MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah :Ilmu Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Mufidah M.pd
Disusun oleh :
Anggik hartian 1608076017
Diana agustin 16080760
BAB II PEMBAHSAN
Islam sebagai agama yang sempurna ………………………………………………. 2
Pengertian paradigma ………………………………………………………………. 2
Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan ………………………………………… 3
BABIII PENUTUP
Kesimpulan …………………………………………………………….. 8
Saran …………………………………………………………………… 8
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 9
BAB I
PENDAHULUAN
C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui konsep Ilmu Pendidikan.
2. Mengetahui paradigma ilmu pendidikan dalam Islam
3. Mengetahui metode pedidikan yang mutakin dalam islam
D. Manfaat Makalah
1. Teoritis
Konsep Pendidikan Islam dapat menjadi fondamen serta sumber dari segala kegiatan pendidikan
Islam itu dilakukan. Maksudnya, pelaksanaan pendidikan Islam harus berlandaskan atau
bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits.
2. Praktis
Ilmu Pendidikan Islam haruslah ditunjukan kepada praktek-praktek perbuatan yang
mempengaruhi anak diduknya. Didalam situasi pendidikan mengarahkan diri pada perwujudan
realisasi ide-ide.
Pendidikan merupkan arah perkembangan yang subjek didik. Arah itulah yang akan
dicapai sehingga jelas sampai di mana perkembangan subjek didik, kebutuhannya, peraannya,
perhatiannya, bahkan lingkungan, Arah ini juga menentukan sikap dan tindakan pendidikan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
B. Pengertian Paradigma
Paradigma Islam secara etimologi berasal dari bahasa inggris paradigm yang berasal
dari type of something, model, petern (bentuk sesuatu, model, pola). Menurut plato
paradigma dalam republiknya dengan art” a baste formecompasing your entire
desting” yang berarti sesuatu yang diciptakan untuk sesuatu sebab. Sedangkan secara
terminologi paradigma berarti a total view of problem, a total aoutlook, not just a problem
isolation. Paradigma merupakan cara masing-masing orang memandang dunia,
memandang persoalan, alur berfikir seseorang yang terbentuk karena pengalaman dan
pilihan-pilihan.
Pengertian paradigma yang ada dalam kamus filsafat diantaranya sebagai berikut:
a. Cara pandang sesuatu
b. Dalam ilmu pengetahuan diartikan sebagai model, pola, ideal
c. Totalitas premis-premis teoritis dan metodologis yang menentukan atau
mendefinisikan studi ilmiah konkret
d. Dasar untuk menyeleksi problem-problem
Tak satupun persoalan, termasuk persoalan pendidikan, yang luput dari jangkauan
ajaran islam sekalipun cakupannya tidak menyentuh pada aspek-aspek tehnik operasional.
Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an
ْ ب ِم ْن ش
ۚ ٍَيء ْ ير بِ َجنَا َح ْي ِه إِ ََّل أ ُ َم ٌم أ َ ْمثَالُ ُك ْم ۚ َما فَ َّر
ِ طنَا فِي ْال ِكت َا ِ َو َما ِم ْن دَابَّ ٍة فِي ْاْل َ ْر
َ ض َو ََل
ُ طائِ ٍر يَ ِط
َث ُ َّم إِلَ ٰى َربِ ِه ْم يُحْ ش َُرون
Ketika Islam dijadikan Paradigma Ilmu Pendidikan paling tidak berpijak pada tiga
alasan:
1. Ilmu Pendidikan sebagai ilmu humaniora tergolong ilmu normatif, karena ia terkait
oleh norma-norma tertentu. Pada taraf ini, nilai-nilai Islam sangat berkompeten untuk
5
dijadikan norma dalam Ilmu Pendidikan. Landasan normatif Islam dalam hal
pendidikan, sebagai berikut:
a. Islam meletakkan prinsip kurikulum, strategi, dan tujuan pendidikan berdasarkan
aqidah Islam. Pada aspek ini diharapkan terbentuk sumber daya manusia terdidik
dengan aqliyah Islamiyah (pola berfikir islami) dan nafsiyah islamiyah (pola sikap
yang islami).
b. Pendidikan harus diarahkan pada pengembangan keimanan, sehingga melahirkan
amal shaleh dan ilmu yang bermanfaat. Prinsip ini mengajarkan pula bahwa di
dalam Islam yang menjadi pokok perhatian bukanlah kuantitas, tetapi kualitas
pendidikan. Perhatikan bagaimana Al Quran mengungkapkan tentang ahsanu
amalan atau amalan shalihan (amal yang terbaik atau amal shaleh).
c. Pendidikan ditujukan dalam kaitan untuk membangkitkan dan mengarahkan
potensi-potensi baik yang ada pada diri setiap manusia selaras dengan fitrah
manusia dan meminimalisir aspek yang buruknya.
d. Keteladanan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam suatu proses
pendidikan. Dengan demikian sentral keteladanan yang harus diikuti adalah
Rasulullah saw. Dengan demikian Rasulullah saw. merupakan figur sentral
keteladanan bagi manusia.
2. Alasan kedua adalah, dalam menganalisis masalah pendidikan, para ahli selama ini
cenderung mengambil teori-teori dan falsafah Pendidikan Barat. Falsafah Pendidikan
Barat lebih bercorak sekuler yang memisahkan berbagai dimensi kehidupan.
Sedangkan masyarakat Indonesia lebih bersifat religius. Atas dasar itu, nilai-nilai ideal
Islam sangat memungkinkan untuk dijadikan acuan dalam mengkaji fenomena
kependidikan.
Islam memiliki perbedaan dalam hal ilmu pengetahuan dibandingkan dengan konsep
sekuler dan konsep sosialis. Dimana konsep Islam tidak pernah megalami konflik dengan
sistem pengetahuan rasional.
1. Paradagima sekuler, yaitu paradigma yang memandang agama dan iptek adalah
terpisah satu sama lain. Sebab, dalam ideologi sekularisme Barat, agama telah
dipisahkan dari kehidupan (fashl al-din ‘an al-hayah). Agama tidak dinafikan
eksistensinya, tapi hanya dibatasi perannya dalam hubungan pribadi manusia dengan
tuhannya. Agama tidak mengatur kehidupan umum/publik. Paradigma ini memandang
agama dan iptek tidak bisa mencampuri dan mengintervensi yang lainnya. Agama dan
iptek sama sekali terpisah baik secara ontologis (berkaitan dengan pengertian atau
hakikat sesuatu hal), epistemologis (berkaitan dengan cara memperoleh pengetahuan),
dan aksiologis (berkaitan dengan cara menerapkan pengetahuan).
Paradigma ini mencapai kematangan pada akhir abad XIX di Barat sebagai jalan keluar
dari kontradiksi ajaran Kristen (khususnya teks Bible) dengan penemuan ilmu
pengetahuan modern. Semula ajaran Kristen dijadikan standar kebenaran ilmu
pengetahuan. Tapi ternyata banyak ayat Bible yang berkontradiksi dan tidak relevan
dengan fakta ilmu pengetahuan. Contohnya, menurut ajaran gereja yang resmi, bumi
itu datar seperti halnya meja dengan empat sudutnya. Padahal faktanya, bumi itu bulat
berdasarkan penemuan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari hasil pelayaran
Magellan. Dalam Bible dikatakan:
“Kemudian daripada itu, aku melihat empat malaikat berdiri pada keempat penjuru
angin bumi dan mereka menahan keempat angin bumi, supaya jangan ada angin
bertiup di darat, atau di laut, atau di pohon-pohon.”
Kalau konsisten dengan teks Bible, maka fakta sains bahwa bumi bulat tentu harus
dikalahkan oleh teks Bible. Ini tidak masuk akal dan problematis. Maka, agar tidak
problematis, ajaran Kristen dan ilmu pengetahuan akhirnya dipisah satu sama lain dan
tidak boleh saling intervensi.
Paradigma tersebut didasarkan pada pikiran Karl Marx (w. 1883) yang ateis dan
memandang agama (Kristen) sebagai candu masyarakat, karena agama menurutnya
membuat orang terbius dan lupa akan penindasan kapitalisme yang kejam. Karl Marx
mengatakan:
“Religion is the sigh of the oppressed creature, the heart of the heartless world, just
as it is the spirit of a spiritless situation. It is the opium of the people.” [Agama adalah
keluh-kesah makhluk tertindas, jiwa dari suatu dunia yang tak berjiwa, sebagaimana
ia merupakan ruh/spirit dari situasi yang tanpa ruh/spirit. Agama adalah candu bagi
rakyat]
Berdasarkan paradigma sosialis ini, maka agama tidak ada sangkut pautnya sama
sekali dengan iptek. Seluruh bangunan ilmu pengetahuan dalam paradigma sosialis
didasarkan pada ide dasar materialisme, khususnya Materialisme Dialektis . Paham
Materialisme Dialektis adalah paham yang memandang adanya keseluruhan proses
perubahan yang terjadi terus menerus melalui proses dialektika, yaitu melalui
7
pertentangan-pertentangan yang ada pada materi yang sudah mengandung benih
perkembangan itu sendiri
3. Alasan ketiga adalah dengan menjadikan Islam sebagai Paradigma , maka keberadaan
Ilmu Pendidikan memiliki ruh yang dapat menggerakkan kehidupan spiritual dan
kehidupan yang hakiki. Tanpa ruh ini berarti pendidikan telah kehilangan ideologinya.
Tak terbantahkan lagi bahwa Islam adalah agama yang Par excellent, sempurna.
Segala aspek kehidupan manusia di atur di dalamnya. Tak terkecuali masalah pendidikan.
Pendidikan di dalam Islam, diarahkan untuk memanusiakan manusia, dengan bahasa lain
untuk mengembalikan manusia kepada fitrahnya. Manusia adalah makhluk yang taat,
tunduk patuh kepada aturan, selalu condong kepada kebenaran. Maka jelas di sini bahwa
ketika Islam dijadikan paradigma Ilmu Pendidikan, produk dari pendidikan itu sendiri akan
sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Salah satu keutamaan pendidikan adalah amar ma’ruf nahi munkar. Dalam al-
Qur’an surat An-Nahl ayat 125:
•Community-based
Community based di sini berarti suatu pembelajaran haruslah berorientasi terhadap
keperluan masyarakat maupun kepentingan konsumen. Sehingga proses
pembelajaran peserta didik tidak hanya terbatas pada ruang kelas saja melainkan
mereka juga bisa mempelajari berbagai macam aspek kehidupan bermasyarakat
yang terdapat di sekitar mereka. Jadi secara tidak langsung mereka bisa berlatih
sekaligus belajar untuk mengambil peran yang positif di dalam lingkungannya.
•Elective
Di samping menyediakan materi pelajaran yang sudah terstruktur berdasarkan
kurikulum, sebuah sekolah setidaknya juga harus menyediakan berbagai macam
program pilihan yang bisa diambil oleh para siswa berdasarkan minat, bakat dan
tujuanmasing-masing.
•Systematic
Di sini suatu pembelajaran akan dikembangkan sesuai dengan materi, tujuan dan
masing-masingtahapannya.
9
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Konsep Ilmu pendidikan berarti proses penyampaian sesuatu sampai pada batas
kesempurnaan yang dilakukan secara tahap demi tahap, seperti halnya dalam kegiatan
pembelajaran yang mendayagunakan berbagai potensi jiwa dengan identik mendidik.
Ngalim Purwanto misalnya, mengatakan bahwa mendidik ialah memimpin anak.
Pekerjaan mendidik itu sama halnya dengan pekerjaan tukang kebun yang memelihara
tanaman-tanamannya. Tujuan konsep pendidikan islam yang terkait erat dengan tujuan
penciptaan manusia sebagai kholifah Allah dan Hamba Allah, dalam rangkaian tujuan
pendidikan islam, salah satu pakar pendidikan islam mengutarakan rincian tujuannya
yaitu:
a) Persiapan membentuk akhlaq
b) Persiapan kehidupan di dunia dan akhirat
c) Persiapan untuk mencari rizki
11