Pertemuan 3 Kel. 3 PDA PDF
Pertemuan 3 Kel. 3 PDA PDF
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak II
disusun oleh :
Kelompok III
M Dzikri A 302017048
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang selalu melimpahkan kasih dan sayangnya
kepada kita semua khususnya kepada penulis serta selalu memberikan hidayah dan
inayahnya sehingga penyusun dapat membuat makalah ini dengan penuh suka cita
dan dapat mengumpulkan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah yang penulis susun ini dibuat untuk memenuhi salah satu Tugas
Keperawatan Anak II. Dalam penyusunannya pun penulis mendapatkan bantuan
dari teman-teman dan dari referensi buku dan jurnal. Sudah barang tentu makalah
yang penulis buat belum sepenuhnya sempurna, sehingga penulis dengan lapang
dada menerima kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun sehingga
di kemudian hari penulis dapat membuat makalah jauh lebih baik dari makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca serta
menjadi inspirasi bagi pembaca. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam
pembuatan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit jantung bawaan (PJB) disebut juga defek jantung bawaan,
merupakan istilah umum untuk kelainan pada struktur jantung dan pembuluh darah
besar yang muncul sejak lahir yang sering ditemukan dan merupakan penyebab
kematian terbanyak dari semua jenis kelainan bawaan. (Nur Ain, 2015).
Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah kegagalan duktus arteriosus untuk
menutup setelah kelahiran. Duktus arteriosus, pada keadaan normal, akan menutup
dua hingga tiga hari setelah bayi dilahirkan. PDA merupakan struktur pembuluh
darah yang menghubungkan aorta desendens bagian proksimal dengan arteri
pulmonalis, biasanya di dekat percabangan kiri arteri pulmonalis. Duktus arteriosus
merupakan struktur normal dan penting bagi janin, tetapi menjadi abnormal bila
tetap terbuka setelah masa neonatus (Muttaqin, 2009).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan acuan yang akan menjadi bahasan. Adapun beberapa
rumusan masalah adalah sebagai berikut.
1. Apa definisi Patent Ductus Arteriosus ?
2. Apa etiologi Patent Ductus Arteriosus ?
3. Bagaimana manifestasi klinis pada Patent Ductus Arteriosus ?
4. Bagaimana patofisiologi dari Patent Ductus Arteriosus ?
5. Apa klasifikasi dari Patent Ductus Arteriosus ?
6. Apa saja komplikasi dari Patent Ductus Arteriosus ?
7. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari Patent Ductus Arteriosus ?
8. Bagaimana penatalaksanaan medis pada Patent Ductus Arteriosus ?
9. Bagimana pengkajian dari Patent Ductus Arteriosus ?
10. Bagaimana diagnosa keperawatan yang sering muncul pada kasus Patent
Ductus Arteriosus ?
11. Bagaimana rencana asuhan keperawatan pada klien dengan Patent Ductus
Arteriosus ?
1
2
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melalui pembuatan makalah mengenai Patent Ductus Arteriosus ini
diharapkan mahasiswa mampu memahami materi tentang gangguan
kardiovaskuler pada anak.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi Patent Ductus Arteriosus ?
b. Untuk mengetahui etiologi Patent Ductus Arteriosus ?
c. Untuk mengetahui manifestasi klinis pada Patent Ductus Arteriosus ?
d. Untuk mengetahui patofisiologi dari Patent Ductus Arteriosus ?
e. Untuk mengetahui klasifikasi dari Patent Ductus Arteriosus ?
f. Untuk mengetahui komplikasi dari Patent Ductus Arteriosus ?
g. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari Patent Ductus Arteriosus?
h. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis pada Patent Ductus Arteriosus?
i. Untuk mengetahui pengkajian dari Patent Ductus Arteriosus ?
j. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan yang sering muncul pada kasus
Patent Ductus Arteriosus ?
k. Untuk mengetahui rencana asuhan keperawatan pada klien dengan Patent
Ductus Arteriosus ?
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
B. Etiologi
Menurut Nur Ain (2015), penyebab terjadinya penyakit patent ductus
arteriosus belum diketahui secara pasti tapi ada bebrapa faktor yang diduga menjadi
pengaruh pada terjadinya peningkatan angka kejadian patent ductus arteriosus
seperti:
1. Faktor prenatal
a. Ibu menderita penyakit infeksi rubella
b. Ibu alkoholisme
c. Umur ibu lebih dari usia 40 tahun
d. Ibu menderita penyakit diabetes melitus (DM) yang memerlukan insulin
e. Ibu meminum obat-obatan penenang
3
4
2. Faktor genetik
a. Anak yang lahir sebelumnya mendertia penyakit jantung bawaan seperti
patent ductus arteriosus ini
b. Ayah/ibu menderita penyakit patent ductus arteriosus
c. Kelainan kromosom seperti down syndrome
d. Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.
C. Manefestasi Klinis
Menurut Karen J. Marcdante (2014) gejala yang terjadi tergantung pada
jumlag alira darah pulmonal, besarnya pirau tergantung pada ukuran PDA
(diameter, panjang, kelokan atau tortuosity). Dan resistensi vaskuler paru, PDA
kecil bersifat asimtomatik sedangkan PDA sedang sampai besar dapat
menyebabkan gejala gagal jantung sering menurunnya resistensi vaskular paru.
Temuan pada pemeriksaan fisis tergantung pada ukuran pirau. Tekanan nadi
yang melebar seringkali ditemukan sebagai akibat lainnya (run off) darah
tersirkulasi pulmonar saat fase diastolik. Murmur continue seperti mesin dapat
terdengar di daerah infraklavikular. Murmur menjalar sepanjang arteri pulmonaris
dan sering terdengar jelas di punggung belakang sebelah kiri. Pirau besar dengan
peningkatan aliran darah melalui katup pulmonar dapat menghasilkan murmur mid-
diastolik di apeks (stenosis mitral relatif) dan prekordium hiperdinamik bunyi
jantung 2 yang pecah (splitting BJ II) dan intensitas P 2 tergantung pada tekanan
arteri paru. Getaran bising dapat teraba pada palpasi.
Menurut Wahab (2006), manefestasi klinis dari PDA ada beberapa seperti.
1. Gawat nafas disertai tanda-tanda gagal jantung pada bayi khususnya yang lahir
prematur. Gangguan pernafasan ini disebabkan oleh pemintasan aliran darah
dalam jumlah sangta besar ke dalam paru-paru melalui ductus arteriosus
terbuka (paten) dan peningkatan beban kerja pada jantung sebelah kiri.
2. Bising Gipson ( mac hineri mur-mur yang klasik), bising yang terus menerus
terdengar disepanjang systole dan diastole pada anak yang lebih besar dan
dewasa akibat pemintasan aliran dari aorta kedalam arteri pulmonaris pada saat
systole dan diastole. Bising ini terdengar paling jelas pada daerah basis kordis,
yaitu pada ruang sela iga kedua kiri dibawah klafikula kiri. Bising tersebut
5
dapat mengaburkan bunyi S2 namun bising ini ada shunt kanan ke kiri mungkin
tidak ada.
3. Vibrasi (thrill) yang teraba saat meragukan palpasi pada tepi kiri sternum,
gejala ini disebabkan oleh pemintasan aliran darah dari aorta pulmonaris.
4. Impuls ventrikel kiri yang nyata akibat hipertrofi ventrikel kiri denyut nadi
perifer yang memantul (nadi corigan) akibat keadaan aliran yang tinggi.
5. Tekanan nadi yang melebar akibat kenaikan tekanan sistolik dan terutama
akibat penurunan tekanan diastolik pada saat darah memintas melalui PDA dan
dengan demikian mengurangi thanan tepi.
6. Motorik yang lambat akibat gagal jantung.
7. Kegagalan tumbuh kembang akibat gagal jantung.
D. Patofisiologi
Normalnya, duktus arteriosus menutup pada saat kadar prostaglandin yang
dihasilkan plasenta menurun dan kadar oksigen meningkat. Proses penutuman ini
harus segera dimulai ketika bayi menrik nafas yang pertama tetapi bisa saja
memerlukan waktu 3 bulan pada beberapa anak.
Pada PDA, konsistensi relatif pada pembuluh darah pulmoner serta sistemik
dan ukuran duktus menentukan jumlah darah yang mengalami pemintasan aliran
atau shunt dari kanan ke kiri. Karena peningkatan tekanan dalam aorta, darah bersih
akan mengalami shunt dari aorta melalui duktus arteriosus kedalam arteri
pulmonalis. Darah akan kembali ke dalam jantung kiri dan dipompa sekali lagi ke
dalam aorta.
Atrium kiri dan ventrikel kiri harus menampung aliran balik vena
pulmonalis yang meningkat sehingga terjadi kenaikan tekanan pengisian dan beban
kerja jantung kiri. Keadaan ini akan menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri dan
mungkin pula gagal jantung. Pada stadium akhir PDA yang tidak dikoreksi, shunt
kiri ke kanan akan menimbulkan hipertensi arteri pulmonalis yang kronis dan
kemudian menjadi persisiten serta tidak rensponsif terhadap terapi hal ini
menyebabkan pembalikan shunt sehingga darah kotor kini memasuki sirkulasi
sistemik dan menimbulkan sianosis (Jennifer P. Kowalak, 2003).
6
Pathway
Perfusi O2 ke sel ↓
Kelelahan
Intoleransi Aktivitas
7
E. Klasifikasi PDA
Gambaran klinis umumnya muncul dalam tiga bentuk sebagai berikut :
1. PDA kecil tanpa gangguan hemodinamik yang berarti. Tekanan arteri
pulmonal normal dan perbandingan aliran pulmonal dengan aliran sistemik <
1,5 : 1 . diagnosis sangat mudah ditegakan karena terdapat bising kontinu
digaris strelnal kiri atas. Bisa juga ditentukan berdasarkan hasil foto rontgen
paru dan EKG normal. Risiko tinggi yang mungkin terjadi ialah endokarditis,
klasifikasi ductus, dan gagal jantung kiri.
2. PDA sedang muncul dengan tekanan arteri pulmonal < 1 / 2 tekanan aorta.
Perbandingan aliran pulmonar dan aliran sistemik adalah 1,5 : 1 sampai 2 : 1.
Umunya pasien asimtomatik, kecuali pada anak kecil dapat ditemukan dispnea
dan gagal jantung kiri. Bising kontinu, bising machinery sama seperti pada
PDA kecil, tetapi foto rontgen dada memperlihatkan adanya pembesaran
ventrikel kiri, atrium kiri, knob aorta, vaskularisasi paru yang meningkat.
3. PDA besar muncul dengan tekanan arteri pulmonal sama dengan tekanan aorta.
Perbandingan aliran paru dan aliran sistemik > 2 : 1 . aliran darah pintas yang
besar seperti ini akan mengakibatkan gagal jantung kiri pada minggu pertama
bayi prematur atau bulan ke 2-3 bayi cukup bulan. Beberapa diantranya dapat
hidup terus karena pengecilan spontan PDA, atau karena sindrom
Eisenmenger.
F. Komplikasi PDA
Menurut Jennifer (2003) terdapat beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada PDA
yang tidak ditutup:
1. Gagal jantung kongestif
PDA dapat menyebabkan jantung membesar dan melemah, sehingga
menyebabkan gagal jantung.
2. Hipertensi pulmonal
Tekanan darah tinggi di pembuluh darah paru-paru, yang dapat menyebabkan
gangguan pada paru-paru dan jantung.
8
2. Gangguan tumbuh Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat tumbuh 1. Untuk memantau tumbung
kembang berhubungan keperawatan selama 1 x 24 jam, kembang. kembang anak.
dengan tidak adekuatnya diharapkan gangguan 2. Berikan stimulus tumbuh 2. Agar anak bisa tumbuh dan
suplai oksigen dan zat pertukaran gas teratasi dengan kembang, aktivitas berkembang sebagaimana
nutrisi ke jaringan kriteria hasil: bermain sesuai usia anak. mestinya.
1. Anak tumbuh sesuai dengan 3. Libatkan keluarga agar 3. Anggota keluarga sangat
kurva pertumbuhan berat tetap memberikan besar pengaruhnya terhadap
dan tinggi badan. stimulasi selama dirawat. proses pertumbuhan dan juga
2. Pertumbuhan dan perkembangan anak-anak.
perkembangan tidak
mengalami keterlambatan
dan sesuai dengan tahap usia
13
3. Intoleransi aktifitas b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji toleransi pasien 1. Jika tidak sesua parameter,
ketidakseimbangan antara keperawatan selama 1 x 24 jam, terhadap aktivtas klien dikaji ulang untuk
pemakaian oksigen oleh diharapkan intoleransi aktivitas menggunakan parameter. mendapatkan perawatan lebih
tubuh dan suplai oksigen teratasi dengan kriteria hasil: 2. Kaji kesiapan pasien lanjut.
ke sel 1. Mampu mempertahankan untuk meningkatkan 2. Persiapkan dan dukung klien
tingkat aktivitas yang aktivitas. untuk melakukan aktivitas
adekuat. 3. Dorong kemajuan jika sudah mampu.
2. Level kelemahan membaik. aktivitas. 3. Agar klien termotivasi
3. TTD dalam rentang normal. 4. Berikan bantuan sesuai untukmelakukan aktivitas
dengan kebutuhan dan sehingga terpacu untuk
anjurkan pengguanaan sembuh.
kursi mandi. 4. Untuk memudahkan klien
beraktivitas.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah kegagalan duktus arteriosus untuk
menutup setelah kelahiran. Duktus arteriosus, pada keadaan normal, akan menutup
dua hingga tiga hari setelah bayi dilahirkan.
Penyebabnya bisa karena faktor prenatal dan juga faktor genetik. Untuk
tanda dan gejalany ada beberapa seperti gagal nafas, bising gipson ( mac hineri mur-
mur yang klasik), Vibrasi (thrill) yang teraba saat meragukan palpasi pada tepi kiri
sternum, impuls ventrikel kiri yang nyata, tekanan nadi yang melebar akibat
kenaikan tekanan sistolik, motorik yang lambat akibat gagal jantung, dan kegagalan
tumbuh kembang akibat gagal jantung.
Klasifikasi nya terbagi atas tiga yaitu, PDA kecil tanpa gangguan
hemodinamik yang berarti, PDA sedang muncul dengan tekanan arteri pulmonal <
1 / 2 tekanan aorta, dan PDA besar muncul dengan tekanan arteri pulmonal sama
dengan tekanan aorta. Untuk pemeriksaan pada PDA ini bisa dilakukan dengan foto
rontgen, EKG, dan kateterisasi jantung.
B. Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
Karen J. Marcdante, R. M. (2014). Nelson Ilmu Kesehatan Anak Essential Edisi ke-
6. Singapura: Elsevier.
Wong, D. L. (2008). Buku Ajar Pediatrik Wong Edisi Ke-6. Jakarta: ECG.