,02
0,001375 = 0,245 − 0,25 K
K = 𝟎, 𝟗𝟕𝟒𝟒𝟓 0,98 K 0,96

 Compressive Strength = K x P x ( A1 / A2)


= 0,97445x254psi(33,16625 in2 / 0,723456 in2)
= 11346,90774 psi
82

Tabel 8.2 Hasil Pengujian Compressive Strength

Additive (gr) Diameter D Koefisien


Semen Air Pembebanan r1 r2 Compresive
Bearing t (in) t/D faktor A1 (in) A2 (in)
(gr) (ml) (psi) (in) (in) Strength (psi)
Bentonite NaCl (in) (in) (K)
600 276 0 254 6,5 0,96 3,25 0,48 1,614 1,68125 0,97445 33,16625 0,723456 11346,90774
600 276 0,5 252 6,5 1,01 3,25 0,505 1,614 1,5980 0,96784 33,16625 0,8007785 10101,5513
600 276 1 246 6,5 1,06 3,25 0,53 1,614 1,5226 0,96181 33,16625 0,882026 8896,89520
600 276 1,5 239 6,5 1,11 3,25 0,555 1,614 1,45405 0,95448 33,16625 0,9671985 7822,49852
600 276 2 232 6,5 1,16 3,25 0,58 1,614 1,39138 0,94696 33,16625 1,056296 6898,11379
600 276 2,5 228 6,5 1,21 3,25 0,605 1,614 1,33388 0,94006 33,16625 1,1493185 6185,09527
600 276 3 226 6,5 1,26 3,25 0,63 1,614 1,28095 0,93370 33,16625 1,246266 5615,67958
600 276 3,5 223 6,5 1,31 3,25 0,655 1,614 1,23206 0,92573 33,16625 1,3471385 5082,28773
600 276 1,5 137 6,5 0,96 3,25 0,48 1,614 1,68125 0,97445 33,16625 0,723456 6120,18522
600 276 2 146 6,5 1,01 3,25 0,505 1,614 1,5980 0,96784 33,16625 0,8007785 5852,48607
600 276 2,5 152 6,5 1,06 3,25 0,53 1,614 1,5226 0,96181 33,16625 0,882026 5497,26858
600 276 3 167 6,5 1,11 3,25 0,555 1,614 1,45405 0,95448 33,16625 0,9671985 5465,92993
600 276 3,5 179 6,5 1,16 3,25 0,58 1,614 1,39138 0,94696 33,16625 1,056296 5322,20159
600 276 4 217 6,5 1,21 3,25 0,605 1,614 1,33388 0,94006 33,16625 1,1493185 5886,69155
600 276 4,5 219 6,5 1,26 3,25 0,63 1,614 1,28095 0,93370 33,16625 1,246266 5441,73134
600 276 6 221 6,5 1,31 3,25 0,655 1,614 1,23206 0,92573 33,16625 1,3471385 5036,70668
83

Grafik 8.1 Grafik Penambahan Additive Vs Compressive Strength

Additive Vs Compressive Strength


14000.00000
Compressive Strength (psi)

12000.00000
10000.00000
8000.00000
6000.00000 Bentonite
4000.00000 NaCl
2000.00000
0.00000
0 2 4 6 8
Additive (gr)

8.6. Pembahasan
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa penambahan
bentonite dan NaCl akan menurunkan compressive strength.
Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa dengan penambahan massa
additive yang sama 0,5 gram sampai dengan 3,5 gram pada Bentonite dan
NaCl, bentonite akan lebih memperbesar harga Compressive Strength dari
pada NaCl. API merekomendasikan bahwa setiap penambahan 1%
bentonite perlu ditambahkan pula 5,3 % air (BWOC), yang berlaku untuk
seluruh kelas semen. Pengaruh dari penambahan bentonite adalah yield
semen meningkat, kualitas perforasi lebih baik, permeabilitas naik,
viscositas naik dan Compressive Strength menurun. Untuk temperature di
atas 110oC (230oF) penambahan bentonite akan menyebabkan turunnya
Compressive Strength secara drastis.
Dari hasil percobaan diketahui pada semen dasar harga
compressive strength-nya adalah 11346,90774 psi yang berarti semen
tersebut mempunyai kemampuan untuk menahan tekanan sebesar
11346,90774 psi yang berasal dari selisih tekanan formasi dengan tekanan
yang berasal dari casing.
84

8.7. Kesimpulan
1. Semakin besar penambahan bentonite maka semakin rendah
pembebanan (psi) begitu juga nilai CS semakin menurun.
2. Semakin besar penambahan NaCl semakin tinggi pembebanan (psi)
namun nilai CS semakin rendah.
3. Bentonite merupakan salah satu additive yang mengurangi nilai
compressive strength suatu suspense semen.
4. Ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi nilai compressive
strength antara lain faktor K, pembebanan maksimum dan luas
penampang.
5. Nilai Compresive Strength sangat berpengaruh terhadap ketahanan dari
semen tuk melindungi casing dari zona formasi (horizontal)
85

BAB IX
PENGUJIAN SHEAR BOND STRENGTH

9.1. Tujuan Percobaan


1. Mengukur shear bond strength pada suatu sampel semen.
2. Mengetahui peengaruh penambahan additive terhadap shear bond
strength.
3. Mengukur shear bond strength semen dengan menggunakan alat
Hydraulic Press.
4. Mengetahui cara kerja alat penguji shear bond strength suspensi semen.

9.2. Teori Dasar


Shear bond strength didefinisikan sebagai kekuatan semen dalam
menahan tekanan–tekanan yang berasal dari berat casing atau menahan
tekanan – tekanan dalam arah yang vertikal..Sedangkan Compressive
strength adalah kekuatan semen dalam menahan tekanan yang berasal dari
arah horizontal.
Dengan lubang pemboran,semen sangat dipengaruhi oleh
pembebanan trixial yang kompleks dan failure stress merupakan
pembebanan utama dari penelitian untuk stndard compressive streght dari
ikatan antara semendengan casing atau semen dengan formasi batuan .
untuk itulah dilakukan pengukura shear bpnd sterght semen.
Penilaian penyemenan biasanya berdasarkan compressive strength
atau tensile strength dari batuan semen, dengan assumsi bahwa
materialnya memenuhi syarat untuk pembentukan strength yang baik serta
menghasilkan suatu ikatan yang kuat. Pada kenyataan dilapangan bahwa
assumsi diatas tidak selalu benar. Untuk itulah diperlukan suatu pengujian
di laboratorium terhadap kualitas semen .
86

Untuk mencapai hasil penyemenan yang diinginkan maka strength


semen harus mampu untuk, melindungi dan menyokong casing, menahan
tekanan hidrolik tinggi tanpa terjadi perekahan, menahan goncangan
selama operasi pemboran dan perforasi, menyekat lubang dari fluida
formasi yang korosif, menyekat antar lapisan yang permeabel.Shear bond
strength terukur antara semen dengan dinding formasi dan semen dengan
diding casing. Kekuatan ikat semen terhadap dinding casing sangat
dipengaruhi oleh dinding casing seperti k Pengukuran shear bond strength
ini dilakukan karena pada saat pengukuran compressive strength tidak
menunjukkan harga shear strength dari ikatan antara semen dengan casing
atau semen dengan formasi batuan.
Pengukuran shear bond strength di laboratorium dilakukan dengan
menggunakan Hydraulik Press. Pengukuran shear bond strength dapat
diketahui dengan melihat harga tekanan pada saat terjadi peretakan (pecah)
menyilang dari sampel yang diuji dimana harga pembebanan diatur
tergantung pada antisipasi harga strength dari sampel semen.

9.3. Peralatan dan Bahan


9.3.1. Peralatan
1. Pompa Hydraulik
2. Motor
3. Bearing block hydraulic mortar
4. Manometer
5. Mold Silinder
6. Batang Pendorong

9.3.2. Bahan
1. Semen
2. Bentonite
3. NaCl
87

4. Air

Gambar 9.1 Hydrulic Pump Gambar 9.2 Semen Portland

Gambar 9.3 Aquades Gambar 9.4 Bentonite


88

Gambar 9.5 Barite

9.4. Prosedur Percobaan


1. Bersihkan permukaan sampel dan permukaan mold dari tetesan air dan
pasir atau gerusan butiran semen agar tidak menempel pada bering
block mesin penguji.
2. Letakkan mold silinder yang berisi sampel semen pada holder silinder
penyangga yang yang didudukkan pada bearing block hydraulik bagian
bawah. Posisi sampel harus berdiri vertikal.
3. Dudukan pendorong pada permukaan sampel semen dan turunkan
posisi bearing block hydraulik bagian atas dengan memutar tangki
pengontrol spiral.
4. Perkirakan laju pembebanan sampai maksimum taidak kurang dari 20
detik dan tidak lebih dari 80 detik. Jangan lakukan pengaturan
(pembetulan) pada kontrol testing motor selama pembebanan sampai
jadi pergeseran sampal semen dari casing sampal.
5. Catat harga pembebanan gesr maksimum, kemudian shear bond
strength dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :

SBS = k x p [A1 / (π D h)]

Dimana :
SBS = Shear bond strength, psi
A1 = Luas Bearing Block Hydraulik Mortar, in2
D = Diameter dalam casing sample (semen), in
h = Tinggi sample semen,in
p = Pembebanan maksimum, psi
k = Konstanta koreksi, fungsi dari perbandingan tinggi
(t) terhadap diameter (D)
89

Penentuan nilai Konstanta koreksi dapat menggunakan tabel 8.1


Perbandingan t / D terhadap Koefisien faktor.

9.5. Data dan Perhitungan


Contoh Perhitungan :
 Diameter Bearing = 6,5 in
r1 = 3,25 in
A1 = 3,14 x ( r1 )2 = 3,14 x ( 3,25 in )2
= 33,166 in2

 Diameter ( D ) = 0,96 in

 Tinggi ( t ) = 1,614 in

 t/d = 1,614 in / 0,96 in = 1,68125

 Pembebanan ( P ) = 260 psi

 Height ( h ) = 2,01 in ( Tinggi Sampel Semen )

 Koefisien Faktor 1,75


Menggunakan Interpolasi :
1,68125
1,75 − 1,68125 0,98 − K
=
1,75 − 1,5 0,98 − 0,96
1,5
0,06875 0,98 − K
=
0,25 0,02
0,001375 = 0,245 − 0,25 K
K = 𝟎, 𝟗𝟕𝟒𝟒𝟓1 0,98 K 0,96

 Shear Bond Strength = K x P x [ A1 / ( π.D.h) ]


90

33,16625 𝑖𝑛2
= 0,97445 𝑥 260 𝑝𝑠𝑖 𝑥 (3,14 𝑥 0,96 𝑖𝑛 𝑥 2,01 𝑖𝑛)

= 1386,59096 Psi
91

Tabel 9.1 Hasil Pengujian Shear Bond Stremgth

Additive (gr) Diameter Koefisien Shear Bond


Semen Air Pembebanan D r1
Bearing A1 (in)2 h (in) t (in) t/D faktor Strength
(gr) (ml) (psi) (in) (in)
(in) (K) (psi)
Bentonite NaCl
600 276 0 260 6,5 0,96 3,25 33,166 2,01 1,614 1,68125 0,97445 1386,859096
600 276 0,5 253 6,5 1,01 3,25 33,166 2,51 1,614 1,5980 0,96784 1020,22421
600 276 1 252 6,5 1,06 3,25 33,166 3,01 1,614 1,5226 0,961808 807,4180781
600 276 1,5 245 6,5 1,11 3,25 33,166 3,51 1,614 1,45405 0,95448 633,9712212
600 276 2 238 6,5 1,16 3,25 33,166 4,01 1,614 1,39138 0,94696 511,7677939
600 276 2,5 234 6,5 1,21 3,25 33,166 4,51 1,614 1,33388 0,94006 425,77116
600 276 3 232 6,5 1,26 3,25 33,166 5,01 1,614 1,28095 0,93370 362,4547492
600 276 3,5 229 6,5 1,31 3,25 33,166 5,51 1,614 1,23206 0,9257 310,205557
600 276 1,5 143 6,5 0,96 3,25 33,166 1,73 1,614 1,68125 0,97445 694,614161
600 276 2 152 6,5 1,01 3,25 33,166 2,23 1,614 1,5980 0,96784 689,9023753
600 276 2,5 158 6,5 1,06 3,25 33,166 2,73 1,614 1,5226 0,961808 554,6815004
600 276 3 173 6,5 1,11 3,25 33,166 3,23 1,614 1,45405 0,95448 486,4678646
600 276 3,5 183 6,5 1,16 3,25 33,166 3,73 1,614 1,39138 0,94696 423,0411609
600 276 4 205 6,5 1,21 3,25 33,166 4,23 1,614 1,33388 0,94006 397,6952638
600 276 4,5 223 6,5 1,26 3,25 33,166 4,73 1,614 1,28095 0,93370 369,0177512
600 276 6 227 6,5 1,31 3,25 33,166 5,23 1,614 1,23206 0,9257 323,9588573
92

Additive Vs Shear Bond Stress


1,800.00000
1,600.00000
Shear Bond Stress (psi)

1,400.00000
1,200.00000
1,000.00000
800.00000 Bentonite
600.00000
NaCl
400.00000
200.00000
0.00000
0 2 4 6 8
Additive (gr)

Grafik 9.1 Penambahan Additive Vs Shear Bond Strength

9.6. Pembahasan
Shear Bond strength merupakan kemampuan semen menahan
tekanan secara vertical yang digunakan untuk menahan tekanan karena
berat casing dalam pengujiannya semen bubur semen yang digunakan
ditambah dengan additive bentonite dan barite. Strength pada semen
terbagi dua yaitu compressive strength dan shear bond strength.
Compressive strength adalah kekuatan semen dalam menahan tekanan
yang berasal dari arah horizontal. Sedangkan shear bond srength adalah
kekuatan semen dalam menahan tekanan-tekanan dari arah vertikal.
Pada percobaan ini digunakan additif bentonite dan NaCl data pada
Shear Bond Strength sama dengan data pada Compressive strength tetapi
pada percobaan ini diketahui nilai h pada contoh perhitungan pada
bentonite 1 gram yaitu sebesar dan nilai k = 0.97445 sehingga didapat
nilai dari Shear Bond strength yaitu sebesar 1386,859096 psi
Semen yang baik adalah semen yang mempunyai harga shear bond
strength
tinggi karena semen mempunyai kekuatan untuk mampu menahan
tekanan-tekanan yang berasal dari berat casing yang ditimbulkan atau
tekanan – tekanan dalam arah yang vertikal.
93

9.7. Kesimpulan
1. Penambahan additive berupa Bentonite dan NaCl dapat mengurangi
nilai shear bond strength dari suatu suspense semen.
2. Faktor lain yang mempengaruhi shear bond strength adalah faktor K,
pembebanan maksimum, luas penampang, diameter dan ketinggian.
3. Semakin besar maasa additive yang ditambahkan maka akan semakin
memperkecil harga shear bond strength baik bentonite maupun NaCl.
4. Nilai shear strength sangat berpengaruh terhadap ketahanan dari semen
untuk menahan semen secara vertikal.
5. Dengan menggunakan penambahan yang sama, harga shear bond
strength lebih besar jika menggunakan NaCl dibandingkan Bentonite.
94

BAB X
PENGUJIAN LUAS PERMUKAAN BUBUK SEMEN

10.1. Tujuan Percobaan


1. Mengetahui luas permukaan bubuk semen dengan menggunakan alat
Blaine Permeameter.
2. Mengetahui cara kerja alat Blaine Permeameter pada pengujian luas
permukaan bubuk semen.
3. Mengetahui pengaruh densitas semen terhadap penentuan luas
permukaan butir semen.
4. Mengetahui hubungan antara viscositas udara dengan luas permukaan
butir semen.

10.2. Teori Dasar


Sifat fisik batuan apabila ditambahkan suatu liquid mempunyai sifat
fisik yang berbeda sebelum ditambahkan dengan liquid tersebut, hal ini
disebabkan karena suatu padatan mempunyai densitas yang lebih besar
dari pada liquid sehingga mengakibatkan adanya perbedaan sifat fisik
setelah ditambahkan dengan liquid, oleh karena itu penting untuk
dilakukannya suatu pengujian luas permukaan butir padatan
Pengujian luas permukaan bubuk semen sangat berpengaruh pada
kekuatan suspensi semen dalam menahan tekanan formasi dan tekanan
casing. Semakin besar luas permukaan bubuk suatu semen, maka ukuran
partikel semen semakin kecil dan semen tersebut semakin kompak.
Dengan demikian semakin besar pula kemampuan semen tersebut untuk
menahan tekanan. Pengukuran suspensi semen di laborarorium
menggunakan alat Blaine Permeameter. Sebelum menentukan luas
permukaan bubuk semen, kita harus menentukan faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap luas permukaan bubuk semen.
95

Penentuan luas permukaan butir semen (OSP) dapat dihitung dengan


menggunakan persamaan ini :

𝟐𝟑, 𝟐 𝒙 √𝝓𝟑 𝒙 √𝒕
𝑶𝒑𝒔 =
𝝆𝒔 𝒙 ( 𝟏 − 𝝓 ) 𝒙 √𝝁

Dimana :
 = Porositas semen
t = Waktu pengukuran dengan Blaine Permeameter
s = Densitas semen
 = Viscositas udara

10.3. Peralatan dan Bahan


10.3.1. Peralatan
1. Blaine Permeameter
2. Pignometer
3. Timbangan
4. Toluen

10.3.2. Bahan
1. Semen

Gambar 10.1 Blaine Permeameter Gambar 10.2 Pignometer


96

Gambar 10.3 Timbangan Gambar 10.4 Toluene

Gambar 10.5 Sement Portland

10.4. Prosedur Percobaan


Menentukan luas permukaan butir semen (Ops) :
1. Densitas semen (ρs) = X gr/cc
2. Temperatur ruang = 24.5 0C/ 78 0F (misal)
3. T = 24.5 0C/ 78 0F → Viskositas udara = 0.0001828 (dari tabel)
√μ = 0.01352
4. μ = 0.01352 → ϕ = 0.354 (dari tabel)
5. Waktu pengukuran dengan blaine permeameter = 35,7 detik (misal)
6. t = 35.7 detik → √t = 5.9749

 
7. Ops  23.2 x  3 x t / s x1   x  
97

10.5. Data dan Perhitungan


μ @ 80oF = 0,04467 lb/ft.hour
μ @ 100oF = 0,04594 lb/ft.hour
Φ 468 Rn = 0,55648
Φ 500 Rn = 0,58233

 Densitas Semen (ρs) = 1,377 gr/cc


 Temperatur ruanng = 27oC = 80,6oF
= (80,6 + 460) Rn = 540,6 Rn
 Waktu pengukuran dengan Blaine Permeameter = 12,14 detik
 Viscositas udara (μu) :
(𝑇𝑢 − 𝑇80 ) 𝑥 (𝜇100 − 𝜇80 )
= + 𝜇80
(𝑇100 − 𝑇80 )

(80,6 − 80)𝑜 𝐹 𝑥 (0,04594 − 0,04467) 𝑙𝑏⁄𝑓𝑡. h


= + 0,04467 𝑙𝑏⁄ft. h
(100 − 80)𝑜 𝐹
= 𝟎, 𝟎𝟒𝟒𝟕𝟎𝟖𝟏 𝒍𝒃⁄𝒇𝒕. 𝒉

 Porositas Udara (Φu) :


(𝑇𝑢 − 𝑇468 ) 𝑥 (𝜙500 − 𝜙468 )
= + 𝜙468
(𝑇500 − 𝑇468 )
(540,6 − 468)𝑅𝑛 𝑥 (0,58233 − 0,55648)
= + 0,55648
(500 − 468)𝑅𝑛
= 𝟎, 𝟔𝟏𝟓
98

 Luas Permukaan butir semen ( OPS ) :


23,2 𝑥 √𝜙 3 𝑥 √𝑡
=
𝜌𝑠 𝑥 (1 − 𝜙)𝑥 √𝜇
23,2 𝑥 √(0,615)3 𝑥 √12,14 𝑠
=
𝑔𝑟⁄ 𝑙𝑏
1,377 𝑐𝑐 𝑥 (1 − 0,615)𝑥 √0,0447081 ⁄𝑓𝑡. ℎ
𝟐
= 𝟑𝟓𝟖, 𝟏𝟗𝟗 𝒄𝒎 ⁄𝒈𝒓𝒂𝒎

Gambar 10.1 Grafik Viscositas Vs Temperature

Viscositas Vs Temperature
0.0462
0.046
0.0458
Viscositas (lb/ft.h)

0.0456
0.0454
0.0452
0.045
0.0448
0.0446
0 20 40 60 80 100 120
Temperatur (oF)

Viscositas Vs Temperature

Gambar 10.2 Grafik Porositas (Φ) Vs Temperature


99

Φ Vs Temperature
0.585

0.58
Porositas (Φ)

0.575

0.57

0.565

0.56

0.555
465 470 475 480 485 490 495 500 505
Temperature (Rn)

Φ Vs Temperature

10.6. Pembahasan
Pengujian luas permukaan butir padatan dilakukan karena suatu
padatan mempunyai densitas yang lebih besar daripada liquid sehingga
mengakibatkan adanya perbedaan sifat fisik setelah ditambahkan dengan
liquid dimana salah satu sifat fisik padatan adalah ukuran butiran, semakin
halus ukuran butiran maka semakin luas permukaan butiran sehingga
pertukaran ionnya semakin tinggi sedangkan apabila suatu butiran
mempunyai ukuran butiran yang kasar maka semakin sempit luas
permukaan sehingga mempunyai pertukaran ionnya semakin rendah.

Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh besarnya luas


permukaan bubuk semen sebesar 358,199 cm2 /gr. Adapun pengaruh yang
ada pada ukuran luas permukaan bubuk semen adalah apabila semakin luas
permukaan bubuk semen maka padatan tersebut mempunyai ukuran
butiran yang relatif halus dimana semakin halus ukuran butir yang
dihasilkan maka semakin besar kekuatan dari semen tersebut, sehingga
dapat disimpulkan sampel semen tersebut memiliki ukuran butir yang
cukup halus dan memiliki kekuatan yang cukup baik.
100

Semakin halus ukuran butir yang dihasilkan maka semakin kecil


harga permeabilitas dari sample semen tersebut dimana harga
permeabilitas yang kecil ini merupakan suatu hal yang sangat kita
harapkan karena semen akan mampu memisahkan atau menyekat lubang
dari fluida formasi yang korosif dan juga menyekat antar lapisan yang
permeabel. Hal ini berarti juga bahwa semakin besar kekutan semennya
yang akan dihasilkan, sehingga dapat disimpulkan sampel semen tersebut
memiliki ukuran butir yang cukup halus dan memiliki kekuatan yang
cukup baik.

Selain itu faktor yang perlu diperhatikan dalam percobaan ini adalah
waktu pengukuran dengan blaine permeameter sebab waktu tersebut
digunakan dalam perhitungan untuk menghitung besarnya permeabilitas
dari sampel semen. Dimana waktu pembacaan pada baline permeameter
harus lebih besar dari 20 detik, jika kurang dari 20 detik daya ikat semen
kurang baik. Daya ikat semen dikatakan baik jika waktu pembacaan pada
blaine permeamater antara 20–30 detik.

Aplikasi di lapangan dari percobaan pengujian luas permukaan


bubuk semen adalah kita dapat menentukan luas permukaan bubuk semen,
apabila semakin luas permukaan bubuk semen maka padatan tersebut
mempunyai ukuran butiran yang relatif halus dimana semakin halus
ukuran butir yang dihasilkan maka semakin besar kekuatan dari semen
tersebut, sehingga dapat disimpulkan sampel semen tersebut memiliki
ukuran butir yang cukup halus dan memiliki kekuatan yang cukup baik.

10.7. Kesimpulan
1. Semakin besar nilai densitas semen maka akan semakin kecil nilai Ops.
2. Semakin tinggi nilai viscositas udara maka akan semakin kecil nilao
Ops.
3. Porositas berbanding lurus terhadap nilai Ops.
101

4. Semakin lama waktu pengukuran dengan Blaine Permeameter maka


semakin besar pula nilai Ops.
5. Pengujian luas permukaan bubuk semen sangat berpengaruh pada
kekuatan suspensi semen dalam menahan tekanan formasi dan tekanan
casing.
102

BAB XI
PEMBAHASAN UMUM

Dalam Suatu operasi pemboran penyemenan salah satu unsur yang sangat
diperhatikan karena baik buruknya suatu penyemenan akan berdampak pula pada
keadaan formasi dan casing sebagai pelindung lubang bor. Suspensi semen
memiliki sifat-sifat tertentu dimana sifat dari suspensi semen akan mempengaruhi
proses penyemenan maupun hasil dari penyemenan yang kita lakukan. Sifat-sifat
dari suspensi semen diantaranya adalah densitas, thickening time, filtration loss,
free water, compressive strength, dan shear bond strength.
Dalam pelaksanaan percobaan diatas kita menggunakan semen dalam x
gram yang ditimbang, harga WCR yang diinginkan tidak boleh melebihi batas air
maksimum tau kurang dari batas air minum. Kadar maksimum yang dimasud
yaitu apabila air yang dicampurkan kedalam semen tanpa menyebabkan
pemisahan lebih dari 3.5 ml, dalam 250 ml suspensi semen jika didiamkan
selama2 jam pada temperatur kamar. Sedangkan kadar air minimum jumlah air
yang dapat dicampurkan kedalam semen untuk memperoleh konsisten maksimum
sebesar 30 cc. Prosedur yang digunakan jika ingin menggunakan additif berupa
padatan, timbang % berat yang dibutuhkan. Jika menggunakan additif cairan, %
penambahan dilakukan dengan mengukur volume additif berbanding dengan
volume air yang diperlukan. Setelah bubuk semen dengan additif dicampur
kemudian air dan additif dimasukan kedalam mixing container dan dijalankan
dengan kecepatan 4000 RPM. Kemudian tutup mixing container dengan
pengadukan pada kecepatan tinggi 1200 RPM selama 35 detik.
Dari data percobaan ini dapat dilihat bahwa semakin besar penambahan
massa additive semakin besar pula nilai densitas suspensi semen yang didapat.
Dan jika dilihat dari grafik penambahan barite nilai desitas suspensi semennya
lebih besar peninkatannya dibanding nilai dari additive bentonite.
103

Pada pengujian thickening time dilakukan pengukuran seberapa besar


consistensi dari suspensi semen yang kita buat dengan melakukan penambahan
additive NaCl dan CMC pada suspensi semen. Pengukuran dilakukan selama 50
menit untuk mendapat gambaran conistensi suspensi semen. Jika diketahui
besarnya consistensi semen kita dapat merancang pemompaan dan waktu kerja
sesuai dengan kebutuhan operasional dimana waktu pemompaan harus lebih kecil
dari thickening timenya agar semen tidak mengeras sebelum mencapai target. Dari
grafik penambahan NaCl vs thickening time menunjukkan fluktuasi yang tidak
terlalu besar (cenderung datar). Secara teori, semakin banyak NaCl yang
ditambahkan, maka thickening time akan meningkat (naik), karena sifatnya
sebagai pengencer. Suspensi semen yang encer viscositasnya kecil sehingga
waktu pengerasan semakin cepat.
Pengujian free water dilakukan untuk mengetahui batas harga WCR yang
tidak boleh melebihi kadar air maksimum yaitu 3,5 ml jika lebih dari kadar air
maksimum akan menyebabkan terjadinya ruang pori pada suspensi semen yang
menyebabkan permeabilitas besar. Jika permeabilitas besar maka akan terjadi
kontak fluida antar formasi dengan annulus juga strength semen berkurang.
Dalam pengujian ini digunakan additive bentonite dan NaCl. Dari grafik
penambahan bentonite vs free water menunjukkan adanya fluktuasi.
Dimana pada awal grafik meningkat, kemudian menurun. Secara teoritis,
bentonite berfungsi sebagai penghisap / pengabsorb air, sehingga kadar free
water akan berkurang bila bentonite yang ditambahkan semakin banyak.
Namun bila free water terlalu sedikit, menyebabkan semen memiliki friksi yang
besar terhadap lubang bor, akibatnya formasi bisa retak atau pecah
Filtration Loss adalah peristiwa hilangnya cairan suspensi semen kedalam
formasi permeable yang dilaluinya. Maka dalam pengujian filtration loss dihitung
besarnya filtrat yang keluar dari filterpress, filtrat merupakan fluida dari suspensi
semen yang masuk kedalam formasi. Jika terlalu banyak filtrat keluar maka
suspensi semen kekurangan cairan sehingga menyebabkan friksi di annulus dan
berakibat pecahnya formasi. Penggunaan additive mempengaruhi banyak
sedikitnya filtrat, dalam percobaan digunakan Bentonite dan NaCl, bentonite
104

memiliki sifat mengikat air sehingga semakin banyak digunakan semakin sedikit
filtrat yang keluar dari filterpress sedangkan NaCl dapat memperbesar filtration
loss. Penambahan bentonite pada dasarnya akan menurunkan jumlah filtration
loss. Hal ini dapat terjadi karena bentonite bersifat menghisap air sehingga
kandungan air dalam suspensi semen tetap terjaga. Akan tetapi penambahan
bentonite ini perlu diperhitungkan secara tepat untuk memperoleh hasil yang
diharapkan.
Pengujian Compressive strength dilakukan untuk mengetahui kekuatan
dari semen padat untuk menahan tekanan horizontal yang berasal dari formasi
ataupun casing, dalam pembuatan sample semen bubur semen ditambah dengan
additive bentonite dan barite. Menurut teori, penambahan bentonite akan
menyebabkan penurunan strength semen. Sedangkan penambahan barite dapat
menaikkan strength semen. Dalam mengukur strength semen, sering kali yang
diukur adalah compressive strength. Umumnya compressive strengrh mempunyai
harga 8-10 kali lebih dari harga shear strength. Strength minimum yang
direkomendasikan API untuk dapat melanjutkan operasi pemboran adalah 6,7
MPa (1000psi). Untuk mencapai hasil penyemenan yang diinginkan maka
strength semen harus mampu melindungi dan menyokong casing, menahan
goncangan selama operasi pemboran, menyekat lubang dari fluida formasi yang
korosif serta menyekat antar lapisan yang permeable
Shear Bond strength merupakan kemampuan semen menahan tekanan
secara vertical yang digunakan untuk menahan tekanan karena berat casing dalam
pengujiannya semen bubur semen yang digunakan ditambah dengan additive
bentonite dan barite. Semen yang baik adalah semen yang mempunyai harga
shear bond strength tinggi karena semen mempunyai kekuatan untuk mampu
menahan tekanan-tekanan yang berasal dari berat casing yang ditimbulkan atau
tekanan – tekanan dalam arah yang vertikal.Berdasarkan teori, fungsi dari
penambahan barite dapat meningkatkan harga shear bond strength, tetapi pada
percobaan yang dilakukan ada sedikit ketidakcocokkan dengan teori yang ada.
Luas permukaan bubuk semen dapat dihitung dan dijadikan sebagai acuan
dalam pemilihan semen yang baik. karena semakin besar luas permukaan bubuk
105

semen berarti butiran semen semekin kecil dan ikatan antar ionnya pun semakin
erat dengan demikian padatan semen yang akan dihasilkan akan memiliki
permeabilitas yang kecil, jika semen berpermeabilitas kecil akan mencegah
adanya fluida formasi yang mungkin bisa masuk melewati pori semen yang
terbentuk dan dapat menyebabkan terjadinya korosi pada casing. Pengujian luas
permukaan butir padatan dilakukan karena suatu padatan mempunyai densitas
yang lebih besar daripada liquid sehingga mengakibatkan adanya perbedaan sifat
fisik setelah ditambahkan dengan liquid dimana salah satu sifat fisik padatan
adalah ukuran butiran, semakin halus ukuran butiran maka semakin luas
permukaan butiran sehingga pertukaran ionnya semakin tinggi sedangkan apabila
suatu butiran mempunyai ukuran butiran yang kasar maka semakin sempit luas
permukaan sehingga mempunyai pertukaran ionnya semakin
106

BAB XII
KESIMPULAN UMUM

1. Pembuatan suspensi semen dan cetakan semen ini perlu dilakukan dalam
penentuan shear bond dan compressive strength.
2. Pembuatan suspensi semen dan cetakan semen yang baik akan sangat
mendukung nilai dari shear band dan compressive strength yang akan
ditentukan kemudian.
3. Densitas dari suspensi semen sangat perlu diperhatiakan karena sangat
berpengaruh dalam proses penyemenan.
4. Pengukuran Densitas berguna untuk mengetahui tekanan hidrostatik suspensi
semen di dalam lubang sumur. Bila tekanan hidrostatik yang dihasilkan
suspensi semen terlalu besar maka akan mengakibatkan formasi pecah,
sehingga terjadi loss circulation, dan jika tekanan hidrostatik yang dihasilkan
suspensi semen terlalu kecil maka akan mengakibatkan collapse.
5. Pada percobaan Densitas ini semakin besar penambahan massa barite dan
bentonite maka akan semakin memperbesar nilai dari densitas suspensi
semen.
6. Penggunaan additive barite cenderung akan lebih cepat meningkatkan nilai
densitas bila dibandingkan dengan penggunaan additive bentonite.
7. Pengujian rheologi suspensi semen bertujuan untuk menghitung hidrolika
operasi penyemenan yang mana rheologi semen ini berhubungan dengan
perkiraan kehilangan tekanan akibat friksi dan sifat-sifat aliran yang bisa
menentukan keberhasilan dalam penyemenan. Untuk memperoleh hasil
penyemenan yang baik yang disesuaikan dengan keadaan dalam formasi.
8. Semakin besar penambahan massa additive barite ke dalam suspensi maka
nilai plastic viscosity-nya semakin besar, sebaliknya semakin besar
penambahan bentonite maka plastic viscosity-nya semakin kecil.
9. Dari grafik hubungan penambahan additive vs plastic viscosity, terlihat
bahwa terdapat titik potong antara kurva barite dan bentonite, ini
107

menunjukkan kedua additive tersebut (barite & bentonite) mempunyai plastic


viscosity yang sama yaitu 55 cp ketika massa keduanya = 5 gram.
10. Semakin besar penambahan massa additive barite ke dalam suspense maka
nilai Yield point-nya semakin besar, sebaliknya semakin besar penambahan
bentonite maka nilai yield point-nya semakin kecil.
11. Dari grafik hubungan penambahan additive vs Yield point, kedua zat additife
tersebut tidak menunjukkan titik potong. Hal ini menunjukkan barite &
bentonite tidak mempunyai nilai Yp yang sama.
12. Thickening Time adalah waktu yang diperlukan suspensi semen mencapai
konsistensi 100 UC (Unit of Consistensi). Pengujian Thickening Time dalam
aplikasinya yaitu untuk menentukan setting waktu pemompaan, dimana
waktu pemompaan harus lebih kecil dari Thickening Time-nya.
13. Thickening time dipengaruhi oleh jumlah additive dan rate pompa. Additive
NaCl berfungsi untuk mempercepat thickening time, dimana sifat NaCl
adalah sebagai pengencer (accelerator), sehingga semen cepat mengeras.
Additive CMC berfungsi memperlambat thickening time, dimana sifat CMC
adalah sebagi pengental (retarder), sehingga semen lama mengeras.
14. Pengujian Free Water dilakukan untuk mengetahui batas harga WCR yang
tidak boleh melebihi kadar air maksimum atau kurang dari kadar
minimumnya.
15. Dalam Free Water jika air yang ditambahkan lebih dari kadar air maksimum
akan menyebabkan terjadinya ruang pori pada suspensi semen yang
menyebabkan permeabilitas besar. Jika permeabilitas besar maka akan terjadi
kontak fluida antar formasi dengan annulus dan strength semen akan
berkurang. Apabila air yang ditambahkan kurang akan berakibat semen
mempunyai daya ikat yang besar dan berakibat retaknya atau pecahnya
formasi.
16. Free water didefinisikan sebagai kandungan air bebas yang terpisah dari
suspensi semen. Pada penambahan additive bentonite mengalami kenaikan
pada tahap awal yaitu sebesar 0.5 ml dan setelah itu mengalami penuruanan
yang menunjam dan setelah itu mengalami kenaikan lagi pada massa 5 gr
108

dengan nilai fw 0.75 ml. pada barite tahap awal mengalami kenaikan yaitu
dengan nilai free water 0.25 ml dan setelah itu mengalami penurunan pada
penambahan 1 gram kemudian mendatar dalam perhitungan waktu 2 jam.
17. Filtration loss adalah peristiwa hilangnya cairan suspensi semen yang masuk
ke dalam formasi permeable yang dilaluinya. Bila filtration loss terlalu besar,
maka akan dapat menyebabkan pecah formasi karena banyak cairan atau
filtrate suspensi semen yang hilang ke formasi, hal tersebut bisa
mengakibatkan terjadinya lost circulation.
18. Bentonite merupakan lost Circulation Control Agent merupakan additive
yang digunakan untuk mengontrol hilangnya suspensi semen ke dalam
formasi yang lemah.
19. Compressive strength adalah kekuatan semen dalam menahan tekanan–
tekanan yang berasal dari formasi maupun casing dalam arah horizontal.
Penambahan Bentonite dan NaCl akan memperkecil harga Compressive
Strength.
20. Pada additif bentonite harga Compressive Strength yang didapat semakin
besar nilai/massa yang ada maka semakin kecil nilai Compressive Strength
yang didapat begitu juga dengan additif NaCl pada suatu suspensi semen.
Tetapi dengan menggunakan penambahan yang sama, harga Compressive
Strength lebih besar jika menggunakan bentonite dibandingkan NaCl.
21. Nilai Compressive Strength dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
penambahan additive, pembebanan, ukuran penampang semen, ukuran
bearing dan koefisien faktor. Nilai Compresive Strength sangat berpengaruh
terhadap ketahanan dari semen untuk melindungi casing dari zona formasi
(horizontal)
22. Shear Bond Strength adalah kekuatan suspensi semen untuk menahan berat
dari casing dalam arah vertical. Semen yang baik adalah semen yang
mempunyai harga shear bond strength tinggi. Pengujian Shear Bond Strength
untuk mengetahui kekuatan suspensi semen untuk menahan berat dari casing
dalam arah vertikal. Pada additive bentonite semakin besar massa yang ada
109

maka semakin kecil nilai Shear Bond Strength yang didapat, begitu juga
dengan additive NaCl pada suatu sampel semen.
23. Nilai Shear Bond Strength dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
penambahan additive, pembebanan, diameter dalam casing sampel (semen),
luas bearing block hydraulic mortar, tinggi sampel semen dan koefisien
faktor. Nilai Shear Bond Strength sangat berpengaruh terhadap ketahanan
dari semen tuk menahan semen secara vertikal.
24. Percobaan pengujian luas permukaan bubuk semen dilakukan untuk
mengetahui daya ikat semen terhadap casing.dan penentuan kekuatan semen.
Dari percobaan pengujian luas permukaan bubuk semen dapat diperoleh luas
permukaan bubuk semen sebesar 358,199 cm2/gram sehingga sampel semen
tersebut memiliki ukuran butir yang cukup halus dan memiliki kekuatan yang
cukup baik.
25. Luas permukaan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
 Densitas semen yaitu semakin besar nilai densitas semen maka semakin
kecil nilai ops.
 Temperatur ruang yaitu semakin tinggi nilai temperatur maka akan
mempengaruhi naiknya nilai porositas dan viskositas udara
 Viscositas udara yaitu semakin tinggi nilai viscositas udara maka akan
semakin kecil nila ops.
 Porositas yaitu semakin tinggi nilai ops juga akan semakin berbanding
besar.
 Semakin lama pengukuran dengan blaine parameter maka ops juga akan
naik.
110

DAFTAR PUSTAKA

Buku Petunjuk Praktikum ”Analisa Semen Pemboran”, Jurusan S1 Teknik


Perminyakan STT Migas, Balikpapan 2009.

Kasrani, Mayda Waruni.2010. Buku Petunjuk Praktikum Analisa Fluida


Reservoir. STT MIGAS Balikpapan.Balikpapan.

Gatlin C., “Petroleum Engineering: Drilling and Well Completion”, Prentice


Hall Inc., Englewood Cliffs, New Jersey, 1960.

Nelson E.B., “Well Cementing”, Schlumberger Educational Series, Houston


Texas, 1990

Paxon J., “Casing and Cementing”, Second Edition, Petroleum Extension


Service, Texas, 1982.

Smith D.K., “Worldwide Cementing Practices”, First Edition, American


Petroleum Institute (API), Johston Printing Company, 1991.

Tombuku, Randie Christian. 2009. Laporan Resmi Praktikum Analisa Semen


Pemboran. STT MIGAS Balikpapan.Balikpapan.

Hutasoit, Norman Collins Parningotan. 2011. Laporan Resmi Praktikum Analisa


Semen Pemboran. STT MIGAS Balikpapan.Balikpapan.

Anda mungkin juga menyukai