Anda di halaman 1dari 17

Manajemen Persediaan

(Makalah)

Untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Manajemen Keuangan

Disusun oleh :

1. Melati Riana 1713031015


2. Putri Arum 1713031027
3. Deta Oktayani 1753031005

Dosen Pengampu :

1. Drs. I Komang Winantha, M. Si


2. Suroto, S. Pd., M. Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2019

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan izin-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Adapun penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen
Keuangan.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari Pembaca untuk melengkapi
kekurangan makalah ini guna penyusunan makalah selanjutnya.
Semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi Pembaca. Akhir kata
penulis ucapkan terima kasih.

Bandar Lampung, 10 November 2019

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah………......................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan……………………………………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Persediaan………………......................................... 3

B. Jenis – Jenis Persediaan…….. ............................................................. …… 4

C. Tingkat Perputaran Persedian…………. ........................................... …….. 5

D. Biaya Persediaan… ............................................................................. …….. 7

E. Economical Order Quantity.............................................................…….. 7

F. Reorder Point..… .................................................................................. 10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan… ................................................................................. ……. 13

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................14

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejalan dengan laju perkembangan yang terus berkembang di
Indonesia, maka banyak bermunculan perusahaan, baik perusahaan
kecil maupun perusahaan besar. Tujuan utama suatu perusahaan yaitu
memperoleh laba seoptimal mungkin dan mengawasi berjalannya
perusahaan serta berkembangnya perusahaan, maka hal yang perlu
dilakukan oleh suatu perusahaan adalah mengadakan penilaian
terhadap persediaan dan pengaruhnya terhadap laba perusahaan. Hal
ini dilakukan karena persediaan bagi kebanyakan perusahaan
merupakan salah satu modal kerja yang sangat penting didalam suatu
perusahaan, dimana prosedurnya terus menerus mengalami
perubahan dan perputaran.
Dalam suatu perusahaan, pelaporan mengenai persediaan
sangat penting bagi perusahaan dalam mengambil suatu keputusan
dan persediaan merupakan salah satu dari beberapa unsur yang paling
aktif dalam operasi perusahaan yang secara terus menerus diperoleh,
diproduksi dan dijual. Oleh karena itu, sistem akuntansi itu sendiri
harus dilaksanakan sebaik mungkin sehingga tidak mengalami hal-hal
yang mengganggu jalannya operasi perusahaan. Pelaporan persediaan
yang diteliti dan relevan dianggap vital untuk memberikan informasi
yang berguna bagi perusahaan. Apabila terjadi kesalahan dalam
pencatatan persediaan, maka akan mengakibatkan kesalahan dalam
menentukan besarnya laba perusahaan yang diperoleh. Jika
persediaan akhir dinilai terlalu rendah dan mengakibatkan harga pokok
barang yang dijual terlalu rendah, maka pendapatan bersih akan
mengalami peningkatan. Begitu juga dengan lamanya persediaan yang
tersimpan di gudang akan mempengaruhi biaya sehingga
kemungkinan akan terjadinya kerusakan yang mengakibatkan kerugian
dan kemungkinan juga persediaan akan kadaluarsa sehingga tidak laku
dipasar.
Dari penjelasan diatas, maka dapat diketahui bahwa persediaan
sangat penting artinya bagi perusahaan. Dalam hal ini penulis merasa
tertarik untuk lebih mengetahui dan memahami bagaimana persediaan
dimanage secara benar yang diterapkan dalam suatu perusahaan agar
membawa manfaat yang baik dalam pencapaian laba yang diinginkan.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan manajemen persediaan?
2. Apa sajakah jenis-jenis persediaan?
3. Apa sajakah tingkat perputaran persediaan?
4. Bagaimanakah biaya persediaan?
5. Bagaimanakah Economical Order Quantity?
6. Bagaimanakah Reorder Point?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian manajemen persediaan
2. Untuk mengetahui jenis-jenis persediaan
3. Untuk mengetahui tingkat perputaran persediaan
4. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk biaya persediaan
5. Untuk mengetahui apa itu Economical Order Quantity
6. Untuk mengetahui apa itu Reorder Point

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen Persediaan
Persediaan merupakan salah satu unsur penting dalam operasi
perusahaan, selain itu persediaan dapat mempermudah dan
memperlancar jalannya kegiatan normal pada suatu perusahaan yang
dilakukan secara rutin untuk memproduksi barang yang selanjutnya
ditimbulkan pada konsumen. Pengertian persediaan menurut Freddy
Rangkuti yaitu “salah satu unsur yang paling aktif dalam operasi
perusahaan yang secara continue diperoleh, diubah kemudian dijual
kembali”.1[1]
Sedangkan pengertian persediaan menurut C. Rolln
Niwwonger, Philip E. Fess dan Carl S. Wareen yang diterjemahkan oleh
Aria Farahmita, Amanugrahani dan Taufik Hendrawan yaitu “digunakan
untuk mengindikasikan (1) barang dagang yang disimpan untuk
kemudian dijual dalam operasi bisnis perusahaan, dan (2) bahan yang
digunakan dalam proses produksi atau yang disimpan untuk tujuan
itu.”2[2]
Persediaan (inventory) adalah bahan-bahan atau barang (sumber
daya-sumber daya organisasi) yang disimpan yang akan dipergunakan
untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau
perakitan, untuk suku cadang dari peralatan, maupun untuk dijual.
Walaupun persediaan hanya merupakan suatu sumber dana yang
menganggur, akan tetapi dapat dikatakan tidak ada perusahaan yang
beroperasi tanpa persediaan.3[3]
Persediaan merupakan unsur yang paling aktif dalam operasi
perusahaan dagang dan perusahaan industri serta perusahaan jasa.
Tanpa adanya persediaan, para pengusaha akan dihadapkan pada
keadaan bahwa perusahaannya pada suatu waktu tidak dapat
memenuhi keinginan para pelanggannya sehingga kontinuitas
perusahaan dapat teranggu karena sumber utama pendapatan
perusahaan berasal dari penjualan persediaan.

1[1] Rangkuti Freddy, Manajemen Persediaan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,


1995), Cet. 1, hlm. 3.

2[2] Carl S. Wareen, dkk., Prinsip-Prinsip Akuntansi, Ed. 19, Jil. 1, (Jakarta: Penerbit
Erlangga, 1999), hlm. 65.

3[3] J. Fred Weston dan Eugene F. Brigham, Manajemen Keuangan, Ed. 9, Jil. 1,
(Jakarta: Penerbit Erlangga, 1989), hlm. 500.
Ini berarti perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk memperoleh
keuntungan yang seterusnya didapatkan.
Persediaan mempunyai arti dan peranan yang penting dalam
suatu perusahaan. Persediaan barang dagangan yang secara terus
menerus dibeli dan dijual yang merupakan salah satu unsur yang
paling aktif dalam operasi perusahaan, baik itu perusahaan dagang
maupun perusahaan industri. Penjualan barang dagangan merupakan
sumber utama penghasilan bagi perusahaan, karena sebagian besar
sumber perusahaan tertanam dalam persediaan.

B. Jenis-Jenis Persediaan
Secara garis besar dalam perusahaan yang bergerak di dalam
industri pabrik (manufaktur), persediaan diklasifikasikan berdasarkan
tahapan dalam proses produksi. Karena itu jenis-jenis persediaan
menurut Freddy Rangkuti berdasarkan jenis dan posisi barang, terdiri
dari4[4]:
1. Persediaan Bahan Baku (raw material stock)
2. Persediaan Komponen-Komponen Rakitan (purchased
parts/components)
3. Persediaan Bahan Pembantu atau Penolong (supplies stock)
4. Persediaan Barang Setengah Jadi (work in process stock)
5. Persediaan Barang Jadi (finished good stock)
Adapun uraian dari jenis-jenis persediaan adalah sebagai berikut:
1. Persediaan bahan baku (raw material stock), yaitu persediaan
barang-barang berwujud, seperti besi, kayu serta komponen-komponen
lainnya yang digunakan dalam proses produksi.
2. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased
parts/components), yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari
komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain, dimana
secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk.
3. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies stock), yaitu
persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi,
tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi.

4[4] Rangkuti Freddy, Manajemen Persediaan, hlm. 8


4. Persediaan barang setengah jadi (work in process stock), yaitu
persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap
bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu
bentuk, tetapi masih perlu di proses lebih lanjut menjadi barang jadi.
5. Persediaan barang jadi (finished good stock), yaitu persediaan
barang- barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik
dan siap untuk dijual atau dikirim pada langganan.
Jenis-jenis persediaan dalam suatu perusahaan menurut fungsinya
dapat dibedakan atas5[5]:
1. Bath Stock/Lot Size Inventory adalah persediaan yang diadakan
karena kita membeli atau membuat bahan-bahan atau barang-barang
dalam jumlah yang lebih besar daripada jumlah yang dibutuhkan pada
saat itu.
Keuntungannya:
a. Potongan harga pada harga pembelian.
b. Efisiensi produksi.
c. Penghematan biaya angkutan.
2. Fluctuation Stock adalah persediaan yang diadakan untuk
menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat
diramalkan.
3. Anticipation Stock adalah persediaan yang diadakan untuk
menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan
pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi
penggunaan, penjualan, atau permintaan yang meningkat.

C. Tingkat Perputaran Persediaan


Macam persediaan, tergantung jenis perusahaan (bahan baku,
barang dalam proses, barang jadi, suku cadang dan lain-lain). Pada
perusahaan manufaktur umumnya mempunyai 3 jenis persediaan
yaitu:
1. Bahan baku/material.
2. Barang dalam proses (barang setengah jadi).
3. Barang jadi.
Secara umum besar-kecilnya inventory tergantung pada beberapa
faktor, yaitu:

5[5] Rangkuti Freddy, Manajemen Persediaan, hlm. 10.


1. Lead time, yaitu lamanya masa tunggu material yang dipesan
datang.
2. Frekuensi penggunaan bahan selama 1 periode, frekuensi
pembelian yang tinggi menyebabkan jumlah inventory menjadi lebih
kecil untuk 1 periode pembelian.
3. Jumlah dana yang tersedia.
4. Daya tahan material
Secara khusus faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan adalah:
1. Bahan baku, dipengaruhi oleh: perkiraan produksi, sifat musiman
produksi, dapat diandalkan pemasok, dan tingkat efisiensi penjadualan
pembelian dan kegiatan produksi.
2. Barang dalam proses, dipengaruhi oleh: lamanya produksi yaitu
waktu yang dibutuhkan sejak saat bahan baku masuk ke proses
produksi sampai dengan saat penyelesaian barang jadi.
3. Barang jadi, persediaan ini sebenarnya merupakan masalah
koordinasi produksi dan penjualan.

Tingkat perputaran persediaan barang dagangan:


Penjualan Bersih
Inventory Turnover = ____________________ = ...... kali
Persediaan Rata-rata

Atau
Harga Pokok Penjualan
= _______________________________________ = ...... kali
Persediaan Rata – Rata

Persediaan Awal + Persediaan Akhir Tahun


Persediaan Rata-Rata =

Hari Rata – rata Barang di simpan digudang = ----------------------------------


365 Hari

Contoh Soal
Diketahui Persediaan Barang per tanggal 31 Desember tahun 2009
sebesar Rp. 200.000.000,- dan persediaan barang per tanggal 31
Desember 2010 sebesar Rp. 300.000.000,-. Dalam laporan laba rugi
tahun 2009, diperoleh data penjualan sebesar 635.000.000,-.
Hitunglah berapa kali perputaran persediaan di gudang?
Jawab:
200.000.000,- + 300.000.000,-
Persediaan Rata – rata = ----------------------------------------
2
= 250.000.000,-

Penjualan Bersih
Perputaran Persediaan = -------------------------
Rata- rata persediaan

635.000.000,-
Perputaran Persediaan = ------------------
250.000.000,-
= 2,54 kali

365 hari
Rata-Rata Barang di gudang = ----------- = 143, 70 hari sekali dalam setahun
2,54 kali

D. Biaya Persediaan
Biaya inventory sebagian merupakan biaya variabel dan
sebagian lainnya merupakann biaya tetap. Biaya inventory yang
bersifat variabel adalah biaya yang berubah-ubah karena adanya
perubahan jumlah inventory yang ada di dalam gudang. Biaya tersebut
akan naik kalau kita meningkatkan jumlah persediaan yang disimpan.
Adapun jenis biaya ini antara lain dalam bentuknya biaya modal yang
ditanamkan dalam persediaan tersebut, biaya asuransi persediaan,
biaya atau upah buruh yang mengurusi penerimaan barang.6[6]

6[6] Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Ed. 4,


(Yogyakarta: BPFE, 2013), Cet. 13, hlm. 78.
Adapun biaya inventory yang bersifat tetap adalah elemen-
elemen biaya inventory yang relatif tetap dalam jumlah totalitasnya
dalam jangka pendek dengan tidak memandang adanya variasi yang
normal dan jumlah persediaan yang disimpan, misalnya
depresiasi/penyusutan ruangan yang digunakan, biaya pemeliharaan
gudang, pajak, pemanasan, buruh penjaga gudang.7[7]
Ada 3 macam biaya yang berhubungan dengan inventory yaitu:
1. Ordering cost (biaya pesan dan pemasaran)
Contohnya: biaya pemesanan, set up cost, biaya pengiriman dan
penangannya (bongkar-muat), potongan harga karena jumlah
pembelian besar.
2. Carrying cost (biaya penyimpanan)
Contohnya: biaya gudang, asuransi, pajak kekayaan, biaya modal,
penyusutan.
3. Biaya persediaan pengaman
Contohnya: kehilangan penjualan, kehilangan kepercayaan pelanggan,
gangguan jadwal produksi.

E. Economical Order Quality


Economical order quantity (EOQ) adalah jumlah kuantitas barang
yang dapat diperoleh dengan biaya yang mininmal, atau sering
dikatakan sebagai jumlah pembeliaan yang optimal. Dalam
menentukan besarnya jumlah pembelian yang optimal ini kita hanya
memperhatikan biaya variabel dari penyediaan persediaan tersebut,
baik biaya variabel yang sifat perubahannya searah dengan perubahan
jumlah persediaan yang dibeli/disimpan maupun biaya variabel yang
sifat perubahannya berlawanan dengan perubahan jumlah inventory
tersebut.8[8]

Biaya variabel dari inventory pada prinsipnya dapat digolongkan


dalam:
1. Biaya-biaya yang berubah-ubah sesuai dengan frekuensi pesanan,
yang kini sering dinamakan “procurement costs” atau “set-up costs”.

7[7] Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, hlm. 78.

8[8] Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, hlm. 78.


2. Biaya-biaya yang berubah-ubah sesuai dengan besarnya “average
inventory” yang biasa disebut “storage” atau “carrying costs”.

Cara menentukan besarnya EOQ

EOQ = √2 x R x S

Atau

EOQ= √2 x R x S

Ket:
R = Jumlah (dalam unit) yang dibutuhan selama satu periode tertentu,
misalnya 1 tahun.
S = Biaya pesanan setiap kali pesan.
P = Harga pembelian per unit yang dibayar.
I = Biaya penyimpanan dan pemeliharaan di gudang dinyatakan dalam
persentase dari nilai rata-rata dalam rupiah dari persediaan.

C = Biaya penyimpanan tiap unit barang yang disimpan (dalam rupiah)

Syarat utama dalam metode economical order quality (EOQ), adalah:


1. Harga pembelian bahan per unitnya konstan.
2. Setiap saat kita membutuhkan bahan mentah selalu tersedia di
pasar.
3. Jumlah produksi yang menggunakan bahan mentah tersebut stabil
yang ini berarti kebutuhan bahan mentah tersebut relatif stabil
sepanjang tahun.

Contoh:
Jumlah material yang dibutuhkan selama setahun = 1.600 unit. Biaya
pesanan sebesar Rp. 100,00 setiap kali pesanan. Biaya penyimpanan
per unit = Rp. 0,50. Besarnya EOQ adalah ?
Dik:

R= 1.600 unit

S= Rp 100/1 kali pesan

C= Rp 0,50/unit/tahun

Dit: EOQ ?

Jawab:

EOQ = √2 x R x S

= √2 x 1.600 x 100

0,50

= 800 unit

F. Reorder Point
Reorder Point adalah saat atau titik di mana harus diadakan pesanan
lagi sedemikian rupa sehingga kedatangan atau penerimaan material
yang dipesan itu adalah tepat pada waktu di mana persediaan di atas
safety stock sama dengan nol. Dengan demikian diharapkan
datangnya material yang dipesan itu tidak akan melewati waktu
sehingga akan melanggar safety stock.

Dalam penentuan reorder point haruslah kita memperhatikan faktor-


faktor sebagai berikut:
1. Penggunaan material selama tenggang waktu mendapatkan
barang (procurement leadtime).
2. Besarnya safety stock.

Cara menentukan Reorder Point


1. Menetapkan jumlah penggunaan selama “lead time” dan ditambah
dengan persentase tertentu. Misalnya ditetapkan bahwa safety stock
sebesar 50% dari penggunaan selama “lead time” dan ditetapkan
bahwa “lead time”-nya adalah 5 minggu, sedangkan kebutuhan
material setiap minggunya adalah 40 unit.
Reorder Point = (5 x 40) + 50% (5 x 40)
= 200 + 100
= 300 unit
2. Dengan menetapkan penggunaan selama “lead time” dan
ditambah dengan penggunaan selama periode tertentu sebagai safety
stock, misalkan kebutuhan selama 4 minggu.
Reorder Point = (5 x 40) + (4 x 40)
= 200 + 160
= 360 unit
Dari contoh yang terakhir ini dapatlah dikatakan bahwa “reorder
point”-nya adalah pada jumlah 360 unit, yang ini berarti bahwa
pesanan harus dilakukan pada waktu jumlah persediaan tinggal 360
menit. Apabila pesanan, baru dilakukan sesudah persediaan tinggal
300 unit, maka ini berarti bahwa pada saat barang yang dipesan
datang, perusahaan terpaksa sudah mengambil material dari safety
stock sebesar 60 unit. Pada waktu barang yang dipesan persediaan
dalam gudang tinggal 100 unit (300 - 200), padahal safety stock telah
ditetapkan sebesar 160 unit. Dengan demikian safety stock di sini
sudah terlanggar. Apabila pesanan sudah dilakukan pada waktu
persediaan sebesar 360 unit, maka pada waktu barang yang dipesan
datang, persediaan di dalam gudang masih 160 unit (yaitu 360 - 200),
persis sama besarnya dengan baesranya safety stock, yang ini berarti
bahwa safety stock tidak terlanggar.9[9]

9[9] Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, hlm. 84.


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Persediaan merupakan unsur yang paling aktif dalam operasi
perusahaan dagang dan perusahaan industri serta perusahaan jasa.
Tanpa adanya persediaan, para pengusaha akan dihadapkan pada
keadaan bahwa perusahaannya pada suatu waktu tidak dapat
memenuhi keinginan para pelanggannya sehingga kontinuitas
perusahaan dapat teranggu karena sumber utama pendapatan
perusahaan berasal dari penjualan persediaan. Ini berarti perusahaan
akan kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang
seterusnya didapatkan.
Jenis-jenis persediaan berdasarkan jenis dan posisi barang, terdiri
dari: Persediaan Bahan Baku (raw material stock), Persediaan
Komponen-Komponen Rakitan (purchased parts/components),
Persediaan Bahan Pembantu atau Penolong (supplies stock),
Persediaan Barang Setengah Jadi (work in process stock), Persediaan
Barang Jadi (finished good stock). Sedangkan berdasarkan fungsinya
dapat dibedakan atas: Bath Stock/Lot Size Inventory, Fluctuation Stock
dan Anticipation Stock.
Biaya inventory sebagian merupakan biaya variabel dan
sebagian lainnya merupakann biaya tetap. Biaya inventory yang
bersifat variabel adalah biaya yang berubah-ubah karena adanya
perubahan jumlah inventory yang ada di dalam gudang. Adapun baiya
inventory yang bersifat tetap adalah elemen-elemen biaya inventory
yang relatif tetap dalam jumlah totalitasnya dalam jangka pendek
dengan tidak memandang adanya variasi yang normal dan jumlah
persediaan yang disimpan.
DAFTAR PUSTAKA

Freddy, Rangkuti. Manajemen Persediaan. Cet. 1, Jakarta: Raja Grafindo


Persada, 1995.
Riyanto, Bambang. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Ed. 4. Cet.
13. Yogyakarta: BPFE, 2013.
Wareen, Carl S. dkk. Prinsip-Prinsip Akuntansi. Ed. 19. Jil. 1. Jakarta:
Penerbit Erlangga, 1999.
Weston, J. Fred dan Eugene F. Brigham. Manajemen Keuangan. Ed. 9.
Jil. 1. Jakarta: Penerbit Erlangga, 1989.

Anda mungkin juga menyukai