Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK PENYAKIT

PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak II

dosen pengampu : Yusi Sofiyah, M.Kep., Ns.Sp.Kep.An

disusun oleh :

Kelompok III

M Dzikri A 302017048

Rizki Julia W 302017062

Sania Suci D 302017064

Wulan Dari Febrianti 302017083

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN TINGKAT III-B

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG

Jl. K.H. Ahmad Dahlan (Banteng) Dalam No.6 Bandung 4026

2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang selalu melimpahkan kasih dan sayangnya
kepada kita semua khususnya kepada penulis serta selalu memberikan hidayah dan
inayahnya sehingga penyusun dapat membuat makalah ini dengan penuh suka cita
dan dapat mengumpulkan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah yang penulis susun ini dibuat untuk memenuhi salah satu Tugas
Keperawatan Anak II. Dalam penyusunannya pun penulis mendapatkan bantuan
dari teman-teman dan dari referensi buku dan jurnal. Sudah barang tentu makalah
yang penulis buat belum sepenuhnya sempurna, sehingga penulis dengan lapang
dada menerima kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun sehingga
di kemudian hari penulis dapat membuat makalah jauh lebih baik dari makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca serta
menjadi inspirasi bagi pembaca. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam
pembuatan makalah ini.

Bandung, September 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
1. Tujuan Umum ........................................................................................... 2
2. Tujuan Khusus .......................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORITIS ........................................................................ 3
A. Definisi PDA (Patent Ductus Arteriosus) ................................................... 3
B. Etiologi ..................................................................................................... 3
C. Manefestasi Klinis ..................................................................................... 4
D. Patofisiologi .............................................................................................. 5
E. Klasifikasi PDA ........................................................................................ 7
F. Komplikasi PDA ....................................................................................... 7
G. Pemeriksaan Diagnostik PDA ................................................................... 8
H. Penatalaksanaan Medis PDA ..................................................................... 8
I. Pengkajian Patent Ductus Arteriosus ......................................................... 9
J. Diagnosa Keperawatan Yang Sering Muncul ........................................... 10
K. Rencana Asuhan Keperawatan ................................................................ 11
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 14
A. Kesimpulan ............................................................................................. 14
B. Saran ....................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit jantung bawaan (PJB) disebut juga defek jantung bawaan,
merupakan istilah umum untuk kelainan pada struktur jantung dan pembuluh darah
besar yang muncul sejak lahir yang sering ditemukan dan merupakan penyebab
kematian terbanyak dari semua jenis kelainan bawaan. (Nur Ain, 2015).
Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah kegagalan duktus arteriosus untuk
menutup setelah kelahiran. Duktus arteriosus, pada keadaan normal, akan menutup
dua hingga tiga hari setelah bayi dilahirkan. PDA merupakan struktur pembuluh
darah yang menghubungkan aorta desendens bagian proksimal dengan arteri
pulmonalis, biasanya di dekat percabangan kiri arteri pulmonalis. Duktus arteriosus
merupakan struktur normal dan penting bagi janin, tetapi menjadi abnormal bila
tetap terbuka setelah masa neonatus (Muttaqin, 2009).

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan acuan yang akan menjadi bahasan. Adapun beberapa
rumusan masalah adalah sebagai berikut.
1. Apa definisi Patent Ductus Arteriosus ?
2. Apa etiologi Patent Ductus Arteriosus ?
3. Bagaimana manifestasi klinis pada Patent Ductus Arteriosus ?
4. Bagaimana patofisiologi dari Patent Ductus Arteriosus ?
5. Apa klasifikasi dari Patent Ductus Arteriosus ?
6. Apa saja komplikasi dari Patent Ductus Arteriosus ?
7. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari Patent Ductus Arteriosus ?
8. Bagaimana penatalaksanaan medis pada Patent Ductus Arteriosus ?
9. Bagimana pengkajian dari Patent Ductus Arteriosus ?
10. Bagaimana diagnosa keperawatan yang sering muncul pada kasus Patent
Ductus Arteriosus ?
11. Bagaimana rencana asuhan keperawatan pada klien dengan Patent Ductus
Arteriosus ?

1
2

C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Melalui pembuatan makalah mengenai Patent Ductus Arteriosus ini
diharapkan mahasiswa mampu memahami materi tentang gangguan
kardiovaskuler pada anak.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi Patent Ductus Arteriosus ?
b. Untuk mengetahui etiologi Patent Ductus Arteriosus ?
c. Untuk mengetahui manifestasi klinis pada Patent Ductus Arteriosus ?
d. Untuk mengetahui patofisiologi dari Patent Ductus Arteriosus ?
e. Untuk mengetahui klasifikasi dari Patent Ductus Arteriosus ?
f. Untuk mengetahui komplikasi dari Patent Ductus Arteriosus ?
g. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari Patent Ductus Arteriosus?
h. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis pada Patent Ductus Arteriosus?
i. Untuk mengetahui pengkajian dari Patent Ductus Arteriosus ?
j. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan yang sering muncul pada kasus
Patent Ductus Arteriosus ?
k. Untuk mengetahui rencana asuhan keperawatan pada klien dengan Patent
Ductus Arteriosus ?
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi PDA (Patent Ductus Arteriosus)


Paten ductus arteriosus adalah kegagalan penutupan ductus arteriosus (
pembuluh darah yang menghubungkan aorta dengan pulmonalis ) pada bayi berusia
beberapa minggu pertama (Wong, 2008).
Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah kegagalan duktus arteriosus untuk
menutup setelah kelahiran. Duktus arteriosus, pada keadaan normal, akan menutup
dua hingga tiga hari setelah bayi dilahirkan. Secara persisten, beberapa intermiten,
terbukanya duktus hingga selama sepuluh hari setelah kelahiran ditemukan pada
pasien dengan kelainan sirkulasi dan ventilasi, bahkan periode patensi yang lebih
lama banyak ditemukan pada bayi prematur (Muttaqin, 2009).
Menurut kelompok, PDA adalah gangguan pada jantung yang biasanya
ditemukan pada bayi yang lahir dengan prematur. Hal ini terjadi karena adanya
gangguan pada pembuluh darah yang tidak menutup atau ketidakmaturan jantung,
yang juga disebabkan karena adanya celah pada duktus arteriosus yang seharusnya
telah menutup pada usia 3 hari setelah lahir.

B. Etiologi
Menurut Nur Ain (2015), penyebab terjadinya penyakit patent ductus
arteriosus belum diketahui secara pasti tapi ada bebrapa faktor yang diduga menjadi
pengaruh pada terjadinya peningkatan angka kejadian patent ductus arteriosus
seperti:
1. Faktor prenatal
a. Ibu menderita penyakit infeksi rubella
b. Ibu alkoholisme
c. Umur ibu lebih dari usia 40 tahun
d. Ibu menderita penyakit diabetes melitus (DM) yang memerlukan insulin
e. Ibu meminum obat-obatan penenang

3
4

2. Faktor genetik
a. Anak yang lahir sebelumnya mendertia penyakit jantung bawaan seperti
patent ductus arteriosus ini
b. Ayah/ibu menderita penyakit patent ductus arteriosus
c. Kelainan kromosom seperti down syndrome
d. Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.

C. Manefestasi Klinis
Menurut Karen J. Marcdante (2014) gejala yang terjadi tergantung pada
jumlag alira darah pulmonal, besarnya pirau tergantung pada ukuran PDA
(diameter, panjang, kelokan atau tortuosity). Dan resistensi vaskuler paru, PDA
kecil bersifat asimtomatik sedangkan PDA sedang sampai besar dapat
menyebabkan gejala gagal jantung sering menurunnya resistensi vaskular paru.
Temuan pada pemeriksaan fisis tergantung pada ukuran pirau. Tekanan nadi
yang melebar seringkali ditemukan sebagai akibat lainnya (run off) darah
tersirkulasi pulmonar saat fase diastolik. Murmur continue seperti mesin dapat
terdengar di daerah infraklavikular. Murmur menjalar sepanjang arteri pulmonaris
dan sering terdengar jelas di punggung belakang sebelah kiri. Pirau besar dengan
peningkatan aliran darah melalui katup pulmonar dapat menghasilkan murmur mid-
diastolik di apeks (stenosis mitral relatif) dan prekordium hiperdinamik bunyi
jantung 2 yang pecah (splitting BJ II) dan intensitas P 2 tergantung pada tekanan
arteri paru. Getaran bising dapat teraba pada palpasi.
Menurut Wahab (2006), manefestasi klinis dari PDA ada beberapa seperti.
1. Gawat nafas disertai tanda-tanda gagal jantung pada bayi khususnya yang lahir
prematur. Gangguan pernafasan ini disebabkan oleh pemintasan aliran darah
dalam jumlah sangta besar ke dalam paru-paru melalui ductus arteriosus
terbuka (paten) dan peningkatan beban kerja pada jantung sebelah kiri.
2. Bising Gipson ( mac hineri mur-mur yang klasik), bising yang terus menerus
terdengar disepanjang systole dan diastole pada anak yang lebih besar dan
dewasa akibat pemintasan aliran dari aorta kedalam arteri pulmonaris pada saat
systole dan diastole. Bising ini terdengar paling jelas pada daerah basis kordis,
yaitu pada ruang sela iga kedua kiri dibawah klafikula kiri. Bising tersebut
5

dapat mengaburkan bunyi S2 namun bising ini ada shunt kanan ke kiri mungkin
tidak ada.
3. Vibrasi (thrill) yang teraba saat meragukan palpasi pada tepi kiri sternum,
gejala ini disebabkan oleh pemintasan aliran darah dari aorta pulmonaris.
4. Impuls ventrikel kiri yang nyata akibat hipertrofi ventrikel kiri denyut nadi
perifer yang memantul (nadi corigan) akibat keadaan aliran yang tinggi.
5. Tekanan nadi yang melebar akibat kenaikan tekanan sistolik dan terutama
akibat penurunan tekanan diastolik pada saat darah memintas melalui PDA dan
dengan demikian mengurangi thanan tepi.
6. Motorik yang lambat akibat gagal jantung.
7. Kegagalan tumbuh kembang akibat gagal jantung.

D. Patofisiologi
Normalnya, duktus arteriosus menutup pada saat kadar prostaglandin yang
dihasilkan plasenta menurun dan kadar oksigen meningkat. Proses penutuman ini
harus segera dimulai ketika bayi menrik nafas yang pertama tetapi bisa saja
memerlukan waktu 3 bulan pada beberapa anak.
Pada PDA, konsistensi relatif pada pembuluh darah pulmoner serta sistemik
dan ukuran duktus menentukan jumlah darah yang mengalami pemintasan aliran
atau shunt dari kanan ke kiri. Karena peningkatan tekanan dalam aorta, darah bersih
akan mengalami shunt dari aorta melalui duktus arteriosus kedalam arteri
pulmonalis. Darah akan kembali ke dalam jantung kiri dan dipompa sekali lagi ke
dalam aorta.
Atrium kiri dan ventrikel kiri harus menampung aliran balik vena
pulmonalis yang meningkat sehingga terjadi kenaikan tekanan pengisian dan beban
kerja jantung kiri. Keadaan ini akan menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri dan
mungkin pula gagal jantung. Pada stadium akhir PDA yang tidak dikoreksi, shunt
kiri ke kanan akan menimbulkan hipertensi arteri pulmonalis yang kronis dan
kemudian menjadi persisiten serta tidak rensponsif terhadap terapi hal ini
menyebabkan pembalikan shunt sehingga darah kotor kini memasuki sirkulasi
sistemik dan menimbulkan sianosis (Jennifer P. Kowalak, 2003).
6

Pathway

Faktor Prenatal Bayi yang lahir prematur Faktor genetik

Adanya kegagalan atau kelaianan pada duktus


arteriosus
Tekanan jantung↑

Aliran darah langsung dari aorta ke arteri pulmoner


Shunting/pirau kiri ke kanan

Resirkulasi darah beroksigenasu tinggi meningkat ke


paru
Shunting/pirau kanan ke kiri

Beban pada jantung kiri menjadi meningkat


Darah yang teroksigenasi tercampur
dengan darah yang belum teroksigenasi

Penurunan Curah Jantung

O2 dalam darah ke sirkulasi


sistemik ↓

Perfusi O2 ke sel ↓

Kelelahan

Kurang aktif Gangguan Tumbuh Kembang

Intoleransi Aktivitas
7

E. Klasifikasi PDA
Gambaran klinis umumnya muncul dalam tiga bentuk sebagai berikut :
1. PDA kecil tanpa gangguan hemodinamik yang berarti. Tekanan arteri
pulmonal normal dan perbandingan aliran pulmonal dengan aliran sistemik <
1,5 : 1 . diagnosis sangat mudah ditegakan karena terdapat bising kontinu
digaris strelnal kiri atas. Bisa juga ditentukan berdasarkan hasil foto rontgen
paru dan EKG normal. Risiko tinggi yang mungkin terjadi ialah endokarditis,
klasifikasi ductus, dan gagal jantung kiri.
2. PDA sedang muncul dengan tekanan arteri pulmonal < 1 / 2 tekanan aorta.
Perbandingan aliran pulmonar dan aliran sistemik adalah 1,5 : 1 sampai 2 : 1.
Umunya pasien asimtomatik, kecuali pada anak kecil dapat ditemukan dispnea
dan gagal jantung kiri. Bising kontinu, bising machinery sama seperti pada
PDA kecil, tetapi foto rontgen dada memperlihatkan adanya pembesaran
ventrikel kiri, atrium kiri, knob aorta, vaskularisasi paru yang meningkat.
3. PDA besar muncul dengan tekanan arteri pulmonal sama dengan tekanan aorta.
Perbandingan aliran paru dan aliran sistemik > 2 : 1 . aliran darah pintas yang
besar seperti ini akan mengakibatkan gagal jantung kiri pada minggu pertama
bayi prematur atau bulan ke 2-3 bayi cukup bulan. Beberapa diantranya dapat
hidup terus karena pengecilan spontan PDA, atau karena sindrom
Eisenmenger.

F. Komplikasi PDA
Menurut Jennifer (2003) terdapat beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada PDA
yang tidak ditutup:
1. Gagal jantung kongestif
PDA dapat menyebabkan jantung membesar dan melemah, sehingga
menyebabkan gagal jantung.
2. Hipertensi pulmonal
Tekanan darah tinggi di pembuluh darah paru-paru, yang dapat menyebabkan
gangguan pada paru-paru dan jantung.
8

3. Infeksi jantung (endokarditis)


PDA beresiko memicu peradangan pada lapisan bagian dalam jantung
(endokardium).

G. Pemeriksaan Diagnostik PDA


Menurut (Jennifer P. Kowalak, 2003) pemeriksaan diagnostik dari PDA terbagi
dalam beberapa seperti.
1. Foto rontgen torax dapat memperlihatkan peningkatan guratan vaskuler
pulmoner (pulmonary vaskular markings), arteri pulmonalis yang mencolok,
dalam pembesaran ventrikel kiri serta aorta.
2. Elektrokardiografi (EKG) dapat normal ataupun mengindikasikan hipertrofi
atrium atau ventrikel kiri dan pada penyakit vaskular pulmoner, hipertrofi
bivintrekuler.
3. Elektrokardiografi mendeteksi dan memperkirakan ukuran PDA. Pemeriksaan
ini dapat memperlihatkan pembesaran atrium serta ventrikel kiri atau hipertrofi
ventrikel kanan akibat penyakit vaskuler pulmoner.
4. Kateterisasi jantung dapat memperlihatkan kadar oksigen yang lebih tinggi
dalam arteri pulmonalis dari pada dalam ventrikel kanan karena terjadi influks
darah aorta. Peningkatan tekanan dalam arteri pulmonalis menunjukan shunt
yang lebar atau bila tekanan ini melampaui tekanan arteri sistemik, keadaan
tersebut menunjukan penyakit vaskuler pulmoner yang berat. Kateterisasi
jantung memungkinkan perhitungan volume darah yang melintasi duktus
arteriosus yang dapat menyingkirkan kemungkinan defek jantung lain yang
menyertai penyuntikan mediakontras dapat menunjukan secara pasti
keberadaan PDA.

H. Penatalaksanaan Medis PDA


Pengobatan definitif untuk PDA adalah pembedahan, PDA kecil dapat
dioperasi kapan saja dikehendaki. Pada PDA besar dapat diberikan digoksin dan
diuretik untuk mengurangi gagal jantung meski sering tidak menolong. Operasi
dilakukan pada saat bayi bila gejala yang terjadi berat, pada bayi prematur PDA
9

dapat ditutup dengan obat antiprostaglandin, misalnya indometasil yang diharus


diberikan sedini mungkin (usia < dari 1 minggu). Akhir-akhir ini ada teknik baru
penutupan PDA dengan alat serupa payung, yang dimasukan dengan kateter.
Keuntungan teknik ini adalah pasien tidak perlu menjalani operasi. Namun, harga
alatnya mahal dan efek jangka panjangnya belum diketahui karena masih baru.
PDA dapat mengalami endokarditis, klasifikasi, dan gagal jantung,
sehingga semua PDA dianjurkan untuk dioperasi. Secara teknis operasi ligasi PDA
adalah operasi jantung yang paling ringan dan murtalitasnya paling rendah (sampai
0%). Saat terbaik untuk operasi adalah pada umur 1-2 tahun, walaupun tepat dapat
dilakukan pada setiap umur. PDA besar dengan kelainan vaskular paru obstruktif
berat, mempunyai resistensi vaskular paru > 10 µm2 , selalu disertai kelainan
vaskular paru obstruktif yang berat. Hal ini merupakan kontraindikasi untuk operasi
pada orang dewasa (Muttaqin, 2009).

I. Pengkajian Patent Ductus Arteriosus


1. Anamnesa
a. Identitas (Data Biografi)
PDA sering ditemukan pada neonates, tapi secara fungsional menutup
pada 24 jam pertama setelah kelahiran. Sedangkan secara anatomic
menutup dalam 4 minggu pertama. PDA bisa diturunkan secara genetik
dari orang tua yang menderita jantung bawaan atau juga bisa karena
kelainan kromosom.
b. Keluhan Utama
Pasien dengan PDA biasanya merasa lelah, sesak nafas.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada pasien PDA, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda respiratory
distress, dyspnea, tacipnea, hipertropi ventrikel kiri, retraksi dada dan
hipokdemia.
d. Riwayat Penyakit Terdahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien lahir prematur atau ibu menderita infeksi
dari rubella.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
10

Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit


PDA karena PDA juga bisa diturunkan secara genetik dari orang tua yang
menderita penyakit jantung bawaan atau bisa juga kaerna kelainan
kromosom.
f. Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan anak terhadap penyakitnya, bagaimana perilaku anak
terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya, perkembangan anak,
koping yang digunakan, kebiasaan anak, respon keluarga terhadap
penyakit anak, koping keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap
stress.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pernafasan
Nafas cepat, sesak nafas, bunyi tambahan (marchinery murmur) adanya
otot bantu nafas saat inspirasi, retraksi.
b. Kardiovaskuler
Jantung membesar, hipertropi ventrikel kiri, peningkatan tekanan darah
sistolik, edema tungkai, clubbing finger, sianosis.
c. Persyarafan
Otot muka tegang, gelisah, penurunan kesadaran.
d. Perkemihan
Produksi urin menurun (oliguria).
e. Pencernaan
Nafsu makan menurun (anoreksia), porsi makan tidak habis.
f. Muskuloskeletal/Integumen
Kemampuan pergerakan sendir terbatas, kelelahan.

J. Diagnosa Keperawatan Yang Sering Muncul


1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan malforasi jantung.
2. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan tidak adekuatnya suplai
oksigen dan zat nutrisi ke jaringan
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara pemakaian
oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.
11

K. Rencana Asuhan Keperawatan


No Tujuan Intervensi
Diagnosa Keperawatan Rasional
(NOC) (NIC)
1. Penurunan curah jantung Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi kualitas dan 1. Untuk penanganan lebih
b.d malforasi jantung asuhan keperawatan selama 3 x kekuatan denyut jantung, lanjut setelah dilakukannya
24 jam, diharapkan penurunan nadi perifer, warna dan deteksi yang lebih cepat.
curah jantung teratasi dengan kehangatan kulit. 2. Untuk mengetahui adanya
kriteria hasil: 2. Tegakkan derajat penuruna perfusi sekunder
1. Membaiknya curah jantung. sianosis (sirkumoral, terhadap ketidakadekuatan
2. Tidak terdapat angina. membran mukosa, curah jantung, vasokontriksi,
3. Kelemahan ekstremitas clubbing). dan anemia.
tidak ada. Ikan 3. Monitor tanda-tanda 3. Untuk mengetahui adanya
CHF (gelisah, takikardi, gagal jantung kongestif.
tachypnea, sesak, mudah 4. Untuk menurunkan volume
lelah, dll). plasma dn menurunkan retensi
4. Berikan diuretik sesuai cairan di jaringan sehingga
indikasi. menurunkan risiko terjadinya
edema paru.
12

5. Berikan pengobatan 5. Untuk mencegah terjadinya


untuk menurunkan vasokontriksi.
overload.

2. Gangguan tumbuh Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat tumbuh 1. Untuk memantau tumbung
kembang berhubungan keperawatan selama 1 x 24 jam, kembang. kembang anak.
dengan tidak adekuatnya diharapkan gangguan 2. Berikan stimulus tumbuh 2. Agar anak bisa tumbuh dan
suplai oksigen dan zat pertukaran gas teratasi dengan kembang, aktivitas berkembang sebagaimana
nutrisi ke jaringan kriteria hasil: bermain sesuai usia anak. mestinya.
1. Anak tumbuh sesuai dengan 3. Libatkan keluarga agar 3. Anggota keluarga sangat
kurva pertumbuhan berat tetap memberikan besar pengaruhnya terhadap
dan tinggi badan. stimulasi selama dirawat. proses pertumbuhan dan juga
2. Pertumbuhan dan perkembangan anak-anak.
perkembangan tidak
mengalami keterlambatan
dan sesuai dengan tahap usia
13

3. Intoleransi aktifitas b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji toleransi pasien 1. Jika tidak sesua parameter,
ketidakseimbangan antara keperawatan selama 1 x 24 jam, terhadap aktivtas klien dikaji ulang untuk
pemakaian oksigen oleh diharapkan intoleransi aktivitas menggunakan parameter. mendapatkan perawatan lebih
tubuh dan suplai oksigen teratasi dengan kriteria hasil: 2. Kaji kesiapan pasien lanjut.
ke sel 1. Mampu mempertahankan untuk meningkatkan 2. Persiapkan dan dukung klien
tingkat aktivitas yang aktivitas. untuk melakukan aktivitas
adekuat. 3. Dorong kemajuan jika sudah mampu.
2. Level kelemahan membaik. aktivitas. 3. Agar klien termotivasi
3. TTD dalam rentang normal. 4. Berikan bantuan sesuai untukmelakukan aktivitas
dengan kebutuhan dan sehingga terpacu untuk
anjurkan pengguanaan sembuh.
kursi mandi. 4. Untuk memudahkan klien
beraktivitas.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah kegagalan duktus arteriosus untuk
menutup setelah kelahiran. Duktus arteriosus, pada keadaan normal, akan menutup
dua hingga tiga hari setelah bayi dilahirkan.
Penyebabnya bisa karena faktor prenatal dan juga faktor genetik. Untuk
tanda dan gejalany ada beberapa seperti gagal nafas, bising gipson ( mac hineri mur-
mur yang klasik), Vibrasi (thrill) yang teraba saat meragukan palpasi pada tepi kiri
sternum, impuls ventrikel kiri yang nyata, tekanan nadi yang melebar akibat
kenaikan tekanan sistolik, motorik yang lambat akibat gagal jantung, dan kegagalan
tumbuh kembang akibat gagal jantung.
Klasifikasi nya terbagi atas tiga yaitu, PDA kecil tanpa gangguan
hemodinamik yang berarti, PDA sedang muncul dengan tekanan arteri pulmonal <
1 / 2 tekanan aorta, dan PDA besar muncul dengan tekanan arteri pulmonal sama
dengan tekanan aorta. Untuk pemeriksaan pada PDA ini bisa dilakukan dengan foto
rontgen, EKG, dan kateterisasi jantung.

B. Saran

Menyadari bahwa penulis masih banyak kekurangan, kedepanya penulis


akan terus memperbaiki dari segi bahasa, penulisan dan juga pengetikan. Kemudian
penulis akan lebih fokus untuk menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber-sumber yang bisa di pertanggung jawabkan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Jennifer P. Kowalak, W. W. (2003). Buku Ajar Patofisiologi . Jakarta: EGC.

Karen J. Marcdante, R. M. (2014). Nelson Ilmu Kesehatan Anak Essential Edisi ke-
6. Singapura: Elsevier.

Muttaqin, A. (2009). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan


Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.

Muttaqin, A. (2009). Asuhan Keperawatan klien Dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.

Nur Ain, D. H. (2015). Karakteristik Penderita Penyakit Jantung Bawaan pada


Anak di RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Januari 2010 – Mei 2012.
Jurnal Kesehatan Andalas, 928-935.

Wahab AS, &. C. (2006). Kardiologi Anak . Jakarta: ECG.

Wong, D. L. (2008). Buku Ajar Pediatrik Wong Edisi Ke-6. Jakarta: ECG.

Anda mungkin juga menyukai