FAKULTAS EKONOMI
MEDAN, 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunianya makalah ini dapat tersusun hingga selesai dengan judul “Potret
Lembaga Pembiayaan Sektor Pertanian” tepat pada waktunya. Tak lupa kami
ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membimbing dan membantu
kami dalam menyelesaikan tugas ini.
Penulis kelompok 8
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3
BAB I .................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 4
BAB II ................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 6
BAB III............................................................................................................................. 17
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2. Bank Pertanian
Untuk mempercepat pemberdayaan sektor pertanian diperlukan adanya
satu lembaga pembiayaan/keuangan khusus membiayai kegiatan usaha sektor-
sektor produktif pertanian, terutama bagi usaha pertanian produktif skala mikro
dan kecil. Lembaga tersebutmengadopsi model pembiayaan perbankan namun
hanya terbatas bagi pertanian, tidak pada sektor-sektor lain sebagaimana
umumnya perbankan yang ada saat ini. Usulan ini menarik, mengingat secara
rata-rata penyaluran pembiayaan/kredit pertanian dibanding sektor lain
(perdagangan, konstruksi, jasa dll) masih cukup rendah, yaitu hanya sekira
dibawah 10%. Salah satu penyebabnya adalah karena pembiayaan kegiatan usaha
pertanian, bila dilihat dari sisi risiko pembiayaannya, relatif lebih besar ketimbang
sektor lain. Sehingga, bagi perbankan hal ini menjadi acuan mendasar sebelum
memutus kredit, selain masalah collateral (agunan).
Bank pertanian adalah bank atau lembaga keuangan yang mengkhususkan
diri untuk memberikan pinjaman bagi petani dan nelayan. Bank pertanian dapat
dimiliki oleh negara maupun dikelola oleh swasta.
Di Indonesia, wacana kemunculan bank pertanian mulai ramai di pertengahan
2014 setelah diketahui bahwa bank umum hanya menyalurkan sejumlah kecil
kredit pada usaha pertanian. Menurut data Bank Indonesia, hingga Februari 2013
tercatat penyaluran pembiayaan kredit di sektor pertanian hanya 5,5% dari total
kredit perbankan sebesar Rp2.721,9 triliun, dan sebagian besar tertuju kepada
perkebunan kelapa sawit. Hal ini dikarenakan pertanian masih merupakan sebuah
sektor usaha yang memiliki resiko tinggi sehingga bank cenderung berhati-hati
dalam mengeluarkan pinjaman kepada petani. Karena selama ini dalam undang-
undang perbankan di Indonesia tidak mengenal adanya bank yang khusus
melayani pertanian.
Meski demikian, keberadaan bank pertanian di Indonesia disarankan oleh
akademisi Institut Pertanian Bogor, diinginkan oleh Menteri Pertanian Republik
Indonesia, dan dibutuhkan oleh petani menurut Perhimpunan Petani dan Nelayan
Sejahtera Indonesia.
Tujuan pembentukan bank ini adalah sebagai pemberdayaan dan
pengembangan usaha pertanian yang lebih berpihak pada petani skala mikro dan
kecil yang sangat perlu untuk didukung. Yang perlu dikaji adalah model, peran
dan skema bisnis pertanian yang akan dikelola oleh Bank Pertanian ini. Sebagai
lembaga perbankan, bank ini tunduk pada peraturan Bank Indonesia, terutama
menyangkut ketentuan dan kriteria penyaluran kredit, tingkat kecukupan modal,
batas pinjaman macet (NPL), dan ketentuan lainnya sebagaimana bank
konvensional yang ada saat ini.
3.1 Kesimpulan
Pembiayaan sektor pertanian adalah salah satu komponen penting dalam
strategi revitalisasi pertanian yang belum memperoleh perhatian.
Dalam Pasal 87 Rancangan Undang Undang (RUU) Perlindungan dan
Pemberdayaan Petani, lanjutnya, disebutkan pembiayaan dalam perlindungan dan
pemberdayaan petani dilakukan untuk mengembangkan usaha tani melalui: bank
bagi petani, lembaga perbankan yang ada, dan lembaga pembiayaan petani.
Peranan Pemerintah yang diwujudkan dalam APBN tidak diikuti dengan
program pembinaan yang signifikan oleh instansi-instansi terkait. Lemahnya
koordinasi pelaksanaan program pembangunan pertanian, terutama antara Pusat
dan Daerah mengakibatkan hingga saat ini Indonesia belum punya cetak biru
pembangunan pertanian yang jelas. Selama ini, pertanian diarahkan untuk
pemenuhan kebutuhan pangan nasional.Kalaupun ada upaya pengembangan
pertanian ke arah industri yang lebih berpihak pada petani, misalnya KUT, PIR,
tidak diikuti oleh konsep yang jelas target dan sasaran pemberdayaan petani.
Akibatnya, banyak kredit program kurang berhasil, dan bahkan tidak sedikit
petani yang hingga saat ini masih terbelit utang dan menjadi korban. Peran
penyuluh pertanian pun sepertinya nyaris tak terdengar.
Adanya lembaga pembiayaan khusus pertanian dinilai akan menjadikan
pertanian dalam negeri kita maju. Kalau sektor pertanian maju, berarti ketahanan
pangan kita juga baik.
3.2 Saran
Rekomendasi terkait permasalahan kredit menurut kami adalah :
1. Pemerintah desa lebih merespon dalam mengajukan berkas permohonan ke
Balai penyuluh pertanian kecamatan setempat, hal ini dikarenakan untuk
meminilaisasi terjadinya kegagalan kredit.
2. Mengoptimalkan peranan koperasi desa dan me-deregulasi (menata ulang)
prosedur agar tidak berbelit-belit.
3. Pemerintah memberikan jaminan, mengadakan pelatihan agar hasil panen
sesuai harapan dan karakter petani menjadi lebih baik. Itu semua akan
berimbas pada lancarnya penyaluran kredit.
4. Pemerintah memberikan injeksi agar perekonomian kembali bergairah.
Perekonomian yang bergairah akan menyebabkan penyaluran kredit menjadi
lancar.
5. Bank sebaiknya tidak mengejar target pengucuran kredit, idealnya bank
mengucurkan kredit sesuai dengan kebutuhan.
6. Memperhitungkan penempatan perencanaan kredit bank dengan seksama,
tidak terkonsentrasi pada salah satu bidang.
7. Meningkatkan kapasitas kemampuan/keterampian manajerial. Dengan
demikian diharapkan bisa mengelola kredit secara optimal.
8. Pemerintah harus mendorong berdirinya lembaga khusus untuk pembiayaan
sektor pertanian karena selama ini bank BUMN milik pemerintah sangat
kurang dalam mengucurkan kredit ke sektor pertanian.
DAFTAR PUSTAKA
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2009/10/29/19544388/diusulkan.pembent
ukan.lembaga.pembiayaan.untuk.pangan.dan.pertaniandi akses hari sabtu,
21 Februari 2015 Pukul 10.00 WIB
https://www.academia.edu/6450541/MAKALAH_Sejarah_Pembangunan_Pertani
an_di_Indonesia_dan_Manfaatnya di akses hari sabtu, 23 Februari 2015
Pukul 02.14 WIB