Anda di halaman 1dari 9

METODE PENELITIAN HUKUM

NAMA: M RIZKI ADITYA


NIM: 02011381722456

FAKULTAS HUKUM KAMPUS BUKIT

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
1

ANALISIS MENGENAI BAGAIMANA CARA MEWUJUDKAN PELAYANAN


PERIZINAN YANG BERPIHAK KEPADA RAKYAT

BAB I
PENDAHULUAN

Perizinan tidak lahir dengan sendirnya secara serta merta, namun mestinya ditopang
oleh “wewenang” yang telah diberikan kepada pejabat publik (pemerintah sebagai pelaksana
undang-undang/ chief excecutive). Pada akhirnya pemberian Izin oleh pemerintah kepada
orang/ individu dan badan hukum dilaksanakan melalui surat keputusan atau ketetapan yang
selanjutnya menjadi ranah hukum administrasi negara.
Perizinan adalah pemberian legalitas kepada seseorang atau pelaku usaha/kegiatan
tertentu, baik dalam bentuk izin maupun tanda daftar usaha. Izin ialah salah satu instrumen
yang paling banyak digunakan dalam hukum administrasi, untuk mengemudikan tingkah laku
para warga. Selain itu izin juga dapat diartikan sebagai dispensasi atau pelepasan/pembebasan
dari suatu larangan.
Terdapat juga pengertian izin dalam arti sempit maupun luas :
a) Izin dalam arti luas yaitu semua yang menimbulkan akibat kurang lebih
sama, yakni bahwa dalam bentuk tertentu diberi perkenaan untuk melakukan
sesuatu yang mesti dilarang.
b) Izin dalam arti sempit yaitu suatu tindakan dilarang, terkecuali
diperkenankan, dengan tujuan agar ketentuan-ketentuan yang disangkutkan
dengan perkenaan dapat dengan teliti diberikan batas-batas tertentu bagi tiap
kasus.
Berbicara tentang perizinan, maka sangat erat kaitannya dengan pelayanan publik
yang mana perizinan merupakan salah satu aspek penting dalam pelayanan publik. Hal ini
dikarenakan tanpa adanya sebuah izin akan banyak hal yang tidak dapat kita lakukan.
Banyaknya aspek kehidupan berwarganegara yang diatur dalam sistem perizinan memberi
bukti bahwa perizinan begitu penting secara hukum.

1
1 Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum Perizinan, Surabaya: Yuridika, 1993, hlm.2. 2 Ibid., hlm. 2-
3.https://www.ombudsman.go.id/artikel/r/artikel--mewujudkan-pelayanan-perizinan-yang-pro-
rakyathttp://www.negarahukum.com/hukum/pengertian-perizinan.html
2

1.1 LATAR BELAKANG

Perizinan sebagai salah satu produk pelayanan publik yang sangat diperlukan oleh
masyarakat tentunya harus berpedoman dengan aturan yang telah diatur oleh instansi itu
sendiri. Oleh karena itu Ombudsman RI sebagai sebuah lembaga negara yang mempunyai
kewenangan sebagai pengawas pelayanan publik yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang
Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman RI sangat berharap adanya upaya yang nyata
dari pemerintah terkhusus di Provinsi Sulawesi Barat dalam peningkatan pelayanan
perizinan. Hal ini demi mewujudkan pelayanan perizinan yang efektif, efisien, dan tentunya
pro rakyat. Sehingga akan memberikan kepastian hukum bagi masyarakat dalam melakukan
pengurusan perizinan.

Sehingga muncul sebuah pertanyaan sederhana, apakah pelayanan publik dibidang


perizinan yang ada di Sulawesi Barat sudah sesuai harapan masyarakat? Tentu sebagian besar
masyarakat akan menjawab TIDAK. Jawaban ini juga sejalan dengan aduan masyarakat yang
cukup banyak terkait pelayanan perizinan yang masuk pada Ombudsman RI Perwakilan
Provinsi Sulawesi Barat. Dari beberapa aduan yang ada jika diklasifikasikan kedalam bentuk
maladministrasi, maka bentuk maladministrasi berupa penyimpangan prosedur dan
penundaan berlarut yang sering dialami masyarakat jika melakukan pengurusan perizinan.

Pemerintah daerah dalam upayanya untuk memperbaiki pelayanan terkhusus dibidang


perizinan tentu harus memperhatikan beberapa aspek. Dalam tulisan ini, Penulis mencoba
mengklasifikasikan 3 (tiga) aspek yang dapat menjadi perhatian pemerintah dalam
mewujudkan pelayanan perizinan yang lebih baik dan tentunya terhindar dari perbuatan
maladministrasi.

2
https://www.ombudsman.go.id/artikel/r/artikel--mewujudkan-pelayanan-perizinan-yang-pro-rakyat
1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan hal-hal tersebut, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian sebagai
berikut:
1. Apakah kompetensi penyelenggara layanan dalam memberikan informasi sudah
akurat kepada masyarakat?

2. Apakah pelayanan selama ini sudah membuat masyrakat puas akan hal itu?

3. Apakah pemerintah daerah maupun pemerintah pusat sudah menyediakan layanan


pengaduan internal?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan Skripsi ini adalah :

1. Untuk menyadarkan pembaca beserta pemerintah tentang seberapa akurat informasi


dari penyelenggata layanan kepada masyarakat
2. Untuk mengubah pelayanan perizinan agar pro kepada rakyat

1.4 Metode Penelitian

Dalam penulisan ini penulis menggunakan metode penelitian berupa:

Jenis penelitian

Jenis penelitian di dalam penyusunan Skripsi ini lebih ditekankan ke penelitian hukum
Empiris yaitu pengumpuluan data-data lapangan.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 PELAYANAN PERIZINAN

Poin pertama yang perlu diperhatikan adalah kompetensi penyelenggara layanan


dalam memberikan informasi yang akurat kepada pengguna layanan. Setidaknya ada 4
(empat) unsur informasi yang wajib disampaikan penyelenggara layanan kepada pengguna
layanan. Penyelenggara layanan harus memberikan informasi yang jelas dan akurat mengenai
mekanisme dan prosedur perizinan, persyaratan yang harus dipenuhi dalam melakukan
perizinan, jangka waktu penyelesaian permohonan perizinan serta ada tidaknya biaya dalam
melakukan suatu perizinan. Dengan adanya penyelenggaraan informasi-informasi diatas
tentunya akan mewujudkan sikap keterbukaan dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat dan tentunya akan lebih memudahkan masyarakat dalam melakukan proses
permohonan perizinan.

3
Poin kedua adalah ketepatan waktu pelayanan, kepuasan pengguna layanan dalam
sebuah pelayanan perizinan dapat diukur dari sejauh mana penyelenggara layanan
menyelesaikan proses perizinan sesuai jangka waktu yang telah ditentukan dalam standar
pelayanan. Permohonan perizinan yang telah memenuhi seluruh persyaratan untuk
memperoleh sebuah izin harusnya dapat terselesaikan tepat waktu dan tidak ditunda oleh
penyelenggara layanan dengan alasan yang tidak jelas. Selain itu dalam permohonan
perizinan seharusnya tidak ada lagi syarat tambahan yang diberikan sehingga akan
menimbulkan penundaan pada proses penyelesaian izin tersebut. Hal ini dilakukan untuk
mencegah terjadinya sebuah maladministasi berupa penundaan berlarut dalam proses
perizinan.
Poin ketiga yang perlu menjadi perhatian adalah tersedianya layanan pengaduan
internal. Pemerintah daerah terkhusus pelayanan dibidang perizinan seharusnya memiliki
layanan pengaduan internal. Layanan pengaduan ini setidaknya memiliki komponen-
komponen seperti mekanisme dan proses pengaduan, jangka waktu proses penanganan
pengaduan, serta memiliki petugas khusus yang mempunyai kewenangan untuk melakukan
pengelolaan pengaduan. Kewajiban pemerintah daerah dalam melengkapi sebuah layanan
pengaduan internal telah diatur dalam Pasal 8 ayat 2 huruf (b) Undang-Undang Nomor 25
tahun 2009 tentang Pelayanan Publik bahwa Penyelenggara Pelayanan Publik sekurang-
kurangnya meliputi pengelolaan pengaduan masyarakat. Serta dalam Pasal 21 huruf j yang
berbunyi komponen standar pelayanan sekurang-kurangnya meliputi penanganan pengaduan,
saran, dan masukan. Dengan adanya pengaduan internal tentunya akan memudahkan
pengguna layanan dalam menyampaikan keluhannya atas pelayanan yang diperolehnya dan

3
https://www.ombudsman.go.id/artikel/r/artikel--mewujudkan-pelayanan-perizinan-yang-pro-rakyat
berharap petugas pengelola pengaduan internal dapat menindaklanjuti pengaduan tersebut
dengan baik.

Setelah penulis mencari dan menggali info mengenai pusat layanan pengaduan di
dalam ruang lingkup perizinan, penulis pun menemukan PP No. 24/2018 tentang Pelayanan
Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik. Berikut alasan dari pemerintah membuat
PP No. 24/2018 yang disunting dari salah satu website terpercaya.

Jakarta, Kominfo - Dalam rangka percepatan dan peningkatan penanaman modal dan
berusaha, pemerintah memandang perlu menerapkan pelayanan Perizinan Berusaha
terintegrasi secara elektronik.
Atas dasar pertimbangan tersebut, pada 21 Juni 2018, Presiden Joko Widodo telah
menandatangani Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha
Terintegrasi Secara Elektronik.
Ditegaskan dalam PP ini, jenis Perizinan Berusaha terdiri atas: a. Izin Usaha; dan b.
Izin Komersial atau Operasional. Sementara pemohon Perizinan Berusaha terdiri atas: a.
Pelaku Usaha perseorangan; dan b. Pelaku Usaha non perseorangan.
Perizinan Berusaha, menurut PP ini, diterbitkan oleh menteri, pimpinan lembaga,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai kewenangannya, termasuk Perizinan Berusaha yang
kewenangan penerbitannya telah dilimpahkan atau didelegasikan kepada pejabat lainnya.
“Pelaksanaan kewenangan penerbitan Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud,
termasuk penerbitan dokuman lain yang berkaitan dengan Perizinan Berusaha wajib
dilakukan melalui Lembaga OSS,” bunyi Pasal 19 PP ini.
Lembaga OSS berdasarkan ketentuan PP ini, untuk dan atas nama menteri, pimpinan
lembaga, gubernur, atau bupati/wali kota menerbitkan Perizinan Berusaha sebagaimana
dimaksud, dalam bentuk Dokumen Elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang informasi dan transaksi elektronik.
Dokumen Elektronik sebagaimana dimaksud disertai dengan Tanda Tangan
Elektronik, yang berlaku sah dan mengikat berdasarkan hukum serta merupakan alat bukti
yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, dan dapat dicetak (print out).

2.2 Pelaksanaan Perizinan Berusaha

Menurut PP ini, Pelaku Usaha melakukan Pendaftaran untuk kegiatan berusaha


dengan cara mengakses laman OSS.
Dalam hal Pelaku Usaha merupakan perseorangan pendaftaran dilakukan dengan cara
memasukkan NIK (Nomor Induk Kependudukan); nomor pengesahan akta pendirian atau
nomor pendaftaran PT, yayasan/badan usaha yang didirikan oleh yayasan, koperasi,
persekutuan komenditer, persekutuan firma, persekutuan perdata; dasar hukum pembentukan
perusahaan umum, perusahaan umum daerah, badan hukum lainnya yang dimiliki oleh
negara, lembaga penyiaran publik, atau badan layanan umum.
Selanjutnya, setelah mendapatkan akses dalam laman OSS mengisi data yang
ditentukan. “Dalam hal Pelaku Usaha yang melakukan Pendaftaran sebagaimana dimaksud
belum memiliki NPWP. OSS memproses pemberian NPWP,” bunyi Pasal 23 PP ini.
Selanjutnya, Lembaga OSS menerbitkan NIB (Nomor Induk Berusaha) setelah Pelaku
Usaha melakukan Pendaftaran melalui pengisian data secara lengkap dan mendapatkan
NPWP. NIB berbentuk 13 (tiga belas) digit angka acak yang diberi pengaman dan disertai
dengan Tanda Tangan Elektronik.
Menurut PP ini, NIB merupakan identitas berusaha dan digunakan oleh Pelaku Usaha
untuk mendapatkan Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional, termasuk untuk
pemenuhan persyaratan Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional.
“NIB sebagaimana dimaksud berlaku juga sebagai: a. TDP (Tanda Daftar Perusahaan)
sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di bidang tanda daftar
perusahaan; b. API (Angka Pengenal Impor) sebagaimana dimaksud dalam peraturan
perundang-undangan di bidang perdagangan; dan c. Hak akses kepabeanan sebagaimana
dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan,” bunyi Pasal 26 PP
ini.
Ditegaskan dalam PP ini, Pelaku Usaha yang telah mendapatkan NIB sekaligus
terdaftar sebagai peserta jaminan sosial kesehatan dan jaminan sosial ketenagakerjaan.
Dalam hal Pelaku Usaha akan mempekerjakan tenaga kerja asing, menurut PP ini,
Pelaku Usaha mengajukan pengesahan RPTKA (Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing),
dengan mengisi data pada laman OSS. Selanjutnya sistem OSS memproses pengesahan
RPTKA sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, dan pengesahan RPTKA
itu merupakan izin mempekerjakan tenaga kerja asing.
Ditegaskan dalam PP ini, Izin Usaha wajib dimiliki oleh Pelaku Usaha yang telah
mendapatkan NIB, dan Lembaga OSS menerbitkan Izin Usaha berdasarkan Komitken
kepada: a. Pelaku Usaha yang tidak memerlukan prasarana untuk menjalkan usaha dan/atau
kegiatan; dan b. Pelaku Usaha yang memerlukan prasarana untuk menjalankan usaha
dan/atau kegiatan dan telah memiliki atau menguasai prasarana sebagaimana
dimaksud.“Lembaga OSS menerbitkan Izin Usaha berdasarkan Komitmen kepada Pelaku
Usaha yang memerlukan 4prasarana untuk menjalankan usaha dan/atau kegiatan tapi belum
memiliki 5atau menguasai prasarana setelah Lembaga OSS menerbitkan: a. Izin Lokasi; b.
Izin Lokasi Perairan; c. Izin Lingkungan; dan/atau d. IMB.

4
https://www.ombudsman.go.id/artikel/r/artikel--mewujudkan-pelayanan-perizinan-yang-pro-
rakyathttps://www.kominfo.go.id/content/detail/13307/inilah-pp-no-242018-tentang-pelayanan-perizinan-
berusaha-terintegrasi-secara-elektronik/0/berita
Pelaku Usaha yang telah mendapatkan Izin Usaha sebagaimana dimaksud, menurut
PP ini, dapat melakukan kegiatan: a. pengadaan tanah; b. perubahan luas lahan; c.
pembangunan bangunan gedung dan pengoperasiannya; d. pengadaan peralatan atau sarana;
e. pengadaan sumber daya manusia; f. penyelesaian sertifikasi atau kelaikan; g. pelayanan uji
coba produksi; dan/atau h. pelaksanaan produksi.
Sementara Pelaku Usaha yang telah mendapatkan Izin Usaha namun belum
menyelesaikan: a. Amdal; dan/atau b. rencana teknis bangunan gedung, menurut PP ini,
belum dapat melakukan kegiatan pembangunan bangunan gedung.
Dalam PP ini disebutkan, Lembaga OSS menerbitkan Izin Komersial atau
Operasional berdasarkan Komitmen untuk memenuhi: a. standar, sertifikat, dan/atau lisensi;
dan/atau b. pendaftaran barang/jasa sesuai dengan jenis produk dan/atau jasa yang
dikomersialkan oleh Pelaku Usah melalui sistem OSS.
“Lembaga OSS membatalkan Izin Usaha yang sudah diterbitkan dalam hal Pelaku
Usaha tidak menyelesaikan pemenuhan Komitmen dan/atau Izin Komersial atau
Operasional,” bunyi Pasal 40 PP ini.
Ditegaskan dalam PP ini, Izin Usaha dan/atau Izin Komersial atau Operasional
berlaku efektif setelah Pelaku Usaha menyelesaikan Komitmen dan melakukan pembayaran
biaya Perizinan Berusaha sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pemenuhan Komitmen yang diatur dalam PP ini meliputi Izin Lokasi, Izin Lokasi
Perairan, Izin Lingkungan, dan/atau Izin Mendirikan Bangunan.

2.3 Lembaga OSS

Ditegaskan dalam PP ini, Lembaga OSS berwenang untuk: a. menerbitkan Perizinan


Berusaha melalui sistem OSS; b. menetapkan kebijakan pelaksanaan Perizinan Berusaha
melalui sistem OSS; c. menetapkan petunjuk pelaksanaan penerbitan Perizinan Berusaha
pada sistem OSS; d. Mengelola dan mengembangkan sistem OSS; dan e. Bekerja sama
dengan pihak lain dalam pelaksanaan, pengelolaan, dan pengembangan sistem OSS.
“Pelaksanaan kewenangan sebagaimana dimaksud dilakukan dengan berkoordinasi
dengan menteri, pimpinan lembaga, gubernur, dan/atau bupati/wali kota, difasilitasi oleh
menteri koordinator yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perekonomian,”
bunyi Pasal 94 ayat (2,3) PP ini.
Dalam ketentuan peralihan disebutkan, Perizinan Berusaha yang telah diajukan oleh
Pelaku Usaha sebelum berlakunya PP ini, diproses melalui sistem OSS sesuai dengan
ketentuan PP ini.
“Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan,” bunyi Pasal 107
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018, yang telah diundangkan oleh Menteri Hukum
dan HAM Yasonna H. Laoly pada 21 Juni 2018.

Anda mungkin juga menyukai