Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS

DEMAM BERDARAH DENGUE

DISUSUN OLEH :
dr. ALWI MUARIF KURNIAWAN

PENDAMPING :
dr. WAHYU HAPSARI, MARS
dr. LALENA FARAH NASITA

PROGRAM INTERNSHIP
RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON
PERIODE NOVEMBER 2018 – NOVEMBER 2019
CILEGON
LAPORAN KASUS

1. Keluhan Utama :
Demam tinggi sejak 2 hari SMRS
2. Riwayat Kesehatan / Penyakit Sekarang
Demam dirasakan mendadak tinggi, dan menggigil,
disertai nyeri kepala, nyeri belakang mata, pegal di
seluruh tubuh. Pasien mengeluh BAB hitam, namun
mimisan, dan gusi berdarah disangkal. Sesak tidak
ada. Pasien mengeluh mual, hingga muntah sebanyak
4 kali, dan yang dimuntahkan adalah makanan, dan
cairan. Riwayat bepergian disangkal. Pasien merasa
nafsu makan berkurang, sering haus, dan banyak
BAK. Penurunan berat badan disangkal. Pasien
berobat ke rumah sakit 1 hari SMRS, dan diberikan
obat antasida, dan paracetamol namun keluhan tidak
membaik, dan semakin memberat.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat demam tifoid dan dirawat di RS 1,5 bulan
yang lalu. Riwayat maagh (+), DM, hipertensi,
asma, alergi, dan penyakit jantung disangkal.
4. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga yang mengalami hal yang sama. Riwayat DM,
hipertensi, asma, dan penyakit jantung pada keluarga disangkal.
5. Riwayat Sosial dan Kebiasaan
Pasien merupakan seorang PNS. Tetangga pasien ada yang dirawat
di rumah sakit, dikatakan sakit DBD. Pasien suka memakan
makanan yang pedas, dan asam. Pasien merokok sejak 7 tahun yang
lalu, 1 bungkus perhari. Riwayat minum alkohol (-).
6. Pemeriksaan Fisik :

Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
❖Tanda Vital
Tekanan darah: Kanan 110/70 mmHg
Nadi: 70x/menit, regular, kuat angkat, isi cukup
Napas: 20x/menit, reguler
Suhu: 38.6 OC
Berat badan: 54 kg
Tinggi badan:161 cm
BMI: 20.8 kg/m2 (normal)

Mata
- Inspeksi :
Alis mata cukup, warna hitam, enoftalmus (-)/(-), eksoftalmus (-)/(-),
nistagmus (-)/(-), ptosis (-)/(-), lagoftalmus (-)/ (-), edema palpebra (-
)/(-), bulu mata lentik, Konjungtiva Anemis (-)/(-), Sklera Ikterik (-
)/(-), sekret (-)/(-), pterigium (-)/(-), ulkus kornea (-)/(-), pupil isokor
dengan diameter 3 mm/3 mm, RCL (+)/(+), RCTL (+)/(+)

Telinga, Hidung, Tenggorokan
Hidung :
Inspeksi : Deformitas (-), kavum nasi lapang, sekret (-)/(-), deviasi
septum (-)/(-), edema (-)/(-)
Palpasi : Nyeri tekan pada sinus maksilaris (-)/(-), etmoidalis (-)/(-),
frontalis (-)/(-)
Telinga :
Inspeksi :
- Preaurikuler : hiperemis (-)/(-), abses (-)/(-), massa (-)/(-), scar (-
)/(-)
- Aurikuler : normotia, hiperemis (-)/(-), cauli flower (-)/(-),
pseudokista (-)/(-)
- Post aurikuler : hiperemis (-)/(-), abses (-)/(-), massa (-)/(-), scar
(-)/(-)
- Liang telinga : lapang, serumen (-)/(-), Ottorhea (-)/(-)
Tenggorokan dan Rongga mulut :
- Inspeksi :
- Bucal : warna normal, ulkus (-)
- Lidah : pergerakan simetris, massa (-)
- Palatum mole dan uvula simetris pada keadaan diam dan
bergerak, arkus faring simetris, penonjolan (-)
- Tonsil : T1/T1, kripta (-)/(-), detritus (-)/(-), membran (-)/(-)
- Dinding anterior faring licin, hiperemis (-)
- Dinding posterior faring licin, hiperemis (-), Post nasal drip (-)
- Pursed lips breathing (-), karies gigi (-), Kandidiasis oral (-)

Leher
- Inspeksi : bentuk simetris, warna normal, penonjolan vena
jugularis (-), tumor (-), retraksi suprasternal (-), tidak tampak
perbesaran KGB
- Palpasi : pulsasi arteri carotis normal, perbesaran thyroid (-),
posisi trakea ditengah, KGB tidak teraba membesar
- Auskultasi : bruit (-),
- Tekanan vena jugularis tidak meningkat

Thoraks Depan
- Inspeksi : Penggunaan otot bantuan nafas (-)/(-), Retraksi sela iga
(-/-), bentuk dada normal, barrel chest (-), pectus carinatum (-)/(-),
pectus ekskavatum (-)/(-), pelebaran sela iga (-)/(-), tumor (-)/(-),
scar (-), emfisema subkutis (-)/(-), pergerakan kedua paru simetris
statis dan dinamis, pola pernapasan normal.
- Palpasi : massa (-)/(-), emfisema subkutis(-)/(-), ekspansi dada
simetris, vocal fremitus melemah di paru kanan, pelebaran sela
iga (-)/(-)
- Perkusi :
- Batas paru hati : pada garis midklavikula kanan sela iga 6,
peranjakan hati sebesar 2 jari
- Batas paru lambung : pada garis aksilaris anterior kiri sela iga
8
- Auskultasi : Suara nafas vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronki (-/-
)

Thoraks Belakang
- Inspeksi : Penggunaan otot bantuan nafas (-)/(-), Retraksi sela iga
(-/-), pelebaran sela iga (-)/(-), tumor (-)/(-), emfisema subkutis (-
)/(-), Pergerakan kedua paru simetris statis dan dinamis, pola
pernapasan normal, scar (-), luka operasi (-), massa (-), gibus (-),
kelainan tulang belakang (-)
- Palpasi : massa (-)/(-), emfisema subkutis (-)/(-), ekspansi dada
simetris,vocal fremitus melemah di paru kanan.
- Perkusi : redup di paru kanan dan sonor di paru kiri
- Auskultasi : Suara nafas vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-
/-)

Jantung
- Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak terihat
- Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba 2 jari medial
dari linea midklavikula sinistra ICS V, thrill (-),
heaving (-), lifting (-), tapping (-)
- Perkusi : batas jantung kanan pada ICS IV 1 jari
medial linea parasternal dekstra, batas jantung kiri
pada ICS V 2 jari medial linea midklavikula
sinistra. Pinggang jantung ICS II linea parasternalis
sinistra
- Auskultasi : BJ I-II reguler normal, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
- Inspeksi : massa (-),striae (-), scar (-), bekas operasi (-)
- Auskultasi : BU (+) normal
- Palpasi : supel,nyeri tekan (-), Hepar dan lien tidak teraba
- Ginjal : Ballotemen (-)/(-)
- Perkusi : timpani, shifting dullnes (-)

Ekstremitas
Akral teraba hangat, sianosis (-), CRT < 3 detik, edema (-)/(-), jari
tabuh (-), deformitas (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hemoglobin 12,3 13 – 16 gr/dl


Leukosit 5,56 4 – 10 rb/ul
Trombosit 70 150 – 450 rb/ul
Hematokrit 37,4 37 – 48 %
Eritrosit 4,71 3,5 – 5 jt/ul
MCV 79,3 82 – 95 fl
MCH 26,1 27 – 31 pg
MCHC 32,9 32 – 36 g/dl
Eosinofil 9,1 1–3%
Basofil 0,9 0–1%
Neutrofil 56,6 50 – 70 %
Limfosit 21,4 20 – 40 %
Monosit 12 2–8%

8. Resume
Pasien Tn. S, usia 45 tahun, datang ke IGD RST Salatiga dengan
keluhan demam tinggi sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit,
disertai demam menggigil, nyeri kepala, nyeri belakang mata, pegal
di seluruh tubuh. Pasien mengeluh BAB hitam, namun mimisan, dan
gusi berdarah disangkal. Pasien mengeluh mual, hingga muntah
sebanyak 4 kali, dan yang dimuntahkan adalah makanan dan cairan.
Pasien merasa nafsu makan berkurang, sering haus, banyak BAK.
Pada Pemeriksaan fisik didapatkan suhu 38,6oC . Dari hasil
laboratorium didapatkan kesan trombositopenia.
9. Diagnosis
Demam Berdarah Dengue grade II hari ke-2
10. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa:

IVFD RL 30 TPM

Inj. Omeprazole 1 x 40 mg

Inj. Ondansentrn 3 x 4 mg

Inj. Paracetamol 3 x 500 mg

Sucralfat syr 3 x 1 CI
2. Non-Medikamentosa

Tirah baring

Observasi tanda tanda perdarahan

Konsul ke spesialis penyakit dalam
11. Prognosis
− Ad vitam : bonam
− Ad sanationam : dubia ad bonam
− Ad fungsionam : bonam
DISKUSI KASUS

1. Subjektif :
Pasien Tn.S 45 tahun datang dengan keluhan demam tinggi sejak 2 hari
sebelum masuk rumah sakit, disertai demam menggigil, nyeri kepala, nyeri
belakang mata, pegal di seluruh tubuh. Pasien mengeluh BAB hitam, namun
mimisan, dan gusi berdarah disangkal. Pasien mengeluh mual, hingga muntah
sebanyak 4 kali, dan yang dimuntahkan adalah makanan dan cairan. Pasien
merasa nafsu makan berkurang, sering haus, banyak BAK.
2. Objektif :
a. Keadaan umum
Tampak sakit sedang, compos mentis, GCS E4M6V5
b. Vital Sign
− TD : 110/70 mmhg
− Nadi : 70 x/menit
− Nafas : 20 kali/menit
− Suhu : 38.6 derajat celcius
− SpO2 :98%
− Berat Badan : 54 kg
− Tinggi Badan : 161 cm

− BMI : 20.8 kg/m2 (normal)

c. Pemeriksaan Fisik
Pada Pemeriksaan fisik didapatkan suhu 38,6oC.
d. Pemeriksaan Laboratorium
Dari hasil laboratorium didapatkan kesan trombositopenia.
3. Assesment :
• Dari anamnesis, pemeriksaan fisik pasien didiagnosis dengan Demam
Berdarah Dengue grade II hari ke-2.
4. Plan
a. Diagnosis
Demam Berdarah Dengue grade II hari ke-2
b. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa:

IVFD RL 30 TPM

Inj. Omeprazole 1 x 40 mg

Inj. Ondansentron 3 x 4 mg

Inj. Paracetamol 3 x 500 mg

Sucralfat syr 3 x 1 CI
2. Non-Medikamentosa

Tirah baring

Observasi tanda tanda perdarahan

Konsul ke spesialis penyakit dalam
c. Observasi
Pemeriksaan KU, tanda-tanda vital, klinis pasien.
d. Edukasi
Untuk mengenal perjalanan penyakit dan pengobatan, melaksanakan
pengobatan yang maksimal, mencapai aktivitas optimal, dan
meningkatkan kualitas hidup.
e. Konsultasi
Dijelaskan secara rasional perlunya konsultasi dengan dokter spesialis
penyakit dalam untuk penanganan utama.
PENDAHULUAN

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit demam akut yang


disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypty dan Aedes albopictus serta memenuhi kriteria WHO. Virus dengue tidak
menular dari orang ke orang secara langsung.1
Kasus demam berdarah dengue menjadi masalah kesehatan utama yang
ditemukan di Pasifik Selatan, Asia, Amerika, dan Afrika. Indonesia merupakan
negara beriklim tropis dengan resiko tinggi terjadinya DBD. Berdasarkan data
WHO diperkirakan 500.000 kasus DBD rawat inap ditemukan setiap tahunnya.2
Gejala yang paling umum adalah demam tinggi selama 2-7 hari, sakit kepala
yang berat, nyeri sendi, mual, muntah, nyeri retro-orbital, manifestasi perdarahan,
dan kemerahan di wajah. Namun banyak pasien yang terinfeksi virus dengue tidak
menunjukkan gejala atau bersifat asimptomatik. Gejala virus dengue dapat terjadi
selama 3-14 hari. Umumnya 4-7 hari setelah gigitan nyamuk yang terinfeksi.2,3
Tidak ada terapi spesifik untuk DBD, prinsip utamanya adalah terapi suportif.
Tatalaksana biasanya berupa terapi cairan, dan pengobatan gejala seperti demam,
dan nyeri. Pentingnya mengenali, dan menangani secara adekuat kasus DBD ini.
Karena tanpa tatalaksana yang tepat tingkat kematian DBD dapat mencapai 20%
namun dengan terapi suportif yang intensif angka kematian kurang dari 1%.4
Penyebab meningkatnya kematian pasien DBD di rumah sakit karena
pemeriksaan penyaring yang kurang ketat terhadap pasien yang datang ke pusat
pelayanan kesehatan, keterlambatan pasien datang ke pusat pelayanan kesehatan,
dan kurangnya informasi tentang DBD dari petugas kesehatan kepada pasien, dan
keluarganya. Penanganan yang tepat dapat menyelamatkan pasien.4
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Definisi Demam Berdarah Dengue


Demam berdarah dengue (DBD) atau dengue haemorrhagic fever/DHF
merupakan penyakit infeksi yang disebabkan virus dengue dengan manifestasi
klinis berupa demam, nyeri otot atau nyeri sendi, disertai leukopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia dan diatesis hemoragik. Pada kasus DBD, terjadi
kebocoran plasma sehingga menyebabkan hemokonsentrasi atau penumpukan
cairan di rongga tubuh. Demam berdarah dengue yang disertai renjatan/syok
disebut dengan sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome).3
2.2. Epidemiologi Demam Berdarah Dengue
Kejadian pertama demam berdarah dengue diketahui pada tahun 1950-an
ketika terjadi epidemik di Filipina dan Thailand. Saat ini, DBD paling banyak
menyerang negara-negara Asia dan Amerika Latin. DBD menjadi penyebab
utama kasus rawat inap dan kematian anak di negara-negara ini. Penyakit ini
sekarang endemik pada lebih dari 100 negara di Afrika, Amerika, Mediterania
Timur, Asia Tenggara, dan Pasifik Barat.2
Di dunia, insiden infeksi virus dengue meningkat secara drastis dalam
beberapa dekade terakhir. Lebih dari 2,5 miliar orang – lebih dari 40% populasi di
dunia yang sekarang beresiko terinfeksi virus dengue. WHO memperkirakan ada
50-100 juta orang yang terinfeksi virus dengue di dunia setiap tahunnya.2
Pada tahun 2008 terdapat 1,2 juta kasus yang ditemui di Amerika, Asia
Tenggara dan Pasifik Barat dan 2,3 juta kasus pada tahun 2010. Jumlah terbaru
dilaporkan terjadi peningkatan di Amerika sebesar 1,6 juta kasus dengan 49.000
kasus infeksi virus dengue yang berat.5
Di tahun 2003, delapan negara Asia Tenggara termasuk Indonesia dilaporkan
epidemik kasus dengue. Insiden DBD di Indonesia yaitu sekitar 6-15 per 100.000
penduduk pada tahun 1989 hingga 1995. Jumlah kasus DBD di Indonesia sejak
Januari sampai Mei 2004 mencapai 64.000 kasus dengan kematian sebanyak 724
orang. Berdasarkan data WHO, di Indonesia terdapat 150.000 kasus pada tahun
2007 dengan lebih dari 25.000 kasus dilaporkan di Jakarta dan Jawa Barat.3
Jumlah kematian yang dilaporkan sebesar 1% namun di negara India,
Indonesia, dan Myanmar ditemukan tingkat kematian sebesar 3-5%. Berdasarkan
data Balitbangkes Depkes terhadap 65 sampel di 10 rumah sakit di Jakarta
menggunakan pemeriksaan RT-PCR (%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
DEN-3 ditemukan sebanyak 37% dan dari 3 kasus kematian penyebab 2
diantaranya adalah DEN-4.4

2.3. Etiologi dan Faktor Resiko Demam Berdarah Dengue


Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue.
Virus dengue termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Virus ini
berdiameter 30-50 nm, terdiri atas asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat
molekul 4x106. Virus dengue ditularkan melalui nyamuk yang ditemukan di
daerah tropis dan subtropis. Dalam beberapa tahun terakhir, transmisi meningkat
di daerah urban dan semi-urban.3,6
Vektor utama virus dengue yaitu nyamuk Aedes terutama Ae. aegypti. Virus
ini ditransmisikan ke manusia melalui gigitan nyamuk betina yang terinfeksi.
Masa inkubasi virus ini selama 4-10 hari. Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1,
DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Semua serotipe ini ditemukan di Indonesia dan
DEN-3 merupakan serotipe terbanyak.3,5
Faktor resiko individu yang memperberat penyakit yaitu termasuk infeksi
sekunder, umur, suku, dan penyakit kronik (asma, anemia sickle cell, dan diabetes
melitus). Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam peningkatan transmisi virus
dengue yaitu3,4 :
1. Vektor
Perkembangbiakan vektor, kebiasaan menggigit, kepadatan vektor di
lingkungan, transportasi vektor dari satu tempat ke tempat lain.
2. Pejamu
Terdapat penderita di lingkungan, mobilisasi dan paparan terhadap
nyamuk, usia dan jenis kelamin.
3. Lingkungan
Curah hujan, suhu, sanitasi, dan kepadatan penduduk.
2.4. Patofisiologi Demam Berdarah Dengue
Virus dengue masuk melalui kulit dari gigitan nyamuk. Selama fase akut
penyakit, virus beredar di dalam darah dan memicu respon imun humoral dan
seluler. Proses inflamasi memicu pembentukan antibodi dan aktivasi limfosit T
CD4+ dan CD8+. Di samping itu, sistem imun innate menghambat infeksi
virus.3,5
Respon imun yang berperan dalam patogenesis DBD adalah3 :
1. Respon humoral berupa pembentukan antibodi yang bertugas dalam
proses netralisasi virus, sitolisis yang dimediasi komplemen dan
sitotoksisitas yang dimediasi antibodi. Antibodi terhadap virus dengue
(antibody dependent enhancement) berperan dalam mempercepat replikasi
virus pada monosit dan makrofag.
2. Limfosit T berupa T helper (CD4) dan T sitotoksik (CD8) bertugas dalam
respon imun seluler terhadap virus dengue. Diferensiasi T helper yaitu
TH1 akan memproduksi IFN gamma, IL-2, dan limfokin. Sedangkan TH2
memproduksi IL-4, IL-5, IL-6, dan IL-10.
3. Monosit dan makrofag berperan dalam proses fagositosis virus dengan
opsonisasi antibodi. Hal ini akan mempercepat replikasi virus dan sekresi
sitokin oleh makrofag. Monosit akan mensekresi mediator inflamasi
berupa TNF alfa, IL-1, PAF (platelet activating factor), dan histamin
sehingga terjadi disfungsi endotel dan terjadi kebocoran plasma.
4. Aktivasi komplemen oleh kompleks imun yang menyebabkan
terbentuknya C3a dan C5a.
Aktivasi monosit, sel T, sistem komplemen, dan produksi mediator berupa
monokin dan sitokin menyebabkan disfungsi sel endotel. Hal ini menyebabkan
kebocoran plasma. Infeksi virus dengue juga menyerang sel hematopoietik
manusia dan menyebabkan ketidakseimbangan pertumbuhan sel progenitor
termasuk megakariosit. Hal ini menyebabkan trombositopenia karena disfungsi
platelet, agregasi, meningkatnya destruksi atau meningkatnya konsumsi.
Perdarahan akibat trombositopenia dan disfungsi platelet dapat menyebabkan
disseminated intravascular coagulation (DIC).3,5
Mekanisme terjadinya trombositopenia pada infeksi dengue sebagai berikut3,4 :
1. Supresi sumsum tulang
2. Destruksi dan pemendekan masa hdup trombosit
Pada fase awal infeksi menunjukan keadaan hiposeluler, dan
supresi megakariosit. Karena itu terjadi peningkatan proses hematopoiesis
termasuk megakariopoiesis. Kadar trombopoietin dalam darah meningkat
sebagai usaha kompensasi keadaan trombositopenia. Destruksi trombosit
terjadi karena ada pengikatan fragmen C3g, terdapat antibodi virus
dengue, konsumsi trombosit selama koagulopati dan sekuestrasi di perifer.
Gangguan fungsi trombosit terjadi karena adanya gangguan pelepasan
ADP, kadar b-tromboglobulin meningkat, dan munculnya PF4 sebagai
petanda degranulasi trombosit.2,3,5
Koagulopati terjadi karena adanya difungsi endotel. Aktivasi
koagulasi melalui aktivasi jalur ekstrinsik. Aktivasi faktor XIa
menyebabkan aktivasi jalur intrinsik.3

2.5. Manifestasi klinis Demam Berdarah Dengue


Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimptomatik atau
demam yang tidak jelas, demam dengue, demam berdarah dengue dengan
kebocoran plasma yang mengakibatkan syok atau sindroma syok dengue (SSD).
Setelah masa inkubasi, maka muncul fase penyakit yaitu fase febris, fase kritis,
dan fase penyembuhan.5

Gambar 2.2 Perjalanan Penyakit Infeksi Dengue5


1. Fase febris
Demam akut biasanya 2-7 hari dan sering diikuti dengan kemarahan di
wajah., eritem di kulit, rasa sakit di seluruh tubuh, mialgia, dan sakit
kepala. Beberapa pasien juga mengeluh nyeri tenggorakan dan mata
merah. Biasanya terdapat mual, muntah dan tidak nafsu makan. Uji
torniket positif pada fase ini. Perdarahan ringan seperti petekie dan
perdarahan membrane mukosa (perdarahan gusi atau epistaksis). Jarang
terjadi perdarahan vagina yang masif dan perdarahan gastrointestinal.5
2. Fase kritis
Suhu demam mulai turun yitu 37,5-38oC , biasanya hari ke-3 hingg ke-7.
Permeabilitas kapiler meningkat sehingga hematokrit meningkat dan
diikuti dengan leukopenia progresif. Syok dapat terjadi apabila volume
plasma semakin berkurang akibat kebocoran plasma. Suhu tubuh biasanya
subnormal saat syok.5
3. Fase penyembuhan
Pasien stabil selama 24-48 jam setelah fase kritis. Hematokrit stabil atau
lebih rendah setelah pemberian cairan.5

2.6. Diagnosis Demam Berdarah Dengue


Langkah-langkah diagnosis berdasarkan5 :
1. Anamnesis gejala, riwayat pengobatan, dan riwayat keluarga
2. Pemeriksaan fisik berupa pemeriksaan fisik keseluruhan dan pemeriksaan
status mental
3. Pemeriksaan penunjang berupa laboratorium dan pemeriksaan spesifik
virus dengue
Berdasarkan diagnosis WHO 1997, diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal
memenuhi yaitu3,5 :
1. Demam tinggi dengan mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari,
biasanya bifasik.
2. Demam dengan minimal 2 kriteria berikut:

Nyeri kepala

Nyeri retroorbita

Mialgia

Artralgia/ nyeri tulang, rush
3. Terdapat minimal 1 dari manifestasi perdarahan berikut:

Uji bendung positif

Petekie, purpura, ekimosis

Perdarahan mukosa (paling sering epistaksis atau perdarahan gusi)

Hematemesis dan melena
4. Terdapat minimal satu tanda-tanda kebocoran plasma sebagai berikut:

Hemokonsentrasi (nilai hematokrit lebih 20% dari normal)

Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan,
dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya.

Tanda kebocoran plasma seperti : Efusi pleura, asites,
hipoproteinemia
5. Trombositopenia (<100.000/uL)

Warning sign yaitu berupa nyeri abdomen, muntah persisten, akumulasi cairan,
perdarahan mukosa, letargi, kelelahan, pemebesaran hati > 2 cm.5

2.7. Pemeriksaan Penunjang Demam Berdarah Dengue


Pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis yaitu pemeriksaan
darah rutin. Pemeriksaan darah rutin berupa hemoglobin, kadar hematokrit yang
dapat meningkat ≥ 20% dari hematokrit awal akibat adanya kebocoran plasma,
jumlah leukosit dapat normal atau menurun, jumlah trombosit yang umumnya
terdapat trombositopenia pada hari ke-3-8 akibat depresi sumsum tulang, dan
hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relatif (>45%) di mulai pada
hari ke-3 dan disertai gambaran limfosit plasma biru (LPB) >15% dari jumlah
total leukosit.4
Pemeriksaan hemostasis yang dilakukan berupa pemeriksaan PT, APTT,
Fibrinogen, D-Dimer, atau FDP pada keadaan yang dicurigai perdarahan atau
terganggunya proses pembekuan darah. Pemeriksaan protein/albumin dilakukan
karena dapat terjadi hiponatremia akibat kebocoran plasma. SGOT/SGPT dapat
meningkat. Ureum dan kreatinin dapat meningkat pada keadaan gagal ginjal akut.4
Pemeriksaan gas darah dapat dilakukan untuk melihat adanya gangguan pada
konsentrasi gas darah namun tergantung dengan keadaan pasien. Pemeriksaan
elektrolit dapat dilakukan sebagai parameter pemantauan pemberian cairan.
Pemeriksaan golongan darah dan cross match dilakukan untuk menentukan
golongan darah sebelum tindakan transfusi untuk keamanan pasien.4
Diagnosis pasti yaitu dengan mendapatkan hasil isolasi virus dengue dengan
kultur sel yang dapat ditemukan saat viremia (hari ke 3-5) atau deteksi antigen
virus RNA dengue dengan RT-PCR namun teknik ini lebih sulit. Saat ini tes
serologi IgM atau IgG digunakan untuk mendeteksi adanya antibodi spesifik. IgM
terdeteksi mulai hari ke-3-5 dan meningkat sampai minggu ke-3 kemudian
menghilang setelah 60-90 hari. IgG dideteksi pada hari ke-14 saat infeksi primer
dan hari ke-2 saat infeksi sekunder.4
Pemeriksaan penunjang lain yaitu pemeriksaan radiologis berupa foto dada
didapatkan efusi pleura terutama hemitoraks kanan tetapi apabila terjadi
kebocoran plasma hebat maka dijumpai pada kedua hemitoraks. Pemeriksaan ini
sebaiknya dilakukan dalam posisi lateral dekubitus kanan. Pemeriksaan USG
didapatkan asites dan efusi pleura.4

2.8. Diagnosis Banding Demam Berdarah Dengue


Demam tifoid, Campak, Influenza, Chikungunya , Leptospirosis dan
Malaria.

2.9. Tatalaksana pada Dewasa Demam Berdarah Dengue


Tidak ada terapi yang spesifik untuk demam dengue, prinsip utamanya adalah
terapi suportif. Dengan terapi suportif yang adekuat, angka kematian dapat
diturunkan hingga kurang dari 1%. Tujuan utama pemberian cairan dalam kasus
DBD yaitu memelihara volume cairan sirkulasi. Asupan cairan pasien harus tetap
dijaga terutama cairan oral. Terapi farnakologis berupa terapi simptomatis yaitu
antipiretik parasetamol bila demam. Tatalaksana terinci yaitu protokol tatalaksana
DBD dapat dilihat dibawah ini.1,3,5
Terdapat 5 kategori protokol yaitu3,4 :
Protokol 1. Penanganan tersangka DBD dewasa tanpa syok
Apabila terdapat Hb, Ht, trombosit normal atau diantara 100.000-150.000 dapat
dianjurkan berobat jalan dan dalam 24 jam berikutnya dilakukan pemeriksaan Hb,
Ht, leukosit, dan trombosit. Pasien harus segera kembali ke IGD bila kondisi
memburuk.
Protokol 2. Pemberian cairan pada tersangka DBD dewasa di ruang rawat
Pasien yang tersangka DBD tanpa perdarahan spontan dan masif atau tanpa syok
maka diberikan cairan kristaloid dengan rumus,
sebagai berikut :
Volume cairan kristaloid per hari yang diperlukan : 1500 + (20 x (BB dalam kg -
20))
Setelah diberikan cairan maka dilakukan pemeriksaan Hb, Ht tiap 24 jam :

Bila Hb, Ht meningkat 10-20% dan trombosit < 100.000 jumlah cairan tetap
sama namun pemeriksaan Hb, Ht, trombosit dilakukan tiap 12 jam.
✓ Bila Hb, Ht meningkat > 20% dan trombosit < 100.000 maka berikan cairan
sesuai protokol 3.
Protokol 3. Penatalaksanaan DBD dengan peningkatan Ht>20%
Meningkatnya Ht > 20% menunjukan defisit cairan tubuh sebesar 5%.

Terapi awal adalah pemberian cairan dengan infus cairan kristaloid sebanyak
6-7 ml/kgbb/jam. Kemudian pasien dipantau setelah 3-4 jam pemberian
cairan.

*Bila terjadi perbaikan (Ht turun, frekuensi nadi turun, tekanan darah stabil,
produksi urin meningkat) maka jumlah cairan infus dikurangi menjadi 5
ml/kgbb/jam. Kemudian dilakukan pemantauan kembali setelah 2 jam. Bila
perbaikan maka jumlah cairan infus dikurangi menjadi 3 ml/kgbb/jam. Bila
tetap membaik dalam pemantauan maka pemberian cairan dapat dihentikan
24-48 jam kemudian.

*Bila keadaan tidak membaik yang ditandai dengan hematokrit dan nadi
meningkat, TD turun < 20 mmHg, produksi urin menurun maka kebutuhan
cairan harus dinaikan menjadi 10 ml/kgbb/jam. Bila dalam 2 jam keadaan
menunjukn perbaikan maka jumlah cairan menjadi 5 ml/kgbb/jam tetapi bila
keadaan tidam membaik maka naikkan cairan infus menjadi 15 ml/kgbb/jam.
Bila keadaan semakin memburuk dan didapatkan tanda-tanda syok maka
masuk ke dalam protokol 5.
Protokol 4. Penatalaksanaan perdarahan spontan pada DBD dewasa
Perdarahan spontan pada pasien dewasa adalah epistaksis yang tidak
terkendali walaupun sudah diberikan tampon hidung, hematemesis dan melena
atau hematoskesia, hematuria, perdarahan otak atau perdarahan tersembunyi
sebanyak 4-5 cc/kgbb/jam. Dalam kasus ini pemberian cairan tetap sama seperti
keadaan DBD tanpa syok namun pemeriksaan tanda vital dan jumlah urin
dilakukan sesering mungkin. Pemeriksaan hematologi rutin sebaiknya dilakukan
tiap 4-6 jam.
Pemberian heparin bila secara klinis dan laboratorium menunjukkan tanda-
tanda KID. FFP diberikan bila defisiensi faktor pembekuan (PT dan APTT
memanjang). PRC dapat diberikan bila Hb < 10g%. Transfusi trombosit hanya
diberikan bila jumlah trombosit < 100.000 dengan perdarahan spontan dan masif
disertai atau tanpa KID.
Protokol 5. Tatalaksana sindroma syok dengue pada dewasa
Pasien diberikan oksigen 2-4 liter/menit. Pada fase awal diberikan cairan
kristaloid guyur sebanyak 10-20 ml/kgbb dan evaluasi setelah 15-30 menit. Bila
syok teratasi (TD sistolik > 100 mmHg dan frekuensi nadi kurang dari 100x/menit
dengan volume cukup, akral hangat, kulit tidak pucat, serta diuresis 0,5-1
cc/kgbb/jam) maka jumlah cairan dikurangi menjadi 7 ml/kgbb/jam.
Bila dalam waktu 1-2 jam keadaan tetap stabil maka pemberian cairan
menjadi 5 ml/kgbb/jam. Selanjutnya bila 1-2 jam tetap stabil maka menjadi 3
ml/kgbb/jam. Bila dalam 24-48 jam tetap stabil dan diuresis cukup maka cairan
infus dapat dihentikan.
Pengawasan harus dilakukan kemungkinan syok berulang dalam waktu 48
jam pertama setelah terjadi syok. Diperlukan pemeriksaan tanda vital dan diuresis
diusahakan 2 ml/kgbb/jam. Pemeriksaan hematologi rutin untuk memantau
perjalanan penyakit.
Tatalaksana home care5 :

Bed rest adekuat

Konsumsi cairan yang cukup > 5 gelas ukuran sedang, susu, jus buah,
cairan isotonik, air tajin

Parasetamol (tidak boleh lebih dari 4 gram per hari)

Menggosok tubuh dengan air hangat

Eliminasi nyamuk di sekitar rumah dan lingkungan

Jangan mengkonsumsi NSAID atau aspirin tanpa anjuran dokter

Tidak diperlukan antibiotik

Segera ke rumah sakit bila: perdarahan, sering muntah, nyeri abdomen,
kejang atau perubahan status mental, pucat, akral dingin, sesak nafas.
3.10 Komplikasi Demam Berdarah Dengue
Syok/ renjatan, perdarahan.1
Daftar Pustaka:

1. Rani RA, Soegondo S, Nasir AU, Wijaya IP, Nafrialdi, Mansjoer A. Panduan
pelayanan medik. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia.
Cetakan ketiga. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Interna
Publishing. November ;2009.
2. WHO. Fact sheet dengue and sever dengue. Updated September;2013.
3. Suhendro, Nainggola L, Chen K, Pohan HT. Demam berdarah dengue. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2009. Hal. 1731-35.
4. Rosita R, Suseno U, Lebang Y, Pohan HT, Suhendro, Satari HI et al.
Pedoman tatalaksana klinis infeksi dengue di sarana pelayanan kesehatan.
Depkes RI. Jakarta: Departemen Kesehatan; 2005.
5. WHO. Dengue guidelines for diagnosis, treatment, prevention, and control.
New edition; 2009.
6. Harrison's. Principles Of Internal Medicine. Eighteenth Edition. McGraw-Hill
Companies, Inc. USA.

Anda mungkin juga menyukai