Gyncologi
Gyncologi
OLEH :
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat-
Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun sebagai salah
satu tugas yang diberikan dosen guna memenuhi nilai. Makalah ini tidak dapat terwujud
tanpa bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan
terima kasih.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan makalah ini tentunya tidak
terlepas dari segala kekurangan maupun kelebihannya. Oleh karena itulah, kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca sangat penulis butuhkan demi kesempurnaan
penyusunan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Penyakit Kandungan ....................................................................................... 3
2.2 Macam-Macam penyakit Kandungan ...................................................... 3
2.2.1 Radang Genetelia Eksterna .................................................................. 3
2.2.2 Radang Genetelia interna ..................................................................... 11
2.3 Pemeriksaan Gynecologi ................................................................................ 25
Penyebab
Bartolinitis disebabkan oleh infeksi kuman pada kelenjar bartolin yang
terletak di bagian dalam vagina agak keluar. Mulai dari chlamydia, gonorrhea,
dan sebagainya. Infeksi ini kemudian menyumbat mulut kelenjar tempat
diproduksinya cairan pelumas vagina.
Tanda dan Gejala
1) Pada Vulva terjadi perubahan warna, kulit, membengkak, timbunan nanah
dalam kelenjar, nyeri tekan
2) Kalenjar Bartolin membengkak, terasa nyeri sekali bila penderita berjalan
atau duduk, juga dapat disertai demam.
3) Kebanyakkan wanita dengan penderita ini datang ke PUSKESMAS dengan
keluhan keputihan dan gatal, rasa sakit saat berhubungan dengan suami,
rasa sakit saat buang air kecil, atau ada benjolan di sekitar alat kelamin.
4) Terdapat abses pada daerah kelamin
5) Pada pemeriksaan fisik ditemukan cairan mukoid berbau dan bercampur
dengan darah. Juga dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan
memeriksa hapusan urethra dan vulva dengan metode blue atau gram,
positif bila dijumpai banyak sel nanah dan diplokokkus intra maupun
ekstraseluler.
Pengobatan
Pengobatan yang cukup efektif saat ini adalah dengan:
1) Antibiotika golongan cefadroxyl 500 mg, diminum 3×1 sesudah makan,
selama sedikitnya 5-7 hari,
2) Asam mefenamat 500 mg (misalnya: ponstelax, molasic, dll), diminum 3×1
untuk meredakan rasa nyeri dan pembengkakan, hingga kelenjar tersebut
mengempis,
3) Eritromisin 4 x 0,5 gram perhari selama 5-10 hari, suntikan 1.000.000 S
Depot penisilin sehari selama 6-7 hari, atau jika ada alergi terhadap
penisilin dapat diberi chlorampenicol 1 gr intravena (i.v.) atau
intramuskuler (i.m.).
4) Juga dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan memeriksa hapusan
urethra dan vulva dengan metode blue atau gram, positif bila dijumpai
banyak sel nanah dan diplokokkus intra maupun ekstraseluler. Jika sudah
bernanah mencari jalan sendiri atau harus dikeluarkan dengan sayatan
karena jika tidak akan menjadi kista.
2. Vaginitis
Pengertian
Radang pada vagina yang disebabkan karena flora vagina telah terganggu
oleh adanya mikroorganisme pathogen atau perubahan lingkungan vagina yang
memungkinkan mikroorganisme pathogen berkembangbiak/berproliferasi.
Vaginitis merupakan infeksi pada vagina yang disebabkan oleh berbagai bakteri
parasit dan jamur.
Penyebab
1) Infeksi
2) Bakteri (misalnya klamidia, gonokokus)
3) Jamur (misalnya kandida), terutama pada penderita diabetes, wanita hamil
dan pemakai antibiotik
4) Protozoa (misalnya Trichomonas vaginalis)
5) Virus (misalnya virus papiloma manusia dan virus herpes).
6) Zat atau benda yang bersifat iritatif
7) Spermisida, pelumas, kondom, diafragma, penutup serviks dan spons
8) Sabun cuci dan pelembut pakaian
9) Deodoran
10) Zat di dalam air mandi
11) Pembilas vagina
12) Pakaian dalam yang terlalu ketat, tidak berpori-pori dan tidak menyerap
keringat
13) Tinja
14) Tumor ataupun jaringan abnormal lainnya
15) Terapi penyinaran
Gejala
Gejala yang paling sering ditemukan adalah :
1) Keluarnya cairan abnormal dari vagina. Dikatakan abnormal jika
jumlahnya sangat banyak, baunya menyengat atau disertai gatal-gatal dan
nyeri. Cairan yang abnormal sering tampak lebih kental dibandingkan
cairan yang normal dan warnanya bermacam-macam. Misalnya bisa
seperti keju, atau kuning kehijauan atau kemerahan. Infeksi vagina karena
bakteri cenderung mengeluarkan cairan berwarna putih, abu-abu atau
keruh kekuningan dan berbau amis. Setelah melakukan hubungan seksual
atau mencuci vagina dengan sabun, bau cairannya semakin menyengat
karena terjadi penurunan keasaman vagina sehingga bakteri semakin
banyak yang tumbuh.
2) Vulva terasa agak gatal dan mengalami iritasi. Infeksi jamur menyebabkan
gatal-gatal sedang sampai hebat dan rasa terbakar pada vulva dan vagina.
Kulit tampak merah dan terasa kasar. Dari vagina keluar cairan kental
seperti keju.
Infeksi ini cenderung berulang pada wanita penderita diabetes dan wanita
yang mengkonsumsi antibiotik. Infeksi karena Trichomonas
vaginalis menghasilkan cairan berbusa yang berwarna putih, hijau
keabuan atau kekuningan dengan bau yang tidak sedap.Gatal-gatalnya
sangat hebat.
3) Cairan yang encer dan terutama jika mengandung darah, bisa disebakan
oleh kanker vagina, serviks (leher rahim) atau endometrium.
4) Polip pada serviks bisa menyebabkan perdarahan vagina setelah
melakukan hubungan seksual.
5) Rasa gatal atau rasa tidak enak pada vulva bisa disebabkan oleh infeksi
virus papiloma manusia maupun karsinoma in situ (kanker stadium awal
yang belum menyebar ke daerah lain). Luka terbuka yang menimbulkan
nyeri di vulva bisa disebabkan oleh infeksi herpes atau abses. Luka
terbuka tanpa rasa nyeri bisa disebabkan ole kanker atau sifilis. Kutu
kemaluan (pedikulosis pubis) bisa menyebabkan gatal-gatal di daerah
vulva.
Pengobatan
1) Jika cairan yang keluar dari vagina normal, pembilasan dengan air bisa
membantu mengurangi jumlah cairan.
2) Cairan vagina akibat vaginitis perlu diobati secara khusus sesuai dengan
penyebabnya. Jika penyebabnya adalah infeksi, diberikan :
a. Antibiotic
b. Anti-jamur
c. Anti-virus, tergantung kepada organisme penyebabnya. \
3) Untuk mengendalikan gejalanya bisa dilakukan pembilasan vagina dengan
campuran cuka dan air. Tetapi pembilasan ini tidak boleh dilakukan
terlalu lama dan terlalu sering karena bisa meningkatkan resiko terjadinya
peradangan panggul.
4) Jika akibat infeksi labia (lipatan kulit di sekitar vagina dan uretra)
menjadi menempel satu sama lain, bisa dioleskan krim estrogen selama 7-
10 hari. Selain antibiotik, untuk infeksi bakteri juga diberikan jeli asam
propionat agar cairan vagina lebih asam sehingga mengurangi
pertumbuhan bakteri.
5) Pada infeksi menular seksual, untuk mencegah berulangnya infeksi, kedua
pasangan seksual diobati pada saat yang sama.
6) Penipisan lapisan vagina pasca menopause diatasi dengan terapi sulih
estrogen. Estrogen bisa diberikan dalam bentuk tablet, plester kulit
maupun krim yang dioleskan langsung ke vulva dan vagina.
Penyebab
Servisitis disebabkan oleh kuman-kuman seperti : trikomonas vaginalis,
kandida dan mikoplasma atau mikroorganisme aerob dan anaerob endogen
vagina seperti streptococcus, enterococus, e.coli, dan stapilococus . Kuman-
kuman ini menyebabkan deskuamasi pada epitel gepeng dan perubahan
inflamasi kromik dalam jaringan serviks yang mengalami trauma.
Dapat juga disebabkan oleh robekan serviks terutama yang menyebabkan
ectropion, alat-alat atau alat kontrasepsi, tindakan intrauterine seperti dilatasi,
dan lain-lain.
Servicitis dapat disebabkan oleh salah satu dari sejumlah infeksi, yang
paling umum adalah :
1) Klamidia dan gonore, klamidia dengan akuntansi untuk sekitar 40%
kasus. Gonorroe, sediaan hapus dari fluor cerviks terutama purulen.
2) Trichomonas vaginalis dan herpes simpleks adalah penyebab yang kurang
umum dari cervicitis.
3) Peran Mycoplasma genitalium dan vaginosis bakteri dalam menyebabkan
servisitis masih dalam penyelidikan.
4) Sekunder terhadap kolpitis.
5) Tindakan intra dilatasi dll.
6) Alat-alat atau obat kontrasepsi.
7) Robekan serviks terutama yang menyebabkan ectroption/ extropin
Beberapa faktor yang mempengaruhi insiden kanker serviks yaitu:
1) Usia.
2) Jumlah perkawinan
3) Hygiene dan sirkumsisi
4) Status sosial ekonomi
5) Pola seksual
6) Terpajan virus terutama virus HIV
7) Merokok
Tanda dan Gejala
1) Keputihan hebat, biasanya kental dan biasanya berbau, sering menimbulkan
erosi pada portio yang tampak seperti daerah merah menyala.Pada
pemeriksaan inspekulo kadang-kadang dapat dilihat keputihan yang kental
keluar dari kanalis servikalis. Kalau portio normal tidak ada ectropion
(mukosa kanalis servikalis tampak dari luar), maka harus diingat
kemungkinan gonorroe.
2) Gejala-gejala non spesifik seperti nyeri punggung, dan gangguan kemih,
perdarahan saat melakukan hubungan seks.
3) Perdarahan
4) Cepat Lelah
5) Kehilangan berat badan
6) Anemia
Pencegahan
Pencegahan terhadap kanker serviks dapat dilakukan dengan program
skrinning dan pemberian vaksinasi. Di negara maju, kasus kanker jenis ini sudah
mulai menurun berkat adanya program deteksi dini melaluipap smear. Vaksin
HPV akan diberikan pada perempuan usia 10 hingga 55 tahun melalui suntikan
sebanyak tiga kali, yaitu pada bulan ke nol, satu, dan enam. Dari penelitian yang
dilakukan, terbukti bahwa respon imun bekerja dua kali lebih tinggi pada remaja
putri berusia 10 hingga 14 tahun dibanding yang berusia 15 hingga 25 tahun.
Pengobatan
Luka yang terinfeksi seperti halnya luka bedah yang terinfeksi lainnya,
harus diatasi dengan pemasangan brainase. Salah satu terapi kombinasi
antibiotik berspektrum luas. Harus diberikan kepada keadaan ini. Rasa nyeri
diringankan dengan penggunaan preparat analgesik yng efektif dan bila terjadi
retensi urin, pemasangan indwelling catheter harus dilakukan.
2) Endometritis
Pengertian
Endometritis adalah keradangan pada dinding uterus yang umumnya
disebabkan oleh partus. Dengan kata lain endometritis didefinisikan sebagai
inflamasi dari endometrium. Derajat efeknya terhadap fertilitas bervariasi
dalam hal keparahan radang, waktu yang diperlukan untuk penyembuhan lesi
endometrium, dan tingkat perubahan permanen yang merusak fungsi dari
glandula endometrium dan/atau merubah lingkungan uterus dan/atau oviduk.
Organisme nonspesifik primer yang dikaitkan dengan patologi endometrial
adalah Corynebacterium pyogenes dan gram negatif anaerob.
Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari rahim).
Infeksi ini dapat terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada serviks atau infeksi
tersendiri dan terdapat benda asing dalam rahim.
Penyebab
Kuman-kuman memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas insersio
plasenta, dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium.
Pada infeksi dengan kuman yang tidak seberapa pathogen, radang terbatas pada
endometrium. Jaringan desidua bersama-sama dengan bekuan darah menjadi
nekrotis dan mengeluarkan getah berbau dan terdiri atas keeping-keping
nekrotis serta cairan. Pada batas antara daerah yang meradang dan daerah yang
sehat terdapat lapisan yang terdiri atas leukosit-leukosit. Pada infeksi yang
lebih berat, batas endometrium dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran.
Terjadinya infeksi endometrium pada saat:
a. Persalinan, dimana bekas implantasi plasenta masih terbuka, terutama pada
persalinan terlantar dan persalinan dengan tindakan.
b.Pada saat terjadi keguguran.
c. Saat pemasangan alat rahim (IUD) yang kurang legeartis.
Diduga uterus dan isinya steril selama kehamilan normal dan lebih dulu
melahirkan. Kemudian waktu kelahiran atau setelah itu lumen uterus
terkontaminasi mikroorganisme dari lingkungan, mikroorganisme, kulit dan
feses melalui relaksasi peritoneum, vulva dan dilatasi cervik.
Ada berbagai macam faktor predisposisi dari endometritis. Ada
sinergisme antara A. pyogenes, F. necrophorum, dan Prevotella
melaninogenicus, menyebabkan lebih beratnya kasus endometritis. Gangguan
mekanisme pertahanan uterus seperti involusi uterus atau fungsi neutrofil akan
menunda fungsi eliminasi kontaminasi bakteri. Distosia, kelahiran kembar atau
kematian janin dan inseminasi buatan meningkatkan kesempatan untuk
kontaminasi pada traktus genital. Retensi membrane fetus adalah faktor
predisposisi endometritis dan berhubungan dengan peningkatan endometritis
berat.
Gejala
1) Nyeri di perut bagian bawah dan di daerah panggul
2) Menstruasi yang tidak teratur (misalnya spotting sebelum menstruasi)
3) Kemandulan
4) Dispareunia (nyeri ketika melakukan hubungan seksual).
Jaringan endometrium yang melekat pada usus besar atau kandung kemih
bisa menyebabkan pembengkakan perut, nyeri ketika buang air besar,
perdarahan melalui rektum selama menstruasi atau nyeri perut bagian bawah
ketika berkemih.
Pengobatan
Pilihan pengobatan untuk endometriosis:
1) Obat-obatan yang menekan aktivitas ovarium dan memperlambat
pertumbuhan jaringan endometrium
2) Pembedahan untuk membuang sebanyak mungkin endometriosis
3) Kombinasi obat-obatan dan pembedahan
4) Histerektomi, seringkali disertai dengan pengangkatan tuba
falopii dan ovarium.
Jaringan endometrium yang melekat pada ovarium atau struktur di sekitar
ovarium bisa membentuk massa yang terisi darah (endometrioma).
Kadang endometrioma pecah dan menyebabkan nyeri perut tajam yang timbul
secara tiba-tiba.Kadang tidak ditemukan gejala sama sekali.
3) Myometritis
Pengertian
Miometritis / Metritis adalah radang miometrium. Metritis adalah infeksi
uterus setelah persalinan yang merupakan salah satu penyebab terbesar kematian
ibu. Penyakit ini tidak berdiri sendiri tetapi merupakan lanjutan dari
endometritis, sehingga gejala dan terapinya seperti endometritis.
Faktor Predisposisi
a. Infeksi abortus dan partus
b. Penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim
c. Infeksi post curettage
Gejala – gejala
1) Demam
2) Keluar lochea berbau / purulent, keputihan yang berbau
3) Sakit pinggang
4) Nyeri abdomen
5) Nyeri saat berhubungan seksual
6) Nyeri di daerah pelvic
7) Nyeri di punggung kaki (betis)
8) Gangguan kesuburan
9) Gangguan buang air besar (sembelit atau kembung)
Penatalaksanaan
Terapi miometritis :
1) Antibiotika spektrum luas
a. Ampisilin 2 g iv / 6 jam
b. Gentamisin 5 mg kgbb
c. Metronidasol 500 mg iv / 8 jam
2) Profilaksi antitetanus
4) Parametritis
Pengertian
Parametritis adalah radang dari jaringan longgar di dalam lig.latum.
Radang ini biasanya unilatelar. Parametritis adalah infeksi jaringan pelvis yang
dapat terjadi beberapa jalan:
Secara rinci penyebaran infeksi sampai ke parametrium memalui 3 cara
yaitu:
1) Penyebaran melalui limfe dari luka serviks yang terinfeksi atau dari
endometritis
2) Penyebaran langsung dari luka serviks yang meluas sampai ke dasar
ligamentum
3) Penenyebaran sekunder dari tromboflebitis pelvika. Proses ini dapat tinggal
terbatas pada dasar ligamentum latum atau menyebar ekstraperitoneal ke
semua jurusan. Jika menjalar ke atas , dapat diraba pada dinding perut
sebelah lateral di atas ligamentum inguinalis, atau pada fossa iliaka.
Radang paling banyak berlokasi di parametrium bagian lateral akan
tetapi bisa juga ke depan dan ke belakang, radang bisa juga menjahi abses.
Apabila terjadi abses, dan proses berkembang terus, maka abses akan
mencari jalan keluar yaitu di atas ligamentum pouparty, ke daerah ginjal,
melalui foramina obturatorium ke paha bagian dalam, dan sebagianya.
Parametritis dapat juga menahun dan di tempat radang terjadi fibrosis.
Kalau terjadi infeksi parametrium, maka timbulah pembengkakan
yang mula-mula lunak tetapi kemudian menjadi keras sekali. Infiltrasi ini
dapat terjadi hanya pada dasar lig. Latum tetapi dapat juga bersifat luas
misalnya dapat menempati seluruh parametrium sampai ke dinding panggul
dan dinding perut depan di atas lig. Inguinale.
Kalau filtrat menjalar ke belakang dapat menimbulkan pembengkakan
di belakang cervix. Eksudat ini lambat laun direasorpsi atau menjadi abses.
Abses dapat memecah di daerah lipat paha di atas lig. Inguinale atau ke
dalam cavum douglas. Parametritis biasanya unilateral dan karena biasanya
sebagai akibat luka cervix, lebih sering terdapat pada primipara daripada
multipara.
Penyebab
Parametritis dapat terjadi:
1) Dari endometritis dengan 3 cara :
a. Per continuitatum : endometritis → metritis → parametitis.
b. Lymphogen.
c. Haematogen : phlebitis → periphlebitis → parametritis
2) Dari robekan serviks
3) Perforasi uterus oleh alat-alat ( sonde, kuret, IUD)
Tanda dan gejala
1) Suhu tinggi dengan demam tinggi
Parametritis ringan dapat menyebabkan suhu yang meninggi dalam
nifas. Bila suhu tinggi menetap lebih dari seminggu disertai rasa nyeri di
kiri atau kanan ada nyeri sebelah atau kedua belah di perut bagian bawah,
sering memancar pada kaki.
Pada perkembangan proses peradangan lebih lanjut gejala-gejala
parametritis menjadi lebih jelas. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba
tahanan padat dan nyeri di sebelah uterus dan tahanan ini yang berhubungan
erat dengan tulang panggul, dapat meluas ke berbagai jurusan. Di tengah-
tengah jaringan yang meradang itu bisa tumbuh abses. Dalam hal ini, suhu
yang mula-mula tinggi secara menetap menjadi naik turun disertai dengan
menggigil.
2) Penderita tampak sakit, nadi cepat, dan perut nyeri.
3) Nyeri unilateral tanpa gejala rangsangan peritoneum, seperti muntah
Penatalaksanaan
1) Pengobatan
Antibiotika memegang peranan yang sangat penting dalam
pengobatan infeksi nifas. Karena pemeriksaan-pemeriksaan ini memerlukan
waktu, maka pengobatan perlu dimulai tanpa menunggu hasilnya. Terapi
pada parametritis yaitu dengan memberika antibiotika berspektrum luas.
Dalam hal ini dapat diberikan penicillin dalam dosis tinggi atau antibiotika
dengan spectrum luas, seperti ampicillin dan lain-lain.
Disamping pengobatan dengan antibiotika, tindakan-tindakan untuk
mempertinggi daya tahan badan tetap perlu dilakukan. Perawatan baik
sangat penting, makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan
hendaknya diberikan dengan cara yang cocok dengan keadaan penderita,
dan bila perlu transfusi darah dilakukan.
Jika keadaan sudah tenang dapat diberi terapi diatermi dalam
beberapa seri dan penderita dinasehatkan agar jangan melakukan pekerjaan
yang berat- berat. Dengan terapi ini biar pun sisa- sisa peradangan masih
ada, keluahan- keluhan penderita sering kali hilang atau sangat berkurang.
Pada sellulitis pelvika dan pelvioperitonitis perlu diamat-amati dengan
seksama apakah terjadi abses atau tidak. Jika terjadi abses, abses harus
dibuka dengan menjaga supaya nanah tidak masuk kedalam rongga
peritoneum dan pembuluh darah yang agak besar tidak sampai dilukai. Jika
ditemukan abses, di tempat itu perlu diadakan pembukaan tumor dan
drainase karena selalu ada bahaya bahwa abses mencari jalan ke jaringan
tubuh yang lain. Kalau ada fluktasi perlu dilakukan insici. Tempat insici
ialah di atas lipat paha atau pada cavum douglas.
2) Penanganan
Beri antibiotik seperti benzilpenisilin ditambah gentamisin dan
metronidazol.
Jika perlu, berikan obat pereda nyeri seperti pethidine 50-100 mg 1M setiap
6 jam. Jika ibu tidak membaik dalam 2 atau 3 hari, ibu harus segera di bawa
ke rumah sakit daerah.
5. Adnexitis
Pengertian
Adnexitis adalah infeksi atau radang pada adnexa rahim. Adnexa adalah
jaringan yang berada di sekitar rahim, termasuk tuba fallopi dan ovarium.Istilah
lain dari adnexitis antara lain: pelvic inflammatory disease, salpingitis,
parametritis, salpingo-oophoritis.
Penyebab
Radang atau infeksi ini biasanya akibat infeksi yang menjalar ke atas dari
uterus, tetapi juga bisa datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah, atau
menjalar dari jaringan-jaringan di sekitarnya. Diantara sebab yang paling
banyak adalah infeksi gonorrhea(kencing nanah) dan Chlamidia, serta infeksi
setelah aborsi dan masa nifas. Selain itu juga sebagai akibat dari beberapa
tindakan, seperti kerokan, laparotomi, pemasangan IUD dan perluasan radang
dari alat yang letaknya tidak jauh seperti appendiks.
Peradangan biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, dimana bakteri
masuk melalui vagina dan bergerak ke rahim lalu ke tuba falopii. 90-95% kasus
PID disebabkan oleh bakteri yang juga menyebabkan terjadinya penyakit
menular seksual (misalnya klamidia, gonore, mikoplasma, stafilokokus,
streptokokus).
Infeksi ini jarang terjadi sebelum siklus menstruasi pertama, setelah
menopause maupun selama kehamilan. Penularan yang utama terjadi melalui
hubungan seksual, tetapi bakteri juga bisa masuk ke dalam tubuh setelah
prosedur kebidanan/kandungan (misalnya pemasangan IUD, persalinan,
keguguran, aborsi dan biopsi endometrium).
Penyebab lainnya yang lebih jarang terjadi adalah:
a. Aktinomikosis (infeksi bakteri)
b. Skistosomiasis (infeksi parasit)
c. Tuberkulosis.
d. Penyuntikan zat warna pada pemeriksaan rontgen khusus.
Gejala
1) Kram atau nyeri perut bagian bawah yang tidak berhubungan dengan
haid(bukan pre menstrual syndrome)
2) Menorrhagia
3) Keluar cairan kental berwarna kekuningan dari vagina
4) Nyeri saat berhubungan intim
5) Demam
6) Nyeri punggung
7) Keluhan saat buang air kecil
Pengobatan
Terapi :
Penyakit ini dapat diterapi dengan pemberian antibiotika. Tergantung
dari derajat penyakitnya, biasanya diberikan suntikan antibiotik kemudian
diikuti dengan pemberian obat oral selama 10-14 hari. Beberapa kasus
memerlukan operasi untuk menghilangkan organ sumber infeksi, ini dilakukan
jika terapi secara konvensional (pemberian antibiotik) tidak berhasil. Jika
terinfeksi penyakit ini melalui hubungan seksual, maka pasangannya juga harus
mendapat terapi pengobatan, sehingga tidak terinfeksi terus menerus.
Pembedahan perlu dilakuan jika :
a. Jika terjadi ruptur atau abses ovarium
b. Jika terjadi gejala-gejala ileus karena perlekatan
c. Jika terjadi kesukaran untuk membedakan antara apendiksitis akuta dan
adneksitis akuta
6. Peritonitis
Pengertian
Peritonitis adalah peradangan dinding kavum abdomen atau peritoneum.
Penyebab
Secara umum peritonitis biasanya disebabkan oleh :
1) Penyebaran infeksi dari organ perut yang terinfeksi.
Yang sering menyebabkan peritonitis adalah perforasi lambung, usus,
kandung empedu, appendiks, buli-buli dan pankreas. Sebenarnya
peritoneum sangat kebal terhadap infeksi, jika pemaparan tidak berlangsung
terus-menerus, tidak akan terjadi peritonitis dan peritoneum cenderung
mengalami penyembuhan jika diobati.
2) Luka tusuk karena bakteri dari pisau atau benda tajam yang masuk ke
rongga abdomen.
3) Kelainan hati atau gagal jantung, dimana cairan bisa terkumpul di perut
(asites) dan mengalami infeksi.
4) Penyebabnya biasanya adalah infeksi pada pipa saluran yang ditempatkan
di dalam perut
5) Iritasi tanpa infeksi
Misalnya peradangan pankreas (pankreatitis akut) atau bubuk bedak pada
sarung tangan dokter bedah juga dapat menyebabkan peritonitis tanpa
infeksi.
6) Infeksi dari rahim dan saluran telur yang mungkin disebabkan oleh
beberapa jenis kuman (termasuk yang menyebabkan gonorrhoe dan infeksi
chlamidia).
Tanda Dan Gejala Klinik
Gambaran klinis bervariasi sesuai dengan jenis dan luasnya agen penyebab,
kondisi umum penderita dan respon tubuh penderita terhadap inflamasi dan
infeksi.
1) Nyeri abdomen, nyeri abdominal akut merupakan gejala khas, nyeri ini
terjadi tiba-tiba, hebat, dapat terlokalisir ataupun difus
2) Muntah, pada awalnya merupakan refleks visceral. Muntah kemudian
menetap sebagai tanda peritonitis dan ileus.
3) Peningkatan denyut nadi, temperatur, dan frekuensi pernafasan.
4) Iritasi diafragma sehingga pernafasan menjadi cepat dan dangkal.
5) Nyeri tekan abdomen dan spasme otot. Nyeri lepas mungkin ditandai
dengan tidak adanya nyeri tekan.
6) Bising. usus menghilang dan ini merupakan tanda yang paling penting dari
peritonitis.
7) Distensi abdomen dalam berbagai tingkatan.
Pengobatan
Terapi:
Terapi pada peritonitis primer adalah dengan pemberian antibiotika bila
diagnosa telah ditegakkan. Sedangkan untuk peritonitis sekunder, terapi
bergantung pada penyakit dasarnya memerlukan tindakan bedah.
Langkah - langkah penatalaksanaan peritonitis :
1) Mengistirahatkan traktus gastrointestinal dengan puasa dan pemasangan
selang nasogastrik yang bertujuan untuk pengontrolan dekompresi terhadap
distensi usus akibat ileus paralitik.
2) Atasi syok dan koreksi cairan dan elektrolit.
Resusitasi hebat dengan larutan salin isotonik adalah penting. Pengembalian
volume intravaskular memperbaiki perfusi jaringan dan pengantaran
oksigen, nutrisi, dan mekanisme pertahanan. Defisit kalium bertanggung
jawab terhadap inhibisi ileus setelah peritonitis sembuh. Pengeluaran urin
dan tekanan pengisian jantung harus dipantau.
3) Antibiotika berspektrum luas diberikan secara empirik dan kemudian
diubah jenisnya setelah hasil pembiakan laboratorik keluar. Pilihan
antibiotika didasarkan pada organisme mana yang dicurigai menjadi
penyebab. Antibiotika ini merupakan tambahan bagi drainase bedah,
walaupun drainase sendiri tidak mutlak harus dilakukan. Harus tersedia
dosis yang cukup pada saat pembedahan karena bakteremia akan
berkembang selama operasi.
4) Oksigen dan dukungan ventilasi. Sepsis yang sedang berlangsung
membawa ke hipoksemia yang disebabkan oleh pintas dan splinting dinding
dada. Penghantaran oksigen yang cukup adalah penting.
5) Obat - obat yang menstimulasi aktivitas usus tidak boleh diberikan.
6) Penyakit yang berhubungan dan akibat umum peritonitis harus diobat
7) Pembedahan
8) Perawatan pasca bedah harus sangat seksama pada penderita yang
keadaannya gawat. Antibiotika harus diberikan dan bila perlu diganti. Ahli
bedah harus waspada terhadap pembentukan abses. Posisi setengah duduk
(semi - Fowler) dapat mengumpulkan pus yang terbentuk pada rongga
pelvik, tetapi kegunaan posisi ini tidak sebesar yang dibayangkan.
3.1 Kesimpulan
Wanita adalah makhluk yang paling rawan terkena berbagai macam penyakit terutama
penyakit pada organ kandungan dan reproduksinya. Semakin banyaknya wanita yang terkena
penyakit atau masalah pada organ kandungan dan reproduksi yang membuat kita lebih
berhati-hati dan menjaga kebersihan diri. Karena salah satu penyebab penyakit-penyakit atau
kelainan-kelainan tersebut ialah karena infeksi jamur ataupun virus.
Sebagian masyarakat moderen saat ini banyak yang suka mengkonsumsi makanan yang
tinggi kadar lemaknya, dan kurang mengkonsumsi serat alami. Hal ini dapat dibuktikan
dengan marak dan larisnya berbagai restoran yang menyajikan hidangan fast food ala luar
negeri. Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang diawetkan juga dapat memicu kanker.
Demikian juga kebiasaan minum alcohol dan merokok.
3.2 Saran
Sebaiknya para wanita memulai kebiasaan hidup sehat dimulai sejak dini,dengan
menjaga kebersihan diri dan menjalankan pola hidup sehat maka setidaknya dapat
mengurangi resiko berkembangnya suatu penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
http://medicastore.com/penyakit/95/Vaginitis_&_Vulvitis.html
http://www.f-buzz.com/2008/07/10/vaginitis-vulvitis/
http://www.kesrepro.info/?q=node/315