Anda di halaman 1dari 6

KONSEP DASAR

KETUBAN PECAH DINI

A. Pengertian
Menurut Nugroho,2012. Ketuban pecah dini adahalah pecah dini
adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan / sebelum inpartu,
pada pembukaan < 4cm (fase laten). Hal ini dapat terjadi pada awal
kehamilan maaupun jauh sebelum waktunya melahikran. KPD preterm
adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang
adalah KPD yang terjadi lebih dri 12 jam sebelum waktunya melahirkan.
Menurut Mochtar,Rustam,2011. Ketuban pecah dini atau
spontaneous/ premature rupture of the membrane (PROM) adalah
pecahnya ketuban sebelum inpartu : yaitu bila pembukaan pada primi
kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5cm.
B. Etiologi
Menurut Nugroho, 2012. Penyebab KPD masih belum diketahui
dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyeburkan
faktor-faktor yang berhubungan erat dengan KPD. Namun, faktor-faktor
mana yang lebih berperan sulit diketahui.
Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisinya adalah:
1. Infeksi
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban
maupun asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban
bisa menyebabkan terjadinya KPD.
2. Serviks yang inkompetensia
Kenalis servikalis yang selalu terbuka oleh karena kelianan
pada serviks uteri (akibat persalinan, curratge)
3. Tekanan intrauterine yang meninggi atau menigkat secara
berlebihan(overdistensi) misalnya trauma, hidramnion, gamelli.
4. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan
dalam, maupun amniosintesis menyebabkan terjadinya KPD
karena biasanya disertai infeksi.
5. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian
terendah yang mentupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat
menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah.
6. Keadaan sosial ekonomi
Faktor lain:
1. Faktor golongan darah, akibat golongan darah ibu dan anak
yang tidak sesuai dpat menimbulkan kelemahan bawaan
termasuk kelemahan jaringan kulit ketuban.
2. Faktor disprosorsi antar kepala janin dan panggul ibu.
3. Faktor multi graivitas, merokok dan perdarahan post partum.
4. Defisiensi gizi dan tambahan atau asam askorbat (Vit C)
Beberapa faktor resiko dari KPD :
a. Inkompetensi serviks (leher rahim)
b. Polihidramnion (cairan ketuban berlebihan)
c. Riwayat KPD sebelumnya
d. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
e. Kehamilan kembar
f. Trauma
g. Serviks (leher rahim) yang pendek (,25mm) pada usia
kehamilan 23 minggu.
h. Infeksi pada kehamilan seperti bacterial vaginosis.
C. Dasar Diagnosis Ketuban Pecah Dini
Menurut Manuaba, 2010. Diagnosis Ketuban Pecah Dini tidak sulit
ditegakkan dengan keterangan terjadi pengeluaran cairan mendadak
disertai bau yang khas. Selain keterangan yang disampaikan dapat
dilakukan beberapa pemeriksaan yang menetapkan bahwa cairan yang
keluar adalah air ketuban diantaranya uji ferning atau uji nitrazin.
Langkah pemeriksaan untuk menegaskan diagnosis ketuban pecah
dini adalah:
1. Pemeriksaan speculum, untuk mengambil sampel cairan
ketuban forniks posterior dan mengambil sampel cairan untuk
keultur dan pemeriksaan bakteriologis.
2. Melakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati, sehingga
tidak banyak manipulasi darah pelvis untuk mengurangi
kemungkinan infeksi asenden dan persalunan prematuritas.
D. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala pada ketuban pecah dini menurut sukarni yaitu:
1. Keluar air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau,
atau kecoklatan sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
3. Janin mudah di raba
4. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban
kering
5. Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban
tidak ada dan air ketuban sudah kering.
E. Komplikasi
Menurut Prawirohardjo, 2013. Komplikasi yang timbul akibat
ketuban pecah dini tergantung pada usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi
maternal maupun neonatal, persalihan premature, hipoksia karena
kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden SC atau gagal
persalinan normal.
1. Persalinan Premature
Setelah ketuban pecah segera disusul oleh persalinan,
periode laten tergantung umur kehamilan, pada kehamilan aterm
90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan
anatara 28-34 minggu 50% persalinan terjadi dalam 24 jam. Pada
kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadinya dalam 1
minggu.
2. Infeksi
Resiko infeksi ibu dan anak pada ketuban pecah dini. Pada ibu
terjadi korioamnionitas. Pada bayi dapat terjadi septicemia,
pneumonia, omfalitas. Umumnya terjadi karioamnionitis sebelum
janin terinfeksi. Pada KPD premature, infeksi lebih sering, terjadi
daripada aterm. Secara umum insidenfeksi sekunder pada KPD
meningkat sebanding dengan lamanya periode laten.
3. Hipoksia dan Asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan
tali pusat hingga terjadi asfiksia dan hipoksia. Terdapat hubungan
antara terjadinya gawat janin dan derajat oligohidramnion,
semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat.
4. Sindrom Deformitas Janin
KPD yang terjadi terlalu dini pertumbuhan janin terhambat,
kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin,
serta hipoplasi pulmonal.
F. Penanganan
Menurut Saifuddin 2010. Penatalaksanaan atau menangani KPD adalah
sebegai berikut:
1. Rawat inap di Rumah Sakit
2. Berikan Antibiotik (Ampicilin 4x500 mg metronidazol 2x500 mg
selama 7 hari)
3. Jika umur kehamilan kurang dari 32-42 minggu, dirawat selama air
ketuban tidak keluar lagi.
4. Jika umur kehamilan 32-37 minggu belum inpartu, tidak ada infeksi
dan kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu.
5. Jika umur kehamilan 32-37 minggu belum inpartu, tidak ada infeksi,
berikan tokolitik (salbotamol), dexametashone dan induksi sesudah 24
jam.
6. Jika umur kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan
lakukan induksi.
7. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi
intrauterine)
8. Pada umur kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memacu
kematangan paru janin dan dilakukan kemungkinan kadar lesitin dan
spingomeilin tiap minggu dosis bertambah 12mg perhari dosis tunggal
selama 2 hari. Dexametason IM 15 mg setiap 3-6 jam sebanyak 4 kali.
9. Jika umur kehamilan lebih dari 37 minggu, induksi dengan oksitosin,
bila gagal SC, dapat pula di berikan Misoprostol 50 mg Intralvagina
tiap 6 jam maksimal 4 kali.
10. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan akhiri
persalinan.
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Ida Bagus Gede.2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan


Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC

Mochtar, Rustam. 2011. Synopsis Obsetri Julid I Edisi 2. Jakarta : EGC

Nugroho, Taufan.2012. Patologi Kebidanan. Yogyokarta : Nuha Medika

Prawirohardjo, Sarwono. 2013. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo

Sukarno,Icesmi. 2014. Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Neonatus


Resiko Tinggi. Yogyakarta : Nuhu Medika

Saifuddin, Abdul Bahri,Dkk.2010. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.


Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai