Anda di halaman 1dari 6

Bung Hatta adalah seseorang yang telah mempelopori gerakan politik di Indonesia berupa politik bebas aktif

semenjak tahun 1948 diantara kisruh dua tenaga global yang merupakan Blok Timur oleh Uni Soviet dan juga
Blok Barat yang dimiliki oleh Amerika Serikat dalam adanya perang dingin pada tahun 1947 hingga tahun 1991.
Yang ditujukan dengan bebas aktif disini adalah bahwa Indonesia memilki jenis sikap dan tak ingin memihak
pada salah satu blok.

Ini untuk memastikan jati diri, sikap, warna politik, prinsip dan watak RI yang merupakan macam-macam
partisipasi politik. Secara terminologi makna dari “bebas” berati tak terikat oleh manapun atau kedua blok dalam
adanya perang dingin. Hal ini telah digambarkan oleh Indonesia dalam tujuan memprakarsai antara persatuan
negara-negara di daerah Asia Afria di konfrensi KAA di daerah Bandung pada April 1955, yang disokong segera
oleh negara-negara yang berada di kawasan Asia Afrika yang telah merdeka atau sedang dalam masa
memperjuangkan kemerdekaanya.

Pada masa perkembanganya, gerakan dari KAA menjadi sebuah sumber kekuatan urutan ketiga ditengah adanya
polarisasi yang terjadi diantara Amerika dan juga beberapa kubu negara-negara yang berada di kawasan Eropa
bagian Barat, versus negara China dan Uni Soviet.

Adanya sebuah perkembangan dari kesuksean KAA dengan diselenggarakannya sebuah Konferensi Tingkat
Tinggi Non Blok di daerah Beograd, pada tahun 1961. Yang berisi cakupan negaranya tak cuma wilayah Afrika
dan wilayah Asia, tapi juga pada KTT Non Blok yang ruang lingkupnya merupakan sebuah perhimpunan dari
Negara-Negara yang Berkembang atau dari Dunia Ketiga.

Dimana penjelasan dari kata “aktif” artinya adalah ikut serta berperan didalam pelaksanaan dari penentraman di
dunia. Pokok dari pikiran Bung Hatta kala itu terbilang menggaung bebas ditengah-tengah permasalahan dan
kisruh perang dingin yang terjadi antara dua kutub ideologi yang merupakan komunis dan kapitalis. Opsi dari
sikap politik luar negeri Negara Indonesia sudah sangat serasi dengan apa yang telah dicita-citakan dan juga
menjadi tujuan negara yang merupakan kepentingan nasional di dalam sebuah pembukaan UUD berbeda
dengan contoh partisipasi apatis dalam politik.

Melewati adanya politik bebas aktif tersebut, indonesia memilki sebuah peranan yang penting di dalam
penghapusan keseluruhan wujud dari imperialisme baik itu berupa penjajahan dari lahiriah oleh negara atas
negara lainnya, atau pun sebuah bentuk dari penjajahan lain yang berada dalam kemasan baru yang terjadi di
muka bumi ini.

Perkembangan Sejarah Politik Bebas Aktif


Kelemahan dari politik luar negeri di Indonesia sesudah lengsernya pemerintahan Bung Karno hingga berubah
berdasarkan dari adanya pengertian sebuah rezim yang saat itu sedang berkuasa. Adanya pengungakapan dari
Yahya Muhaimin yang telah mengungkapkan bahwa adanya politik luar negeri di Indonesia kala itu memerlukan
sebuah dukungan untuk stabilitas politik di dalam negeri, walaupun implementasinya akan sangat bervariasi dan
juga bisa berjalan dengan dinamis seperti fungsi infrastruktur politik.

Menurutnya, Presiden Ir. Soekarno yang merupakan pemipin anti-Barat kala itu mengganggap kebijakannya itu
merupakan salah satu dampak dari politik bebas aktif, padahal Presiden Soeharto yang mempertimbangkan
adanya relasi dengan pemerintahan China malahan menjalin kekerabatan yang bagus dengan pemerintahan Barat.

Kala itu dia menyampaikan “Memang agak susah untuk menemukan inti sari yang tepat di dalam menjalankan
sebuah politik luar negeri yang berupa bebas aktif, sebab pada unsur tataran praktisnya konsistensi saja akan
mengalami sebuah berbenturan dengan adanya kepentingan dari pemimpin negara,” katanya.

Dalam proses dari adanya penenrapan politik luar negeri bebas aktif yang tak mempunyai pengarahan secara
konstitusional, juga sehingga sering atau acap kali dtafsirkan menurut kemauan dan klasifikasi serta rezim yang
kala itu sedang berkuasa. Oleh sebab dari itu metode politik bebas aktif juga dimaknai di dalam sebuah koridor
dari terminologi yang memiliki makna berbeda.

Sehingga pasca dari timbulnya sebuah pergeseran makna. Kala Orde Baru waktu itu secara tersirat bisa dilahat
bebas aktif dimakanai berbeda. Aktif sendiri dimakanai oleh rezim tersebut dengan gencar dalam mendatangkan
para pemodal asing dari beragam negara, “bebas” sendiri juga dimaksud menjalankan revisi-revisi dari cara dan
juga UU yang bahkan lebih berpihak terhadap warga asing ketimbang kepada rakyat menurut pasal 33 UUD dan
juga berdasarkan kepentingan nasional RI.
Dikala menjelang metode di era reforasi ini kian diperparah, bisa diperhatikan dari data dan fakta adanya
kepemilikan saham yang dimiliki serta penjualan dan oleh saham asing atas keberadaan dari berbagai aset-aset
milik negara dan juga milik swasta nasional, serta pengendalian beragam jenis SDA yang ada di Indonesia yang
bahkan ironisnya justru malah dilegitimasi oleh cara dan juga tetapan dari UU yang ada.

Maka Politik bebas aktif ini adalah bentuk dari sikap politik di negara RI. Bukanlah sebuah kebijakan yang elit
yang juga sedang berkuasa. Sehingga adanya pemaknaan dari bebas aktif tak dapat dilaksanakan secara
keseluruhan dan semaunya. Oleh sebab itu juga butuh adanya acuan dan juga berupa bimbingan unsur
suprastruktur politik.

Masdarsada Msi dan Arman Ndupa MSi telah mengungkapkan ” Memaknai dari adanya terminologi metode
politik bebas aktif tak lagi boleh dipenggal menurut penjabaran suku katanya, karena seharusnya diungkapkan
dalam sebuah atau “satu tarikan napas”(satu kesatuan).

Ini mengartikan bahwa terdapat kebebasan yang ada di dalam aktifitas, tetapi juga ada keaktifan di dalam sebuah
kebebasan dalam hal yang demikian. Adanya kebebasan bagaimana dan juga keaktifan seperti apa”. Ini
menyebabkan siapun yang sedang berkuasa tak lagi bisa memberi pengaruh terhadap perbuatan di Indonesia
dalam hal berkecimpung pada forum internasional.

Politik bebas aktif ini merupakan bentuk kerjasama yang telah terintegrasi dari kementrian luar negeri dengan
sebuah bidang pertahanan, keamanan atau intelijen, perdaganagan, ekonomi dan ESDM, serta bidang
lainnya yang merupakan dampak dan pencerminan dari kepentingan Nasional dalam menempuh suatu tujuan
nasional.

Beragam Pengertian Politik Luar Negeri Bebas Aktif Republik Indonesia


Dibawah ini beberapa kutipan sebagian dari anggapan tentang atau mengenai pengertian dari politik bebas dan
aktif
dimana B.A Urbani telah menguraikan pengertian dari bebas sebagai berikut : perkataan dari bebas di dalam unsur
politik bebas aktif hal yang demikian ini akan mengalir dari kalimat yang tentunya telah tercantum dalam sebuah
pembukaan UUD tahun 1945 yaitu sebagai berikut : Agar memiliki kehidupan kebangsaan RI yang bebas.

Jadi,makna berdasarkan dari pengertian ini, tentunya bisa diberikan sebuah definisi sebagai “berkebebasan negara
politik untuk menetapkan dan juga mengungkapkan sebuah anggapan sendiri, kepada setiap masalah internasional
tentunya layak dengan nilainya tersendiri atau masing-masing tanpa harus memihak terhadap sebuah atau suatu
blok tertentu”.

Sedangkan berdasarkan pendat A.W Wijaya bebas ini artinya tak terikat oleh apapun atau suatu ideologi atau
suatu komponen asing atau beberapa komponen negara tertentu seperti sekutu dan blok fasisatau negara adidaya
atau superpower. Dimana aktif berarti tak ikut memberikan donasi ataupun berupa bantuan realistis, tetapi
termotivasi untuk mengoptimalkan sebuah kebebasan pertemanan dan juga berupa kerja sama internasional
dengan adanya metode yang menghormati sebuah kedaulatan dan juga keutuhan dari sebuah negara lain.

Contoh Kehidupan Politik Luar Negri Bebas Aktif


Adanya kepentingan Nasional di setiap negara tentunya akan berbeda-beda sesuai dengan diberi pengaruh oleh
situasi geografi, adat istiadat, sejarah, politik, demografi, sejarah serta sosial ekonomi dan lainnya. Kepentingan
Nasional ini juga akan tergantung pada karakter negara tersebut. Kepentingan Nasional di wilayah Indonesia yang
“utama” yaitu adanya keberadaan dari NKRI sebagai sebuah negara yang berdaulat. Ini menyatakan bahwa
Indonesia memang memiliki kawasan yang telah jelas, beragam penduduk permanen, adanya pemerintah yang
legitimasi dan juga sanggup melakukan aktivitas perundingan.

Sedangakan adanya sebuah kepentingan Nasional yang dianggap “penting” dimaksudkan terhadap sebuah upaya
dari membangun dan juga upaya dalam mensejahterakan bangsa merupakan contoh budaya politik
modern. Adanya peningkatkan mutu guna mempercepat proses pemulihan ekonomi dan juga proses pembangunan
nasional, dengan adanya kerjasama ekonomi regional ataupun bentuk kerjasama internasional dalam sebuah
rangka stabilitas, pembangunan dan kerjasama disebuah wilayah.

Cukup banyak contoh dari sebuah perbuatan yang dilaksanakan oleh pihak Indonesia untuk menciptakan sebuah
teori yang meruoakan contoh politik luar negri bebas aktifnya, seperti:
1. Sebagai salah satu dari Penyelenggara Konferensi Asia-Afrika atau yang disingkat dengan singkatan KAA yang
pernah dilaksanakan pada Tahun 1955. Konferensi ini pada akhirnya kemudian menciptaka sebuah deklarasi
bandung. Dimana Konferensi ini telah dihadiri oleh beberapa negara di wilayah Asia-Afrika yang mana mereka
ikut merasa senasib.
2. Indonesia merupakan salah satu pendiri dari Gerakan Non Blok atau disingkat dengan nama GNB pada Tahun
1961. Munculnya gerakan ini untuk meredakan proses dari ketegangan yang telag ada diantara wilayah blok timur
dan juga wilayah blok barat yang memiliki pemikiran yang berbeda. Dimana Blok timur dengan pemikuran dab
fahan akan metode komunisnya padahal faham di blok barat menganut sistem libaralnya.
3. Indonesia juga Aktif dan ikut serta dalam mendirikan ASEAN atau singkatan dari Asociation of South East Asian
Nation yaitu sebuah organisasi politik yang berdiri diantara beberapa negara di wilayah Asia Tenggara. Para
Member dari organisasi ASEAN antara lain: Filipina, Malaysia, Laos, Thailand, Brunei Darussalam,
Kamboja, Singapura, myanmar dan Vietnam. Bahkan baru-baru ini, pemerintahTimor Leste juga telah ikut
mendaftar menjadi member dari organisasi ASEAN yang ke 11.
4. Turut dalam menyelesaikan sebuah perselisihan di wilayah Kamboja, adanya sebuah perang saudara di wilayah
Bosnia, perseteruan yang terjadi antara pemerintah Filipina dan pemerintah Bangsa Moro.

Indonesia keluar dari pbb

PEMBENTUKAN Federasi Malaya membuat berang Bung Besar. Sukarno merespons keras aksi Inggris
membentuk negara penggabungan Malaysia, Singapura, dan Brunei. Pada pidato di hadapan rakyat
Yogyakarta, 23 September 1963, Bung Karno menyeru "Ganyang Malaysia!". Ia juga tak ragu berteriak untuk
mengganyang musuh-musuh Indonesia. "Inggris kita linggis! Amerika kita setrika," tegas Sukarno.

Ketegangan Indonesia-Malaysia pun menjalar hingga di meja Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Kamis, 7
Januari 1965, Indonesia memutuskan keluar sebagai anggota PBB. Sukarno menilai organisasi dunia tersebut
tidak becus dalam mengurus persoalan anggota-anggotanya, termasuk mengurus konflik wilayah teritori
antara Indonesia dan Malaysia. "Hajar cecunguk Malayan itu! Pukul dan sikat! Jangan sampai tanah dan udara
kita diinjak-injak oleh Malaysian keparat itu," kata Sukarno ketika Indonesia berkonfrontasi dengan negara
buatan Inggris itu.

Keputusan mundurnya Indonesia tak ayal membuat Sekretaris Jenderal PBB U Thant kelimpungan. U
Thant sangat berhati-hati dalam mengambil sikap atas keputusan Sukarno. Hingga waktu dua bulan, ia
baru bisa merespons. Menurutnya, PBB tak mampu mencegah keputusan sebuah negara yang ingin keluar
dari organisasi dunia tersebut.
Kemudian U Thant mengirimkan surat kepada Menteri Luar Negeri RI saat itu Dr. Soebandrio. Isinya tak
lain bahwa ia sangat menyesalkan keputusan Indonesia. Di dalam kalimat pengantarnya untuk laporan
tahunan PBB bulan September 1965, Thant berharap keputusan Sukarno hanyalah fase temporer.
"Untuk jangka pajang, Indonesia dapat dilayani dengan sebaik-baiknya dengan melanjutkan keanggotaan
dan dengan berpartisipasi sepenuhnya dalam kegiatan organisasi yang konstruktif," tulis U Thant
dalam Public Papers of the Secretaries General of the United Nations: Volume 7 U. Thant 1965-1967
(2010) yang disusun sejarawan PBB Andrew W. Cordier dan Max Harrelson.
Alasan Lain

Selain bersitegang dengan Malaysia, ada beberapa hal lain yang membuat Sukarno meradang terhadap PBB.
Hal itu pula yang menjadi dasar Indonesia menarik diri dari keanggotaan.

Pertama terkait masalah kedudukan PBB di Amerika Serikat. Sukarno menilai dalam suasana perang dingin
antara Amerika dan Uni Soviet, tidak sepatutnya markas PBB malah berada di salah satu negara konflik.
Menurutnya, PBB harus bersikap netral. Sukarno pun mengusulkan agar PBB bermarkas di Jenewa, Asia,
Afrika, atau daerah di luar blok Amerika dan Soviet.

Alasan kedua terkait sikap PBB yang dinilai lamban dalam menyikapi konflik antarnegara, terlebih masalah di
Indonesia. Dalam perkara tersebut, Sukarno menilai PBB tidak membawa penyelesaian, melainkan menjadi
ruang perdebatan.

Poros Jakarta – peking – Moscow

Pada tahun 1964 Soekarno membentuk suatu programa kerjasama antara Indonesia-China yang dikenal
dengan istilah Poros Jakarta-Peking. Jalinan kerjasama ini dibuat karena Indonesia saat itu berada dalam
situasi krisis. Sehingga Soekarno menjalin kontak dengan China yang notabene adalah negara komunis.

Pada masa pemerintahan Demokrasi Terpimpin Soekarno dikenal memiliki kedekatan khusus dengan negara-
negara sosialis seperti Soviet dan China. Hal tsb memiliki alasan yang masuk akal, sebab (1) konfrontasi
Indonesia-Malaysia dimana Malaysia berada dalam lindungan Inggris yang kapitalis, (2) Kebutuhan dana
segar bagi pembangunan yang disediakan Peking (Cina) juga Moskow (Uni Soviet) yang tidak lebih berisiko
dibandingkan berasal dari AS atau Inggris, dan (3) Kebijakan PBB yang cenderung mewakili aspirasi negara-
negara kapitalis seperti AS, Inggris, Perancis dll.

Republik Indonesia dalam bahaya. Poros Jakarta – Peking yang dibentuk rezim merah, dalam rangka
melanjutkan formula pemerintahan terakhir Soekarno, di ujung tanduk. Mirip situasi tahun 1965, kedekatan
Indonesia dengan Tiongkok membuat koalisi Atlantik Utara pasang posisi serius. Sebuah gerakan kebangkitan
sentimen anti tionghoa di Indonesia sedang digalang, secara bawah tanah. Kerusuhan Pribumi – Tionghoa jilid
III di hadapan mata. Ada yang bilang, lebih tepat menyebut Kerusuhan Pribumi – Tionghoa jilid ke V.
Terlepas dari itu, sudahkah anda mempersiapkan diri?

Sebelum masuk lebih jauh, kita harus melihat akar permasalahannya. Pada tingkat global, tentunya potensi
kerusuhan Pribumi – Tionghoa di Indonesia adalah dampak dari tarik menarik antara Koalisi Atlantik Utara
dan Koalisi Asia Utara. Penyederhanaan mudahnya, kompetisi global antara Bani Israel dan Bani Ching. Bani
Israel memimpin Koalisi Atlantik Utara, meliputi Amerika Serikat, Inggris, Uni Eropa, Israel dan sebagainya.
Bani Ching sebagai pemimpin Koalisi Asia Utara, meliputi, Tiongkok, Rusia, Korea Utara dan sebagainya.

Di Pagar Barat Koalisi Asia Utara, atau lazimnya disebut Timur Tengah, Koalisi Atlantik Utara memenangkan
posisi. Terlihat pada peta di atas, penguasaan Koalisi Atlantik Utara dari Mesir hingga Afghanistan. Tersisa
Pakistan dan Suriah yang masih menjadi pekerjaan rumah Koalisi Atlantik Utara. Koalisi Asia Utara pun kini
bergerak vertikal dari Yaman, Saudi Arabia hingga Turki, guna memperkuat Suriah. Koalisi Asia Utara pun
memperkuat hubungan dengan Pakistan. Sebab jika Pakistan jatuh ke Koalisi Atlantik Utara, maka Koalisi
Asia Utara harus menyerbu Nepal dan Bhutan. Karena itu Koalisi Atlantik Utara kini serius membacking
Nepal dan Bhutan, serta memicu konflik Bangladesh. Sementara Koalisi Asia Utara memperkuat Bangladesh,
guna menghalau Myanmar yang direbut Koalisi Atlantik Utara.

MERCUSUAR

Apa itu politik mercusuar? Pengertian dari politik mercusuar sendiri adalah politik yang dijalankan oleh
presiden Soekarno pada masa demokrasi terpimpin. Tujuannya adalah untuk menjadikan Indonesia
sebagai mercusuar yang dapat menerangi jalan bagi New Emergeing Force di dunia.

Tidak ada penjelasan terbuka dari ahli atau sejarawan Indonesia tentang politik mercusuar itu sendiri yang
jelas untuk menghindari dampak negatif konflik yang berbahaya bagi bangsa. Tujuan dari pelaksanaan apa
itu politik mercusuar? Ternyata, lebih erat kaitanya dengan apa yang dicita citakan oleh Soekarno sebagai
pencetus politik mercusuar itu sendiri.

Politik mercusuar bertujuan menjadikan di Jakarta atau Indonesia sebagai mercusuar yang akan menerangi
negara-negara yang sedang berkembang atau biasa disebut dengan Politik mercusuar menjadi jembatan
untuk mengemukakan gagasan penggalangan kekuatan dari negara-negara yagn baru merdeka. Negara
yang masih memperjuangkan kemerdekaan. Itulah salah satu hal yang penting dalam pengertian apa itu
politik mercusuar?

Utamanya dalam hal ini adalah egara-negara yang tergabung dalam non blok. Dan juga negara-negara
yang masih berkembang atau biasa disebut Nefo. Melalui dalam politik mercusuar kesenangan dari
presiden Soekarno akan suatu simbolik dapat terealisasai ketika presiden amat sangat bernafsu untuk
memimpin negara-negara Nefo.

Dengan politik mercusuar impian sang presiden untuk membuat proyek-proyek spektakuler dapat
terwujud. Pembangunan ini tidak lain berguna untuk menunjukan daya saing Indonesia dengan negara-
negara lain dan semakin membuat posisi Indoensia di dunia Internasional dapat diperhitungkan.

Pelaksanan politik mercusuar melahirkan berbagai jenis lembaga diantaranya adalah peranan lebaga dinas
PU dengan beberapa bangunan dan kegiatan yang bersejarah bagi Indonesia, berikut ulasanya. Proyek
mercusuar Soekarno untuk Asian games 1962. Mengingat saat itu tidak ada satupun yang dimiliki oleh
Indonesia untuk menyelenggaran event olahraga terbesari di benua asia yang diikuti oleh 17 negara timbul
rasa was was akan korupsi sehingga ada upaya pencegahan korusi preventif diantaranya mengaudit secara
berkala dinas PU itu sendiri.
DAMPAK MERCUSUAR

Politik mercusuar yang pada dasarnya adalah politik dimana Indonesia menjadi pusat dari negara-
negara yang sedang berkembang, dilaksanakan dengan pembangunan secara besar-
besaran dalam negeri tanpa adanya social control dan sangat bergantung pada bantuan-bantuan yang
diberikan oleh negara – negara besar pada akhirnya. Proyek-proyek besar dan spektakuler yang
diselenggarakan dengan harapan dapat menempatkan Indonesia sebagai pusat dari Negara berkembang
membutuhkan biaya yang sangat besar mencapai milyaran rupiah. Kondisi ekonomi semakin
memburuk karena anggaran belanja Negara yang setiap tahunnya terus meningkan tanpa diimbangi
dengan pendapatan Negara yang memadai. Salah satu penyebab memngkaknya anggaran belanja tersebut
adalah pembangunan proyek – proyek mercusuar, yang lebih bersifat politis daripada ekonomi.

Konfrontasi Indonesia-Malaysia

Konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia yang terjadi pada tahun 60-an cukup mendapat perhatian
dunia. Konflik ini terjadi karena Indonesia menentang rencana pembentukan Federasi Malaysia yang akan
terdiri dari Federasi Malaya, Sabah, Sarawak, Singapura dan Brunei. Alasannya, karena Indonesia
menganggap bahwa negara ini didirikan untuk melindungi kepentingan Inggris di Asia Tenggara. Dalam
perkembangannya kemudian, telah ditempuh satu upaya penyelesaian berupa perundingan-perundingan
antara kedua negera. Namun upaya ini gagal dan konfrontasi makin meruncing dengan diproklamirkannya
negara baru ini pada 16 September 1963. Usaha perdamaian yang ditempuh kemudian gagal pula karena
ketidak_sepakatan kedua belah pihak. Dapat dikatakan, setelah KTT Tokyo 1964, usaha untuk berdamai
terhenti sama sekali. Sementara itu, dari dalam negeri muncul kelompok-kelompok yang tidak
menginginkan konfrontasi terus dilanjutkan. Mereka berhasil mengadakan kontak satu sama lain untuk
merundingkan upaya perdamaian. Dari pihak Indonesia, inisiatif ini diambil oleh pihak ABRI. Tapi,
konfrontasi tidak bisa diselesaikan hanya dengan tindakan-tindakan yang diambil oleh ABRI.
Penyelesaian konfrontasi membutuhkan sesuatu yang membuatnya kelihatan legal di mata hukum
Internasional. Pada tahap inilah, Departemen Luar Negeri dibutuhkan. Deplu dan militer bekerjasama agar
tujuan penyelesaian konfrontasi dapat tercapai. pihak militer membutuhkan Deplu sebagai wakil resmi
pemerintah yang menangani urusan luar negeri dan sebaliknya, pihak Deplu membutuhkan pihak militer
karena merekalah yang lebih mengenal situasi.

Anda mungkin juga menyukai