Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Farmakologi merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya. Namun unutk seorang

dokter ilmu ini dibatasi tujuannya yaitu agar dapat menggunakan obat untuk maksud

pencegahan, diagnosis, dan pengobatan penyakit. Selain agar mengerti bahwa

penggunaan obat dapat mengakibatkan berbagai gejala penyakit.

Antiboitika ialah zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi, yang dapat

menghambat pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain. Antibiotik juga dapar

dibuat secara sintesis. Antimikroba diartikan sebagai obat pembasmi mikroba

khususnya yang merugikan manusia.

Selama masa kehamilan, ibu dan janin adalah unit fungsi yang tak terpisahkan.

Apa yang dikonsumsi oleh ibu akan ditransfer ke janin. Ada kalanya, ibu hamil yang

mengalami infeksi memerlukan penggunaan antibiotik sebagai pilihan obat. Sebagian

antibiotik pada semua fase kehamilan aman dikonsumsi, sebagian lagi

dikontraindikasikan pada fase tertentu, dan ada juga yang dikontraindikasikan untuk

semua fase kehamilan.

Beberapa jenis antibiotika dapat menyebabkan kelainan pada janin. Hal ini terjadi

karena antibiotika yang diberikan kepada wanita hamil dapat mempengaruhi janin

yang dikandungnya melalui plasenta.

Besarnya reaksi toksik atau kelainan yang ditimbulkan oleh antibiotika

dipengaruhi oleh besarnya dosis yang diberikan, lama dan saat pemberian serta sifat

genetik ibu dan janin.

1
B. Rumusan Masalah

Beberapa masalah yang dibahas dalam makalah ini, diantaranya :

1. Apa yang dimaksud dengan Antibiotik?

2. Bagaimana mekanisme kerja dari obat antibiotik?

3. Apa saja golongan obat antibiotik?

4. Apa manfaat dari antibiotik?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan memahami tentang antibiotik

2. Untuk mengetahui mekanisme kerja antibiotik

3. Untuk mengetahui golongan-golonganya.

4. Untuk mengetahui manfaat dari obat antibiotik

D. Manfaat Penulisan

1. Mengetahui dan memahami tentang antibiotik

2. Memahami mekanisme kerja antibiotik

3. Memahami golongan-golongan antibiotik

4. Memahami manfaat antibiotik

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Antibiotik

Asal kata antibiotik berasal dari bahasa Yunani: anti berarti terhadap, dan bios,

hidup. Antibakteri adalah zat alami, semi sintetis atau sintetis yang pada konsentrasi

rendah, menghambat pertumbuhan atau menyebabkan kematian bakteri. Tetapi dikenal

sebagai antibiotik, meskipun ini benar-benar hanya zat yang diproduksi secara alami

oleh mikroorganisme tertentu. Sejak zaman kuno manusia telah digunakan senyawa

organik untuk pengobatan penyakit menular, seperti ringkasan dari beberapa tanaman

dan jamur keju beberapa. Pada abad ke-19, bergengsi Perancis Louis Pasteur

menemukan bahwa beberapa bakteri saprophytic bisa menghancurkan bakteri anthrax.

Pada tahun 1900, bacteriologist Jerman Rudolf von Emmerich terisolasi zat yang bisa

menghancurkan mikroba yang menyebabkan kolera dan Difteri dalam tabung, tetapi

tidak mampu menerapkannya dalam pengobatan penyakit. Satu dapat mengatakan

bahwa sejarah antibiotik dimulai pada tahun 1928, ketika seorang ilmuwan Inggris

bernama Alexander Fleming menemukan penisilin. Namun, itu tidak boleh lupa

kontribusi Paul Ehrlich di awal abad ke-20 dengan salvarsan untuk pengobatan sifilis

(1909).

Ehrlich mempelajari hubungan antara komposisi kimia obat-obatan dan modus

tindakan pada organisme, serta sel target yang ditargetkan. Di antara tujuannya adalah

menemukan produk-produk tertentu yang memiliki afinitas untuk organisme patogen

dan untuk alasan ini, berbicara tentang “peluru sihir”, yaitu bertindak atas penyebab

penyakit tanpa merugikan host. Gagasan membunuh mikro-organisme dengan

penggunaan bahan kimia adalah mantan Ehrlich. Unna, pada tahun 1886, ichthyol dan
3
Resorsinol yang digunakan dalam dermatologi; Koch, Bagian atas, digunakan

Stockpot; Biebrich (1882), kain kirmizi; Atoxil — diperoleh pada tahun 1860 oleh

Béchamp, untuk mengobati tidur digunakan oleh Laveran, Koch dan Shiga.

Tahun kemudian, pada bulan September tahun 1928, seorang ilmuwan Inggris,

Alexander Fleming sedang melakukan beberapa eksperimen di laboratoriumnya ketika

dua puluh dua hari, setelah memeriksa tanaman mereka sebelum menghancurkan

mereka kebetulan diamati bahwa koloni jamur telah tumbuh secara spontan, sebagai

kontaminan, di salah satu piring piring Petri ditaburkan dengan Staphylococcus aureus.

Fleming kemudian diamati piring dan menemukan bahwa koloni bakteri yang berada

di sekitar jamur (Penicillium notatum) transparan karena bakteri kematian telah terjadi.

Secara khusus, Penicillium genus menghasilkan zat alami dengan Efek antibakteri

dipanggil untuk penisilin. Awalnya, rekan-rekannya ilmiah meremehkan penemuan

Fleming, tetapi selama perang dunia kedua antibiotik memperoleh kepentingan yang

lebih besar. Para kimiawan Howard Walter Florey dan Ernst Boris rantai

mengembangkan metode pemurnian penisilin yang memungkinkan sintesis mereka

dan pemasaran mereka [2.4]. Mereka juga adalah yang pertama untuk

menggunakannya dalam manusia.

Ditandai penemuan penisilin sebelum dan sebuah setelah dalam pengobatan

penyakit menular. Digambarkan sebagai fakta yang santai dan tak terduga, yang

dikelilingi legenda seksi dan romantis. Namun, sangat sedikit orang seperti Fleming

memiliki pengetahuan untuk menafsirkan aktivitas biologis jamur dan kecurigaan

ilmiah dan praktis menarik untuk menggali ke dalam subjek.

4
Saat ini, penisilin antibiotik terkenal, dan telah digunakan untuk mengobati berbagai

penyakit menular, seperti sifilis, gonore, tetanus atau demam skarlatina. Hal ini penting

untuk menyebutkan bahwa dengan berlalunya waktu dan setelah penemuan struktur

penisilin, terdiri dari cincin beta-laktam empat atom melekat lain lima atom

thiazolidine bisa mendapatkan penisilin sintetis dan semi sintetis yang baru. Dengan

demikian muncul kelompok antibiotik yang dikenal sebagai Beta-lactams.

B. Mekanisme Kerja Antibiotik

Antibiotik bekerja dengan cara menghalangi proses penting yang dilakukan

oleh bakteri, sehingga sebagai hasil akhirnya antibiotik dapat membunuh bakteri, atau

menghentikannya untuk membelah diri. Ketika bakteri lemah dan tidak berkembang

biak, maka ini akan membantu sistem kekebalan alami tubuh untuk melawan infeksi

bakteri dengan tuntas. Fungsi antibiotik dapat berbeda dalam hal jenis bakteri yang

dapat dimusnahkan. Antibiotik yang dapat melawan berbagai jenis bakteri disebut

antibiotik spektrum luas (misalnya amoksisilin dan gentamisin). Antibiotik yang

mempengaruhi hanya beberapa jenis bakteri disebut antibiotik spektrum sempit

(misalnya penisilin). Berbagai jenis antibiotik juga memiliki cara kerja yang berbeda.

Sebagai contoh, penisilin bekerja dengan cara menghancurkan dinding sel

bakteri. Antibitoik mencegah bakteri untuk mensintesis molekul dinding sel yang

disebut peptidoglikan, dinding sel ini yang menyediakan kekuatan yang dibutuhkan

bakteri untuk bertahan hidup dalam tubuh manusia.

C. Penggolongan Antibiotik

Antibiotika dapat digolongkan berdasarkan aktivitas, cara kerja maupun

struktur kimianya. Berdasarkan aktivitasnya, antibiotika dibagi menjadi dua golongan

besar yaitu: a. Antibiotika kerja luas (broad spectrum), yaitu agen yang dapat

menghambat pertumbuhan dan mematikan bakteri gram positif maupun bakteri gram

5
Hubungan antara. Golongan ini diharapkan dapat menghambat pertumbuhan dan

mematikan sebagian besar bakteri. Yang termasuk golongan ini adalah tetrasiklin dan

derivatnya, kloramfenikol, ampisilin, sefalosporin, carbapenem dan lain-lain.

b. Antibiotika kerja sempit (narrow spectrum) adalah golongan ini hanya aktif

terhadap beberapa bakteri saja. Yang termasuk golongan ini adalah penisilina,

streptomisin, neomisin, basitrasin.

6
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian Antibiotik

Antibiotika dikenal sebagai agen antimikroba, adalah obat yang melawan

infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Pada tahun 1927, Alexander Fleming

menemukan antibiotika pertama yaitu penisilin. Setelah penggunaan antibiotika

pertama di tahun 1940-an, mereka mengubah perawatan medis dan secara dramatis

mengurangi penyakit dan kematian dari penyakit menular. Istilah "antibiotik" awalnya

dikenal sebagai senyawa alami yang dihasilkan oleh jamur atau mikroorganisme lain

yang membunuh bakteri penyebab penyakit pada manusia atau hewan. Beberapa

antibiotika merupakan senyawa sintetis (tidak dihasilkan oleh mikroorganisme) yang

juga dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Secara teknis, istilah

"agen antibakteri" mengacu pada kedua senyawa alami dan sintetis, akan tetapi

banyak orang menggunakan kata "antibiotika" untuk merujuk kepada keduanya.

Meskipun antibiotika memiliki banyak manfaat, tetapi penggunaannya telah

berkontribusi tehadap terjadinya resistensi. (Katzung, 2007).

Pemilih terapi antibiotika yang rasional harus mempertimbangkan berbagai

faktor, antara lain faktor pasien, bakteri dan antibiotika. Terapi empiris diarahkan

pada bakteri yang dikenal menyebabkan infeksi yang bersangkutan. (Dipiro et al.,

2005).

B. Mekanisme Kerja Antibiotik

Beberapa antibiotika bekerja terhadap dinding sel (penisilin dan sefalosforin)

atau membran sel (kleompok polimiksin), tetapi mekanisma kerja yang terpenting

adalah perintangan selektif metabolisme protein bakteri sehingga sintesis protein

7
bakteri, sehingga sintesis protein dapat terhambat dan kuman musnah atau tidak

berkembang lagi misalnya kloramfenikol dan tetrasiklin.

Diluar bidang terapi, antibiotik digunakan dibidang peternakan sebagai zat gizi

tambahan guna mempercepat pertumbuhan ternak, dan unggas yang diberi penisilin,

tetrasiklin erithomisin atau basitrasin dalam jumlah kecil sekali dalam sehari harinya,

bertumbuh lebih besar dengan jumlah makanan lebih sedikit.

1. Mekanisme kerja antibiotik melalui penghambatan sintesis dinding sel

Dinding sel merupakan lapisan luar sel bakteri yang berfungsi

mempertahankan bentuk sel dan pelindung sel bakteri yang memiliki tekanan

osmotic internal yang lebih tinggi daripada lingkungannya. Tekanan osmotic

internal bakteri gram positif lebih besar 3 hingga 5 kali daripada tekanan

osmotick.

Internal bakteri gram negatif. Penghambatan sintesis dinding sel menyebabkan

sel lisis. Dinding sel bakteri mengandung peptidoglikan yang secara kimia berisi

polisakarida dan campuran rantai polipeptida yang tinggi. Polisakarida dari

peptidoglikan berisi gula amino N-acetylglucosamine dan asam acetylmuramic.

Sifat keras pada dinding sel disebabkan oleh hubungan saling silang rantai peptide

(seperti melalui ikatan pentaglycine) yang merupakan hasil reaksi transpeptidasi

yang dilakukan oleh beberapa enzim. Semua β-lactam menghambat sintesis

dinding sel bakteri dengan berikatan pada reseptor sel (beberapa merupakan enzim

transpeptidase).

Reseptor yang berbeda memiliki afinitas yang berbeda terhadap antibiotic.

Protein reseptor ini berada dibawah control kromosom, sehingga mutasi dapat

mengubah jumlah atau afinitas reseptor terhadap antibiotic β-lactam. Setelah β-

8
lactam melekat pada satu atau beberapa reseptor, reaksi transpeptidasi dihambat

dan sintesis peptidoglikan dihentikan. Kemudian terjadi perpindahan atau

inaktivasi inhibitor enzim otolitik pada dinding sel. Aktivitas enzim litik akan

enyebabkan lisis jika lingkungan isotonic. Penghambatan enzim tranpeptidase

oleh penisilin dan sefalosporin menyebabkan hilangnya D-alanine dari rantai

pentapeptida dalam reaksi transpeptidasi.

2. Mekanisme kerja antibiotic melalui hambatan fungsi membran sel

Membrane sel bakteri berfungsi sebagai barrier permeabilitas selektif,

berperan dalam transpor aktif dan mengontrol komposisi internal sel. Ketika

fungsi integritas membrane sel dirusak maka makromolekul dan ion akan keluar

dari sel, kemudian sel rusak dan mati. Antobiotik yang menghambat fungsi

membrane sel akan berikatan dengan sterol yang terdapat pada membrane sel

bakteri

3. Mekanisme kerja antibiotic melalui penghambatan sintesis protein

Aminoglikosida merupakan salah satu antibiotic yang menghambat sintesis

protein. Penghambatannya melalui penambahan aminoglikan pada reseptor

protein spesifik pada subunit 30S ribosom bakteri. Kemudian aminoglikosida akan

memblokir aktivitas inisiasi kompek normal pembentukan peptide

(mRNA+Formyl methionine+tRNA). Selanjutnya akan terjadi salah pembacaan

daerah pengenalan ribosom secara konsekuen asam amino oksalat dimasiukan

kedalam peptide sehingga menghasilkan protein fungsional. Selanjutnya

penambahan amino glikosida berakibat, dalam pemecahan polisom menjadi

monosom yang tidak dapat mensintesis protein.

9
4. Mekanisme kerja antibiotic melalui penghambatan asam nukleat

Antibiotik seperti rifampin akan menghambat pertumbuhan bakteri dengan

ikatan yang sangat kuat dengan enzim DNA Dependent RNA polymyrase bakteri,

sedangkan antibiotik trimetoprim akan menghambat sintesia asam nuklet melalui

penghambatan enzin reduktase dihidrofolat, enzim ini mereduksi dihidrofolik

terhadap asam tetrahidrofolat, yang berperan dalam sintesis purin dan DNA.

C. Golongan- Golongan Antibiotik

1. Penggolongan Antibiotik berdasarkan mekanisme kerjanya :

a. Inhibitor sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan Penicillin,

Polypeptide dan Cephalosporin

b. Inhibitor transkripsi dan replikasi, mencakup golongan Quinolone,

c. Inhibitor sintesis protein, mencakup banyak jenis antibiotik, terutama dari

golongan Macrolide, Aminoglycoside, dan Tetracycline

d. Inhibitor fungsi membran sel, misalnya ionomycin, valinomycin;

e. Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa atau sulfonamida,

f. Antimetabolit, misalnya azaserine.

2. Penggolongan Antibiotik berdasarkan struktur kimia :

a. Aminoglikosida

Diantaranya amikasin, dibekasin, gentamisin, kanamisin, neomisin, netilmisin,

paromomisin, sisomisin, streptomisin, tobramisin.

b. Beta-Laktam

Diantaranya golongan karbapenem (ertapenem, imipenem, meropenem),

golongan sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil,

10
seftazidim), golongan beta-laktam monosiklik, dan golongan penisilin

(penisilin, amoksisilin).

c. Glikopeptida

Diantaranya vankomisin, teikoplanin, ramoplanin dan dekaplanin.

d. Polipeptida

Diantaranya golongan makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin,

roksitromisin), golongan ketolida (telitromisin), golongan tetrasiklin

(doksisiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin).

e. Polimiksin

Diantaranya polimiksin dan kolistin.

f. Kinolon ( flurikinolon)

Diantaranya asam nalidiksat, siprofloksasin, ofloksasin, norfloksasin,

levofloksasin, dan trovafloksasin.

g. Streptogramin

Diantaranya pristinamycin, virginiamycin, mikamycin, dan kinupristin-

dalfopristin.

h. Oksazolidinon

Diantaranya linezolid dan AZD2563.

i. Sulfonamida

Diantaranya kotrimoksazol dan trimetoprim.

j. Antibiotika lain yang penting, seperti kloramfenikol, klindamisin dan asam

fusidat.

3. Penggolongan Antibiotik berdasarkan daya kerjanya :

a. Bakterisid :

11
Antibiotika yang bakterisid secara aktif membasmi kuman. Termasuk dalam

golongan ini adalah penisilin, sefalosporin, aminoglikosida (dosis besar),

kotrimoksazol , polipeptida, rifampisin, isoniazid dll.

a. Bakteriostatik :

Antibiotika bakteriostatik bekerja dengan mencegah atau menghambat

pertumbuhan kuman, tidak membunuhnya, sehingga pembasmian kuman sangat

tergantung pada daya tahan tubuh. Termasuk dalam golongan ini adalah

sulfonamida, tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, trimetropim, linkomisin,

makrolida, klindamisin, asam paraaminosalisilat, dll.

Manfaat dari pembagian ini dalam pemilihan antibiotika mungkin hanya

terbatas, yakni pada kasus pembawa kuman (carrier), pada pasien-pasien dengan

kondisi yang sangat lemah (debilitated) atau pada kasus-kasus dengan depresi

imunologik tidak boleh memakai antibiotika bakteriostatik, tetapi harus bakterisid.

4. Penggolongan antibiotik berdasarkan spektrum kerjanya :

a. Spektrum luas (aktivitas luas) :

Antibiotik yang bersifat aktif bekerja terhadap banyak jenis mikroba yaitu

bakteri gram positif dan gram negative. Contoh antibiotik dalam kelompok ini

adalah sulfonamid, ampisilin, sefalosforin, kloramfenikol, tetrasiklin, dan

rifampisin.

b. Spektrum sempit (aktivitas sempit) :

Antibiotik yang bersifat aktif bekerja hanya terhadap beberapa jenis mikroba

saja, bakteri gram positif atau gram negative saja. Contohnya eritromisin,

klindamisin, kanamisin, hanya bekerja terhadap mikroba gram-positif. Sedang

streptomisin, gentamisin, hanya bekerja terhadap kuman gram-negatif.

5. Penggolongan antibiotik berdasarkan penyakitnya :

12
a. Golongan Penisilin

Dihasilkan oleh fungi Penicillinum chrysognum. Aktif terutama pada bakteri

gram (+) dan beberapa gram (-). Obat golongan ini digunakan untuk

mengobati infeksi pada saluran napas bagian atas (hidung dan tenggorokan)

seperti sakit tenggorokan, untuk infeksi telinga, bronchitis kronik, pneumonia,

saluran kemih (kandung kemih dan ginjal).

Contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain : Ampisilin dan

Amoksisilin. Untuk meningkatkan ketahanan thp b-laktamase : penambahan

senyawa untuk memblokir & menginaktivasi b-laktamase. Misalnya

Amoksisilin + asam klavulanat, Ampisilin + sulbaktam, Piperasilin +

tazobaktam.

Efek samping : reaksi alergi, syok anafilaksis, kematian,Gangguan lambung &

usus. Pada dosis amat tinggi dapat menimbulkan reaksi nefrotoksik dan

neurotoksik. Aman bagi wanita hamil & menyusui

b. Golongan Sefalosporin

Dihasilkan oleh jamur Cephalosporium acremonium. Spektrum kerjanya luas

meliputi bakteri gram positif dan negatif. Obat golongan ini barkaitan dengan

penisilin dan digunakan untuk mengobati infeksi saluran pernafasan bagian

atas (hidung dan tenggorokan) seperti sakit tenggorokan, pneumonia, infeksi

telinga, kulit dan jaringan lunak, tulang, dan saluran kemih (kandung kemih

dan ginjal).

Contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain : Sefradin,

Sefaklor, Sefadroksil, Sefaleksin, E.coli, Klebsiella dan Proteus.

13
Penggolongan sefalosporin berdasarkan aktivitas & resistensinya terhadap

b-laktamase:

 Generasi I : aktif pada bakteri gram positif. Pada umumnya tidak tahan pada b

laktamase. Misalnya sefalotin, sefazolin, sefradin, sefaleksin, sefadroksil.

Digunakan secara oral pada infeksi saluran kemih ringan, infeksi saluran

pernafasan yang tidak serius

 Generasi II : lebih aktif terhadap kuman gram negatif. Lebih kuat terhadap

blaktamase. Misalnya sefaklor, sefamandol, sefmetazol,sefuroksim

 Generasi III : lebih aktif terhadap bakteri gram negatif , meliputi Pseudomonas

aeruginosa dan bacteroides. Misalnya sefoperazone, sefotaksim, seftizoksim,

sefotiam, sefiksim.Digunakan secara parenteral,pilihan pertama untuk sifilis

 Generasi IV : Sangat resisten terhadap laktamase. Misalnya sefpirome dan

sefepim

c. Golongan Lincosamides

Dihasilkan oleh Streptomyces lincolnensis dan bersifat bakteriostatis. Obat

golongan ini dicadangkan untuk mengobati infeksi berbahaya pada pasien

yang alergi terhadap penisilin atau pada kasus yang tidak sesuai diobati

dengan penisilin. Spektrum kerjanya lebih sempit dari makrolida, terutama

terhadap gram positif dan anaerob. Penggunaannya aktif terhadap

Propionibacter acnes sehingga digunakan secara topikal pada acne.

Contoh obatnya yaitu Clindamycin (klindamisin) dan Linkomycin

(linkomisin).

d. Golongan Tetracycline

Diperoleh dari Streptomyces aureofaciens & Streptomyces rimosus. Obat

golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi jenis yang sama seperti yang

14
diobati penisilin dan juga untuk infeksi lainnya seperti kolera, demam

berbintik Rocky Mountain, syanker, konjungtivitis mata, dan amubiasis

intestinal. Dokter ahli kulit menggunakannya pula untuk mengobati beberapa

jenis jerawat.

Adapun contoh obatnya yaitu : Tetrasiklin, Klortetrasiklin,

Oksitetrasiklin, doksisiklin, dan minosiklin

Khasiatnya bersifat bakteriostatik , pada pemberian iv dapat dicapai

kadar plasma yang bersifat bakterisid lemah.Mekanisme kerjanya

mengganggu sintesis protein kuman Spektrum kerjanya luas kecuali thp

Psudomonas & Proteus. Juga aktif terhadap Chlamydia trachomatis (penyebab

penyakit mata), leptospirae, beberapa protozoa. Penggunaannya yaitu infeksi

saluran nafas, paru-paru, saluran kemih, kulit dan mata. Namun dibatasi

karena resistensinya dan efek sampingnya selama kehamilan & pada anak

kecil.

e. Golongan Kloramfenikol

Bersifat bakteriostatik terhadap Enterobacter & S. aureus berdasarkan

perintangan sintesis polipeptida kuman. Bersifat bakterisid terhadap S.

pneumoniae, N. meningitidis & H. influenza. Obat golongan ini digunakan

untuk mengobati infeksi yang berbahaya yang tidak efektif bila diobati dengan

antibiotik yang kurang efektif. Penggunaannya secara oral, sejak thn 1970-an

dilarang di negara barat karena menyebabkan anemia aplastis. Sehingga hanya

dianjurkan pada infeksi tifus (salmonella typhi) dan meningitis (khusus akibat

H. influenzae). Juga digunakan sebagai salep 3% tetes/salep mata 0,25-

1%. Contoh obatnya adalah Kloramfenikol, Turunannya yaitu tiamfenikol.

15
f. Golongan Makrolida

Bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerjanya yaitu pengikatan reversibel pada

ribosom kuman, sehingga mengganggu sintesis protein. Penggunaannya

merupakan pilihan pertama pada infeksi paru-paru. Digunakan untuk

mengobati infeksi saluran nafas bagian atas seperti infeksi tenggorokan dan

infeksi telinga, infeksi saluran nafas bagian bawah seperti pneumonia, untuk

infeksi kulit dan jaringan lunak, untuk sifilis, dan efektif untuk penyakit

legionnaire (penyakit yang ditularkan oleh serdadu sewaan). Sering pula

digunakan untuk pasien yang alergi terhadap penisilin.Contoh obatnya :

eritromisin, klaritromisin, roxitromisin, azitromisin, diritromisin serta

spiramisin.

g. Golongan Kuinolon

Berkhasiat bakterisid pada fase pertumbuhan kuman, dgn menghambat enzim

DNA gyrase bakteri sehingga menghambat sintesa DNA. Digunakan untuk

mengobati sinusitis akut, infeksi saluran pernafasan bagian bawah serta

pneumonia nosokomial, infeksi kulit dan jaringan kulit, infeksi tulang sendi,

infeksi saluran kencing, Cystitis uncomplicated akut, prostates bacterial

kronik, infeksi intra abdominal complicated, demam tifoid, penyakit menular

seksual, serta efektif untuk mengobati Anthrax inhalational.

Penggolongan :

 Generasi I : asam nalidiksat dan pipemidat digunakan pada ISK tanpa

komplikasi

 Generasi II : senyawa fluorkuinolon misal siprofloksasin, norfloksasin,

pefloksasin,ofloksasin. Spektrum kerja lebih luas, dan dapat digunakan untuk

infeksi sistemik lain.

16
Zat-zat long acting : misal sparfloksasin, trovafloksasin dan

grepafloksasin.Spektrum kerja sangat luas dan meliputi gram positif.

h. Aminoglikosida

Dihasilkan oleh fungi Streptomyces & micromonospora.Mekanisme kerjanya :

bakterisid, berpenetrasi pada dinding bakteri dan mengikatkan diri pada

ribosom dalam sel.

Contoh obatnya : streptomisin, kanamisin, gentamisin, amikasin, neomisin

Penggunaan Aminoglikosida Streptomisin & kanamisin Þ injeksi pada

TBC juga pada endocarditis,Gentamisin, amikasin bersama dengan penisilin

pada infeksi dengan Pseudomonas,Gentamisin, tobramisin, neomisin juga

sering diberikan secara topikal sebagai salep atau tetes mata/telinga,Efek

samping : kerusakan pada organ pendengar dan keseimbangan serta

nefrotoksik.

i. Monobaktam

Dihasilkan oleh Chromobacterium violaceum Bersifat bakterisid, dengan

mekanisme yang sama dengan gol. b-laktam lainnya.Bekerja khusus pada

kuman gram negatif aerob misal Pseudomonas, H.influenza yang resisten

terhadap penisilinase Contoh : aztreonam

j. Sulfonamide

Merupakan antibiotika spektrum luas terhadap bakteri gram positrif dan

negatif. Bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerja : mencegah sintesis asam

folat dalam bakteri yang dibutuhkan oleh bakteri untuk membentuk DNA dan

RNA bakteri. Kombinasi sulfonamida : trisulfa (sulfadiazin, sulfamerazin dan

17
sulfamezatin dengan perbandingan sama),Kotrimoksazol (sulfametoksazol +

trimetoprim dengan perbandingan 5:1),Sulfadoksin + pirimetamin.

Penggunaan:

Infeksi saluran kemih : kotrimoksazol

Infeksi mata : sulfasetamid

Radang usus : sulfasalazin

Malaria tropikana : fansidar.

Mencegah infeksi pada luka bakar : silver sulfadiazine.

Tifus : kotrimoksazol.

Radang paru-paru pada pasien AIDS : kotrimoxazol

Sebaiknya tidak digunakan pada kehamilan teruama trimeseter akhir : icterus,

hiperbilirubinemia

k. Vankomisin

Dihasikan oleh Streptomyces orientalis.Bersifat bakterisid thp kuman gram

positif aerob dan anaerob.Merupakan antibiotik terakhir jika obat-obat lain

tidak ampuh lagi

Penggunaan Antibiotik kombinasi :

 Pada infeksi campuran, misalnya kombinasi obat-obat antikuman dan

antifungi atau, dua antibiotik dengan spektrum sempit (gram positif +

gram negatif) untuk memperluas aktifitas terapi : Basitrasin dan

polimiksin dalam sediaan topikal.

 Untuk memperoleh potensial, misalnya sulfametoksazol dengan

trimetoprim (= kotrimoksazol) dan sefsulodin dengan gentamisin pada

18
infeksi pseudomonas. Multi drug therapy (AZT + 3TC + ritonavir )

terhadap AIDS juga menghasilkan efek sangat baik.

 Untuk mengatasi resistensi, misalnya Amoksisilin + asam klavulanat

yang menginaktivir enzim penisilinase.

 Untuk menghambat resistensi, khususnya pada infeksi menahun seperti

tuberkulosa (rifampisin + INH + pirazinamida ) dan kusta (dapson +

klofazimin dan /atau rifampisin).

 Untuk mengurangi toksisitas, misalnya trisulfa dan sitostatika, karena

dosis masing-masing komponen dapat dikurangi.

D. Manfaat antibiotik

Manfaat antibiotik ini sangat besar,sehingga terus dikembangkan hingga

sampai saat ini. Antibiotik digunakan dalam dalam berbagai bidang, misalnya saja

bidang pertanian, kesehatan, bioteknologi dan masih banyak lagi bidang lain yang

menggunakan antibiotik ini. secara umum antibiotik ini digunakan untuk menekan

atau menghentikan perkembangan bakteri atau mikroorganisme berbahaya yang

berada dalam tubuh. Manfaat utama antibiotik yang sering digunakan yaitu untuk

mencegah terjadinya infeksi pada luka. Dalam pengunaan antibiotik harus dalam

ukuran tepat dalam membunuh bakteri.

19
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa antibiotik

merupakan zat kimia atau obat yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang umumnya

digunakan untuk menekan dan menghentikan perkembangan mikroorganisme lainnya

yang bersifat patogen yang berada dalam tubuh serta untuk mencegah terjadinya

infeksi pada luka. Dalam pengunaan antibiotik harus dalam ukuran tepat dalam

membunuh bakteri, karena jika tidak maka mikroorganisme yang menjadi sasaran

antibiotik akan kebal terhadap antibiotik, menyebabkan kerusakan organ bagian

dalam tubuh bahkan kematian.

B. Saran

Menggunakan antibiotik memang mempercepat penyembuhan, tetapi

penggunaan antibiotik yang berlebihan malah dapat menyebabkan penyakit tambah

parah. Oleh karena itu ambillah keputusan yang bijak serta gunakan antibiotik sesuai

dengan dosis dalam penggunaan antibiotik.

20
DAFTAR PUSTAKA

http://www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/132896-T+27759-Hubungan+antara-

Literatur.pdf

http://usahamart.wordpress.com/2012/02/23/membuat-antibiotik/

https://dwidafarm.wordpress.com/2011/07/05/penggolongan-antibiotika/

http://chyrun.com/mekanisme-kerja-antibiotik/

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33948/4/Chapter%20II.pdf

21

Anda mungkin juga menyukai