Anda di halaman 1dari 12

KARAKTERISTIK ANAK CERDAS, BAKAT DAN ISTIMEWA

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata kuliah Pembelajaran PAI Untuk Difabel
Dosen Pembimbing : Laely Farokhah, M.Pd

Disusun oleh:
Fazrul Falakh Naga (2018510016)
Fadilla Bagus Pramudi (2018510056)

FAKULTAS AGAMA ISLAM


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang karena rahmat dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah Pembelajaran PAI untuk Difabel ini dengan tepat waktu. Tidak lupa
juga shalawat dan salam kami persembahkan kepada junjungan besar Rasulullah Muhammad
SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan kepada Islam yang terang-benderang.
Semoga kita mendapat syafa’atnya di akhirat kelak.

Dalam kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah yang berjudul “Karakteristik Anak Cerdas, Bakat
Istimewa” ini. Semoga pembuatan makalah ini dapat memberikan pemahaman kepada para
pemakalah serta para pembaca.

Akhir kata, kami menerima semua saran dan kritik yang diberikan kepada kami dari para
pembaca makalah ini agar kami dapat memperbaiki pembuatan makalah ini kedepannya.

Cirendeu, 25 September 2019


Penyusun,

Kelompok 8

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................4
A. Latar Belakang...................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..............................................................................................4
C. Tujuan Masalah..................................................................................................4
D. Manfaat..............................................................................................................4
E. Metode Penelitian..............................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................5
A. Pengertian Anak Cerdas Istimewa dan Bakat Istimewa.................................................5

B. Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus Cerdas, Bakat Istimewa..................................7

BAB III PENUTUPAN..........................................................................................................11


Kesimpulan........................................................................................................................11
Saran..................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................12

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kecerdasan istimewa dan bakat istimewa merupakan kategori yang termaksud kedalam
pendidikan luar biasa. Kesulitan belajar merupakan suatu keadaan dalam proses belajar
mengajar dimana anak tidak dapat belajar sebagaimana mestinya. Kesulitan belajar pada
dasarnya adalah suatu gejala yang nampak dalam berbagai manivestasi tingkah laku, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Kesulitan belajar anak tentu saja tidak boleh di
diamkan begitu saja karena hal ini akan sangat menghambat anak dalam memperoleh
prestasi selain itu apabila hal ini di diamkan ini akan lebih menghambat anak untuk belajar ke
depannya.

Kesulitan dalam belajar dapat di sebabkan karena beberapa faktor.Bisa dari faktor internal (
diri anak ) dan juga faktor eksternal ( dari luar anak ). Faktor internal ini bisa di sebabkan
karena anak mempunyai perbedaan dengan anak yang lainnya dan sering juga di sebut anak
dengan kebutuhan khusus. Dalam hal ini kebutuhan khusus bukan berarti anak mempunyai
kekurangan. Anak Cerdas Istimewa dan Berbakat Istimewa juga termasuk anak yang
berkebutuhan khusus atau sering di sebut dengan anak Gifted atau anak Superior.

B. Rumusan Masalah

Secara umum rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah berkaitan
dengan kecerdasan istimewa dan bakat istimewa, Adapun rumusan masalah ini dapat diuraikan
dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

1. Apa pengertian anak cerdas, bakat istimewa ?


2. Apa saja jenis ABK cerdas, bakat istimewa ?
3. Analisis keunikan jenis-jenis ABK cerdas, bakat istimewa
C. Tujuan

1. Agar mengetahui pengertian anak cerdas, bakat istimewa


2. Agar mengetahui apa saja jenis ABK cerdas, bakat istimewa
3. Agar mengetahui analisis keunikan jenis-jenis ABK cerdas, bakat istimewa
D. Manfaat
Guna memberikan kepada para pembaca pemahaman tentang Pengertian, jenis-jenis,
dan analisis keuniakan ABK cerdas, bakat istimewa.
E. Metode penelitian

Makalah ini ditulis menggunakan metode penulisan dengan kajian pustaka bersumber
dari Buku, website, artikel.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Anak Cerdas Istimewa dan Bakat Istimewa
Anak cerdas atau dengan sebutan “Gifted Talented” memiliki potensial yang tinggi
sekali dalam prestasi belajar dan penojolan kemampuan yang luar biasa pada suatu bidang
tertentu.1 bakat-bakat kecerdasan tersebut bak sebagai potensi maupun yang sudah terwujud
meliputi antara lain :

1. Kemampuan intelektual umum


2. Kemampuan akademik khusus
3. Kemampuan berfikir kreatif produktif
4. Kemampuan dalam salah satu bidang seni
5. Kemampuan psikomotor (kinestetik)
6. Kemampuan psikososial atau bakat kepemimpinan

Ciri-ciri anak genius (Gifted Talented) sesuai dengan konsep multidimensional maka
ciri-ciri mereka juga aneka ragam bergantung tingkat intelegensi dan bakat talent mereka
masing-masing secara individual yang antara seorang dengan lainnya tidak sama.2 Menurut
Seagoe (Martinson, 1974) menunjukan bahwa ciri-ciri tertentu dari anak gifted talented
dapat atau mungkin mengakibatkan masalah-masalah tertentu seperti:

1. Kemampuan berfikir kritis dapat mengarah ke sikap skeptis dan sikap kritis terhadap
diri sendiri maupun terhadap orang lain.
2. Kemampuan kreatif dan minat untuk melakukan hal-hal baru dapat menyebabkan anak-
anak cerdas tidak menyukai atau lekas bosan terhadap tugas-tugas rutin.
3. Perilaku ulet dan terarah pada tujuan yang sering nampak pada anak cerdas dapat
menjurus pada keinginan untuk memaksakan atau mempertahankan pendapatnya.
4. Juga kepekaan dari anak cerdas dapat mudah membuatnya mudah tersinggung atau
peka terhadap kritik orang lain.
5. Semangatnya yang tinggi, kesiagan mentalnya dan inisiatifnya dapat membuatnya
kurang sabar atau kurang toleran jika tidak ada kegiatan atau kurang nampak kemajuan
dalam kegiatan yang sedang berlangsung.
6. Dengan kemampuan dan minatnya yang aneka ragam, anak cerdas membutuhkan
fleksibelitas serta dukungan untuk dapat menjajagi dan mengembangkan minat-
minatnya.
7. Keinginan anak cerdas untuk mandiri dalam belajar dan bekerja kebutuhannya, akan
kebebasan, dapat menimbulkan konflik karena tidak mudah konform (tunduk) terhadap

1
Sutratinah Tirtonegoro, Anak Supernormal dan Program Pendidikan (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), hlm. 34.
2
Ibid., hlm.35

5
tekanan dari orang tua tadi atau dari teman sebaya. Ia juga dapat merasa ditolak atau
kurang dimengerti oleh lingkungannya.3

Secara yuridis formal layanan pendidikan bagi anak berbakat telah mendapat tempat
didalam sistem pendidikan Nasioanal. Undang-undang nomor 2/1989 tentang sistem
pendidikan nasional pasal 8 ayat 1 dan 2 menyatakan bahwa :

1. Warga negara yang memiliki kelainan fisik dan atau mental berhak memperoleh
pendidikan luar biasa.
2. Warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak
memperoleh pehatian khusus.

Jika menilik kepada ayat 2 diatas tampak jelas bahwa “ kemampuan dan kecerdasan luar biasa”
yang dimaksud merujuk kepada konsep “kemampuan dan kecerdasan diatas normal”.
Sedangkan peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan dibawah normal tercakup
didalam ayat 1 dan secara detail karakteristik ini dan masalah perkembangan kelompok anak
tersebut dibahas dalam bab-bab lain buku ini sejalan dengan makna yang tersurat dan tersirat
dalam ayat-ayat diatas, pengertian kemampuan dan kecerdasan luar biasa dalam buku ini
merujuk kepada kemampuan dan kecerdasan diatas normal (penyimpangan kearah positif).4
Satu ciri yang paling umum diterima sebagai ciri anak yang berbakat ialah memiliki
kecerdasan yang lebih tinngi dari pada anak normal, sebagimana diukur oleh alat ukur
kecerdasan (IQ) yang sudah baku. Ciri umum (kecerdasan yang tinggi) ini merupakan awal
pangkal tolak berpikir dalam membedakan anak berbakat dengan anak lain yang tidak termasuk
kelompok itu. Pada mulanya memang tingkat kecerdasan (IQ) dipandang sebagai satu-satunya
ukuran anak berbakat. Pandangan ini disebut pandangan berdimensi tunggal tentang anak
berbakat.5

Dapat dibayangkan bahwa individu anak gifted pada dasarnya akan menunjukan
intelektual superior, baik secara terpisah maupun merupakan kombinasi dengan bakat (talent)
dalam bidang seperti misalnya arti musik, kepemimpinan sosial (social leadership)
keterampilan mekanik, bahasa asing, matematika, drama dan tulisan kreatif.6 Menurut
Nilgram, R.M. (1991:10), anak berbakat adalah mereka yang mempunyai skor IQ 140 atau
lebih diukur dengan instrumen stanford binet (Terman, 1995), mempunyai kreativitas tinggi
(Guilford, 1956), kemampuan memimpin dan kemampuan dalam seni drama, seni musik, seni
tari, dan seni rupa (Marlen, 1972).7
Peserta didik berbakat mempunyai empat kategori yaitu sebagai berikut:

1. Mempunyai kemampuan intelektual atau mempunyai intelegensi yang menyeluruh,


mengacu kepada kemampuan berfikir secara abstrak dan mampu memecahkan masalah

3
Ibid., hlm.35-36
4
T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2012), cetakan keempat, hlm.
159-160.
5
Ibid.
6
Sutratinah Tirtonegoro, Op. cit. hlm 39.
7
Bandi Delthie, Deteksi dan Penanganan Anak Cerdas Istimewa, (Bandung: PT Refika Aditama, 2006, cetakan
pertama, hlm. 139.

6
secara sistematis dan masuk akal. Kemampuan ini dapat diukur pada anak maupun
orang dewasa dengan tes psikometrik berkaitan dengan prestasi umumnya dinyatakan
dengan skor IQ.
2. Kemampuan intelektual khusus, mengacu pada kemampuan yang berbeda dalam
matematika, bahasa asing, musik, atau ilmu pengetahuan alam.
3. Berfikir kreatif atau berfikir murni menyeluruh umumnya mampu berfikir untuk
memecahkan permasalahan yang tidak umum dan memerlukan pemikiran tinggi.
Pikiran kreatif menghasilkan ide-ide yang produktif melalui imajinasi, kepintarannya,
keluasannya dan bersifat menakjubkan.
4. Mempunyai bakat kreatif khusus, bersifat orisinil dan berbeda dengan orang lain.8

B. Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus Cerdas, Bakat Istimewa

Anak dengan berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang secara signifikan
(bermakna) mengalami kelainan atau penyimpangan (fisik, mental, intelektual, sosial,
emosional) dalam proses pertumbuhannya atau perkembangannya dibanding dengan anak-
anak lain seusianya sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Dengan
demikian, meskipun seorang anak mengalami kelainan atau penyimpangan tertentu, tetapi
kelainan atau penyimpangan tersebut tidak signifikan sehingga mereka tidak memerlukan
pelayanan pendidikan khusus, anak tersebut bukan termasuk anak dengan kebutuhan khusu.
Ada bermacam-macam jenis anak dengan kebutuhan khusus, adapun jenisnya sebagai berikut:

1. Tunanetra atau anak yang mengalami gangguan penglihatan


Tunanetra adalah anak yang mengalami daya gangguan penglihatan, berupa
kebutaan menyeluruh atau sebagian, dan walaupun telah diberi pertolongan dengan
alat-alat bantu khusus masih tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
2. Tunarungu atau anak yang mengalami gangguan pendengaran
Tunarungu adalah anak yang kehilangan seluruh atau sebagian daya
pendengarannya sehingga tidak atau kurang mampu berkomunikasi secara verbal
dan walaupun telah diberikan pertolongan dengan alat bantu dengan masih tetap
memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
3. Tunadaksa atau mengalami kelainan anggota tubuh atau gerakan
Tunadaksa adalah anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada
alat gerak (tulang, sendi, otot) sedemikian rupa sehingga memerlukan pelayanan
pendidikan khusus.
4. Tunalaras atau anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku
Tunalaras adalah anak yang mengalami kesulitan dalam penyesuain diri dan tingkah
laku tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan kelompok
usia maupun masyarakat pada umumnya, sehingga merugikan dirinya maupun
orang lain, dan karenanya memerlukan pelayanan pendidikan khusus demi
kesejahteraan dirinya maupun lingkungannya.
5. Tunagrahita

8
Ibid.

7
Tunagrahita (retardasi mental) adalah anak yang secara nyata mengalami hambatan
dari keterbelakangan perkembangan mental jauh dibawah rata-rata (IQ dibawah 70)
sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi maupun
sosial, dan karenannya memerlukan layanan pendidikan khusus. Hambatan ini
terjadi sebelum umur 18 tahun.
6. Cerebral Palsy
Gangguan atau hambatan karena krusakan otak (brain injury) sehingga
mempengaruhi pengendalian fungsi motorik.
7. Gifted(anak berbakat)
Adalah anak yang memiliki potensi kecerdasan (intelegensi),kreatifitas,dan
tanggungjawab terhadap tugas (task commitment) diatas anak-anak
seusiannya(anak normal).
8. Autisme
Mayoritas gangguan autisme disebabkan karena abnormalitas di otak (coleman
dalam Ormrod, 2008). Karakteristik umum dari gangguan ini ditandai dengan
adanya gangguan dalam koginisi sosial (misalnya kemampuan mempertimbangkan
perspektif orang lain), kemampuan sosial, dan interaksi sosial (Baron dan Ormrot,
2008). Anak-anak dengan autism seringkali menunjukkan sifat-sifat kelainan yang
bisa diidentifikasi sebelum umur tiga tahun (Smiawan dan Mangunsong, 2010),
diantara sifat-sifat tersebut antara lain:
a. Tidak tanggap terhadap orang lain
b. Gerakan diulang-ulang seperti bergoyang, berputar, dan memilin tangan,
menghindari kontak mata dengan orang lain.
c. Tetap dalam kebiasaan (Smith,2006). Ciri-ciri sifat tersebut baru bisa dikatakan
sebagai perwujuda autisme apabila terjadi dalam intensitas yang tinggi.

Menurut Sousa (2003) (Dalam Semiawan dan Mangunsong, 2010) autisme dapat
dikelompokan dalam empat tipe sebagai berikut:

a. Tipe kanner yaitu tipe klasik atau juga disebut autisme infantil, ditandai oleh
ciri menghindar kontak mata, lamban berbicara, prilaku mengulang dan
kemungkinan retardasi mental.
b. Sindrom asperger (SA) yaitu perkembangan prilaku menentang yang spektrum
cirinya adalah defisit sosial, namun perkembangan kognisi, dan bahasa relatif
normal, serta minat yang mendalam dalam Idiosynkretis.
c. Perkembangan prilaku menentang tanpa tanda-tanda lain, kecuali dalam
perkembangan anak ini tidak memenuhi gejala-gejala tersebut sebelum umur
tiga tahun. Kadang kala klasifikasi ini digunakan apabila kondisi ini muncul
meskipun tidak terlalu berat dan tidak terlalu konsisten, sehingga tipe ini kurang
diperkirakan sebagai tipe kenner.
d. Tipe regresif atau epileptis, tipe ini ditandai dengan ketidakmampuan
memahami orang lain, input sensorik yang tidak menentu, bacaaan EEG yang
tidak normal, retardasi mental dan tingkat kecerdasan tinggi.
9. Asperger

8
Secara umum performa anak Aspreger Disorderhampir sama dengan anak autisme,
yaitu memiliki gangguan pada kemampuan komunikasi,interaksi sosial, dan tingkah
lakunnya, namun gangguan pada anak asperger lebih ringan dibandingkan anak
autisme dan sering disebut dengan istilah “High-ffuctioning autism”. Hal-hal yang
paling membedakan antara anak Autisme dan Asperger jauh lebih baik
dibandingkan anak autisme. Intonasi bicara anak asperger cenderung monoton,
ekspresi muka kurang hidup cenderung murung dan berbicara hanya seputar pada
minatnya saja. Bila anak autisme tidak bisa berinteraksi dengan lingkungan
sosialnya, anak asperger masih bisa dan memiliki kemauan dan berinteraksi dengan
lingkungan sosialnya, kecerdasan anak asperger biasanya ada pada great rata-rata
keatas. Memiliki minat yang sangat tinggi pada buku terutama yang bersifat ingatan
atau memori pada suatu kategori. Misalnya menghaffal klasifikasi hewan atau
tumbuhan yang menggunakan nama lain.
10. Rett’s Disorder
Jenis gangguan perkembangan yang masuk kategori ASD. Aspek perkembangan
pada anak Rett’s Disoreder mengalami kemunduran sejak menginjak usia 18 bulan
yang ditandai hilangnya kemampuan bahasa bicara secara tiba-tiba. Koordinasi
motorinya semakin memburuk dan dibarengi dengan kemunduran dalam
kemampuan sosialnya. Rett’s Disorder hampir keseluruhan penderitanya adalah
perempuan.
11. Attention defict disorder with hyperactive (ADHD)
ADHD terkadang lebih dikanal dengan istilah anak hiperaktif, oleh karena mereka
selalu bergerak dari satu tempat ketempat lain, tidak dapat duduk diam disatu
tempat selama kurang lebih 5-10 menit untuk melakukan suatu kegiatan yang
diberikan kepadannya. Rentang konsentrasinya sangat pendek, mudah bingung dan
pikirannya selalu kacau,sering mengabaikan perintah atau arahan, sering tidak
berhasil dalam menyelesaikan tugas-tugas disekolah. Sering mengalami kesulitan
mengeja atau menirukan ejaan huruf.
12. Lamban belajar
Lamban belajar adalah anak yang memiliki potensi intelektual sedikit di bawah
normal tetapi belum termasuk tunagrahita. Dalam beberapa hal mengalami
hambatan atau keterlambatan berpikir, merespon rangsangan dan adaptasi sosial,
tetapi masih jauh lebih baik dibanding dengan yang tunagrahita, lebih lamban
dibanding dengan normal, mereka butuh waktu yang lebih lama dan berulang-ulang
untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik maupun non akademi, dan
karenannya memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
13. Anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik
Anak yang berkesulitan belajar spesifik adalah anak yang secara nyata mengalami
kesulitan dalam tugas-tugas akademik khusus (terutama dalam hal kemampuan
membaca, menulis,dan berhitung atau matematika), diduga disebabkan karena
faktor disfungsi neugologis, bukan disebabkan karena faktor intelegansi
(intelegensinya normal bahkan ada yang di atas normal), sehingga memerlukan
pelayanan pendidikan khusus. Anak berkesulitan belajar spesifik dapat berupa
kesulitan belajar membaca (disleksia), kesulitan belajar menulis (disfragma), atau

9
kesulitan belajar berhitung (diskalkulia), sedangkan mata pelajaran lain mereka
tidak mengalami kesulitan yang signifikan (berarti).
14. Gangguan Bicara dan Bahasa
American speech language hearing association (ASHA) mendefinisikan kelainan
bicara sebagai kemunduran artikulasi pengucapan suara, kefasihan dan bunyi suara.
Kelainan berbicara dan bahasa merupakan kategori terbesar kedua diantara anak-
anak, setelah kesulitan belajar (Smith, 2006). Yang termasuk dalam kategori
gangguan bicara antara lain:
a. Gangguan artikulasi, kelainan ini merupakan kesulitan dalam menghasilkna
suara yang menyusun kata. Ada 4 jenis kelainan artikulasi, yaitu : penggantian
(subtitution), penghilangan (omision), penambahan (adition) dan
penyimpangan (distortion)
b. Gagap (stuttering), apabila cara bicara seorang anak didominasi oleh
ketidaklancaran tertentu meski pada usia yang sangat muda, maka kemungkinan
anak tersebut mengalami kelainan bicara. Indikasi paling umum untuk
mengenali gangguan kelancaran bicara biasanya adalah adanya ucapan gagap.
Dicirikan dengan adanya pengulangan suku kata, pemanjangan suku kata, dan
terbata-bata (Smith, 2006). Penyebab kegagapan telah lama merupakan masalah
yang tak pernah terpecahkan alasannya mungkin pada dasarnya tidak ada
penyebab tunggal bagi kelainan artikulasi ini (Silverman, 1995). Pada beberapa
kasus, faktor keturunan merupakan salah satu faktor yang dapat
dipertimbangkan (Andrews,1991 dalam Smith, 2006), adapula bukti yang
menyatakan bahwa gagap disebabkan oleh cidera otak dan masalah emosi
(Gagnon dan Ladouceur,1992).
c. Bicara nyerocos (Cultering). Kelaianan ini menyangkut ucapan yang begitu
cepat sehingga sangat berantakan yang mengakibatkan kata-kata dan ide
bercampur aduk dan membingungkan (Smith,2006).

Kelainan bahasa terjadi bila anak-anak mempunyai kesulitan dalam


mengembangkan dan menggunakan bahasa, bukan mengeluarkan ucapan.
Kelainan dalam bahasa pada anak-anak sering berhubungan dengan
keterlambatan bicara (Speech Delayed), keterlambatan bicara dihubungkan
dengan ketidakmatangan pertumbuhan lain dalam diri anak, yang mungkin
disertai dengan perkembangan terbelakang mental, ketidakstabilan emosi,
autistik, atau cidera otak.

Termasuk dalam kelainan bahasa adalah Aphasia. Aphasia memiliki dua


bentuk, pertama Development Aphasia, yaitu istilah yang digunakan untuk
menjelaskan tidak ada perkembangan bahasa yang menyeluruh yang kadang-
kadang ditandai dengan autis berat (Severe autism). Kedua Acquired Aphasia
yaitu hilangnya kemampuan bahasa disebabkan oleh cidera otak (Brain Injuri)
Cidera otak ini akibat kecelakaan dan penyakit infeksi seperti randang otak yang
merupakan penyebab utama pada anak dan remaja (Kaplan, 1996).

10
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Anak yang memiliki potensi kecerdasan atau bakat istimewa (gifted) adalah anak yang
secara signifikan memiliki IQ 140 atau lebih, potensi diatas rata-rata. Anak berbakat atau anak
yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa adalah anak yang memiliki potensi
kecerdasan (intelegensi), kreatifitas, dan tanggung jawab terhadap tugas (task comitment)
diatas anak-anak seusianya (anak normal), sehingga untuk mewujudkan potensinya menjadi
prestasi nyata, memerlukan pelayanan pendidikan khusus.

Yang memiliki karakteristik dari segi karakteristik akademik sosial, dan fisik kesehatan
serta dapat pula dilihat dari segi karakteristik intelektual kognitif, persepsi atau emosi, motivasi
dan nilai-nilai hidup secara aktivitas.

Saran

Dalam penulisan makalah ini, penulis berharap agar pembaca tentunya akan menjadi
calon guru yang dapat memahami pengertian karakteristik dan jenis-jenis ABK cerdas, bakat
dan istimewa, serta mengetahui bagaimana cara menghadapi anak yang memiliki keterbatasan
khusus (gifted). Dan dapat mengaplikasikan jika menghadapi ABK cerdas bakat istimewa.

11
DAFTAR PUSTAKA

Delphie, B. (2006). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: PT. Refika Aditama.

Efendi, M. (2014). Model Pendidikan Anak dengan kecerdasan istimewa jenjang SD berbasis
individulized education program. Model Pendidikan Cerdas Istimewa, 5-6.

M, F. U. (2019, September 3). About Us:A. Academia Edu. Diambil kembali dari Academia.edu Web
site: http://www.academia.edu.com

Somantri, S. (2005). Psikolologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama.

Tirtonegoro, S. (2006). Anak Supernormal dan Program Pendidikannya. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

12

Anda mungkin juga menyukai