3 Bab Ii
3 Bab Ii
TINJAUAN TEORI
2. Klasifikasi
Menurut Hidayah, 2012.
Diabetes mellitus dapat terjadi pada semua usia, bila terjadi pada anak-
anak sering disebut dengan istilah Juvenille diabetes. DM tipe ini BB
klien biasanya turun, klien telah mengalami tanda dan gejala yang
berhubungan dengan insulinopenia (kekurangan insulin) sebelum usia
4
5
d. DM Gestational
Merupakan intoleransi glukosa yang mulai timbul/diketahui sewaktu
pasien hamil, karena terjadi peningkatan sekresi berbagai hormon
disertai penuh metaboliknya terhadap toleransi glukosa. Pasien-pasien
yang mempunyai predisposisi diabetes mungkin akan memperlihatkan
intoleransi glukosa atau manifestasi klinis diabetes pada kehamilan.
3. Anatomi Fisiologi
6
Pankreas merupakan salah satu bagian dari sistem endokrin yang terletak di
abdomen bagian tengah dan di belakang lambung, di depan betgrae lumbal
pertama (L1), panjangnya kira-kira 15 cm, lebar 6 cm, mulai dari duodenum
sampai limpa, beratnya 60-90 gram terdiri 3 bagian:
4. Etiologi
a. DM tipe I (Insulin Dependent Diabetes Mellitus/IDDM)
Pada kasus ini : faktor genetik, autoimun dan lingkungan dijadikan
sebagai etiologi utama.
1) Faktor genetik
Pada pemeriksaan kromosom DNA pasien dengan DM tipe I akan
ditemukan adanya HLA-DR3 dan HLA-DR4, karena HLA
merupakan penanda (marker) yang terdapat dalam tubuh apakah
seseorang mempunyai penyakit keturunan yang dibawa/tidak.
8
2) Faktor autoimun
Terjadi respon abnormal antibodi yang terjadi pada sel-sel pankreas
dimana tubuh mengeluarkan antibodi untuk menyerang sel-sel yang
dianggap asing, padahal sel yang diserang tersebut merupakan sel
normal tubuh sendiri.
3) Faktor lingkungan
Virus yang menyerang pankreas dapat mengakibatkan pankreas
tidak mampu untuk menjalankan tugasnya.
b. Poliuria
Frekuensi dan jumlah kencing berlebihan terutama pada malam hari.
Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membrane dalam
sel menyebabkan hiperglikemia sehingga serum plasma meningkat atau
hiperosmolariti menyebabkan cairan intrasel berdifusi kedalam sirkulasi
9
e. Kelelahan, kelemahan
f. Kesemutan, baal
g. Kelainan kulit, gatal-gatal
h. Luka sukar sembuh
i. Pandangan kabur
j. Infeksi kulit.
6. Pencegahan komplikasi
a. Primer
Pencegahan diabetes mellitus secara primer bertujuan untuk mencegah
terjadinya diabetes. Untuk itu factor-faktor yang menyebabkan diabetes
perlu diperhatikan, baik secara genetic ataupun lingkungan. Berikut
beberapa hal yang harus dilakukan dalam pencegahan penyakit diabetes
secara primer:
Sumber protein Ayam tanpa kulit, hewani tinggi lemak Keju, abon, dendeng,
hewani ikan, telur jenuh susu
rendah kolesterol (kornet, sosis, sarden, full cream,
atau putih otak,
telur, daging tidak jeroan, kuning telur)
berlemak
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan penyakit diabetes secara sekunder bertujuan agar penyakit
diabetes mellitus yang sudah terlanjur timbul tidak menimbulkan
komplikasi penyakit lain, menghilangkan gejala dan keluhan penyakit
diabetes. Pencegahan penyakit diabetes secara sekunder meliputi
deteksi dini penderita diabetes mellitus, terutama bagi kelompok yang
beresiko tinggi terkena diabetes. Bagi yang dicurigai terkena penyakit
diabetes, perlu diteliti lebih lanjut untuk memperkuat diagnosa.
a) Continuous :
Latihan fisik harus berkesinambungan dan dilakukan terus
menerus tanpa berhenti. Contoh: Jogging 30 menit , maka pasien
harus melakukannya selama 30 menit tanpa henti.
b) Rhytmical :
Latihan olah raga dipilih yang berirama yaitu otot-otot
berkontraksi dan relaksasi secara teratur, contoh berlari,
berenang, jalan kaki.
c) Interval :
Latihan dilakukan selang-seling antar gerak cepat dan lambat.
Contoh: jalan cepat diselingi jalan lambat, jogging diselangi
jalan.
d) Progresive :
a. Latihan dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan,
dari intensitas ringan sampi sedang selama mencapai 30
– 60 menit
b. Sasaran HR = 75 – 85 % dari maksimal HR
c. Maksimal HR = 220 – ( umur )
e) Endurance :
Latihan daya tahan untuk meningkatkan kemampuan
kardiorespirasi, seperti jalan jogging dan sebagainya. Latihan
dengan prinsip seperti di atas minimal dilakukan 3 hari dalam
seminggu, sedang 2 hari yang lain dapat digunakan untuk
melakukan olah raga kesenangannya.
7. Perawatan Kaki
Menurut Waspadji (2009) penatalaksanaan perawatan kaki dapat dibagi
menjadi tiga: Pencegahaan Primer (pencegahan terjadinya kaki diabetic dan
terjadinya ulkus)
Pedoman dasar untuk perawatan kaki dan pemilihan alas kaki yang
dikembangkan oleh National Institutes of Health and American Diabetes
Association untuk mencegah terjadi cidera (Heitzman 2010 dalam Noor
2013), yaitu:
b. Perawatan kulit
Klien diabetes mellitus harus menggunakan alas kaki, baik di dalam
ruangan atau di luar ruangan. Mengenakan pakaian hangat, pada musim
15
c. Perawatan kuku
Kuku harus dipotong lurus untuk menghidari lesi pada kuku. Klien yang
mengalami kesulitan melihat kaki mereka, mencapai jari-jari kaki
mereka, atau memilki kuku kaki menebal harus dibantu oleh orang lain
atau perawat kesehatan untuk menotong kuku kaki. Menghilangkan
kalus untuk mengurangi tekanan di bawah tulang dan dapat membantu
membebaskan beban tekanan setempat untuk mengurangi
kemungkinan pembentukan ulkus.
d. Sepatu
Waktu yang tepat klien membeli sepatu yakni sore hari ketika kaki
membesar. Kaki harus diukur setiap membeli sepatu baru karena
struktur berubah. Kedua bagian sepatu kiri kanan, harus dicoba sebelum
membeli. Hindari penggunaan sepatu yang pada bagian jari kakinya
yang sempit, sepatu hak tinggi, sol keras, dan tali antara jari kaki. Sepatu
harus nyaman, sepatu harus sesuai dengan bentuk kaki dan terbuat dari
bahan yang lembut dengan tempat tumit kaku, bantalan dan fleksibelitas
pada bola kaki, kotak jari kaki yang mendalam dan luas, dan dukungan
lengkungan yang baik. Sepatu harus dipaerikas setiap hati untuk melihat
adanya benda asing, dan kasar. Mengubah sepatu beberapa kali sehari
untuk memvariasikan tekanan pada kaki. Tekanan sepatu yang terlalu
ketat atau terlalu longgar dapat menyebabkan iritasi mekanis. Sepatu
harus disimpan pada udara kering pada malam hari untuk mencegah
penumpukan air, yang dapat menyebabkan iritasi kulit lebih lanjut
16
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakstabilan kadar gula darah b/d gangguan toleransi glukosa darah
b. Hambatan mobilitas fisik b/d penurunan rentang gerak.
c. Gangguan citra diri b/d perubahan bentuk kaki dan terbentuknya tofus.
.
3. Rencana Asuhan Keperawatan
a. Ketidakstabilan kadar gula darah b/d gangguan toleransi glukosa darah
Tujuan Keperawatan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
…x24 jam, gula darah klien terkontrol
Dengan kriteria hasil :
- Klien mengontrol gula darah
- Menunjukkan perilaku yang lebih rileks
- gula darah klien 70-140 gr/dl.
Intervensi :
1) Kaji gula darah klien.
2) Bantu klien dalam mengidentifikasi faktor pencetus.
3) Jelaskan dan bantu klien terkait dengan tindakan kontrol gula darah
non farmakologi dan non invasive.
4) Ajarkan metode diet DM.
17