Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Botani Tumbuhan
Tinggi
Disusun oleh:
Kelas A/ Kelompok IX
TADRIS BIOLOGI
2019
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pemikiran Kalam Ulama' Salaf” tepat waktu meskipun jauh dari
kesempurnaan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah memberikan bimbingan kepada kita semua,
sehingga Insya Allah kita semua mendapatkan keselamatan didunia dan akhirat
kelak. Amiin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Thablawy Mahmud Saad, At-Tashawwuf fi Turats Ibn Taimiyah, Al-Hai’al-Hadis Al-
Mishriyah Al-‘Ammah li Al-Kitab, Mesir, 1984, hlm. 11-38.
2
Asy-Syahrastani, Al-Milal wa An-Nihal, Dar Al-Fikr, Beirut, t.t., hlm. 92-93.
3
Abubakar Aceh, Salaf: Islam dalam Masa Murni, Ramadhani, Solo, 1986, hlm. 25.
3
atas Irak. Di anatar para pengungsi itu terdapat satu keluarga dari Harran,
yaitu keluarga Ibn Taimiyah. Ibn Taimiyah (1263-1328 M) adalah seorang
ulama besar penganut Iman Hanbali yang ketat.
Aliran salaf mempunyai beberapa karakteristik seperti yang
dinyatakan oleh Ibrahim Madzkur sebagai berikut:4
4
Ibrahim Madzkur, Fi Al-Falsafah Al-Islamiyah: Manhaj wa Tathbiquh, Jilid II, Dar Al-
Maarif, Mesir, 1947, hlm. 30.
5
Harun Nasution dalam kuliah-kuliahnya pada Matakuliah “Pemikiran dalam Islam”, di
Pascasarjana IAIN Syarifhidayatullah Jakarta, tahun 1996; Baca juga Hafidz Dasuki,
Ensiklopedi Islam, Jilid. V,Cet. I. Ichtiar Baru Van Hoeve, Jkarta, 1993, hlm. 160.
4
sebagai ulama salaf, mayoritas tidak menggunakan pemikiran dalam
membicarakan masalah teologi (ketuhanan).
Dalam perkembangan berikutnya, sejarah mencata bahwa salafiyah
tumbuh dan berkembang pula menjadi aliran (mazhab) atau paham
golongan, sebagaimana Khawarij, Mu’tazilah, Maturidiyah, dan
kelompok-kelompok Islam klasik lainnya. Salafiyah bahkan sering
dilekatkan dengan Ahl-Sunnah wa Al-Jama’ah, di luar kelompok Syiah.
b) Status Al-Quran
6
Ibid., hlm. 84.
5
tidak diciptakan karena qadim. Paham yang diakui oleh pemerintah
resmi pada saati itu, yaitu Dinasti ‘Abbasiah di bawah kepempinan
Khalifah Al-Ma’mun, Al-Mu’tashim, dan Al-Watsiq adalah paham
Mu’tazilah, yaitu Al-Quran tidak bersifat qadim, tetapi baru dan
diciptakan. Sebab, paham adanya qadim di samping Tuhan, bagi
Mu’tazilah berarti menduakan Tuhan. Menduakan Tuhan adalah syirik
dan dosa besar yang tidak diampuni Tuhan.
Tampaknya, Ibn Hanbal tidak sependapat dengan paham resmi di
atas. Oleh karena itu, ia kemudian diuji dalam kasus mihnah oleh
aparat pemerintah. Pandangannya tentang status Al-Quran dapat dilihat
dari dialognya dengan Ishaq bin Ibrahim, Gubernur Irak:7
7
Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan, UI-Press,
Jakarta, 1986, hlm. 62-63
8
Madzkur, op. cit., hlm. 31.
6
e. Allah memiliki sifat yang tidak bertentangan dengan tauhid dan
tetap mentanzihkan-Nya,
f. Ibn Taimiah mengkritik Imam Hanbali dengan mengatakan bahwa
apabila kalamullah qadim, kalamnya pasti qadim pula.
9
Saad, op. cit., hlm. 94.
10
Abdullah Yusuf, Pandangan Ulama tentang Ayat-ayat Mutasyabihat, Sinar Baru, Bandung,
1993, hlm. 58-60
7
4) Tidak menggambarkan bentuk Tuhan, baik dalam pikiran, hati
maupun dengan indra (min ghair takyif at-takyif);
5) Tidak menyerupakan (apalagi menyamakan) sifat-sifat-Nya
dengan sifat-sifat makhluk-Nya (min ghair tamtsil rabb al-
‘alamin). Hal ini disebabkan bahwa tiada sesuatu pun yang
dapat menyamai-Nya, bahkan yang menyerupai-Nya pun tidak
ada.
11
Zahrah, op. cit., hlm. 183.
12
Watt, op. cit., hlm. 188.
8
D. Tokoh-tokoh Kalam Ulama’ Salaf
1) Riwayat Singkat Ibn Taimiah
Nama lengkap Ibn Taimiah adalah Taqiyuddin Ahmad bin Abi Al-
Halim binTaimiah. Di lahirkan di Harran pada hari Senin tanggal 10
Rabiul Awal tahun 661 H dan meninggal di penjara pada malam Senin
tanggal 20 Dzulqaidah tahun 729 H. kewafatannya telah menggetarkan
dada seluruh penduduk Damaskus, Syam, dan Mesir, serta kaum muslim
pada umum nya. Ayahnya bernama Syihabuddin Abu Ahmad Abdul
Halim bin Abdissalam Ibn Abdillah bin Taimiah, seorang syekh, khatib,
dan hakim di kotanya.13
13
Watt, op. cit., hlm 188: Madzkur, op. cit., hlm. 36; Ahmad Thaha, Ibn Taimiyah: Hidup
dan Pemikirannya, Bina Ilmu, Surabaya, 1982.
14
Watt, op. cit., hlm. 188.
9
Ibn Hanbal dilahirkan di Baghdad tahun 164 H/780 M, dan
meninggal 241 H/855 M. Ia sering di panggil Abu Abdilah Karena salah
seorang anaknya bernama Abdillah. Ia lebih dikenal dengan nama Imam
Hanbali karena menjadi pendiri mazhab Hanbali. Ibunya beranam
Shahifah binti Maimunah binti Abdul Malik binti Sawadah binti Hindur
Asy-Syaibani, bangsawan Bani Amir. Ayahnya bernama Muhammad bin
Hanbal bin Hilal bin Asas bin Idris bin Abdullah bin Hayyan bin Abdullah
bin Anas bin Aruf bin Qasit bin Mazin bin Syaibah bin Dahal bin Akabah
bin SYa’b bin Ali bin Jadlah bin Asad bin Rabi’al-Hadis bin Nizar. Di
dalam keluarga Nizar ini tampaknya Imam Ahmad bertemu keluarga
dengan nenek moyangnya, Nabi Muhammad SAW.
Ayahnya meninggal ketika Ibn Hanbal masih berusia muda.
Meskipun demikian, ayahnya telah mengawalinya membrikan pendidikan
Al-Quran. Pada usia 16 tahun, ia belajar Al-Quran dan ilmu-ilmu agama
lainnya kepada ulama-ulama Baghdad. Lalu mengunjungi ulama-ulama
terkenal di Kufah, Basrah, Syam, Yaman, Mekah, dan Madinah. Di antara
guru-gurunya adalah Hammad bin Khalid, Ismail bin Aliyah, Muzaffar bin
Mudrik, Walid bin Muslim, Muktamar bin Sulaiman, Abu Yusuf Al-Qadi,
Yahya bin Zaidah, Ibrahim bin Sa’ad, Muhammad bin Idris Asy-Syafi’I,
Abd Razaq bin Humam, dan Musa bin Tariq. Dari guru-gurunya, Ibn
Hanbal mempelajari ilmu fiqh, hadis, tafsir, kalam, ushul, dan bahasa
Arab.15
Ibn Hanbal dikenal sebagai seorang zahid. Hamper setiap hari ia
berpuassa dan tidur hanya sedikit pada malam hari. Ia juga dikenal
sebagai seorang dermawan. Pada suatu ketika, Khalifah Makmun Ar-
Rashid membagikan beberapa keping emas untuk dinerikan kepada para
ulama hadis, yang merupaka kebiasaan para Khalifah pada masa itu. Ibn
Hanbal justru menolaknya. Diriwayatkan pula, suatu ketika Syekh Abdul
Razak dating untuk menengoknya yang sedang dalam kesulitan keuangan
di Yaman. Gurunya itu mengambil segenggam dinar dari kantongnya dan
diberikan kepada Ibn Hanbal, tetapi Ibn Hanbal mengatakan “Saya tidak
membutuhkannya”.16
Di antara murid-murid Ibn Hanbal adalah Ibn Taimiah, Hasan bin
Musa, Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Abu Zuhrah Ad-Damsyiqi, Abu
Zuhrah Ar-Razi, Ibn Abi Ad-Dunia, Abu Bakar Al-Asram, Hanbal bin
Ishaq Asy-Syaibani, Shaleh, dan Abdullah. Kedua orang yang disebutkan
terakhir merupakan putranya.17
15
Dasuki, op. cit., Jilid II, hlm. 82.
16
Abd Rahman I Do’I, Shariah: Islamic Law, Cet., II, Taha Publisher Ltd., London, 1984,
hlm. 109.
17
Dasuki, op. cit., hlm. 84.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa kata Salaf
secara etimologi dapat diterjemahkan menjadi “terdahulu” atau “leluhur”.
Menurut Thablawi Mahmud Sa’ad, salaf artinya ulama terdahulu. Menurut
terminologi terdapat banyak difinisi menurut Mahmud Al-Bisybisyi dalam
Al-Firaq Al-Islamiyah mendefinisikan salaf sebagai sahabat, tabi’in, dan
tabi’in uang dapat diketahui dari sikapnya menolak penafsiran yang
mendalam mengenai sifat-sifat Allah yang menyerupai segala sesuatu
yang baru untuk menyucikan dan mengagungkan-Nya.
Perkembangan salafiyah di Indonesia di awali oleh gerakan-
gerakan Persatuan Islam (Persis), bahkan Muhammadiyah. Gerakan-
gerakan lainnya, pada dasarnya juga menganggap sebagai gerakan ulama
salaf, tetapi teologinya sudah dipengaruhi oleh pemikiran yang dikenal
dengan istilah logika. Dalam perkembangan berikutnya, sejarah mencata
bahwa salafiyah tumbuh dan berkembang pula menjadi aliran (mazhab)
atau paham golongan, Salafiyah bahkan sering dilekatkan dengan Ahl-
Sunnah wa Al-Jama’ah, di luar kelompok Syiah.
11
DAFTAR PUSTAKA
Rahman, Taufik. 2013. Tauhid Ilmu Kalam. Bandung: Cv. Pustaka Setia.
Rozak, Abdul., Dan Anwar, Rosihon. 2012. Ilmu Kalam. Bandung: Cv Pustaka
Setia.
12