Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kualitas air suatu perairan sangat penting diketahui khususnya dalam

kaitan pemanfaatannya untuk kegiatan budidaya perikanan. Walaupun kualitas air

suatu perairan dapat ditentukan oleh berbagai faktor seperti zat terlarut, zat yang

tersuspensi, dan makhluk hidup yang ada di kawasan perairan. Namun demikian,

indikator biologi yang merupakan komunitas yang perilakunya di alam

berkorelasi dengan kondisi lingkungan dapat digunakan sebagai salah satu

indikator kualitas perairan. Indikator lainnya adalah dengan pengujian secara

kimia kualitas air yang dapat dilakukan dengan menganalisis keadaan BOD

(Biological Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), DO (Disolved

Oxygen),

Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad

hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian

menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen

juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses

aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses

difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis. Kecepatan difusi oksigen dari udara,

tergantung sari beberapa faktor, seperti kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan

massa air dan udara seperti arus, gelombang dan pasang surut. BOD atau

Biochemical Oxygen Demand adalah suatu karakteristik yang menunjukkan

jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme (biasanya bakteri)

untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobik. COD

1
atau Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk

mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam air.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini diantranya:

1. Bagaimana metode penentuan kadar DO BOD COD?

2. Bagaimana pengaruh DO BOD COD pada biota laut

3. Apa saja aplikasi penentuan kadar DO BOD COD?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah:

1. Mengetahui bagaimana metode penentuan kadar DO BOD COD

2. Mengatahui bagaimana pengaruh DO BOD COD pada biota laut

3. Mengetahui apa saja aplikasi penentuan kadar DO BOD COD.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pendahuluan
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad
hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian
menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen
juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses
aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses
difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesisorganisme yang hidup dalam perairan
tersebut. Kandungan oksigen terlarut (DO) minimum adalah 2 ppm dalam
keadaan nornal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun (toksik). Kandungan
oksigen terlarut minimum ini sudah cukup mendukung kehidupan organisme.
Idealnya, kandungan oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 1,7 ppm selama
waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70 %.
BOD atau Biochemical Oxygen Demand adalah suatu karakteristik yang
menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme
(biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam
kondisi aerobik. Bahan organik yang terdekomposisi dalam BOD adalah bahan
organik yang siap terdekomposisi (readily decomposable organik. BOD adalah
suatu ukuran jumlah oksigen yang digunakan oleh populasi mikroba yang
terkandung dalam perairan sebagai respon terhadap masuknya bahan organik yang
dapat diurai. Dari pengertianpengertian ini dapat dikatakan bahwa walaupun nilai
BOD menyatakan jumlah oksigen, tetapi untuk mudahn ya dapat juga diartikan
sebagai gambaran jumlah bahan organik mudah urai (biodegradable organics)
yang ada di perairan.
COD atau Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang
diperlukan untuk mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam air. Hal
ini karena bahan organik yang ada sengaja diurai secara kimia dengan
menggunakan oksidator kuat kalium bikromat pada kondisi asam dan panas
dengan katalisator perak sulfat. sehingga segala macam bahan organik, baik yang
mudah urai maupun yang kompleks dan sulit urai, akan teroksidasi. Dengan
demikian, selisih nilai antara COD dan BOD memberikan gambaran besarnya

3
bahan organik yang sulit urai yang ada di perairan. Bisa saja nilai BOD sama
dengan COD, tetapi BOD tidak bisa lebih besar dari COD. Jadi COD
menggambarkan jumlah total bahan organik yang ada.
Oksigen memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan,
karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik
dan anorganik. Selain itu, oksigen juga menentukan khan biologis yang dilakukan
oleh organisme aerobik atau anaerobik. Dalam kondisi aerobik, peranan oksigen
adalah untuk mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan hasil akhirnya
adalah nutrien yang pada akhirnya dapat memberikan kesuburan perairan. Dalam
kondisi anaerobik, oksigen yang dihasilkan akan mereduksi senyawa-senyawa
kimia menjadi lebih sederhana dalam bentuk nutrien dan gas. Karena proses
oksidasi dan reduksi inilah maka peranan oksigen terlarut sangat penting untuk
membantu mengurangi beban pencemaran pada perairan secara alami.

2.2 Metode Analisis Kadar DO COD dan BOD


2.2.1 Metode Analisis Kadar DO dan BOD
1. Pengambilan dan Penyimpanan Sampel
a. Pengambilan sampel air menggunakan alat khusus (water sampler) yang
terbuat dari oksida atau bahan gelas dengan cara water sampler diturunkan
perlahan-lahan secara vertikal kedalam laut sampai seluruhnya berada
dibaah permukaan air laut.
b. Pemindahan sampel ke botol BOD dari water sampler dengan cara sampel
dialirkan dengan slang palstik atau karet kedalam botol BOD.
c. Pengawetan sampel dilakukan dengan penambahan MnCl2 dan alkali ioda
oksida kemudian botol BOD ditutup dan dikocok dengan cara membolak
balik botol sebanyak 15 kali dan didiamkan hingga semua endapan
terbentuk, setelah Mn(OH)3 terbentuk sampel dimasukkan kedalam satu
ember yang melebihi tinggi botol BOD.
2. Penentuan Kadar Posfat
a. Sampel air yang telah di ambil ditambahkan H2SO4 dan dikocok hingga
semua endapan larut

4
b. Titrasi dilakukan dengan penambahan Na tiosulfat hingga larutan berarna
kuning pucat. Kamudian ditambahkan larutan kanji dan titrasi dilanjutkan
hingga larutan berwarna biru.
2.2.2 Metode Analisis Kadar COD
1. Pengambilan dan Penyimpanan Sampel
a. Pengambilan sampel air menggunakan alat khusus (water sampler) yang
terbuat dari logam atau bahan gelas dengan cara water sampler diturunkan
perlahan-lahan secara vertikal kedalam laut sampai seluruhnya berada
dibaah permukaan air laut.
b. Pemindahan sampel ke botol berbahan gelas atau logam yang berarna
gelap dari water sampler dengan cara sampel dialirkan dengan slang
palstik atau karet kedalam tempat sampel.
c. Pengawetan sampel dilakukan dengan penambahan H2SO4 dan
didinginkan pada suhu 4oC.
3. Penentuan Kadar Posfat
a. Pembuatan blanko dilakukan dari air laut buatan
b. Refluks dilakukan dengan menambahkan HgSO4 dalam jumlah yang
banyak.

2.3 Aplikasi Penentuan Kadar DO COD dan BOD

5
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan, maka diperoleh beberapa kesimpulan:

DAFTAR PUSTAKA

Bintoro, A., dan Abidin M., 2015, Pengukuran Kadar Total Fosfat di Estuari
Banyuasin dengan Metode Vanadat Molibdat,BLT,13(2): 73-76.

Jonca, J., Fernándezc, V,L., Thourona, D., Paulmiera, A., Gracoc, M., dan
Garcona V., 2011, Phosphate Determination In Seawater: Toward An
Autonomous Electrochemical Method, Talanta, 87:161– 167.

6
Kusumaningtyas, D.I., dan Purnama P., 2017, Analisa Kadar Fosfat (P-PO4) Di
Perairan Sungai Citarum Dan Anak Sungainya Dengan Metode Asam
Askorbat, Jurnal Buletin Teknik Litkayasa, 15(1):23-29.

Stasiek, K., Podwojewska, E., Dembska, G., Pazikowska-Sapota, G., dan Galer-
Tatarowicz, K., 2015, Validation of phosphorus compounds in seawater,
Bulletin of the Maritime Institute in Gdańsk, 30(1): 126-130.

Rumhayati, B., 2010, Studi Senyawa Fosfat dalam Sedimen dan Air
menggunakan Teknik Diffusive Gradient in Thin Films (DGT), Jurnal
ILMU DASAR, 11(2): 160-166.

Anda mungkin juga menyukai