Anda di halaman 1dari 21

NAMA : TAUFIQ HIDAYAH

STAMBUK : A 351 15 048

STRATIGRAFI

Stratigrafi berasal dari kata strata yang berarti lapisan dan grafi yang berarti gambaran atau
pemerian. Sehingga stratigrafi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang pemerian
lapisan batuan dalam kulit bumi.Secara luas dapat diartikan sebagai salah satu cabang ilmu
geologi yang mempelajari tentang urutan-urutan, hubungan dan kejadianbatuan di alam dalm
konsep ruang dan waktu geologi. Secara umum stratigrafi diartikan sebagai suatu kesatuan ciri
batuan yang berbeda dengan di atas dan di bawahnya. Stratum dibatasi dari stratum lainnya oleh
bidang perlapisan atau ciri-ciri lain yang membedakannya dari yang berbatasan. Di permukaan
bumi, yang paling banyak dijumpai adalah batuan endapan. Batuan endapan terbentuk dari
batuan lain yang telah ada, mengalami pelapukan dan ditransport ketempat lain yangtelah ada,
mengalami pelapukan dan ditrasport ketempat lain yang lebih rendah lalu diendapkan, lama-
kelamaan akan mengeras (proses pemadatan). Sehingga dapat dikata-kan bahwa batuan endapan
yang terletak dibawah mempunyai umur lebih tua dari pada batuan endapan yang diatasnya
(hukum superposisi). Persoalannya, berapakah umur batuan tersebut, atau kapan terbentuknya?
Dalam hubungan ini stratigrafi mempunyai beberapa aspek tujuan yaitu :

1. Stratigrafi fisik, yaitu dalam arti sifat-sifat fisiknya. Bagaimana besaran-besaran dari
satuan stratigrafi, bagaimana proses terjadinya satuan, kemudian analisa serta
interpretasinya.
2. Stratigrafi biologis, Membahas aspek biologis dalam aspek kulit bumi dalam arti
bagaimana kandungan fosil perkembangannya, pengelompokannya dalam satu stratigrafi.

Didalam membahas ilmu stratigrafi kita mempunyai titik tolak yang berhubungan dengan
konsep-konsep dasar dari stratigrafi yaitu :

Hukum yang dikemukakan oleh STENO 1669, terdiri dari :

 Prinsip superposisi (superposition of strata). Dalam keadaan normal (belum mengalami


gangguan), dalam suatu urutan batuan yang diendapkan maka lapisan yang berada paling
bawah umurnya paling tua.
 Prinsip kesinambungan lateral (lateral contiunity). Lapisan yang diendapkan oleh air
terbentuk terus-menerus secara lateral dan hanya membaji pada tepian cekungan
pengendapan, pada masa cekungan itu terbentuk.
 Prinsip akumulasi vertikal (original horizontality), Lapisan sedimen pada mulanya
diendapkan dalam keadaan mendatar (horizontal) sedangkan akumulasi pengendapannya
terjadi secara vertikal (principle of vertical accumulation).

Hukum yang dikemukakan oleh JAMES HUTTON (1785)


Lebih dikenal azasnya yaitu uniformitarisme, yaitu proses-proses yang terjadi masa lampau akan
mengikuti hukum yang berlaku pada proses yang terjadi sekarang atau dengan kata lain “masa
kini merupakan kunci masa lampau” (the present in the key ot the past). Maksudnya proses
geologi alam yang nampak sekarang ini dipergunakan sebagai dasar pembahasan proses geologi
masa lampau.
Hukum Instrusi / Penerobosan (Cross Cutting Relationship)
Suatu instruksi (batuan yang menerobos) adalah lebih muda umurnya jika dibandingkan dengan
batuan yang diterobos.
Kriteria kontak intrusi :

1. Zona pendinginan pada batuan beku


2. Zona pembakaran pada batuan yang diintrusi (backing efect)
3. Zona metamorfosa kontak pada batuan yang diintrusi.

Tubuh intrusi dapat berbentuk :

1. Konkordan, Yaitu bentuk tubuh sejajar dengan lapisan batuan yang diintrusinya
contohnya adalah sill, lacolith, lopolith.
2. Diskordan, Yaitu bentuk tubuh intrusi yang memotong perlapisan batuan yang
diintrusinya contohnya adalah dike, stokc.

Hukum dari DE SOULOVIE (1777)


Hukum ini lebih dikenal dengan hukum pergantian / urutan fauna (law of fauna succestion).
Dalam urut-urutan batuan sedimen, sekelompok lapisan diatas ataupun dibawahnya.

Prinsip WILLIAM SMITH (1816)


Urutan lapisan sedimen dapat dilacak (secara lateral) dengan mengenali kumpulan fosilnya yang
didiagnostik jika kriteria litologinya tidak menentu (strata identified by fossils). Ini dapat
diartikan bahwa suatu lapisan yang sama (meski litolognya berbeda) akan dapat dikenali dari
kandungan fosilnya yang sama.

Prinsip GEORGE CUVIER (1769-1832)


Prinsip-prinsip kepunahan organik (principles of organic extinction). Prinsip kepunahan organik
dibuktikan oleh sekumpulan fosil yang berlainan dalam urutan stratigrafinya, dimana endapan
yang lebih muda mengandung makhluk-makhluk yang sekarang daripada yang dikandung oleh
endapan yang lebih tua. Pengkaitan dari prinsip-prinsip tersebut diatas maka akan dapat
diturunkan prinsip untuk menentukan umur geologi relatif. Di dalam pembentukan kulit bumi
kita melihat beberapa proses pembentukannya, yaitu :
a).Pembentukan batuan beku karena proses magmatik
b).Pembentukan batuan sedimen, terjadi proses sedimentasi, Proses-proses ini mempunyai
pengaruh di dalam pembentukan kulit bumi.

Satuan stratigrafi dalam sandi stratigrafi Indonesia 1973 :

a) Litostratigrafi
Berhubungan dengan litologi atau ciri fisik dari suatu lapisan dan hubungan satuan-satuan
stratigrafinya berdasarkan karakteristik litologi.
b) Kronostratigrafi
Berhubungan dengan umur lapisan batuan dan hubungan waktunya.
c) Biostratigrafi
Merupakan studi tentang batuan berdasarkan kandungan fosilnya.

Bidang perlapisan adalah bidang yang merupakan perlapisan dan dapat diwujudkan berupa
amparan dari suatu mineral tertentu/besar butir, atau bidang sentuh (batas) yang tajam antara dua
jenis litologi yang berbeda)

Perlapisan

Satuan litostratigrafi yang paling mendasar antara lain :

a) Formasi, merupakan satuan stratigrafi yang secara litologi dapat dibedakan dengan jelas dan
dengan skala yang cukup luas cakupannya untuk dipetakan di permukaan atau ditelusuri dibawah
permukaan. Formasi dapat terdiri dari satu litologi atau beberapa litologi yang berbeda.

b) Anggota, merupakan bagian dari formasi (formasi dapat terbagi menjadi beberapa satuan
stratigrafi yang lebih kecil yang disebut anggota).

c) Perlapisan, merupakan bagian dari anggota (anggota dapat terbagi menjadi beberapa satuan
stratigrafi yang lebih kecil yang disebut perlapisan).

d) Kelompok/Grup, kombinasi dari beberapa formasi.

e) Supergrup, kombinasi dari beberapa kelompok.

Kontak Selaras

Kontak antara lapisan yang selaras dapat berupa :

a) Kontak Tegas, merupakan hasil dari perubahan yang jelas dan tiba-tiba dari litologi yang
berbeda.
b) Kontak Gradasional, disebut kontak gradasional jika perubahan dari satu litologi ke yang
lain memiliki tanda yang kurang jelas dibanding kontak tegas.

Kontak Tidak Selaras


Terdapat empat tipe dari kontak tidak selaras yang dapat dikenali, antara lain :

a) Angular Unconformity

b) Disconformity

c) Paraconformity

d) Nonconformity

Unconformity (Ketidakselarasan)

a) Angular Unconformity
Merupakan suatu tipe ketidakselarasan dimana sedimen yang lebih muda terendapkan
diatas permukaan erosi dari batuan yang lebih tua dimana sebelumnya batuan tersebut
mengalami pengangkatan atau perlipatan, maka, batuan yang lebih tua tersebut memiliki dip
yang berbeda, umumnya lebih curam, membentuk sudut dengan batuan yang lebih muda.

b) Disconformity
Kenampakannya berupa suatu permukaan ketidakselarasan atas dan bawah dari bidang
perlapisan yang secara umum pararel dan kontak antara lapisan yang lebih tua dan mudanya
ditandai oleh permukaan erosional yang jelas, ireguler, atau tidak lazim.

c) Paraconformity
Merupakan ketidakselarasan yang tidak tampak dengan jelas, karena dicirikan oleh
lapisan atas dan bawah bidang ketidakselarasan yang pararel dan tidak terdapat permukaan
erosional atau bukti fisik lainnya dari suatu ketidakselarasan yang jelas.

d) Nonconformity
Nonconformity terbentuk antara batuan sedimen dan batuan beku yang berumur lebih tua
atau batuan metamorf yang masif, yang telah terekspos, tererosi, sampai akhirnya tertimbun oleh
sedimen.

Skala waktu geologi


STRATIGRAFI REGIONAL PULAU BUTON

Memecahkan permasalahan stratigrafi daerah Buton bisa dikatakan cukup sulit, terutama
karena singkapan yang terbatas, reworkking yang ekstensif dan aktifitas tektonik strike slip pada
Pleistosen sampai Resen serta tektonik dip slip pada Miosen Awal sampai Miosen Tengah.
Urutan stratigrafi batuannya dimulai pada Permian sampai Resen yang terutama didominasi oleh
endapan karbonat pada lingkungan neritik luar sampai bathial atas.

Batuan tertua berumur Permian(?) merupakan sedimen yang telah mengalami


metamorfisme pada Formasi Doole / Lakansai yang juga merupakan basement Cekungan Buton.
Lalu secara tidak selaras(?) diendapkan Formasi Winto berumur Trias yang terdiri atas
interbedded mudstones, bituminous shale, micritic limestone, batupasir, dan konglomerat. Secara
selaras di atas Formasi Winto diendapkan Formasi Ogena yang terdiri atas shale, batugamping,
dan marls pada awal Jura (?). Lalu secara tidak selaras diendapkan Formasi Rumu yang terdiri
atas fossiliferous, calcilutes, dan calcareous Mudstones yang berumur Jura atas sampai Kapur
bawah. Sedimentasi pada laut dalam berlanjut mulai Kapur sampai Paleosen lalu diendapkan
Formasi Tobelo yang kaya akan fosil foraminifera dan radiolaria. Sedimentasi kalstik terjadi
pada awal Miosen sampai awal Pliosen. Forrmasi Tondo terdiri atas batugamping dan sedimen-
sedimen klastika kasar sampai halus. Kontak Formasi Tondo dengan Formasi Sampolakosa
selaras. Formasi Sampolakosa terdiri atas batugamping skeletal wackstone dan packstone
dijumpai di selatan Buton, sedangkan packstone, siltstone, dan claystone dijumpai di tengah dan
utara Buton. Formasi Wapulaka berumur kuarter yang terdiri atas batuagamping koral yang
secara tidak selaras diendapkan di atas Formasi Sampolakosa.

Selanjutnya, unit stratigrafi yang utama dijelaskan sebagai berikut. Stratigrafi Buton
dapat dikelompokan ke dalam empat even tektonik dan sedimentologi, yaitu :

1. ”Pre - Rift”, Sedimentation


2. ”Rift - Drift” Sedimentation
3. ”Syn dan Post Orogenic” Sedimentation, dan
4. ”Recent Orogenic” Sedimentation
”Pre - Rift”, Sedimentation

Sedimen-sedimen ”Pre - Rift” meliputi batuan metamorf Formasi Doole / Lakansai yang
berumur Trias awal, Formasi Winto yang berumur Trias Tengah, dan Formasi Ogena yang
berumur Jura bawah (?). Pengendapan terjadi pada paparan benua Australia-New Guinea yang
relatif stabil di lingkungan upper slope dampai neritik luar. Reduksi terjadi pada material detritus
seiring dengan waktu dan proses subsidence.

Doole/Lakansai Metamorphic Rock

Batuan metamorf Formasi Doole/Lakansai terdiri atas micaceous sandstone, siltstone,


dan phyllitic slate. Semua batuan tergerus dan termetamorfkan menjadi facies sekis hijau.
Ketebalan stratigrafi minimumnya diestimasikan sekitar 500 meter.
Berdasarkan posisi stratigrafinya, batuan Formasi Doole/Lakansai merupakan basement
yang diyakini berumur Permian sampai awal Trias. Analisis petrografi mengindikasikan batuan
ini ditransport dari hasil erosi batuan granit dan metamorf dan diendapkan pada lingkungan
lower shelf sampai upper slope.

Sekuen Doole/Lakansai dapat dikorelasikan atau disebandingkan dengan basement


berumur pre-Trias pada Sula platform (Smith, 1983), batuan metamorf Mesozoik pada bagian
tenggara Sulawesi (Bothe, 1972), dan Formasi Winto di Pulau Buton (Hetzel, 1936).

Formasi Winto

Formasi ini merupakan produk tektonik ekstrim yang batuannya terdiri atas mudstones,
bituminous shales, lithic sandstones, konglomerat, dan finely crystalline micritic limestones.
Ketebalannya diestimasikan lebih dari 200 meter. Ketebalan sesungguhnya sulit diperkirakan
karena Formasi ini diinterpretasikan adalah bidang permukaan Miosen thrust, pengukuran
penampang tektonik dari selatan Buton mengindikasikan ketebalan struktural nya lebih dari 1000
meter.

Konglomerat dan lithic sandstones berasal dari batuan granit dan metamorf yang juga
merupakan source sedimen Formasi Doole/Lakansai. Mekanisme pengendapan dengan arus
turbidit yang stabil, pada lingkungan neritik luar sampai open marine.

Sebagian besar batuan Formasi Winto mengandung material organik yang melimpah.
Seperti pada fasies karbonat yang mengandung inertinite. Unit argillaceous terdiri atas kerogen
yang menghasilkan minyak pada singkapan yang ditemukan.

Stratigrafi Formasi Winto bervariasi secara regional dari selatan ke utara. Pada selatan
Buton, formasi ini kira-kira 80 % nya adalah klastik dan 20 % micrtic berbutir halus. Pada
bagian utara Buton (Gambar 7) terjadi perubahan fasies secara regional. Data biostratigrafi,
pemetaan regional, dan geokimia mengindikasikan keberadaan minyak dan aspal di daerah
Buton yang terkait dengan perubahan fasies tadi.

Semua analisis mengindikasikan sedimen-sedimen Formasi Winto berumur Trias tengah


sampai akhir (Hetzel, 1963 ; Smith, 1983 ; dan De Smet, 1991). Saai ini, Formasi ini belum
sepenuhnya dapat dikorelasikan secara pasti ke daerah lain di Indonesia. Kesamaan litologi dan
geokimia dapat dijadikan pertimbangan kemungkinan kesebandingan antara Formasi Winto dan
Formasi Kakineh dan anggota batugamping Saman-Saman Formasi Manusela di Pulau Seram,
dan Formasi Aitutu di Timor.

Formasi Ogena

Formasi Ogena dibedakan dengan Formasi Winto oleh kelimpahan rekristalisasi kalsit
dan tidak adanya penyebaran kandungan material organik. Formasi ini secara selaras diendapkan
di atas Formasi Winto. Terdiri atas batugamping berlapis, argillaceous limestones, dan shale
pada bagian bawah, dan calcilutites limestones dengan sedikit interkalasi chert pada bagian atas.
Diendapkan pada lingkungan neritik luar sampai open marine. Struktur sedimen minim, dan
kandungan fosil pada karbonat nya mengindikasikan proses pengendapan suspensi pada
lingkungan laut dengan air yang tenang. Ketebalan minimum formasi ini diestimasikan sekitar
500 meter. Berdasarkan analisis biostratigrafi Formasi ini diperkirakan berumur Jura bawah
(Bothe, 1928 ; Hetzel, 1936; Gulf Oil Company, 1972; dan Nolan et al, 1989).

“Rift - Drift” Sedimentation

Sedimen-sedimen “Rift - Drift” meliputi Formasi Rumu yang berumur Jura akhir, dan
Formasi Tobelo yang berumur Kapur sampai Oligosen, dan batugamping Formasi Tondo.
Karbonat laut dalam mendominasi sekuen. Pengendapan diperkirakan terjadi setelah terpisahnya
mikro plate Buton dari Benua Australia - New Guinea.

Formasi Rumu

Terkait dengan singkapan yang terbatas, tektonisme yang intensif, umur, stratigrafi, dan
lingkungan pengendapan, batas penyebaran Formasi Rumu sulit ditentukan. Bukti di lapangan
mengindikasikan bahwa Formasi Rumu terbatas ke arah selatan Buton dan diendapkan secara
tidak selaras di atas Formasi Ogena. Ketebalan maksimum diperkirakan 400 meter.

Formasi Rumu terdiri atas tiga fasies yang berbeda ; pink calcilutites yang terdiri atas red
cherts, pale gray sampai brick red mangan siliceous mudstones yang terdiri atas belemite, dan
skeletal/pelletal wackstones. Smith (1983) mengemukakan dua alternatif model pengendapan
untuk menjelaskan percampuran antara litologi laut dangkal dan laut dalam. Model pertama
mengasumsikan percampuran tersebut menurutnya lebih dikontrol oleh struktur daripada
stratigrafi. Asumsi kedua sedimen-sedimen yang merupakan bagian allochthonous dan
bercampur karena transportasi dari material sedimen laut dangkal dengan mekanisme debris
flow.

Berdasarkan mikro dan makrofauna dari Formasi Rumu, diperkirakan formasi ini
berumur Jura akhir atau Kimmeridgian (Hetzel, 1936; Smith, 1983, Nolan et al, 1989). Tapi
berdasarkan analisis palinologi dari satu sampel diperkirakan formasi ini berumur Kapur bawah,
Berrissian (Nolan et al, 1989).

Formasi Tobelo

Formasi ini dicirikan oleh chert dalam micrite limestones yang diendapkan pada
lingkungan neritik sampai bathial. Secara keseluruhan ketebalan formasi ini sekitar 1000 meter.
Pada bagian bawah formasi ini dibatasi oleh unconformity.

Dominasi litologi umumnya masif sampai berlapis tipis, warna putih sampai orange,
rekristalisasi mudstones, dan wackstones terdiri atas fosil planktonik bentonik lokal dan
radiolaria. Presentase chert berlapis abu-abu gelap sampai hitam tinggi, rekahan atau fracture,
dan nodul-nodul. Asal dari chert ini terkait dengan dissolusi diatom, radiolaria, dan spikula
sponge.

Batugamping Formasi Tobelo diendapkan pada open marine, lingkungan yang kaya
oksigen, neritik luar sampai bathial atas. Umur formasi ini berkisar antara Kapur awal
(Berriasian) sampai Oligosen. Kandungan mikrofosil nya bervariasi dan digunakan oleh Smith
(1983) untuk membagi formasi ini menjadi lima mikrofasies. Mikrofasies itu antara lain
micropeloid limestones, radiolarian limestones, calcisphere inoceramid prism limestone,
radiolarian planktic foraminifera limestones, dan planktic foraminifera lime mudstones.
Hubungan stratigrafi antara facies-fasies ini sampai sekarang belum dapat dipastikan.

De Smet et al, 1991 membagi Formasi Tobelo menjadi dua anggota, yaitu poorly bedded,
pelagic Cretaceous member, dan well laminated Eosen sampai Oligosen calcilutite member
dengan kelimpahan detritus klastik lokal.

Batuan berumur Kapur pada Formasi Tobelo umumnya masif. Pada batuan berumur
Kapur akhir sampai Oligosen, merupakan slump fold dengan mekanisme transport debris flow
yang dihasilkan oleh sedimen pelagic atau ketidakstabilan tektonik regional yang diasosiasikan
dengan tabrakan awal Buton dan Muna.

Formasi Tondo – Fasies Batugamping

Formasi Tondo dibagi menjadi tiga fasies, yaitu basal limestones facies, corase clastic
facies, dan upper fine grained calstic facies. Basal limestones facies terdiri atas massive micritic
limestones yang diendapkan pada lingkungan neritik luar. Intra formation conglomerates dan
endapan debris flow umum ditemukan tapi terbatas pada sebagian besar bed bagian atas. Formasi
ini diperkirakan berumur Miosen Awal (N3 - N4) sampai Miosen Tengah dari analisis nanofosil
untuk Buton bagian selatan. Sedangkan di bagian utara Buton diperkirakan berumur Miosen
Tengah.

Pemetaan di lapangan mengindikasikan batugamping tidak ditemukan atau sangat


terbatas di sebelah selatan Buton. Ketebalan umumnya berkisar antara 200 meter di bagian
selatan sampai lebih dari 800 meter di bagian utara. Kontak antara fasies batugamping Formasi
Tondo dengan Formasi Tobelo diinterpretasikan tidak selaras sedangkan kontak antara
Batugamping Formasi Tondo dan coarse clastic facies adalah angular unconformity.

“Syn - and Post Orogenic” Sedimentation

Sedimen-sedimen Syn - and Post Orogenic meliputi fasies klastika kasar sampai halus
Formasi Tondo berumur Miosen, dan karbonat Formasi Sampolakosa yang berumur Pliosen awal
sampai akhir. Sedimen klastik Formasi Tondo dihasilkan dari erosi lapisan pre-Miosen yang
terangkat selama Collision Buton dengan Muna pada Miosen awal sampai tengah. Merupakan
kipas turbidit dalam intra thrust, syn-tektonik cekungan laut dalam. Klastika-klastika ini adalah
yang paling tebal, paling heterogen, dan merupakan unit yang tersebar luas pada Pulau Buton.
Basal unit meliputi karbonat detritus. Sedimen klastik bagian tengah sampai atas pada Formasi
Tondo didominasi oleh ofiolit detritus.

Percampuran antara sedimen yang merupakan rombakan sedimen laut dangkal yang kaya
dengan foraminifera bentonik dengan sedimen laut dalam adalah ciri khas Formasi ini.

Marls, calcarenites, dan reefal limestone diendapkan di atas Formasi Sampolakosa terkait
dengan subsiden regional Pulau Buton pada kala Pliosen. Diendapkan pada lingkungan neritik
luar sampai bathial dengan sedikit sampai tanpa endapan terrigeneous. Kontak antara Formasi
Tondo dan Sampolakosa terdapat pada sekuen marls transisi yang sulit dibedakan.

Formasi Tondo (Fasies Klastika Kasar)

Fasies klastika kasar Formasi Tondo diendapkan secara tidak selaras di atas fasies
batulempung terutama terdiri atas konglomerat dan batupasir lithic berbutir kasar sampai
medium. Mudstone juga umum dijumpai tapi keberadaannya tak lebih sekitar 25 % dari formasi
seluiruhnya. Komponen pada konglomeratnya berukuran kerikil sampai bongkah dengan
kebundaran subangular sampai rounded. Sedangkan matriks nya berupa kuarsa berukuran
medium dan atau batupasir karbonatan yang tersementasi oleh kalsit atau dolomit. Struktur
sedimen umumnya berupa fining upward sequence, graded bedding, cross bedding, dan struktur
liquefaksi dengan arah dominan transport sedimen Barat -Timur.

Ketebalan masing-masing bed sangat bervariasi dari beberapa sentimeter sampai lebih
dari beberapa meter. Masing-masing unit memiliki penyebaran lateral yang terbatas.

Fragmen batuannya adalah batupasir dan konglomerat dengan jumlah lebih dari 60 %.
Ophiolitic dan sedimen-sedimen pre-Miosen Tengah mendominasi klastika kasar yang berumur
Miosen tengah sampai akhir.

Penentuan umur dengan paleontologi fasies ini sulit karena foraminifera planktonik dan
bentonik yang telah terombak (reworking). Di Selatan Buton, berkembang sekuen yang berumur
Miosen Awal (N3/4) sampai Miosen Akhir (N15/16). Sedangkan di utara Buton berkembang
sekuen berumur Miosen Tengah (N14) sampai awal Miosen akhir (N15/16). Kumpulan
foraminifera dalam interbedded mudstones mengindikasikan lingkungan pengendapan laut dalam
sampai neritik luar di selatan Buton. Sedimen-sedimen klastik diinterpretasikan sebagai endapan
channel dalam kipas turbidit. Di utara Buton, penelitian lapangan menunjukan lingkungan
pengendapan laut dangkal dengan tingkat energi tinggi.

Formasi Tondo (Fasies Klastika Halus)

Fasies klastika halus diinterpretasikan sebagai distal turbidit yang diendapkan selaras
diatas fasies klastika halus. Litologi yang dominan antara lain mudstones, claystones, siltstones,
dan batupasir. Semua sedimen berlaminasi tipis, friable, dan mengandung laminasi
carbonaceous tipis dan fragmen tanaman. Batupasirnya berbutir halus, dan tersementasi baik
oleh kalsit atau dolomit. Struktur sedimen yang ditemukan antara lain graded bedding, cross
laminasi, flame structure, liquefaction structure, dan slump. Konglomerat juga sedikit ada pada
fasies ini, pada umumnya terbatas pada unit tertentu dan tidak lebih dari 25 % volume total
batuan. Arah transportasi sedimen diperkirakan dari barat ke timur.

Foraminifera planktonik sangat melimpah dan mengindikasikan gradasi kedalam selama


pengendapan dari lingkungan neritik luar untuk strata basal sampai bathial atas untuk sebagian
besar strata bagian atasnya. Umur fasies ini diperkirakan sekitar Miosen Akhir (N16 – N18).

Formasi Sampolakosa

Formasi ini berumur Miosen Akhir sampai Pliosen Akhir (N17/18 – 21), dengan sekuen
yang terdiri atas marls, calcarenites, dan pinacle reef. Kontak dengan Formasi Tondo
diachronous dan merupakan perubahan dari transisi sampai angular unconformity. Semua batuan
nya kaya akan foraminifera, dan pada secara lokal juga ditemukan moluska dan fragmen koral.
Ketebalan total formasi ini bervariasi mulai dari 300 meter sampai lebih dari 1000 meter.

Kedalaman air saat pengendapan Formasi ini juga bervariasi. Basal pinnacle reef ditutupi
oleh marls yang mengandung foraminifera bentonik laut dalam yang selanjutnya ditutup oleh
calcarenites yang mengandung spesies paparan laut dangkal.

”Recent Orogenic” Sedimentation

Formasi Wapulaka

Formasi Wapulaka secara tidak selaras diendapkan di atas Formasi Sampolakosa dan
terdiri atas batugamping bioklastik berumur Pliosen Akhir sampai Pleistosen (N21 – 22/23),
poorly cemented dan intensively karstified. Mikrofauna nya mengindikasikan lingkungan laut
dangkal, neritik dalam, dan lingkungan pengendapan reef. Lingkungan pengendapan nya juga
merupakan platform karbonat pada blok patahan, yang terbentuk selama tabrakan antara Buton
dengan Tukang Besi. Blok naiknya menghasilkan morfologi terrace yang sekarang tersingkap di
permukaan di selatan Buton. Total ketebalan formasi bergantung pada tingkatan blok yang
terangkat umumnya berkisar mulai dari 20 meter di utara Buton sampai ketebalan maksimum
700 meter di selatan Buton.
Batuan Beku

Ofiolit Kapantoreh

Ofiolit ditemukan di sebelah barat laut Buton sebagai discreet fault-bounded blocks.
Singkapan terbaik ditemukan di selatan Buton disepanjang sayap barat Pegunungan Kapantoreh.
Ketebalan stratigrafi maksimum sekitar beberapa ratus meter.

Hanya komplek ofiolit tipe basal yang ditemukan di Buton. Singkapan, seperti komponen
pada Formasi Tondo porsinya sangat terbatas sampai tinggi untuk serpentinized peridotite,
gabbro, dan sedikit diorit. Milson (1991) menyimpulkan bahwa ofiolit Buton merupakan
allochthonous detached klippen, yang tertransportasi jauh dari root zone oleh thrusting.

Penentuan umur dengan metode radiometri dari rangkaian ofiolit di Sulawesi Timur
berkisar antara 32.20 + 7.88 Mya sampai 93.36 + 2.27 Mya. Penghitungan ini dilakukan oleh
pihak Conoco pada sampel batuan gabbro dari selatan Buton.

Beberapa singkapan kecil dari amphibolite schist juda ditemukan sepanjang ofiolit Buton
sebelah barat. Komposisi dan posisi batuan yang sama di Sulawesi (De Roever, 1956; Silver et
al, 1983) dan Timor (Sopaheluwakan et al, 1989). Di Buton, posisi stratigrafi, deformasi, dan
tingkat metamorfisme pada batuan ini mengindikasikan bahwa batuan ini merupakan jejak
material ofiolit yang telah bercampur dengan batuan ultrabasa dan metasedimen, yang terubah
oleh proses metamorfisme dan tektonik selama obduksi.

Gambar 9. Pemerian Litologi

Gambar 9. Pemerian Litologi


Gambar. pemerian litologi

Gambar . Kolom stratigrafi Cekungan Buton

PETROLEUM SYSTEM

Batuan Induk (Source Rock)

Batuan induk utama adalah bituminous marine shales, dan batugamping pada Formasi
Winto yang berumur Trias. Analisis geokimia dari kira-kira dua puluh sampel mengindikasikan
batuan ini mempunyai tingkatan good sampai excellent untuk menggenerasikan minyak. Total
Organic Carbon (TOC) nya sekitar kurang dari 1% sampai 16 %., dengan analisis pyrolisis rata-
rata 35 ppm tapi pada beberapa sampel ada yang mencapai 94.000 ppm. Effisiensi ekspulsi
batuan induk dengan analisis pyrolisis yang disebandingkan diperkirakan sekitar 60 % sampai 90
% (Corelab-personal communication).

Kebanyakan sampel Formasi Winto mengandung kerogen oil-prone yang tinggi, dan
kaya sulfur, yang merupakan kerogen tipe II. Selain itu terkandung juga cutinite, resinite, dan
vitrinite. Semua sampel mengandung biomarker Bisnorhopane, dan variasi konsentrasi
Gammacerane.

Pada singkapan, batuan induk Formasi Winto umumnya immature sampai batas mature.
Indeks warna spora (SCI) dan Refleksi Vitrinite (% Ro) mempunyai nilai rata-rata 3,5 sampai
4,5. Pada kondisi termal yang mature, batuan ini akan menggenerasikan sulfur yang yang tinggi,
wax rendah, dan minyak parafin. Burial history dan maturation modelling memperkirakan
Formasi Winto yang tidak terangkat berada pada kedalaman yang cukup besar sampai mendekati
oil window (Ro 0,5 %). Penggenerasian minyak bersamaan dengan thrusting dan imbrikasi, lalu
berkembang hingga struktur antiklin yang tersesarkan, dilanjutkan dengan pengendapan fasies
klastika kasar Formasi Tondo. Rembesan minyak dari Formasi Winto mengindikasikan batuan
yang secara lokal masih berada pada oil window.

Isotop Karbon, pyrolisis-GC, GC, dan GC-MS, data biomarker untuk semua sampel aspal
dan sebagian besar minyak yang terkandung di dalamnya mengindikasikan ia berasal dari
calcareous shales dan bituminous limestones Formasi Winto. Sumur delineasi pada tambang
aspal Buton, mengindikasikan sedimen-sedimen yang telah dibuang mengandung kira-kira 18
juta bitumen, atau ekuivalen dengan 87 juta barel minyak pada 300 API.

Serpih dan mudstones Formasi Tondo merupakan batuan induk yang kedua. Utuk
mencari tahu seberapa besar potensinya sulit terutama karena terkait dengan kontaminasi aspal
dan inklusi material-material sedimen rombakan berumur Trias. Serpih Formasi Tondo umunya
gas-prone kisaran fair sampai poor, terdiri atas kerogen terestrial dan alga, dan biomarker
Oleanane. TOC nya berkisar antara kurang dari 1% sampai lebih dari 10%. Minyak dari Nunu
seep, sebelah barat laut Buton, berasal dari Formasi Tondo (Gambar 9).

Batuan Reservoar (Reservoir Rock)


Reservoir Cekungan Buton adalah fasies klastika kasar Formasi Tondo. Fasies ini terdiri
atas batupasir dan konglomerat yang diendapkan pada lingkungan delta sampai kipas turbidit laut
dalam. Total ketebalannya berkisar antara 5 meter sampai 100 meter. Dari analisis petrografi dan
data core sampel singkapan dan analisis electric log potensi reservoar berkisar antara poor
sampai good. Porositasnya berkisar antara 8 % sampai lebih dari 10 % dengan porositas rata-rata
19 %. Pengukuran permeabilitas maksimum vertikal dan horizontal 172 mD. Analisis petrografi
detil mengindikasikan bahwa porositas primernya tinggi, terkait dengan batuan yang grain
supported dan matriks lempung yang sangat sedikit. Adanya proses sementasi kalsit dan dolomit
dari diagenesis menyebabkan porositas primer berkurang secara signifikan.

Kemenerusan lateral dari individu reservoar umumnya terbatas. Kecuali pada sub cekungan
Lambele pada Cekungan Buton Timur yang dikelilingi oleh tinggian purba (paleohigh) selama
pengendapan Formasi Tondo pada kala Miosen Tengah (Gambar 8). Dalam sub cekungan ini,
bed sedimen klastik lebih tebal dan mempunyai pelamparan yang lebih luas dibandingkan
dengan daerah di sekitarnya.

Reservoar lainnya adalah interbedded pinacle reef dan paparan karbonat Formasi
Sampolakosa berumur Pliosen, endapan sedimen kipas pada Formasi Wapulaka berumur Pliosen
/ Pleistosen dan perkembangan paleokarst pada top Formasi Tondo dan batugamping Formasi
Tobelo. Kualitas reservoar paparan karbonat Formasi Sampolakosa dan paleokarst Formasi
Tobelo telah diketahui oleh sumur Gulf’s Sampolakosa-1S dan Bale-1S, paparan karbonat
dengan net 427 meter pada Formasi Sampolakosa dengan porositas rata-rata 31 %. Pada sumur
Sampolakosa-1S, dengan reservoir net batugamping karstic Tobelo 113 meter nilai porositasnya
kira-kira 23 %.

Batuan Waduk (Seal Rock)

Seal Rock Cekungan Buton adalah Calcareous mudstone dan claystone Formasi Tondo
berumur Miosen, serta marls dan mudstones Formasi Sampolakosa berumur Pliosen awal.
Potential seal yang terbesar besar berada di utara Buton di mana diketahui terdapat 120 meter
lebih interbedded mudstones dan siltstones. Di selatan Buton, lebih dari 50 meter mudstones dan
siltstones Formasi Sampolakosa dengan potensial seal yang baik yang telah ditembus oleh sumur
Bale-1S. Ketebalan yang dapat disebandingkan adalah claystones Formasi Tondo yang
ditemukan pada sumur Sampolakosa 1_S dan Bulu-1S.

Migrasi (Migration)

Semua bukti yang ada menyebutkan bahwa migrasi awal hidrokarbon ke reservoar
terhambat oleh diagenesis yang menahan porositas primer. Analisis Plug-type core dilakukan
untuk sembilan sampel aspal dari batupasir dan konglomerat berukuran boulder. Porositas
helium dan permeabilitas nitrogen pada sampel ini berturut-turut kira-kira 22,5 % dan 41 mD.
Nilai porositas yang dapat disebandingkan diperoleh dari electric log sumur Bulu-1S dan
Sampolakosa-1S.

Perangkap (Traps)

Terdapat 4 struktural-dip trap dan perangkap stratigrafi yang telah didelineasi. Struktur
utama pada daerah onshore merupakan thrust related anticline dengan four-way dip closure.
Pada daerah offshore, struktur utamanya adalah wrench-related anticline. Perangkap stratigrafi,
termasuk rees dan kipas sedimen klastik juga terdapat di beberapa daerah offshore.

Struktur thrust related anticline pada daerah onshore berumur Miosen akhir dan berkembang
sebagai hasil tabrakan antara Buton dan Muna. Kubah terbentuk bersamaan dengan pengendapan
batugamping Formasi Tondo dan fasies klastika kasar pada Miosen Awal – Miosen Tengah.
Kebanyakan perkembangan struktur diakhiri oleh aktifitas tektonik tabrakan Pulau Buton dan
Tukang Besi selama Pliosen Akhir sampai Pleistosen. Deformasi yang terjadi meliputi reaktivasi
patahan-patahan muda dan kompresi ulang struktur-struktur yang lebih tua. Di semua struktur
berupa sesar naik, deformasi tektonik meningkat seiring kedalaman, konsekuensi dari hal ini
prinsip reservoar objektif terperangkap dalam overthrust sheet. Klastika kasar Formasi Tondo
adalah reservoar objektif yang utama.

Wrench-related anticline melingkupi daerah Selat Buton dan sebagian besar bagian barat
Pulau Buton (Gambar 6). Strukturnya berupa tight asymetric folds, dengan trend ke arah timur
laut, dan sejajar en echelon sampai wrench fault utama yang paralel dengan Pantai Barat Buton.
Perkembangan trap terjadi selama Pliosen Akhir / Pleistosen Awal saat terjadi oblique collision
Pulau Buton dan Tukang Besi. Doming pada dasar laut mengindikasikan kompresi struktur ini
masih terjadi. Reservoar objerktifnya adalah paparan karbonat Formasi Sampolakosa dan
interbedded pinacle reefs.

Perangkap stratigrafinya yaitu reefal buildup berumur Pliosen / Pleistosen dan endapan
kipas berumur Pliosen. Perangkap ini melingkupi daerah offshore antara Pulau Buton, Muna, dan
Sulawesi.
DAFTAR PUSTAKA

AZHARY RAHIM. 2013 . Stratigrafi. http://tambangunp.blogspot.co.id/2013/07/stratigrafi.html, diakses


21 Maret 2016

Tania. 2011. Stratigrafi. http://jurnal-chacing.blogspot.co.id/2011/04/stratigrafi.html, diakses 21 Maret


2016

Mersil hanif. 2014. Geologi buton. http://dokumen.tips/documents/geologi-buton.html, diakses 21


Maret 2016

Anda mungkin juga menyukai