Anda di halaman 1dari 21

CRITICAL BOOK REPORT

FILSAFAT

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


FILSAFAT

Disusun Oleh :
A.SAUR PARLINDUNGAN GURNING ( 1173311001 )
PGSD Ekstensi A 2017

JURUSAN PENDIDIKAN PRA SEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR


PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2017
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat- Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah-
Nya kepada kami, sehingga saya dapat menyelesaikan Critical Book Report tentang Buku
Kepemimpinan.

Critical Book Report telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan Critical Book Report ini. Untuk itu
saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan Critical Book Report ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu saya mohon maaf apabila ada
kesalahan atau kekurangan.

Akhir kata saya berharap semoga Critical Book Report tentang Buku Kepemimpinan ini
diterima dengan sebaik- baiknya.

MEDAN,SEPTEMBER 2017

A,SAUR PERLINDUNGAN GURNIN


NIM:1173311001
IDENTITAS BUKU
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul

Kata Pengantar .......................................................................................................... i

Identita Buku ............................................................................................................. ii

Daftar Isi ................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2 Tujuan Penulisan ............................................................................... 1

1.3 Manfaat ............................................................................................. 1

BAB II ISI BUKU ............................................................................................... 2

2.1 Pendahuluan ...................................................................................... 2

A. Praktik Pendidikan dan Teori Pendidikan .................................... 2

B. Pendekatan- Pendekatan Dalam Teori Pendidikan ...................... 2

2.2 Filsafat ............................................................................................... 4

A. Pengertian Filsafat ........................................................................ 4

B. Model- Model Filsafat .................................................................. 4

C. Misi Filsafat .................................................................................. 5

D. Lapangan Filsafat ......................................................................... 5

E. Filsafat dan Sains .......................................................................... 6


F. Filsafat dan Agama ....................................................................... 6

2.3 Filsafat Pendidikan ............................................................................ 7

A. Pendidikan .................................................................................... 7

B. Pengertian Filsafat Pendidikan ..................................................... 8

C. Kebutuhan Filasafat Pendidikan ................................................... 8

D. Peranan Filsafat Pendidikan ......................................................... 8

2.4 Mazhab- Mazhab Filsafat Pendidikan ............................................... 8

A. Filsafat Pendidikan Idealisme ...................................................... 8

B. Filsafat Pendidikan Realisme ....................................................... 8

C. Filsafat Pendidikan Materialisme ................................................. 9

D. Filsafat Pendidikan Pragmatisme ................................................. 9

2.5 Orientasi Psikologis Yang Mempengaruhi Filsafat Pendidikan ........ 11

A. Psikologsi Humanistik ................................................................. 11

B. Behavioristik ........................................................................... 11

C. Kontruktivistik ........................................................................ 12

BAB III PEMBAHASAN .............................................................................. 13

BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 14

Kesimpulan ....................................................................................... 14

Saran ................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 15


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Saya memilih buku ini karena menurut saya buku ini pantas untuk di kritisi dan pantas
untuk dipelajari, dan sesuai dengan materi yang akan di pelajari. Dalam Undang-Undang No.
20 tahun 2003 tentang pendidikan, pasal 1 ayat 1 mengatakan “Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara ”.
Pendidikan dalam arti luas merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan
hidupnya, yang berlangsung sepanjang hayat.
Jadi bagi saya pendidikan sangatlah penting untuk kehidupan masyarakat dan saya
bersyukur bisa mengkritik buku Kepemimpinan ini.

1.2. TUJUAN PENULISAN


1. Buku ini dapat dijadikan sebagai pedoman untuk seorang dosen.
2. Buku ini bisa memberikan pengetahuan kepada mahasiswa\i.
3. Buku ini bisa dijadikan sebagai referensi untuk seorang mahasiswa\i.

1.3. MANFAAT
1. Agar mahasiswa mengetahui apa yang disampaikan oleh dosen.
2. Agar menambah wawasan/pengetahuan mahasiswa/i.
3. Memberi referensi kepada mahasiswa/i agar mudah membantu kuliah.
BAB II
ISI BUKU

2.1 PENDAHULUAN
Lapangan pendidikan merupakan objek yang sangat luas. Ruang lingkupnya mencakup
seluruh pengalaman dan pemikiran manusia tentang pendidikan. Pembahasan tersebut pada
umumnya berkisar sekitar dasar dan tujuan pendidikan, proses pendidikan, materi pendidikan,
dan kebijakan-kebijakan ideal maupun kebijakan-kebijakan operasional pendidikan. Hal ini
terjadi karena pendekatan yang dipergunakan setiap penulis berbeda-beda.

A. PRAKTIK PENDIDIKAN DAN TEORI PENDIDIKAN


Pendidikan sebagai suatu praktik dalam kehidupan, seperti halnya dengan kegiatan-
kegiatan lain, seperti kegiatan ekonomi, kegiatan agama, dan lain-lain. yang pertama, kita sebut
praktik pendidikan, sedangkan yang kedua kita sebut teori pendidikan.
1. Praktik Pendidikan
Menurut Redja M.(depdikbud; IKIP Bandung,1991),praktik pendidikan adalah seperangkat
kegiatan bersama yang bertujuan membantu pihak lain agar mengalami perubahan tingkah laku
yang diharapkan.
2. Teori Pendidikan
Pendidikan memerlukan teori pendidikan, Karena teori pendidikan akan memberikan
manfaat sebagai berikut;
 Teori pendidikan dapat dijadikan sebagai pedoman untuk mengetahui arah tujuan yang
akan dicapai.
 Teori pendidikan berfumgsi untuk mengurangi kesalahan-kesalahan dalam praktik
pendidikan. Dengan memahami teori, kita akan mengetahui mana yang boleh dan mana
yang tidak boleh dilakukan.
 Teori pendidikan dapat dijadikan sebagai tolak ukur sampai dimana kita telah berhasil
melaksanakan tugas dalam pendidikan.
B. PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM TEORI PENDIDIKAN
1. Pendekatan Sains
Tujuan pengkajian sains dalam pendidikan adalah untuk menggambarkan peristiwa-
peristiwa yang terjadi dalam pendidikan.
Jenis-jenis sains pendidikan
 Sosiologi pendidikan
 Psikologi pendidikan
 Administrasi pendidikan
 Teknologi pendidikan
2. Pendekatan Filosofis
Pendekatan filosofis terhadap pendidikan adalah suatu pendekatan untuk menelaah dan
memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan menggunakan metode filsafat.
3. Pendekatan Religi
Pendekatan religi terhadap pendidikan, berarti bahwa suatu ajaran religi dijadikan sumber
inspirasi untuk menyusun teori atau konsep-konsep pendidikan yang dapat dijadikan landasan
untuk melaksanakan pendidikan.
Sebagai contoh, teori pendidikan Islam akan berangkat dari Al-Quran, sehingga ayat-ayat
Al-Quran akan dijadikan landasan dalam keseluruhan sistem pendidikan.
Al-Quran memberikan landasan pemikiran yang berkaitan dengan manusia, siapa
manusia,dari mana manusia, dan mau kemana manusia, serta harus bagaimana manusia berbuat
dalam kehidupan di dunia ini.
4. Pendekatan Multidisiplin

Jadi, pendekatan yang perlu kita lakukan adalah pendekatan yang menyeluruh
(pendekatan holistik), pendekatan multidisiplin yang terpadu. Pendekatan filosofi, pendekatan
sains, pendekatan religi, dan mungkin pendekatan seni, kita pergunakan secara terpadu tidak
berdiri masing-masing secara terpisah. Antara pendektan satu dengan pendekatan yang lainnya
harus memiliki hubungan komplementer,saling melengkapi satu dengan yang lainnya.
Menurut Brubacher (1959), terdapat tiga prinsip filsafat yang berkaitan dengan
pendidikan, yaitu;
 Persoalan etika atau teori nilai;
 Persoalan epistemologi atau teori pengetahuan;
 Persoalan metafisika atau teori hakikat realitas.
2.2 FILSAFAT

A. PENGERTIAN FILSAFAT
Kata “filsafat” berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu dari kata “philos” dan “shopia”.
Philos artinya cinta yang sangat mendalam, dan shopia artinya kearifan atau kebijaksanaan
terhadap kearifan atau kebijakan.
Pada bagian lain Harold Titus mengemukakan makna filsafat yaitu;
 Filsafat adalah suatu sikap tentang hidup dan alam semesta;
 Filsafat adalah suatu metode berfikir reflektif, dan penelitian penalaran;
 Filsafat adalah suatu perangkat masalah-masalah;
 Filsafat adalah seperangkat teori dan sistem berfikir.
B. MODEL-MODEL FILSAFAT
1. Filsafat Spekulatif
Filsafat spekulatif adalah cara berfikir sistematis tentang segala yang ada. Filsafat
spekulatif tergolong filsafat tradisional. Dalam hal ini sebagai suatu bangunan pengetahuan
(body of knowledge). Filsafat yunani kuno, seperti filsafat Socrates, Plato, Aris toteles, dan
filsafat yang lainnya, dapat dijadikan paradigma bagi seluruh filsafat spekulatif.
2. Filsafat Preskriptif
Bagi ahli psikologi eksperimental, keanekaragaman perbuatan manusia secara moral
bukan baik dan buka juga jahat, melainkan merupakan suatu bentuk sederhana dari tingkah laku
yang dipelajari secara empiris. Bagi penduduk dan ahli filsafat preskriptif, menilai suatu perilaku
ada yang bermanfaat dan ada yang tidak bermanfaat.
3. Filsafat Analitik
a. Analitik linguistik
Pendekatan analitik linguistik akan menjelaskan pertanyaan-pertanyaan spekulatif dan
preskriptif. Misalnya menguji rasionalitas yang berkaitan dengan ide-ide atau gagasan-gagasan
pendidikan, dan menguji bagaimana konsistensinya dengan gagasan lain.
b. Analitik Possitivistik
Menurut Kunto Wibisono (1997) Possitivisme merupakan suatu model dalam
pengembangan ilmu pengetahuan (knowledge) yang di dalam langkah kerjanya menempuh jalan
melalui observasi, eksperimentasi, dan komparasi sebagaimana diterapkan dalam ilmu kealaman,
dan model ini dikembangkan dalam pengembangan ilmu-ilmu social.
C. MISI FILSAFAT
Titus (1959) mengemukakan bahwa terdapat tiga tugas utama filsafat, yaitu;
 Mendapatkan pandangan yang menyeluruh;
 Menemukan makna dan nilai-nilai dari segala sesuatu;
 Menganalisis dan memadukan kritik terhadap konsep-konsep.

Filsafat tertarik terhadap aspek-aspek kualitatif segala sesuatu, terutama berkaitan


dengan makna dan nilai-nilainya. Filsafat menolak untuk mengabaikan setiap aspek yang otentik
dari pengalaman manusia.

D. LAPANGAN FILSAFAT
Seperti telah dikemukakan terdahulu, bahwa filsafat adalah berfikir radikal, sistematis,
dan universal tentang segala sesuatu. Jadi, yang menjadi objek pemikiran filsafat adalah segala
sesuatu yang ada.
1. Metafisika
Secara etimologi, metafisika berasal dari bahasa Yunani Kuno yang terdiri dari dua kata,
“meta” dan “fisika”. Meta berarti sesudah,di belakang,atau melampaui, dan fisika berarti alam
nyata.
Metafisika dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
 Ontology
 Metafisika khusus
2. Epistemologi
a. Jenis-jenis pengetahuan
 Pengetahuan wahyu (revealed knowledge)
 Pengetahuan intuitif (intuitive knowledge)
 Pengetahuan rasional (rational knowledge)
 Pengetahuan empiris (empirical knowledge)
 Pengetahuan otoritas (authoritative knowledge)
b. Teori pengetahuan
I. Teori korespondensi (correspondence theory)
Menurut teori korespondensi, kebenaran merupakan persuaian antara fakta dan situasi
nyata. Kebenaran merupakan persesuaian antara pertanyaan dalam pikiran dengan situasi
lingkungannya.

II. Teori koherensi (coherence theory)


Menurut teori koherensi, kebenaran bukan persesuaian antara pikiran dengan kenyataan,
melainkan kesesuaian dengan harmonis antara pendapat/pikiran kita dengan pengetahuan kita
yang telah dimiliki.
III.Teori pragmentisme (pragmatism theory)
Menurut teori pragmentisme, kebenaran tidak bisa bersesuaian dengan kenyataan, sebab
kita hanya mengetahui dari pengalaman kita saja. Dilain pihak, menurut pragmentisme, teori
koherensi adalah formal dan rasional.
3. Aksiologi
Secara etimologis, aksiologi berasal dari bahasa Yunani Kuno, terdiri dari kata “aksios”
yang berarti kata “logos” yang berarti teori. Jadi, aksiologi merupakan cabang filsafat yang
mempelajari nilai. Secara singkat, aksiologi adalah teori nilai.
E. FILSAFAT DAN SAINS
1. Pengertian sains
Prof. Harsoyo (1977) mengemukakan pengertian tentang sains, yaitu;
 Merupakan akumulasi pengetahuan yang disistemasikan atau kesatuan pengetahuan
yang terorganisasikan.
F. FILSAFAT DAN AGAMA
1. Pengertian Agama
Pertama, agama diidentifikasikan dengan kepercayaan terhadap supernatural. Kedua,
agama diidentifikasikan dengan kepercayaan atau keyakinan.
Dalam kepercayaan agama, ada yang disebut panteisme pandangan ini bertentangan
dengan supernatural, karena panteisme meyakini bahwa tuhan sebagai hal yang tidak berbeda
dengan alam semesta atau proses dengan alam semesta.
2. Ciri-ciri agama
Dalam agama sekurang-kurangnya terdapat empat cirri antara lain:
 Adanya kepercayaan terhadap yang mahagaib, mahasuci, maha agung, sebagai
pencipta alam semesta.
 Melakukan hubungan dengan hal-hal di atas, dengan berbagai cara.
 Adanya suatu ajaran (doktrin) yang harus dijalankan oleh setiap penganutnya.
 Menurut pandangan orang islam, bahwa ajran atau doktrin itu tersebut diturunkan
oleh Rab tidak langsung pada setiap manusia, melainkan melalui para nabi dan rasul-
rasulnya.

3. Manfaat agama bagi manusia


Menurut Hocking (1946), agama merupakan obat dari kesulitan dan kekhawatiran yang
dihadapi manusia, sekurang-kurangnya meringankan manusia dari kesulitan.
Menurut Ghalab (1965), agama wahyu akan memiliki kesempurnaan yang mutlak,
Karena nilai keagamaan yang terkandung di dalamnya berasal dari mutlak.
2.3. FILSAFAT PENDIDIKAN
A. PENDIDIKAN
1. Makna Pendidikan
Makna pendidikan dapat dilihat dalam pengertian secara khusus dan pengertian secara
luas.
Selanjutnya Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati (1991:70) mengemukakan beberapa definisi
pendidikan sebagai berikut;
 Menurut Prof. Hoogeveld, mendidik adalah membantu anak supaya anak itu kelak
cakap menyelesaikan tugas hidupnya atas tanggung jawab sendiri.
 Menurut Prof.S. Brojonegoro, mendidik berarti memberi tuntututankepada manusia
yang belum dewasa dalam pertumbuhan dan perkembangan, sampai tercapainya
kedewasaan dalam arti rohani dan jasani.
2. Pendidikan sebagai Proses Transformasi Nilai
Pendidikan pada hakikatnya akan mencakup kegiatan mendidik,mengajar,dan melatih,
yang di dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 mencakup kegiatan bimbingan,
pengajaran,dan pelatihan.
Agar proses transformasi tersebut berjalan lancar, ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi dalam melaksanakan proses pendidikan, antara lain:
 Adanya hubungan edukatif yang baik antara pendidik dan terdidik.
 Adanya metode pendidikan yang sesusai.
 Adanya sarana dan perlengkapan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan.
 Adanya suasana yang memadai.
3. Tujuan Pendidikan
Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 dijelaskan tentang tujuan pendidikan
sebagai berikut.
Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia seutuhnya,yaitu manusia yang berimna dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa dan berbudipekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap mandiri serta bertanggung jawab
bermasyarakatan dan kebangsaan.
4. Pendidikan Berlangsung Sepanjang Hayat
 Pendidikan dalam keluarga
 Pendidikan di sekolah
 Pendidikan di masyarakat
B. PENGERTIAN FILSAFAT PENDIDIKAN
Filsafat pendidikan menurut Al-Syaibany (1979:30) adalah:
Pelaksanaan pandangan filsafah dan kaidah falsafah dalam bidang pendidikan.
Filsafat itu mencerminkan satu segi dari segi pelaksanaan prinsip-prinsip dan
kepercayaan-kepercayaan yang menjadi dasar dari filsafah umum dalam
menyelesaikan masalah-masalah pendidikan secara praktis.

C. KEBUTUHAN FILSAFAT PENDIDIKAN


Brubacher (1950), seorang guru besar dalam filsafat pendidikan, mengemukakan tentang
hubungan antara filsafat dengan pendidikan dalam hal ini filsafat pendidikan: bahwa filsafat
tidak hanya melahirkan sains atau pengetahuan baru, melainkan juga melahirkan filsafat
pendidikan.
D. PERANAN FILSAFAT PENDIDIKAN
1. Manusia sebagai makhluk individu
Menurut Zanti Arbi dan Syahrun (1991:10), setiap orang bertanggung jawab atas
dirinya, atas pikiran, perasan, pilihan, dan perilakunya.
2. Manusia sebagai makhluk sosial
Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia hidup dalam kondisi saling
kertergantungan, saling membutuhkan antar pribadi.
2.4 . MAZHAB-MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN
A. FILSAFAT PENDIDIKAN IDEALISME
 Realitas
 Pengetahuan
 Nilai
 Pendidikan
B. FILSAFAT PENDIDIKAN REALISME
Pada dasarnya realism merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualistis.
Realisme berbeda dengan meterialisme dan idealism yang bersifat monistis. Realisme
berpendapat bahwa hakikat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia rahani.
Realisme merupakan aliran filsafat yang memiliki beranekaragam bentuk. Kneller
membagi realisme menjadi 2 bentuk,yaitu : 1) realisme rasional, 2) realisme naturalis.
1. Realisme Rasional
Realisme rasional dapat didefinisikan pada dua aliran, yaitu realism klasik dan
realism religious. Bentuk utama dari realism religious ialah “Scholastisisme”. Realisme
klasik ialah filsafat Yunani yang pertama kali dikembangkan oleh Aristoteles,
sedangkan realism religious, terutama scholastisisme oleh Thomas Aquina,dengan
menggunakan filsafat Aristoteles dalam membahas teologi gereja.
2. Realisme Natural Ilmiah
Realisme natural ilmiah menyertai lahirnya sains di Eropa pada abad kelima belas
dan keenam belas, yang dipelopori oleh Francis Bacon, Jonh Locke, Galileo, David
Hume, John Stuart Mill, dan lain-lain.
Realisme natural ilmiah mengatakan bahwa manusia adalah organism biologis
dengan sistem saraf yang kompleks dan secara inheren berpembawaan sosial (social
disposition).
3. Neo-Realisme dan Realisme Kritis
Selain aliran-aliran realisme di atas, masih ada lagi pandangan-pandangan lain,
Breed, dan “Realisme Kritis” dari Immanuel Kant. Menurut pandangan Breed, filsafat
pendidikan hendaknya harmoni dengan prinsip-prinsip demokrasi.
C. FILSAFAT PENDIDIKAN MATERIALISME
1. Latar Belakang Pemikiran
August Comte sebagai pelopor posotivisme berpandangan bahwa, “The higest from
of knowledge is simple description presumably of phenomena”.
2. Pendidikan
Pendidikan, dalam hal ini proses belajar kondosinalisasi lingkungan, misalnya
dengan mengadakan percobaan terhadap anak yang tidak pernah takut pada kucing,
akhirnya ia menjadi takut pada kucing.
D. FILSAFAT PENDIDIKAN PRAGMATISME
Istilah pragmatisme berasal dari perkataan “pragma” artimya praktik atau aku
berbuat.
1. Realitas
Tema pokok filsafat pragmatisme adalah:
 Esensi realitas adalah perubahan.
 Hakikat sosial dan biologis manusia yang esensial.
 Relativitas nilai.
 Penggunaan intelegensi secara kritis.
Watak pragmatisme adalah humaritis dan menyutujui suatu dalil “ manusia adalah
ukuran suatu segala- galanya “(man is the meansure of all things). Tujuan dan alat
pendidikan harus fleksibel dan terbuka untuk perbaikan secara terus menerus. Tujuan
dan cara untuk mencapai tujuan pendidikan harus rasional dan ilmiah.
2. Pengetahuan
Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang berguna. Menurut James, suatu
ide itu benar apabila memiliki konsekuensi yang menyenangkan. Menurut Dewey dan
Peirce, suatu ide itu benar apabila berakibat member kepuasan jika diuji secara objektif
dan ilmiah.
Teori kebenaran merupakan alat yang kita pergunakan untuk memecahkan masalah
dalam pengalaman kita. Menurut James (Harun Hadiwijoyo, 1980), tidak ada kebenaran
mutlak, berlaku umum, bersifat tetap, berdiri sendiri, lepas dari akal pikiran yang
mengetahui.
3. Nilai
Nilai lahir dari keinginan dorongan dan perasaan, serta kebiasaan manusia, sesuai
dengan watak manusia sebagai kesatuan antara factor-faktor biologis dan factor sosial
dalam diri dan kepribadiaannya.
4. Pendidikan
a. Konsep Pendidikan
 Pendidikan sebagai kebutuhan untuk hidup
 Pendidikan sebagai fungsi sosial
1. Tujuan Pendidikan
 Tujuan pendidikan hendaknya ditentukan dari kegiatan yang didasarkan atas kebutuhan
intrinsic anak didik.
 Tujuan pendidikan harus mampu memunculkan suatu metode yang dapat
mempersatukan aktivitas pengajaran yang sedang berlangsung.
 Tujuan pendidikan adalah spesifik dan langsung. Pendidikan harus tetap menjaga untuk
tidak mengatakan berkaitan dengan tujuan umum dan akhir.

2. Proses Pendidikan
Metode yang sebaiknya digunakan dalam pendidikan adalah metode disiplin, bukan
dengan kekuasaan. Disiplin merupakan kemauan dan minat yang keluar dari dalam diri
anak itu sendiri.

II.V. ORIENTASI PSIKOLOGIS YANG MEMPENGARUHI FILSAFAT


PENDIDIKAN
A. PSIKOLOGSI HUMANISTIK
Psikologis humanistic diperoleh dari filsafat humanisme, yang berkembang selama
renaissance di Eropa dam Reformasi Protestan yang didasarkan keyakinan bahwa
individu-individu mengontrol nasib mereka sendiri melalui aplikasi kecerdasan dan
pembelajaran mereka.
Tujuan pendidikan menurut pandangna humanism diikhtisarkan oleh Mary Jhonson
(karrtadinata, dala dasar-dasar kependidikan, 1987), sebagai berikut:
 Kaum humanis berusaha memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan
eksplorasi dan mengembangkan kesadaran identitas diri yang melibatkan
perkembangan konsep diri dan sistem nilai.
 Kaum humanis telah mengutamakan komitmen terhadap prinsip pendidikan yang
memperhatikan factor perasaan, emosi, motivasi, dan minat siswa akan mempercepat
proses belajar yang bermakna dan terintegrasi secara pribadi.
 Perhatian kaum humanis lebih terpusat pada isi pelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan dan minat siswa itu sendiri
 Kaum humanis berorientasi kepada upaya memelihara perasaan pribadi yang efektif.
B. BEHAVIORISTIK
1. PENDIRI PSIKOLOGIS BEHAVIORISTIK
Jhon B. Watson (1978-1958) adalah perintis psikologis behavioristik yanag utama
dan B.F Skinner (1904-1990) adalah promoter terkenal.
Menurut Power (1982:168), “ kita adalah apa kita adanya dan kita melakukan apa
yang kita lakukan, tidak karena suatu kekuatan misterius terhadap kemauan manusia,
namun karena tekanan-tekanan luar atas kurangnya kesamaan control yang membuat kita
terperangkap dalam suatu jarring yang tidak fleksibel.

2. POTRET GURU BRHSVIORISTIK


Merode pokoknya adalah pengajaran idividu dimana para siswa melakukan proses
dalam langkah mereka sendiri melalui modul-modul yang telah ia simpan.
C. KONSTRUKTIVISTIK
Para siswa menciptakan atau membentuk pengetahuan mereka sendiri melalui
tingkatan dan interaksi dengan dunia.
Pemahaman kita tentang pembelajaran telah berkembang dengan hasil dan
kemajuan-kemajuan dalam sains kognitif, studi tentang proses-proses mental yang
digunakan siswa dalam berfikir dan mengingat.
Aktivitas induktif dilanjutkan beberapa kali, dengan memilih kumpulan kata yang
berbeda. Jack mengarahkan para siswa melalui kategori-kategori konsonan dan bunyi-
bunyi vocal serta struktur yang mereka butuhkan untuk memecahkan kata-kata yang tidak
dikenal.
BAB III
PEMBAHASAN

Judul Buku : Pengantar Filsafat Pendidikan


Penulis : Drs. Uyoh Sadulloh, M.pd
Penerbit : ALFABETA, CV
Keunggulan :

Keuggulan dari buku ini adalah mampu memberikan informasi tentang nilai, sumber nilai dan
bagaimana manusia dapat memperoleh nilai tersebut karena pendidikan pada prinsipnya tidak
dapat dipisahkan dari nilai.

Kelemahan :

Kelemahan dalam buku ini kurangnya memberikan pemahaman bagi pembaca khususnya para
pemula sehingga pesan yang diutarakan oleh pengarang tidak tersampaikan pada pembaca.

Buku Perbandingan:

Judul Buku : Filsafat Pendidikan

Penulis : Dr. Edward Purba, MA

Penerbit : UNIMED PRESS

Keunggulan :

Keunggulan buku ini adalah Materinya dipilih hanya mengenain pokok-pokok yang menyangkut
kasus yang terjadi pada kehidupan sehari-hari. Sehingga mahasiswa dengan mudah melihat nilai
praktis dan meteri filsafat pendidikan. Namun tidak mengurangi karekteristik filsafat yang
memamng menuntut kegiatan berpikir yang sungguh-sungguh.

Kelemahan :

Kelemahan buku ini adalah isi dari pembahasan buku ini sulit untuk dimengerti oleh
mahasiswa/i.
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan :

Buku ini layak di baca karena didalamnya memuat ilmu pendidikan, pendekatan filosofis dan
bukan hanya teori pendidikan yang dibahas tetapi juga dengan praktik pendidikan sebagai upaya
untuk membangun sumber daya manusia dan memberi wawasan yang sangat luas, karena
pendidikan menyangkut seluruh aspek kehidupan baik pemikiran maupun pengalamannya.
Pendidikan membutuhkan pengkajian filosofis karena kajian semacam ini akan melihat
pendidikan dalam suatu realitas yang komprehensip. Kajian filosofis tentang pendidikan akan
membantu memberikan informasi tentang hakikat manusia, yang secara horisontal berhubungan
dengan sesama manusia dan jagat raya. Kajian filosofis juga memberikan informasi yang
berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan sumber pengetahuan karena hal ini sangat membantu
dalam menentukan tujuan akhir pendidikan.

Saran :
Semoga dengan penulisan critical book report ini dapat bermanfaat dan dijadikan sebagai
modal dalam mempelajafi filsafat pendidikan. Jadikanlah filsafat pendidikan sebagai penentuan
terhadap penentuan hidup dan pegangan dalam memecahkan masalah politik, pendidikan,
ekonomi, sosial dan budaya yang terjadi dalam masyarakat yang setiap saat berubah dan
berkembang dalam konteks akselerasi dan medernisasi.
DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati.1991. Ilmu pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.

Amin Hoesin, Oemar. 1961. Filsafat islam. Djakarta : Bulan Bintang.

Anshary, Endang Saefudin. 1979. Ilmu, filsafat, dan Agama. Surabaya : Bina Ilmu

Barnadid, Imam.1975. sistem-sistem dilsafat pendidikan, Yogyakarta : yayasan penerbitan FIP


IKIP.

Barnawie Umarie. 1967. Materria akhlak, Semarang : CV Ramadhani.

Bertens, K. 1981. filsafat barat dalam abad XX. Jakarta : PT Gramedia.

Bode, Boyd H. 1940. How We Learn. Boston : DC Heath and Company.

Departemen Agama RI. 1974. Al- quran dan terjemahannya. Jakarta

Depdikbud. 1987, dasar-dasar kependidikan. Bandung : IKIP Bandung.

Dewey, jhon. 1964. Democracy and education. New York : The mc millan company.

Drijarkara. 1964. Pertjikan filsafat. Djakarta : PT pembangunan.

Hamka, 1966. Pandangan Hidup Muslim. Djakarta : bulan bintang.

Noor syam, Mohammad. 1984. Filsafat pendidikan dan dasar filsafat pancasila : Usaha Nasional.

Parkay W. forest, dan standford, Baverly Hardcestle. (1998), becoming A teacher (fourth
edition), Boston : Allyn Bacon.

Uyoh sadulloh 1983. Pengantar filsafat. Bandung : fakultas ilmu pendidikan IKIP Bandung.

Waini Rasyidin. 1992. Dasar filosofis pendidikan. (modul 3). Jakarta : proyek pembinaan tenaga
kependidikan, pendidikan tinggi departemen pendidikan dan kebudayaan.
iv

Anda mungkin juga menyukai