Anda di halaman 1dari 19

A. Proses Keperawatan Menurut Lidya E.

hall
Lidya E. Hall memberikan motivasi pada pasien demi proses penyembuhan.
Aspek ini meliputi 5 proses keperawatan yaitu:
1. Penilaian
Tahap pertama yaitu penilaian, meliputi tentang status kesehatan
individu atau pasien. Menurut teori Lidya E. Hall proses pengumpulan
data ditujukan demi kepentingan kesehatan pasien dibandingkan demi
kepentingan perawat. Pengumpulan data ini harus mengarah pada
peningkatan kesehatan individu.
2. Diagnosis / diagnosa
Tahap yang kedua adalah diagnosa keperawatan, dimana perawat
mengamati penyakit pasien sehingga dapat mengetahui penyakit yang
dideritanya. Sehingga proses penyembuhannya akan lebih mudah dan
lebih cepat.
3. Perencanaan
Perencanaan adalah tahap yang ketiga, melibatkan prioritas utama
pada pasien. Peran perawat adalah membantu pasien menjadi sadar dan
mengerti akan pentingnya kesehatan bagi kehidupannya. Inti dari
perencanaan ini untuk membantu pasien menjadi lebih mengerti dengan
kebutuhan, perasaan dan motivasi. Perawat bekerja sama dengan pasien
untuk mencapai kesembuhan dengan pengobatan medis.
4. Implementasi
Tahap keempat Implementasi, melibatkan institusi rencana kerja yang
nyata. Pada tahap ini merupakan tahap pemberian pelayanan yang nyata
antara perawat dengan pasien yang meliputi memandikan pasien,
membalut luka, makan, memberikan kebutuhan kenyamanan dan lain-lain.
Perawat juga membantu pasien dan keluarga untuk memahami dan
menerapkan rencana medis untuk kesembuhannya.
5. Evaluasi.
Tahap terakhir, Evaluasi adalah suatu proses untuk melihat kemajuan
kondisi kesehatan pada pasien. Tahap proses evaluasi diarahkan untuk
melihat hasil dari perawatan, condong kepada berhasil atau tidaknya
pasien dalam mencapai suatu kesehatan atau
kesembuhan.(Andika,jovanly,christy)

B. Proses Keperawatan Oleh Calisa Roy

Proses keperawatan berdasarkan Model Adaptasi Roy adalah metode


pemecahan masalah pasien dengan stimulus dan mengkaji fungsi dari
adaptasi mode. Dalam proses keperawatan ada 2 level pengkajian yaitu
pengkajian prilaku pasien dan pengkajian stimulus yang mengakibatkan
prilaku pasien

Langkah pertama proses keperawatan adalah pengkajian prilaku.


Prilaku yang dikaji adalah 4 adaptasi mode yaitu fisiologis, konsep
diri, fungsi peran dan interdependen.

a) Fisiologis Adaptasi Mode adalah proses fisik dan kimiawi


dan prilaku yang menyinggung aspek fisik individu.
Terdapat 5 kebutuhan yaitu oksigenasi, nutrisi, eliminasi,
aktivitas dan istirahat dan proteksi. Perawat harus
mempelajari proses yang normal.
b) Konsep diri adaptasi mode merupakan gabungan dari
keyakinan dan perasaan tentang dirinya pada suatu waktu.
Fokusnya adalah aspek psikologis dan spiritual individu.
Fungsi peran adaptasi mode adalah harapan tentang
pekerjaan dan posisi individu terhadap posisi pekerjaan
lainnya. Dasar kebutuhan adalah integritas sosial, untuk
mengetahui hubungan satu dengan lainnya. Interdependen
adapatasi mode adalah prilaku yang menyinggung tentang
hubungan interpenden antara individu dan kelompok. Dasar
kebutuhannya adalah perasaan aman dalam suatu hubungan.

Level kedua pengkajian adalah menganalisis 3 tipe stimulus yang


mempengaruhi prilaku yang inefektif, terdiri dari stimulus fokal,
konntekstual dan residual. Langkah perawat selanjutnya adalah
menetapkan dianosa keperawatan yang berupa pernyataan yang
menginterpretasikan data tentang status adaptasi individu, termasuk
prilaku dan stimulus yang relevan. Setelah itu perawat menentukan
tujuan keperawatan yang meliputi pernyataan yang jelas tentang
kriteria hasil dari pemberian perawatan. Selanjutnya perawat
melakukan intervensi keperawatan yang menentukan bantuan yang
diberikan pada individu dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Langkah terakhir adalah evaluasi keperawatan yang merupakan


penilaian terhadap efektifitas dari intervensi
keperawatan.(Christie,vinky,andika,jovanly)

C. PROSES KEPERAWATAN Dorothea orem

Dalam melaksanakan proses keperawatan seorang perawat


profesional dituntut mampu menjalin komunikasi terapeutik dalam
setiap tahap proses keperawatan. Adapun proses keperawatan
menurut Dorothea Orem yaitu:

1. TAHAP PENGKAJIAN
Pengkajian data dasar (nama, umur, sex, status kesehatan, status
perkembangan, orientasi sosio-kultural, riwayat diagnostik dan
pengobatan, faktor sistem keluarga), Pola hidup, Faktor
lingkungan.Observasi status kesehatan klien Untuk menemukan
masalah keperawatan berdasarkan self-care defisit, maka
perawat perlu melakukan pengkajian kepada klien melalui
observasi berdasarkan klasifikasi tingkat ketergantungan klien
yang terdiri dari Minimal Care, Partial Care, Total
Care.Pengembangan teori Orem dengan masalah fisiologis.
Secara rinci pengembangan teori Orem mengenai kebutuhan
dasar adalah sebagai berikut:Pemenuhan kebutuhan
udara/oksigen.Pemeliharaan kebutuhan air/cairan.Pemeliharaan
kebutuhan makanan/nutrisi.Perawatan proses eliminasi dan
ekskresi.Pemeliharaan keseimbangan aktifitas dan
istirahat.Pemeliharaan keseimbangan privasi dan interaksi
sosial.Pencegahan resiko yang mengancam kehidupan,
kesehatan, dan kesejahteraan.Peningkatan kesehatan dan
pengembangan potensi dalam hubungan sosial.
2. TAHAP DIAGNOSA
Diagnosa keperawatan sesuai dengan self care defisit yang
dialami oleh klien. Mengacu pada diagnosa keperawatan yang
aktual, resiko tinggi dan kemungkinan. Teori Orem masih lebih
berfokus pada masalah fisiologis, namun diagnosa dapat
dikembangkan ke masalah lain sesuai hirarki kebutuhan dasar
yang dikembangkan Maslow.
3. TAHAP INTERVENSI
Dibuat sesuai dengan dignosa keperawatan, berdasarkan self
care demand dan meningkatkan kemampuan self care.
Membuat nursing system yaitu Wholly compensatory,
Partly compensatory, atau supportive-educative.Membuat
metode yang sesuai untuk membantu klien.
4. TAHAP IMPLEMENTASI
Merumuskan, memberikan dan mengatur bantuan langsung
pada klien dan orang-orang terdekat dalam bantuan
keperawatan. Membimbing dan mengarahkan.Memberi
dukungan fisik dan psikologis. Memberikan dan
mempertahankan lingkungan yang mendukung perkembangan
individu. Pendidikan berespon terhadap permintaan, keinginan
dan kebutuhan klien akan kontak bantuan keperawatan.
Kalaborasi, pelimpahan wewenang. Melibatkan anggota
masyarakat dan lingkungan
5. TAHAP EVALUASI
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perkembangan pasien
atas tindakan yang telah dilakukan sehingga dapat disimpulkan
apakah tujuan asuhan keperawatan tercapai atau belum. Menilai
keefektifan tindakan perawatan dalam meningkatkan
kemampuan self care, memenuhi kebutuhan self care, dan
menurunkan self care
deficitnya.(Regina,chendi,jovanly,sefania)

D. Proses keperawatan Florence Nightingale

1. Pengkajian/pengumpulan data
Data pengkajian Florence Nighitngale lebih menitiberatkan
pada kondisi lingkungan(lingkungan fisik,psikhis,social)
2. Analisa data
Data dikelompokkan berdasarkan lingkungan fisik, sosial dan
mental yang berkaitan pada kondisi klient yang berhubungan
dengan lingkungan keseluruhan.
3. Masalah
Difokuskan pada hubungan individu dengan lingkungannya
4. Diagnosa Keperawatan
Berbagai masalah klient yang berhungan dengan lingkungannya,
misalnya faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
efektivitas asuhan, penyesuaian terhadap lingkungan.
5. Implementasi
Upaya dasar merubah mempengaruhi lingkungan yang
memungkinkan terciptanya kondisi lingkungan yang baik yang
mempengaruhi kehidupan pertumbuhan fisik dan
perkembangan individu.
6. Evaluasi
Mengobservasi dampak perubahan lingkungan terhadap
kesehatan individu.(Andika,sefania,jovanly)

E. Teori Levine Dan Proses Keperawatan

Teori perawatan Levine pada pokoknya sama dengan elemen-


elemen proses perawatan. Menurutnya harus selalu mengobservasi
klien, memberikan intervensi yang tepat sesuai dengan perencanaan
dan mengevaluasi. Semua tindakan ini bertujuan untuk membantu
klien. Menurutnya dalam perawatan klien, perawat dan klien harus
bekerja sama.

Dalam teori Levine, klien dipandang dalam posisi ketergantungan,


sehingga kemampuan klien terbatas untuk berpartisipasi dalam
pengumpulan data, perencanaan, implementasi atau semua fase dari
posisi ketergantungan. Klien membutuhkan bantuan dari perawat
untuk beradaptasi terhadap gangguan kesehatannya. Perawat
bertanggung jawab dalam menentukan besarnya kemampuan
partisipasi klien dalam perawatan.Dalam fase pengkajian, klien dikaji
melalui dua metoda yaitu interview dan observasi. dalam pengkajian
berfokus pada klien, keluarga, anggota lainnya, atau hanya
mempertimbangkan penjelasan dari mereka dalam membantu
memecahkan permasalahan kesehatanklien. Hal ini juga
mempengaruhi kesiapan klien dalam menghadapi lingkungan
eksternal. Menurut Levine, jika anggota keluarga membutuhkan suatu
perjanjian maka keluarga harus menjadi sasaran pengkajian. Dalam
pengkajian menyeluruh, perawat menggunakan empat prinsip teori
Levine yang disebut pedoman pengkajian. Perawat menitik beratkan
pada keseimbangan energi klien dan pemeliharaan integritas klien.
Kemudian perawat mengumpulkan sumber energi klien yaitu nutrisi,
istirahat (tidur), waktu luang, pola koping, hubungan dengan anggota
keluarga/orang lain, pengobatan, lingkungan dan penggunaan energi
yakni fungsi dari beberapa sistem tubuh, emosi dan stress sosial dan
pola kerja. Juga data tentang integritas struktur klien yaitu pertahanan
tubuh, struktur fisik, integritas personal (sistem diri klien) yakni
keunikan, nilai, kepercayaan dan integritas sosial yakni : proses
keputusan dari klien dan hubungan klien dengan orang lain serta
kesukaran dalam berhubungan dengan orang lain atau masyrakat.

Setelah mengumpulkan semua data, perawat menganalisa data


secara menyeluruh. Analisa ini mencerminkan keseimbangan
kekuatan dan kelemahan dari diri klien pada empat area pengkajian
(prinsip konservasi). Analisa ini juga membutuhkan pengumpulan
data lebih banyak. Dalam menganalisa, konsep dan teori dari disiplin
lain juga sama penekanannya.Dalam fase perencanaan dimasukkan
tujuan akhir. Proses perawatan menekankan kualitas dari aktivitas
Teori Levine menyatakan bahwa :

1. Perawat harus memiliki skill untuk melaksanakan intervensi


keperawatan.
2. Intervensi perawat mendorong adaptasi klien.
3. Dalam fase evaluasi perawat memusatkan respon dari klien
untuk melakukan tindakan perawatan.
4. Perawat mengumpulkan data tentang respon klien untuk
menetukan intervensi perawatan yaitu tentang pengobatan
atau support.(Regina,niosia,jantika,eunike)

F. Hubungan Fase-Fase Peplau Dengan Proses Keperawatan

PROSES KEPERAWATAN FASE-FASE PEPLAU


1. Pengkajian
Orientasi Perawat dan pasien sebagai orang yang asing,
pertemuan diawali oleh pasien yang mengekspresikan perasaan
butuh, bekerja sama mengenali dan menentukan masalah
2. Diagnosa Keperawatan
Pasien menjelaskan perasaan butuh
3. Perencanaan Identifikasi.
Meletakkan tujuan yang interpendent, pasien mempunyai
perasaan memiliki dan merespons secara selektif untuk
memenuhi kebutuhannya
4. Implementasi Eksploitasi.
Pasien secara selektif mencari siapa yang dapat memberi
inisiatif oleh pasien
5. Evaluasi Resolusi.
Terjadi setelah fase-fase yang lain sukses secara lengkap
kemudian dilakukan pengakhiran
hubungan.(eduardo,jovanly)

G. APLIKASI TEORI HENDERSON DALAM PROSES

KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
Terdapat suatu masalah dalam proses perawatan. Penilaian
nyata terhadap proses perawatan tergantung pada pemahaman
seseorang, interpretasi, perpaduan, dan penggunaannya.
Walaupun definisi dan penjelasan Henderson mengenai
keperawatan tidak secara langsung sesuai dengan langkah –
langkah dalam proses perawatan, tetapi terdapat hubungan
antara kedua hal tersebut. Menurut Henderson, perawat harus
memiliki pengetahuan mengenai apa yang disebut normal
dalam kesehatan dan adanya penyakit. Berdasarkan
pengetahuan ilmiah ini, perawat dapat mengambil kesimpulan
dari data-data yang ada. Henderson menyatakan, bahwa,
keperawatan dibutuhkan oleh individu yang dipengaruhi oleh
usia, latar belakang budaya, keseimbangan emosional,dan
kapasitas fisik, serta intelektualnya. Semua ini akan
dipertimbangkan dalam mengevaluasi hasil perawatan yang
dibutuhkan oleh pasien.
2. Diagnosa Keperawatan
Analisa data didasarkan pada faktor-faktor di atas, kemudian
hasil analisa tersebut dipergunakan untuk menentukan diagnosa
keperawatan.Henderson tidak secara spesifik membahas
mengenai diagnosa keperawatan ini, dia lebih yakin dokterlah
yang akan membuat diagnosa, dan perawat melakukan
tindakan-tindakan atas dasar diagnosa tersebut. Diagnosa
Keperawatan berhubungan dengan bagaimana mengidentifikasi
kemampuan individu untuk menentukan kebutuhannya dengan
atau tanpa bantuan yang turut memperhitungkan kemampuan,
keinginan, dan pemgetahuan. Berdasarkan pada data-data yang
tersedia, dan analisa terhadap data tersebut, perawat dapat
mengidentifikasi secara actual berbagai masalah, seperti
pernafasan yang tidak normal. Sebagai tambahannya, juga
masalah-masalah potensial lainnya dapat teridentifikasi.
3. Perencanaan (intervensi) keperawatan
Setelah diagnosa keperawatan dibuat, maka selanjutnya perawat
akan menyusun rencana perawatan. Berdasarkan rencana
perawatan ini, Henderson menyatakan: dengan rencana
perawatan ini, maka perawatan yang efektif dapat direncanakan
lebih baik. Suatu rencana yang tertulis akan mendorong
munculnya ide-ide tentang kebutuhan individu, kecuali jika
terdapat aturan-aturan lain yang harus dilakukan oleh individu
tersebut secara rutin.Tidak terlaksananya perencanaan dapat
dipengaruhi oleh anggota keluarga lainnya. Selanjutnya suatu
rencana perawatan membutuhkan modifikasi secara
berkesinambungan yang didasarkan pada kebutuhan individu.
Henderson menyarankan penulisan rencana perawatan dapat
diikuti dengan kebutuhan perawatan secara bertahap. Dia
menekankan bahwa perawatan harus selalu disusun sesuai
dengan kebutuhan individu, dan rencana terapi dari dokter.
Henderson menggaris-bawahi tahap-tahap perencanaan sebagai
jalan untuk membuat rencana bagi pemenuhan kebutuhan
individu. Perencanaan yang selalu diperbaharui harus
didasarkan pada kebutuhan individu tersebut, lebih dispesifikan,
dan dapat diimplementasikan, serta disesuaikan dengan adanya
terapi medis. Perencanaan perawatan yang ditulis, intinya
adalah hasil dari identifikasi kebutuhan perawatan dari individu.
Walaupun Henderson tidak menggunakan istilah-istilah seperti
saat ini, tetapi intinya adalah sama.
4. Implementasi keperawatan
Implementasi sesuai dengan perencanaan keperawatan yang
dibuat. Bagi Henderson, implementasi keperawatan harus
tertuju pada bantuan terhadap kebutuhan pasien sesuai dengan
kebutuhan 14 komponen tersebut di atas. Sebagai contoh:
dalam membantu individu terhadap kebutuhan istirahat dan
tidur, perawat akan mencoba untuk lebih mengetahui metoda-
metoda dalam membujuk pasien untuk beristirahat dan tidur
sebelum diberikan obat-obatan. Henderson juga menyatakan,
bahwa fungsi utama dari perawat ini tentu saja harus dilakukan
untuk mendukung rencana terapi medis, sehingga perawat perlu
melakukan tidakan-tindakan yang disarankan medis dalam
perawatan. Aspek implementasi penting lainnya dalam
pembahasan Henderson adalah hubungan antara perawat dan
pasien . Perawat harus menjadi pihak luar yang memahami
kebutuhan pasien dan memberikan ukuran-ukuran bagi
pemenuhan ukuran tersebut . Henderson juga berbicara
mengenai kualitas dari keperawatan, perawat yang berkompeten
akan menggunakan proses interpersonal dan prediksi-prediksi
selama memberikan perawatan .
5. Evaluasi
Henderson mendasarkan evaluasi terhadap setiap perawat
didasarkan pada kecepatan atau derajatnya dalam mendorong
kegiatan pasien secara independent kembali seperti hari-hari
normal . Hal ini disebutkan dalam definisi dan fungsi yang unik
dari perawat. Untuk tujuan evaluasi, perubahan pada level
fungsi kebutuhan individu juga harus diamati dan
diperhitungkan . Sebuah data perbandingan mengenai
kemampuan fungsional individu dilakukan sebelum dan
sesudah proses perawatan . Semua perubahan akan dicatat
untuk dievalusi.(jantika,andika,vinky)

H. Model Asuhan Ernestine Wiedenbach

Dalam Teori Ernestine Wiedenbach terdapat 5 konsep model


asuhan kebidanan yaitu:
1. The agent : perawat, bidan, atau tenaga kesehatan lain
2. The recipient : wanita, keluarga, masyarakat
3. The goal : goal dari intervensi (tujuan)
4. The means : metode untuk mencapai tujuan
5. The framework : kerangka kerja (organisasi sosial, lingkungan
sosial, dan professional)

Serta terdapat 4 tahap untuk mencapai tujuan dari asuhan


kebidanan antara lain :

1. Identifikasi kebutuhan klien


2. Ministration, yaitu memberikan dukungan dalam pencarian
pertolongan yang dibutuhkan
3. Validation, mengecek apakah bantuan yang diberikan merupakan
bantuan yang dibutuhkan
4. Coordination, koordinasi sumber-sumber yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan pasien

Wiedenbach (1963) mengenalkan proses keperawatan dalam 3 tahap :

1. observasi,
2. bantuan pertolongan dan
3. validas

(Vinky,jantika)

I. TEORI KEPERAWATAN MENURUT EAKES, BURKE DAN

HAINSWORTH (CHRONIC SORROW)


1. Clarity (kejelasan)
Definisi konsep menjelaskan kejelasan dan mengarahkan
agar dimengerti dengan baik fenomena perilaku kesehatan
yang kompleks, diagram visual diilustrasikan dengan
hubungan yang jelas namun kerangka konsep telah dibuat
dengan menampilkan semua konsep-konsep tetapi
keterkaitan antar konsep terbatas dari diagram hanya
mengaitkan beberapa konsep padahal ada beberapa konsep
yang saling terkait namun tidak dikaitkan, contohnya
pengaruh interpersonal tidak dikaitkan dengan manfaat
tindakan yang dirasakan, rintangan untuk melakukan
tindakan , kemampuan diri dan efek dari tindakan yang
dirasakan. Hubungan antara konsep-konsep dengan maksud
menguraikan teori sudah jelas, asumsi-asumsi sudah
dinyatakan secara jelas dan konsisten sesuai dengan tajuan
dari teori, susunan logis dari konsep telah dinyatakan secara
terstruktur.
2. Simplicity (kesederhanaan)
The HPM mudah dimengerti, masing-masing faktor
dihubungkan secara logis dan hubungannya diklarifikasikan
dalam pernyataan teori yang tepat, faktor-faktor yang
berpengaruh secara langsung dan tidak langsung sangat jelas
di diagram visual yang memperlihatkan hubungannya,
faktor-faktor terlihat bebas tetapi susunannya memberi
pengaruh yang mudah dipahami, dengan demikian
menampilkan diagram untuk menjelaskan hubungan antar
konsep merupakan bentuk sederhana dari HPM, karena teori
yang bermanfaat menyediakan pemahaman yang mendalam,
teori yang baik adalah “singkat tetapi lengkap”.
3. Generality (generalisasi/keumuman)
Cakupan dari model ini adalah middle range, ini sangat
general untuk populasi dewasa, riset yang digunakan untuk
memperoleh model berdasarkan laki-
laki,perempuan,tua,muda,sehat,dan sakit.
4. Empirical Precision (presisi empiris)
Pender dan yang lainnya telah mendukung model melalui uji
coba empiris seperti kerangka untuk menjelaskan promosi
kesehatan, profil gaya hidup meningkatkan status kesehatan
adalah sebuah instrumen yang digunakan untuk mengkaji
perilaku promosi kesehatan. Model selanjutnya berkembang
melalui program perencanaan riset khususnya studi
intervensi, perbaikan model lebih lanjut. Fokus penelitian
berlanjut berdasarkan bukti dan strategi-strategi promosi
kesehatan yang efektif yang melayani individu dalam konten
komunitas, instrumen yang ada dapat menjadi akses untuk
menghubungkan indikator empiris untuk pengujian dan
penggunaan teori untuk menjelaskan aspek praktis dari teori.
Teori HPM memiliki akses untuk sebagai indikator empiris
agar konsep dapat diidentifikasidan untuk dikembangkan
sehingga tujuan teori dapat diperoleh. HPM memiliki
menyediakan pengembangan instrumen yaitu HPHP dan
EBBS yang berguna untuk mengukur gaya hidup untuk
meningkatkan status kesehatan.
5. Derivable Consequence (komsekuensi yang didapati
Pender mengidentifikasi promosi kesehatan sebagai tujuan
pada abad ke 20, hanya sebagai pencegahan penyakit adalah
tugas dari abad ke-20. Model menjelaskan interaksi antara
perawat dan kostumer ketika mempertimbangkan
lingkungan dalam promosi kesehatan. Pender merespon
politikus, sosialis, dan lingkungan pribadi diwaktunya untuk
mengklarifikasi peran perawat dalam pelayanan-pelayanan
promosi kesehatan yang dilaksanakan, model
mengembangkan pemikiran mengenai kesempatan-
kesempatan kedepan dan mempengaruhi pemakaian
perkembangan-perkembangan teknologi seperti pencatatan
kesehatan elektronik sebagai upaya atau alat mencegah
dan meningkatkan status kesehatan, selain itu manfaat
pentingnya HPM dalam bidang keperawatan adalah
mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan pasien terkait dengan
konsep-konsep yang ada pada HPM baik dari aspek
karakteristik individual dan pengalaman, perilaku kognitif
yang spesifik dan pengaruh-pengaruhnya bila ada
kesenjangan maka asuhan keperawatan dapat dilakukan
tentunya dalam perspektif intervensi keperawatan sehingga
tercapai tujuan perilaku untuk meningkatkan dan
mempertahankan status kesehatan yang
optimal.(Jovanly,eduardo,andika)
J. Tahap-tahap Proses Keperawatan Menurut Yura dan Walsh (1967)

Model proses keperawatan dan teori-teori keperawatan dapat


dilihat sebagai bagian dari proses untuk menilai dan mengelola
perawatan pasien. Salah satunya adalah proses keperawatan yang
diajukan oleh Yura dan Walsh (1967) yang mengusulkan bahwa
dalam proses keperawatan harus dikembangkan sebuah pendekatan
pemecahan masalah yang dilaksanakan oleh perawat dangan
mengikuti empat langkah-langkah penanganan pasien :
1. Mengenali masalah dan penyebab masalah terjadi.
2. Menyusun perencanaan untuk menyelesaikan masalah,
dimana perencanaan ini dapat di perbaiki apabila tidak tepat.
3. Melaksanakan tahapan yang telah direncanakan untuk
mengatasi masalah.
4. Mengevaluasi setiap langkah yang telah diambil terhadap
masalah yang telah diatasi.(jantika,eduardo)

Anda mungkin juga menyukai