Anda di halaman 1dari 19

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK Makassar, 20 Maret 2019

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BAYI BERAT LAHIR RENDAH

Oleh:

Ayu Mustika

111 2017 2040

Pembimbing Supervisor :
dr. Herry D Nawing, Sp.A (K)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan… ................................................................................................. 1

Daftar Isi .......................................................................................................................... 2

Bab I Pendahuluan .......................................................................................................... 4

Bab II Tinjauan Pustaka .................................................................................................. 5

2.1 Definisi ....................................................................................................... 5

2.2 Etiologi ....................................................................................................... 5

2.3 Epidemiologi .............................................................................................. 6

2.4 Klasifikasi .................................................................................................. 6

2.5 Patogenesis ................................................................................................. 6

2.6 Masalah Kelahiran Bblr ............................................................................. 7

2.7 Diagnosis1 .................................................................................................. 9

2.8 Tatalaksana1,3 ........................................................................................... 10

2.9 Komplikasi ............................................................................................... 16

2.10 Indikasi Untuk Pulang .............................................................................. 16

Bab III Kesimpulan ....................................................................................................... 18

Daftar Pustaka ............................................................................................................... 19


HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa :


Nama : Ayu Mustika
NIM : 111 2018 2040
Universitas : Universitas Muslim Indonesia
Kasus : Bayi Berat Lahir Rendah

Adalah benar telah menyelesaikan tugas kepanitraan klinik berjudul Bayi


Berat Lahir Rendah dan telah disetujui serta telah dibacakan dihadapan
supervisor pembimbing dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu
Kesehatan <M Anak RSI Faisal Fakultas Kedokteran Universitas Muslim
Indonesia.

Makassar, 20 Maret 2019,


Supervisor Pembimbing

dr. Herry D Nawing, Sp.A (K)

3
BAB I

PENDAHULUAN

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang usia gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang
ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan
(37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction/IUGR).
Sampai saat ini BBLR masih merupakan masalah di seluruh dunia, karena
menjadi salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada masa neonatal.
Prevalensi BBLR masih cukup tinggi terutama di negara-negara dengan
sosioekonomi rendah. Secara statistik di seluruh dunia, 15.5 % dari seluruh
kelahiran adalah BBLR, 90 % kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang
dan angka kematiannya 20-35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat
lahir >2500 gram.1
Pada negara berkembang kejadian BBLR diperburuk oleh kekurangan
nutrisi dalam kehamilan yang berdampak pada defisiensi nutrisi mikro seperti
anemia yang dapat berakibat fatal pada ibu hamil dan bayi baru lahir.2 Angka
kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain,
yang berkisar antara 9-30 %.1
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor
ibu adalah umur 20 tahun atau 40 tahun), paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta
seperti penyakit vaskular, kehamilan ganda, dan lain-lain, serta faktor janin juga
merupakan penyebab terjadinya BBLR. 1
Masalah yang sering timbul pada BBLR yaitu masalah pernapasan karena
paru-paru yang belum matur, masalah pada jantung, perdarahan otak, fungsi hati
yang belum sempurna, anemia atau polisitemia, lemak yang sedikit sehingga
kesulitan mepertahankan suhu tubuh normal, masalah pencernaan/toleransi
minum, dan tingginya risiko infeksi.1

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang usia gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang
ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan
(37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction/IUGR).1
Sebagian bayi dengan berat lahir 1750 – 2250 gram mungkin perlu
perawatan ekstra, tetapi dapat secara normal bersama ibunya untuk diberi minum
dan kehangatan, terutama jika kontak kulit-ke-kulit dapat dijaga.3
Berat badan lahir merupakan salah satu indikator dalam tumbuh kembang
anak hingga masa dewasanya dan menggambarkan status gizi yang diperoleh
janin selama dalam kandungan. Pada negara berkembang, berat bayi lahir rendah
(BBLR) masih menjadi salah satu permasalahan defi siensi zat gizi. BBLR ialah
bayi yang dilahirkan dengan berat badan kurang dari 2.500 gram, tanpa
memandang masa gestasi (Kosim, 2012). WHO dan UNICEF (2013) menyatakan
bahwa terjadi peningkatan kejadian BBLR (periode 2009-2013) dari 15,5%
menjadi 16% dan sebesar 95,6% dari jumlah tersebut berada di negara
berkembang.5

2.2 ETIOLOGI
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu
adalah umur (20 tahun atau 40 tahun), paritas, penyakit (anemia, sifilis, infeksi,
dan lain-lain), dan faktor kebiasaan ibu (merokok, minum alkohol dan pengguna
narkotika). Faktor plasenta seperti penyakit vaskular, kehamilan ganda, dan lain-
lain, serta faktor janin (premature, hidramnion, dan kelainan kromosom) juga
merupakan penyebab terjadinya BBLR.1

5
2.3 EPIDEMIOLOGI
Sampai saat ini BBLR masih merupakan masalah di seluruh dunia, karena
menjadi salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada masa
neonatal.Prevalens BBLR masih cukup tinggi terutama di negara-negara dengan
sosio-ekonomi rendah.
Secara statistik di seluruh dunia , 15.5 % dari seluruh kelahiran adalah
BBLR, 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka
kematiannya 20-35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir >2500
gram. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan
daerah lain , yang berkisar antara 9-30%.1
Prevalensi BBLR di Indonesia dari tahun 2007 (11,5%) hingga tahun 2013
(10,2%) terjadi penurunan namun lambat dalam 7 tahun terakhir (Kemenkes RI,
2014). Sementara itu, berdasarkan jumlah kelahiran yang ditimbang persentase
BBLR di Jawa Timur meningkat dari 2,79% pada tahun 2010 menjadi 3,32% pada
tahun 2013. BBLR menjadi penyebab utama kematian neonatal di Jawa Timur
yaitu 38,03% (Dinkes Provinsi Jatim, 2013). Bayi yang lahir dengan berat badan
lahir rendah berisiko tinggi mengalami mortalitas dan morbiditas pada masa
pertumbuhanya (Manuaba,2012).5

2.4 KLASIFIKASI
Menurut berat badannya bayi berat lahir rendah terbagi atas:
− Bayi berat lahir rendah (BBLR): bila berat lahir <2500 gram
− Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR): bila berat lahir <1500 gram
− Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR): bila berat lahir <1000 gram

2.5 PATOGENESIS
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang
belum cukup bulan atau prematur, di samping itu juga disebabkan dismaturitas.
Artinya, bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi BB lahirnya
lebih kecil ketimbang kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2500 gram.

6
Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu
dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan
plasenta, infeksi, hipertensi, dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai
makanan ke bayi jadi berkurang. Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil
agar pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan dan selanjutnya akan
melahirkan bayi dengan berat normal.
Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak
menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa prahamil maupun saat
hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar daripada ibu dengan kondisi
kehamilan yang sebailknya, ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa
hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang
tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada
pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat
mengakibatkan kematian janin di dalam kandungan, abortus, cacat bawaan,
BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini dapat mengakibatkan morbiditas
dan mortilitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu
hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan risiko morbiditas ibu dan
bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar.

2.6 MASALAH KELAHIRAN BBLR


Terdapat beberapa masalah yang sering terjadi pada kelahiran BBLR antara lain :

1. Hipotermia
Salah satu masalah utama BBLR adalah mempunyai suhu yang tidak stabil dan
cenderung hipotermia (suhu <36,5ºC). Suhu yang cenderung hipotermia
disebabkan oleh produksi panas yang kurang dan kehilangan panas dengan cepat.
Produksi panas kurang karena sirkulasi panas tubuh belum sempurna, respirasi
lemah, konsumsi oksigen yang rendah, otot yang belum aktif, serta kurang asupan
makanan. Kehilangan panas terjadi akibat dari permukaan tubuh yang relatif lebih

7
luas dan kurangnya lemak subkutan. Mekanisme kehilangan panas pada bayi
dapat terjadi melalui konduksi, evaporasi, konveksi, dan radiasi.

2. Rentan Terhadap Infeksi


Bayi berat lahir rendah terutama BKB sangat rentan terhadap infeksi terutama
infeksi nosokomial. Hal ini disebabkan oleh kadar imunoglobulin serum yang
rendah, aktivitas bakterisidal neutrofil dan efek sitotoksik limfosit juga masih
rendah. Risiko infeksi nosokomial meningkat apabila beberapa bayi dirawat
bersama dalam satu inkubator, bayi terlalu lama dirawat di rumah sakit, serta rasio
perawat-pasien yang tidak seimbang.

3. Apneu
Terjadi akibat ketidakmatangan paru dan susunan saraf pusat. Apneu didefinisikan
sebagai periode tak bernapas selama lebih dari 20 detik dan disertai bradikardia.
Kelainan ini dapat ditemukan pada pemantauan yang teliti dan terus menerus.
Semua bayi dengan masa kehamilan kurang dari 34 minggu harus secara rutin dan
terus menerus dipantau sampai apneu itu hilang selama satu minggu. Pemberian
teofilin dapat mengurangi kejadian apneu sekitar 60-90 %.

4. Sistem Kardiovaskular
Jantung relatif kecil saat lahir, pada beberapa bayi prematur kerja jantung lambat.
Hal ini merupakan sebab dari timbulnya kecenderungan perdarahan intrakranial,
tekanan darah lebih rendah dari bayi aterm. Tekanan sistolik +45-60 mmHg, nadi
bervariasi antara 100-120 x/menit.

5. Sistem Pembuluh Darah


Lebih dari 50% prematur menderita perdarahan intraventrikuler yang disebabkan
karena bayi prematur sering menderita apnoe, asfiksia berat dan syndrome
gangguan pernafasan. Akibatnya bayi menjadi hipoksia, hipertensi dan hiperapnoe
menyebabkan aliran darah ke otak bertambah yang akan lebih banyak dan tidak
ada otoregulasi serebral pada bayi prematur sehingga mudah terjadi perdarahan

8
pembuluh kapiler yang rapuh dan ischemia di lapisan germinal yang terletak di
dasar ventrikel lateralis antara nukleus kaudatus dan ependin.

2.7 DIAGNOSIS1
Anamnesis
a. Umur ibu
b. Hari pertama haid terakhir
c. Riwayat persalinan sebelumnya
d. Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
e. Kenaikan berat badan selama hamil
f. Aktivitas, penyakit yang diderita, dan obat-obatan yang diminum selama
hamil

Pemeriksaan fisis
a. Berat badan<2500 gram
b. Tanda prematuritas (bila bayi kurang bulan)
c. Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa
kehamilan)

Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan skor Ballard
b. Tes kocok (shake test) dianjurkan untuk bayi kurang bulan
c. Darah rutin, glukosa darah.
d. Bila perlu (tergantung klinis) dan fasilitas tersedia, diperiksa kadar
elektrolit dan analisis gas darah.
e. Foto rontgen dada diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan
kurang bulan dan mengalami sindrom gangguan napas
f. USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan <35 minggu,
dimulai pada umur 3 hari dan dilanjutkan sesuai hasil yang didapat.

9
2.8 TATALAKSANA1,3
Beri oksigen melalui pipa nasal atau nasal prongs jika terdapat salah satu
tanda hipoksemia.
Pemberian vitamin K
- Injeksi I mg IM sekali pemberian; atau
- Per oral 2 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6
minggu).

Mempertahankan suhu tubuh normal


a. Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh
bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas,
inkubator, atau ruangan hangat yang tersedia di fasilitas kesehatan
setempat sesuai petunjuk (Tabel I)
b. Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
c. Ukur suhu tubuh sesuai jadwal pada Tabel 2
d. Pemberian minum
e. ASI merupakan pilihan utama
f. Apabila bayi mendapatASI,pastikan bayi menerima jumlah yang cukup
dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan
bayi menghisap paling kurang sehari sekali
g. Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20
g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.
h. Pemberian minum minimal 8x/hariApabila bayi masih menginginkan
dapat diberikan lagi (ad libitum)
i. Indikasi nutrisi parenteral yaitu status kardiovaskular dan respirasi yang
tidak stabil, fungsi usus belum berfungsi/terdapat anomali mayor saluran
cerna, NEC, UGR berat, dan berat lahir <1000 g.
j. Pada bayi sakit, pemberian minum tidak perlu dengan segera ditingkatkan
selama tidak ditemukan tanda dehidrasi dan kadar natrium serta glukosa
normal.

10
Panduan pemberian minum berdasarkan BB Berat lahir <1000 g
a. Minum melalui pipa lambung
b. Pemberian minum awal <10mL/kg/hari
c. Asi perah/ term formula/half-strength preterm formula
d. Selanjutnya minum ditingkatkan jika memberikan toleransi yang baik:
tambahan 0,5-1 mL, interval 1 jam, setiap >24 jam
e. Setelah 2 minggu:Asi perah + HMF (human milk fortifierfull-strength
preterm formula sampai berat badan mencapai 2000 g

Berat lahir 1000-1500 g


a. Pemberian minum melalui pipa lambung (gavage feeding)
b. Pemberian minum awal <10 mL/kg/hari
c. ASI PERAH/term formula/half-strength preterm formula
d. Selanjutnya minum ditingkatkan jika memberikan toleransi yang baik:
tambahan 1-2 ml, interval 2 jam, setiap >24 jam
e. Setelah 2 minggu:Asi perah + HMF(human milk fortifier)full-strength
preterm formula sampai berat badan mencapai 2000 g

Berat lahir 1500-2000 g


a. Pemberian minum melalui pipa lambung (gavage feeding)
b. Pemberian minum awal <10 ml/kg/hari
c. ASI PERAH/term formula/half-strength preterm formula
d. Selanjutnya minum ditingkatkan jika memberikan toleransi yang baik:
tambahan 2-4 ml, interval 3 jam, setiap >12-24 jam
e. Setelah 2 minggu: ASI PERAH+HMF/full-strength preterm formula
sampai berat badan mencapai 2000 g

Berat lahir 2000-2500 g


a. Apabila mampu sebaiknya diberikan minum per oral
b. ASI PERAH/term formula

11
Bayi sakit:
a. Pemberian minum awal: <10 mL/kg/hari
b. Selanjutnya minum ditingkatkan jika memberikan toleransi yang baik
tambahan 3-5 mL, interval 3 jam, setiap >8jam

Suportif
a. Jaga dan pantau kehangatan
b. Jaga dan pantau patensi jalan napas
c. Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
d. Bila terjadi penyulit segera kelola sesuai dengan penyulit yang timbul
(misalnya hipotermi, kejang, gangguan napas, hiperbilirubinemia, dil)
e. Berikan dukungan emosional kepada ibu dan anggota keluarga lainnya.
f. Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila ini tidak memungkinkan,
biarkan ia berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.
g. ljinkan dan anjurkan kunjungan oleh keluarga atau teman dekat apabila
dimungkinkan.

Rujukan
a. Bila perlu lakukan pemeriksaan USG kepala atau fisioterapi
b. Pada umur 4 minggu atau selambat-lambatnya usia koreksi 34 minggu
konsultasi ke dokter spesialis mata untuk evaluasi kemungkinan
retinopathy of prematurity (ROP)
c. THT:skrining pendengaran dilakukan pada semua BBLR, dimulai usia 3
bulan sehingga apabila terdapat kelainan dapat dikoreksi sebelum usia 6
bulan.
d. Periksa alkaline phosphatase (ALP),P.Ca saat usia kronologis 24 minggu
dan 2 minggu setelah bayi minum secara penuh sebanyak 24 kalori/oz.
Jika ALP> 500 U/L berikan fosfat 2-3 mmol/kg/hari dibagi 3 dosis
e. Imunisasi yang diberikan sama seperti bayi normal kecuali hepatitis B.
f. Bila perlu siapkan transportasi dan atau rujukan.

12
Tata laksana Nutrisi pada Bayi Berat Lahir Rendah
Pemberian nutrisi bayi berat lahir rendah (BBLR) tidak sama dengan
pemberian pada bayi cukup bulan, hal ini karena kematangan fungsi saluran cerna,
enzim serta kemampuan pengosongan lambung yang berbeda dengan bayi cukup
bulan. Kebutuhannutrisi BBLR merupakan kebutuhan yang paling besar
dibandingkan kebutuhan masa manapun dalam kehidupan. Kebutuhan ini mutlak
untuk kelangsungan hidup serta tumbuh kembang yang optimal. Belum ada
standar kebutuhan nutrien yang disusunsecara tepat untuk BBLR sebanding
dengan air susu ibu (ASI). Rekomendasi yang ada bertujuan agar kebutuhan
nutrien dipenuhi mendekati kecepatan tumbuh dan komposisitubuh janin normal
sesuai masa gestasi serta mempertahankan kadar normal nutriendalam darah dan
jaringan tubuh. Pemilihan jenis nutrisi sangat penting dan ASI tetapmerupakan
piihan utama karena berbagai keunggulannya. Formula prematur
terusdisempurnakan agar menyerupai komposisi nutrien ASI dengan menambah
glutamatdan nukleotida. Cara pemberian nutrisi juga dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain keadaan klinis, masa gestasi, juga ketrampilan dan pengalaman
petugas di tempatperawatan bayi.
Masalah nutrisi merupakan salah satu daribeberapa masalah serius pada bayi
beratlahir rendah (BBLR). Hal ini sangat eratberkaitan dengan berbagai kondisi
ataupun komplikasipada berbagai sistem atau organ tubuh seperti salurannafas,
susunan saraf pusat, saluran cerna, hati, ginjal,dan lainnya. Disatu fihak nutrisi
merupakan ke-butuhan mutlak untuk kelangsungan hidup serta tumbuh kembang
yang optimal ataupun pencegahankomplikasi, namun di fihak lain nutrisi
dapatmengakibatkan timbulnya komplikasi.

Energi
Kebutuhan energi yang dihitung berdasarkanekspenditur,
pertumbuhan/sintesis, cadangan danekskresi, diperkirakan sebesar 90-120
kkal/kgbb/hari. Adanya variasi individual, anjuran asupan energi untuk nutrisi
enteral sebesar 105-130 kkal/kgbb/hari agaknya mampu untuk BBLR mencapai
pertumbuhan yang memuaskan.

13
Protein
Masukan protein sebesar 2.25-4.0 g/kgbb/hari dinilaiadekuat dan tidak
toksik. Kebutuhan yang diper-kirakan berdasarkan untuk penambahan berat badan
janin adalah 3.5-4.0 g/kgbb/hari. Pada umumnya bayiyang mendapat formula
predominant whey menunjukkan indeks metabolik dan komposisi asamamino
plasma mendekati bayi yang mendapat ASI.Bayi dengan asupan protein sebesar
2.8-3.1 g/kgbb/hari dengan 110-120 kkal/kgbb/hari menunjukkanpertumbuhan
yang paling menyerupai pertumbuhan janin.

Lemak
Lemak merupakan sumber energi terbesar (40-50%)yang setara dengan
masukan sebesar 5-7 g/kgbb/hari.Lemak ASI lebih mudah diserap karena
komposisiasam lemak serta asam palmitat disamping adanya lipase pada ASI.
Lemak pada formula untuk bayi prematur mengandung campuran lemak rantai
sedang (MCT) medium chain triglyevide dan lemak tumbuhan yang kaya akan
lemak tidak jenuhrantai ganda serta trigliserida rantai panjang.Campuran ini
mengandung cukup asam lemak esensialpaling sedikit 3% dan energi berupa asam
linoleatdengan sedikit tambahan asam
α-linolenat. Terdapatlaporan yang tidak menganjurkan konsentrasi MCTsebesar
40-50% karena hal ini mungkin melebihikapasitas β-oksidasi pada mitokondria.
ASI me-ngandung AA dan DHA merupakan nutrien yang bersifat esensial
kondisional, sehingga kini formula prematur juga disuplernentasi dengan kedua
zat tersebut.

Karbohidrat
Karbohidrat memasok energi sebesar 40-50% dari kebutuhan per hari atau
setara dengan 10-14 g/kgbb/hari. Kemampuan BBLR untuk mencerna Iaktosa
pada beberapa waktu setelah lahir rendah karena rendahnya aktivitas enzim
laktase; sehingga dapat terjadi keadaanintoleransi laktosa, walaupun secara di
klinik jarang menjadi masalah dan ASI umumnya dapat ditoleransidengan baik.

14
Enzim glukosidase untuk glukosa polimersudah aktif pada BBLR sehingga
pemberian glukosa polimer ditoleransi dengan baik. Selain itu glukosa polimer
tidak menyebabkan beban osmotik pada mukosa usus, sehingga memungkinkan
digunakanpada formula bayi dengan osmolalitas kurang dari 300mOsm/kg.air.
Formula prematur umumnya me-ngandung 50% laktosa dan 50% glukosa
polimer, rasioyang tidak menyebabkan gangguan penyerapanmineral di usus.

Perawatan Metode Kanguru (Pmk) Meningkatkan Pemberian Asi


American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan agar setiap
bayi diberikan air susu ibu (ASI), terutama ASI ibunya atau ibu donor, termasuk
bayi prematur dan bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR). Data World Health
Organization (WHO) memperlihatkan sekitar 20 juta bayi berat lahir rendah
(BBLR) lahir setiap tahunnya yang dapat disebabkan oleh kelahiran sebelum
waktunya (prematur) maupun perkembangan janin terhambat saat dalam
kandungan. Bayi dengan berat lahir rendah merupakan penyumbang tertinggi
angka kematian neonatal (AKN). Dari sekitar 4 juta kematian neonatal, prematur
dan BBLR menyumbang lebih dari seperlima kasus, dan Indonesia terdaftar
sebagai negara di urutan ke-8 berdasarkan jumlah kematian neonatal per tahun
menurut data WHO. Prevalensi BBLR di Indonesia berkisar antara 2 hingga
17,2% dan menyumbang 29,2% AKN.
Kangaroo Mother Care (KMC) atau Perawatan Metode Kanguru (PMK)
merupakan perawatan untuk bayi berat lahir rendah atau lahiran prematur dengan
melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu atau skin-to-skin
contact, dimana ibu menggunakan suhu tubuhnya untuk menghangatkan bayi.
Metode perawatan ini juga terbukti mempermudah pemberian ASI sehingga
meningkatkan lama dan pemberian ASI

Perawatan Metode Kanguru dapat dilakukan dengan dua cara:


1. PMK intermiten :
Bayi dengan penyakit atau kondisi yang berat membutuhkan perawatan
intensif dan khusus di ruang rawat neonatologi, bahkan mungkin memerlukan

15
bantuan alat. Bayi dengan kondisi ini, PMK tidak diberikan sepanjang waktu
tetapi hanya dilakukan jika ibu mengunjungi bayinya yang masih berada dalam
perawatan di inkubator. PMK dilakukan dengan durasi minimal satu jam, secara
terus-menerus per hari. Setelah bayi lebih stabil, bayi dengan PMK intermiten
dapat dipindahkan ke ruang rawat untuk menjalani PMK kontinu.
2. PMK kontinu :
Pada PMK kontinu, kondisi bayi harus dalam keadaan stabil, dan bayi
harus dapat bernapas secara alami tanpa bantuan oksigen. Kemampuan untuk
minum (seperti menghisap dan menelan) bukan merupakan persyaratan utama,
karena PMK sudah dapat dimulai meskipun pemberian minumnya dengan
menggunakan pipa lambung. Dengan melakukancPMK, pemberian ASI dapat
lebih mudah prosesnya sehingga meningkatkan asupan ASI.

2.9 KOMPLIKASI
a) Hipotermi
b) Hipoglikemia
c) Hiperbilirubinemia
d) Respiratory distress syndrome (RDS)
e) Intracerebral and intraventricular hemorrhage(IVH)
f) Periventricular leucomalasia (PVL)
g) Infeksi bakteri
h) Kesulitan minum
i) Penyakit paru kronis

2.10 INDIKASI UNTUK PULANG


Konseling pada saat BBLR pulang
Lakukan konseling pada orang tua sebelum bayi pulang mengenai :
a. pemberian ASI eksklusif
b. menjaga bayi tetap hangat
c. tanda bahaya untuk mencari pertolongan

16
d. Timbang berat badan, nilai minum dan kesehatan secara umum setiap minggu
hingga berat badan bayi mencapai 2.5 kg.
BBLR dapat dipulangkan apabila :
1. Tidak terdapat tanda bahaya atau tanda infeksi berat.
2. Berat badan bertambah hanya dengan ASI.
3. Suhu tubuh bertahan pada kisaran normal (36-370C) dengan pakaian terbuka.
4. Ibu yakin dan mampu merawatnya.
5. BBLR harus diberi semua vaksin yang dijadwalkan pada saat lahir dan jika
ada dosis kedua pada saat akan dipulangkan.

17
BAB III

KESIMPULAN

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) didefinisikan sebagai bayi yang


memiliki berat badan kurang dari 2.500 gram pada saat lahir tanpa memandang
usia gestasi. Bayi dengan berat lahir yang rendah (BBLR) dapat terjadi akibat bayi
tersebut lahir sebelum waktunya (prematur) atau akibat pertumbuhan janin yang
tidak optimal (Intra Uterine Growth Retardation/IUGR) sehingga berat janin
berada di bawah batas normal untuk umur kehamilannya (SGA = small for
gestational age) atau bahkan bisa jadi akibat keduanya
Menurut berat badannya bayi berat lahir rendah terbagi atas: (1) Bayi berat
lahir rendah (BBLR): bila berat lahir <2500 gram, (2) Bayi berat lahir sangat
rendah (BBLSR): bila berat lahir <1500 gram, (3) Bayi berat lahir amat sangat
rendah (BBLASR): bila berat lahir <1000 gram. Biasanya hal ini terjadi karena
adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan
oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi, dan
keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Pada tatalaksana nutrisi BBLR banyak faktor yang mempengaruhinya,
sehingga tidak dapat disamaratakan,tetapi harus dilakukan secara individual,
kasus per kasus terlebih pada BBLR dengan masalah medis. Tujuan utama tata
laksana nutrisi adalah tercapainya tumbuh kembang.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Pudjadi, Antonius. Ikatan Dokter Indonesia A. Pedoman Pelayanan Medis. 2011.


2. Pramono MS. Determinan Sosial , Ekonomi Dan Demografi Di Indonesia.
3. World Health Organization. Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit.2009
4. Naufal P. Low Birth Weight. :6-19.
5. Sholiha, Hidayatush. Analisis Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) pada
Primigravida.Departemen Gizi kesehatan, Universitas airlangga. 2015
6. Sari Pediatri, Tata laksana Nutrisi pada Bayi Berat Lahir Tata laksana Nutrisi pada
Bayi Vol. 5, No. 4, Maret 2004
7. Wirth FH Jr. Numerof B, Pleban P. Neylan MJ. Effectof lactose on mineral
absorption in preterm infants. J.Pediatr. 1990; 117:283-7
8. Uzal Kadim, Rosalina D. Roeslani, Lies D. NurmaliaAsuhan Nutrisi pada Bayi
Prematur Penyunting: UKK Neonatologi dan UKK Nutrisi dan Penyakit
Metabolik, Ikatan Dokter Anak Indonesia 2016
9. Endyarni, Bernie. Perawatan Metode Kanguru. Ikatan Dokter Anak
Indonesia.2013
10. Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak. Jakarta:EGC. 2013
11. marcdante, Karen. Nelson Ilmu Kesehatan anak Esensial. Ed. 6.

19

Anda mungkin juga menyukai