Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN DHF (Dengue Haemoragic Fever)

A. Definisi
DHF (Dengue Haemoragic Fever) atau yang sering disebut dengan demam
berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue yang masuk
ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus aedes, misalnya
Aedes aegypti dan Aedes albopictus (Mumpuni, 2016).
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemoragic Fever (DHF)
adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dari keluarga flaviviridae yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk (arthropod borne viruses/arbovirus) yaitu
Aedes aegypti dan Aedes albopictus dengan manifestasi klinis demam, nyeri
otot/sendi disertai leukopenia, ruam, limfodenopati, trombositopenia (Sandra,
2019).
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri
sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfodenopati, trombositopenia dan ditesis
hemoragik. Ditandai dengan perembesan plasma yang ditandai dengan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga
tubuh (Nurarif, 2015).
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa DHF (Dengue
Haemoragic Fever) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
golongan arbovirus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti.

B. Etiologi
Penyebab utama DHF adalah virus dengue yang ditularkan oleh gigitan
nyamuk Aedes aegypti. Virus dengue yang merupakan anggota genus Flavivirus
dan terdiri dari 4 serotipe (DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4) yang ditemukan
di Indonesia dengan DEN-3 serotipe terbanyak (Nurarif, 2015). Virus tersebut
ditularkan oleh gigitan vektor nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus ke
tubuh manusia dengan masa inkubasi 4-10 hari. Tempat berkembangnya vektor
nyamuk adalah air, terutama pada penampungan seperti ember, ban bekas, bak
mandi. Biasanya nyamuk Aedes menggigit pada siang hari (Tanto, 2014).
C. Tanda dan Gejala
Menurut Prihaningtyas (2014) dan Nurarif (2015), diagnosis DBD/DHF
dapat ditegakkan apabila semua hal berikut ini dapat dipenuhi :
1. Demam tinggi antara 2-7 hari,biasanya bersifat bifasik
2. Terdapat pembesaran hati (hepatomegali)
3. Adanya tanda perdarahan
a. Uji blanding positif.
b. Adanya bintik-bintik pada kulit (petekie, ekimosis, atau purpura)
c. Adanya perdarahan di mukosa (epitaksis, perdarahan gusi) dan saluran
cerna
d. Muntah darah atau BAB kehitaman (hematemesis atau melena).
4. Adanya tanda-tanda syok, seperti nadi cepat atau lemah, tangan dan kaki
teraba dingin, tekanan darah rendah
5. Jumlah trombosit rendah (trombositopenia) < 100.00/ul
6. Adanya tanda kebocoran plasma
a. Peningkatan nilai hematokrit ≥ 20% dari nilai baku sesuai umur dan jenis
kelamin.
b. Penurunan nilai hematokrit < 20% setelah pemberian cairan yang adekuat.
D. Patomekanisme
E. Arbovirus (melalui nyamuk Beredar dalam aliran Infeksi virus dengue
aedes aegypti) darah (viremia)

PGE2 Hipotalamus Membentuk & Mengaktifkan sistem


melepaskan zat C3a, C5a komplemen

Hipertermi Peningkatan reasorbsi Na+ Permeabilitas membran


dan H2O meningkat

Agregasi trombosit Kerusakan endotel Resiko syok hipovolemik


pembuluh darah

TromboSitopeni Renjatan hipovolemik dan


Merangsang & hipotensi
mengaktivasi faktor
pembekuan
Kebocoran plasma

DIC

Resiko Perdarahan Perdarahan

Resiko perfusi jaringan


tidak efektif

Asidosis metabolik Hipoksia jaringan

Resiko syok (hipovolemik)

Kekurangan volume cairan Ke extravaskuler

Paru-paru Hepar Abdomen

Penumpukan cairan pada pleura Hepatomegali Asites

Proses peradangan pada rongga pleura Mual, muntah

Penekanan intraabdomen
Hipersekresi mukus Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
Nyeri kebutuhan tubuh
Ketidakefektifan
bersihan jalan
Secret tertahan di saluran napas
napas
F. Derajat/tingkatan dari DHF
Menurut Nurarif (2015), terdapat 4 tahapan derajat keparahan DHF (Dengue
Haemoragic Fever) adalah sebagai berikut :
1. Derajat I
Derajat I ditandai dengan demam yang disertai gejala tidak khas dan uji
torniquet + (positif).
2. Derajat II
Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit atau perdarahan lain.
3. Derajat III
Ditandai dengan adanya kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah
serta penurunan tekanan nadi (<20 mmHg), hipotensi (sistolik menurun sampai
<80 mmHg) disertai akral dingin, kulit lembab dan pasen tampak gelisah.
4. Derajat IV
Ditandai dengan syok berat yaitu nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak
dapat diukur

Kalasifikasi derajat DHF (Dengue Haemoragic Fever) menurut WHO 2011 :


Derajat Tanda & Gejala Laboratorium

Demam disertai 2 atau lebih tanda: myalgia,


I sakit kepala, nyeri retro-orbital, artralgia
Trombositopenia
ditambah uji bendung positif
<100.000 sel/mm3;
II Seperti derajat I ditambah perdarahan spontan peningkatan hematokrit
Seperti derajat I atau II ditambah kegagalan ≥20% bukti ada
III sirkulasi (nadi lemah, tekanan nadi ≤ 20 kebocoran plasma
mmHg, hipotensi, serta gelisah)
Syok berat dengan tekanan darah dan nadi
IV
yang tidak terukur

G. Fase-fase DHF
Menurut Prihaningtyas (2014), ada 3 fase infeksi dengue yaitu sebagai berikut :
1. Fase demam
a. Terjadi mendadak dengan suhu tinggi.
b. Berlangsung 2-7 hari dan biasanya ditemukan tanda-tanda perdarahan
ringan (petekie).
c. Pada fase ini, bisa terjadi perdarahan pada membran mukosa seperti gusi
berdarah.
d. Keluhan seperti nyeri kepala, nyeri otot, nyeri tulang, kemerahan pada
wajah, dan nyeri dibelakang mata.
e. Menurunnya sel darah putih.
f. Dapat terjadi dehidrasi.
g. Kejang pada anak juga dapat terjadi akibat demam tinggi.
2. Fase Kritis
a. Suhu turun menjadi 37,5oC atau lebih rendah.
b. Terjadi penurunan kondisi (muntah secara terus menerus, mimisan,
pembesaran corgan hati, atau nyeri perut yang tak tertahankan).
3. Fase Penyembuhan
a. Kondisi yang mulai membaik.
b. Nafsu makan meningkat.
c. Peredaran darah mulai membaik.
H. Komplikasi yang dapat ditimbulkan DHF
Komplikasi DHF menurut Smeltzer dan Bare (2002) adalah :
1. Perdarahan
Perdarahan pada DHF disebabkan adanya perubahan vaskuler,
penurunan jumlah trombosit (trombositopenia) <100.000/mm3 dan
koaguolopati, trombositopenia, di hubungkan dengan meningkatnya
megakoriosit muda dalam sum sum tulang dan pendeknya masa hidup
trombosit. Tendensi perdarahan terlihat pada uji torniquet positif, peteki,
purpura, ekimosis, dan perdarahan saluran cerna, hematemesis dan
melena.
2. Kegagalan sirkulasi
DSS (Dengue Syok Sindom) biasanya terjadi sesudah hari ke 2-7,
disebabkan oleh peningkatan permeabilits vaskuler sehingga terjadi
kebocoran plasma, efusi pleura serosa ke rongga pleura dan peritoneu,
hipoproteinemia, hemokonsentrasi dan hipovolemi yang mengkibatkan
berkurangnya aliran balik vena, prelod, miokardium volume sekuncup
dan curah jantung, sehingga terjadi disfungsi atau kegagalan sirkulasi
dan penurunan sirkulasi jarngan. DSS juga disertai dengan kegagalan
hemostasis mengakibatkan perfusi miokard dan curah jantung menurun,
sirkulasi darah terganggu dan terjadi iskemia jaringan dan keruskan
fungsi sel secara progresif dan irreversibel, terjadi kerusakan sel dan
organ sehingga pasien akan meniggal dalam 12-24 jam.
3. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemahan yang berhubngan dengan
nekrosis karena perdarahan, yang terjadi pada lobulus hati dan sel-sel
kapiler. Terkadang tampak sel netrofil dan limposit yang lebih besar dan
lebih banyak di karenakan adanya reaksi atau komleks virus antibody.
4. Efusi Pleura
Efusi pleura karena adanya kebocoran plasma yang mengakibatkan
ekstravasasi aliran intravaskuler sel. Hal tersebut dapat dibuktikan
dengan adanya cairan daam rongga pleura bila terjadi efusi pleura akan
terjadi dipsnea, sesak nafas.
I. Prosedur Diagnostic
Menurut Prihaningtyas (2014) dan Tanto (2014) pemeriksaan untuk
penyakit DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah sebagai berikut :
1. Anamnesis & pemeriksaan fisik
a. Demam: awitan akut, tinggi dan bersifat kontinu, berlangsung 2-7 hari
pada kebanyakan kasus.
b. Adanya tanda-tanda perdarahan.
c. Hepatomegali.
d. Tanda-tanda syok: takikardia, perfusi perifer buruk dengan nadi
lemah,hipotensi dengan akral dingin, pucat, dan tampak lemas.
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap.
Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk memeriksa kadar hemoglobin,
hematokrit, jumlah trombosit. Peningkatan nilai hematokrit yang selalu dijumpai
pada DBD merupakan indikator terjadinya perembesan plasma, selain
hemokonsentrasi juga didapatkan trombositopenia, dan leukopenia.
b. Anti dengue IgG dan IgM.
Pemeriksaan ini untuk mendeteksi antibodi IgG dan IgM terhadap virus
dengue. IgM mengindikasikan seseorang sedang terinfeksi. IgG
mengidentifikasikan seseorang pernah atau sedang terinfeksi.
c. Pemeriksaan NS1.
Untuk mendeteksi antigen virus dengue dalam darah. NS1 dapat
mendeteksi virus dengue lebih cepat dibandingkan pemeriksaan IgM dan IgG.
3. Pemeriksaan Radiologi
Foto thorax dan USG dada jika dicurugai ada kebocoran plasma seperti
adanya efusi pleura.
J. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan DHF menurut Nurarif (2015) adalah sebaga berikut:
Keluhan DBD (Protokol 1. Penanganan DBD Tanpa Syok)

Hb, Ht Hb, Ht Normal Hb, Ht Normal Hb, Ht meningkat


Trombosist normal Trombo 100.000-150.000 <100.000 Trombo normal/ turun

Observasi Observasi Rawat Rawat


Rawatjalan, periksa Hb, Ht, Rawatjalan, periksa Hb, Ht,
Leukosit, Trombosit/ 24 jam Leukosit, Trombosit/ 24
jam
Suspek DBD
(Protokol 2. Pemberian cairan pada tersangka DBD dewasa di ruang rawat) Perdarahan spontan dan masif (-)
Syok (-)

- Hb, Ht (n)
- Hb, Ht meningkat - Hb, Ht meningkat
- Trombo <100.000
10-20% 20%
- Infuse Kristaloid
- Trombo <100.000
- Trombo <100.000
- Hb, Ht, Tromb tiap 24jam
- Infuse Kristaloid
- Hb, Ht, Trombo tiap Protokol 3.
24 jam 5% deficit cairan Penatalaksanaan DBD
dengan peningkatan
hematokrit >20%
Terapi awal
cairan intravena
kristaloid 6-7
ml/kg/jam
PERBAIKAN TIDAK MEMBAIK
Ht dan frekuensi nadi turun, tekanan darah Ht, nadi meningkat, tekanan darah menurun
membaik, produksi urine meningkat <20 mmHg, produksi urine menurun

TANDA VITAL DAN


Kurangi infuse HEMATOKRIT Infus kristaloid 10ml/kg/jam
kristaloid 5ml/kg/jam MEMBURUK
TIDAK MEMBAIK
PERBAIKAN
Infus kristaloid 15ml/kg/jam
Kurangi infuse
kristaloid 3ml/kg/jam PERBAIKAN
KONDISI MEMBURUK
tanda syok

PERBAIKAN
K. PERBAIKAN Tatalaksana sesuai protokol syok dan
perdarahan
Terapi cairan di
hentikan 24-48jam

Sedangkan menurut Candra (2019), pengobatan penderita Demam Berdarah


Dengue bersifat simtomatik dan suportif yaitu :
1. Suportif
a. Penggantian cairan tubuh.
b. Penderita diberi minum sebanyak 1,5 liter - 2 liter dalam 24 jam (air
teh dan gula sirup atau susu).
c. Gastroenteritis oral solution/kristal diare yaitu garam elektrolit
(oralit), kalau perlu 1 sendok makan setiap 3-5 menit. Apabila cairan
oral tidak dapat diberikan oleh karena muntah atau nyeri perut yang
berlebihan maka cairan intravena perlu diberikan.
2. Medikamentosa yang bersifat simptomatis :
a. Untuk hiperpireksia dapat diberikan kompres es dikepala, ketiak,
inguinal.
b. Antipiretik sebaiknya dari asetaminofen, eukinin atau dipiron.
c. Antibiotik diberikan jika ada infeksi sekunder.
d. Sampai saat ini obat untuk membasmi virus dan vaksin untuk
mencegah penyakit Demam Berdarah belum tersedia.
J. Penatalaksanaan Diet
Menurut Giyatno (2015), peningkatan nutrisi yang adekuat pada penderita DHF
yaitu dengan memberikan diet TKTP dan penambahan cairan dan elektrolit yang
baik dengan rasional bahwa nutrisi yang baik akan meningkatkan pertahanan tubuh
dalam melawan ketidakseimbangan metabolisme. Dapat juga diberikan jus kurma
yang dipercaya mempunyai khasiat untuk mempercepat pemulihan kondisi saat sakit
demam berdarah.
K. Rencana Asuhan Keperawatan Pada Kasus Dengue Haemorrhagic Fever
(DHF)
Tujuan Intervensi
Diagnosa
No keperawatan keperawatan Rasional Intervensi
keperawatan
(NOC) (NIC)
1 Ketidakefektifa Setelah 1. Posisikan semi 1. Posisi semi fowler
n pola nafas b.d dilakukan fowler dapat
jalan nafas tindakan memksimalkan
terganggu keperawatan ventilasi sehingga
akibat spasme selama ...x24 pasien dapat
otot-otot jam, pola nafas bernafas dengan
pernafasan, kembali efektif nyaman
nyeri, dengan kriteria
hipoventilasi hasil : 2. Berikan terapi 2. Untuk membantu
1. Irama O2 pasien dalam
pernafasan mengurangi sesak
teratur yang dirasakan dan
2. Tidak ada
dispnea
3. Tidak ada 3. Dengan memonitor
otot bantu 3. Monitor RR RR pasien, dapat
napas memudahkan
4. RR dalam intervensi yang
batas akan dilakukan
normal 16-
24x/menit
2 Hipertermia b.d Setelah 1. Monitor suhu 1. Mengetahui
proses infeksi dilakukan tubuh pasien peningkatan suhu
virus dengue tindakan sesering tubuh, memudahkan
keperawatan mungkin intervensi
selama ...x24
jam, suhu
tubuh dalam 2. Monitor warna 2. Mengetahui
rentang normal dan suhu kulit keadaan umum
dengan kriteria pasien
hasil :
1. Suhu tubuh 3. Anjurkan anak 3. Memberikan rasa
antara 36- untuk nyaman dan
370C menggunakan pakaian yang tipis
2. Nadi dan pakaian yang mudah menyerap
respirasi tipis dan keringat dan tidak
dalam mudah merangsang
rentang menyerap peningkatan suhu
normal keringat tubuh
3. Tidak ada
perubahan 4. Mendeteksi dini
warna kulit 4. Observasi kekurangan cairan
dan tidak intake dan serta mengetahui
ada pusing output, tanda keseimbangan
vital (suhu, cairan dan
nadi, tekanan elektrolit dalam
darah) tiap 3 tubuh. Tanda vital
jam sekali atau merupakan acuan
sesuai indikasi untuk mengetahui
keadaan umum
pasien

5. Pemberian cairan
5. Kolaborasi sangat penting
pemberian bagi pasien
cairan intravena dengan suhu tubuh
dan pemberian tinggi. Obat
obat antipiretik antipiretik untuk
sesuai program menurunkan panas
tubuh pasien
3 Nyeri akut b.d Setelah 1. Gunakan teknik 1. Untuk mengetahui
agen cidera dilakukan komunikasi skala nyeri yang
biologis tindakan terapeutik dirasakan pasien
(penekanan keperawatan dengan
intra abdomen) selama ...x24 mengkaji skala
jam, nyeri nyeri
dapat menggunakan
berkurang face scale
dengan kriteria
hasil : 2. Berikan 2. Untuk mengurangi
1. Skala nyeri suasana nyeri yang
turun dari 8 nyaman dirasakan pasien
menjadi 0-2
menggunak
an face
scale 3. Kolaborasi 3. Dapat
2. Pasien pemberian meningkatkan atau
mengatakan analgesik membantu
nyeri tidak sesuai anjuran mengurangi rasa
ada nyeri yang
3. Pasien tidak dirasakan pasien,
menunjukk pasien dapat lebih
an wajah nyaman
meringis
4 Kekurangan Setelah 1. Awasi vital sign 1. Vital sign
volume cairan dilakukan tiap 3 jam/lebih membantu
b.d pindahnya tindakan sering mengidentifika
cairan keperawatan si fluktuasi
intravaskuler ke selama ...x24 cairan
ekstravaskuler jam, Tidak intravaskuler
terjadi devisit
voume cairan 2. Observasi 2. Indikasi
dengan kriteria capillary Refill keadekuatan
hasil : sirkulasi
1. Input dan perifer
output
seimbang 3. Observasi 3. Penurunan
2. Vital sign intake dan haluaran urine
dalam batas output. Catat pekat dengan
normal warna urine / peningkatan
3. Tidak ada konsentrasi, BJ BJ diduga
tanda dehidrasi
presyok
4. Akral
hangat 4. Anjurkan untuk 4. Untuk
5. Capilarry minum 1500- memenuhi
refill < 3 2000 ml /hari ( kabutuhan
detik sesuai toleransi cairan tubuh
) peroral

5. Dapat
5. Kolaborasi : meningkatkan
Pemberian jumlah cairan
cairan intravena tubuh, untuk
mencegah
terjadinya
hipovolemic
syok
5 Resiko syok Setelah 1. Monitor 1. Untuk memonitor
(hypovolemik) dilakukan keadaan umum kondisi pasien
b.d perdarahan tindakan pasien selama perawatan
yang keperawatan terutama saat
berlebihan, selama ...x24 terdi perdarahan.
pindahnya jam, tidak Perawat segera
cairan terjadi syok mengetahui tanda-
intravaskuler ke hipovolemik tanda presyok /
ekstravaskuler dengan kriteria syok
hasil :
1. Tanda vital
dalam batas 2. Observasi vital 2. Perawat perlu terus
normal sign setiap 3 mengobaservasi
jam atau lebih vital sign untuk
memastikan tidak
terjadi presyok /
syok

3. Jelaskan pada 3. Dengan melibatkan


pasien dan psien dan keluarga
keluarga tanda maka tanda-tanda
perdarahan, dan perdarahan dapat
segera laporkan segera diketahui
jika dan tindakan yang
terjadi perdarah cepat dan tepat
an dapat segera
diberikan
6 Ketidakseimban Setelah 1. Kaji riwayat 1. Mengidentifikasi
gan nutrisi dilakukan nutrisi, defisiensi, menduga
kurang dari tindakan termasuk kemungkinan
kebutuhan keperawatan makanan yang intervensi
tubuh b.d intake selama ...x24 disukai
nutrisi yang jam, tidak
tidak adekuat terjadi
akibat mual dan gangguan 2. Observasi dan 2. Mengawasi
nafsu makan kebutuhan catat masukan masukan
yang menurun nutrisi dengan makanan kalori/kualitas
kriteria hasil : pasien kekurangan
1. Tidak ada konsumsi makanan
tanda-tanda
malnutrisi 3. Timbang BB 3. Mengawasi
2. Menunjukka tiap hari (bila penurunan BB /
n berat memungkinkan mengawasi
badan yang ) efektifitas
seimbang intervensi

4. Berikan 4. Makanan sedikit


makanan dapat menurunkan
sedikit namun kelemahan dan
sering dan atau meningkatkan
makan masukan juga
diantara waktu mencegah distensi
makan gaster

5. Meningkatkan
5. Berikan dan nafsu makan dan
Bantu oral masukan peroral
hygiene

6. Menurunkan
6. Hindari makanan distensi dan iritasi
yang merangsang gaster
dan mengandung
gas
7 Resiko Setelah 1. Monitor tanda- 1. Penurunan
perdarahan b.d dilakukan tanda trombosit
penurunan tindakan penurunan merupakan tanda
faktor-faktor keperawatan trombosit yang adanya kebocoran
pembekuan selama ...x24 disertai tanda pembuluh darah
darah jam, Tidak klinis yang pada tahap
(trombositopeni terjadi tertentu dapat
) perdarahan menimbulkan
dengan kriteria tanda-tanda klinis
hasil : seperti
1. TD 100/60 epistaksis, ptike
mmHg, N:
80- 2. Monitor 2. Dengan trombosit
100x/menit trombosit setiap yang dipantau
reguler, hari setiap hari, dapat
pulsasi kuat diketahui tingkat
2. Tidak ada kebocoran
tanda pembuluh darah
perdarahan dan kemungkinan
lebih lanjut, perdarahan yang
trombosit dialami pasien
meningkat

3. Aktifitas pasien
3. Anjurkan yang tidak
pasien untuk terkontrol dapat
banyak istirahat menyebabkan
(bedrest) terjadinya perdara
han

4. Berikan 4. Keterlibatan pasien


penjelasan dan keluarga dapat
kepada klien membantu untuk
dan keluarga penaganan
untuk dini bila terjadi
melaporkan jika perdarahan
ada
tanda perdarah
an spt :
hematemesis,
melena,
epistaksis

5. Antisipasi 5. Mencegah
adanya terjadinya
perdarahan : perdarahan lebih
gunakan sikat lanjut
gigi yang lunak,
pelihara
kebersihan
mulut, berikan
tekanan 5-10
menit setiap
selesai ambil
darah.

DAFTAR PUSTAKA

Candra Aryu. (2019). Asupan Gizi Dan Penyakit Demam Berdarah/ Dengue Hemoragic
Fever (DHF). Journal of Nutrition and Health, vol. 7 No. 2
Bare & Smeltzer. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart
(Alih bahasa Agung Waluyo) Edisi 8 vol. 3. Jakarta: EGC
Giyatno. (2015). Efektifitas Pemberian Jus Kurma Dalam Meningkatkan Trombosit
Pada Pasien Demam Berdarah Dengue di RSUD Budi Purnokuto. Jurnal
Keperawatan Soedirman, Volume 8, No. 1
Mumpuni, Y. (2016). 45 Penyakit yang Sering Hinggap pada Anak. Yogyakarta: Rapha
Publishing

Nurarif. A.H dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction
Prihaningtyas, R. A. (2014). Deteksi dan Cepat Obati 30+ Penyakit yang Sering
Menyerang Anak. Yogyakarta: Media Pressindo
Sandra Tuti. (2019). Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kejadian Demam
Berdarah Dengue pada Anak Usia 6-12 Tahun Di Kecamatan Tembalang. Jurnal
Epidemiologi Kesehatan Komunitas, volume 4, nomor 1, halaman 1-10
Tanto, C. (2014). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius

Anda mungkin juga menyukai