Lisa Nurvia
Ranni Merli Safitri
Fakultas Psikologi Universitas Wangsa Manggala Yogyakarta
ABSTRAK
kelelahan fisik yang dapat dilihat pada gejala- adanya penghargaan, penerimaan serta
gejala sakit fisik yang terjadi, seperti sakit perlakuan yang diterima dari lingkungan
kepala, demam, sakit punggung, rentan dalam hal ini lingkungan kerja, maka
terhadap penyakit dan lain-lain. Kelelahan karyawan tersebut akan memiliki persepsi
emosional yang ditandai dengan rasa tidak khusus tentang dirinya sendiri yang dapat
berdaya, depresi, bosan, mudah tersinggung, disebut sebagai harga diri.
perasaan tidak menolong, suka marah, gelisah Menurut Coopersmith (1967) harga
dan lain-lain. Kelelahan mental misalnya diri adalah evaluasi diri yang diekspresikan
merasa sia-sia, sedih, tertekan, tidak yakin, dengan sikap setuju atau tidak setuju, takut,
tidak puas dengan hasil kerja, tidak memiliki keyakinan individu terhadap dirinya sendiri,
apa-apa untuk diberikan kepada orang lain dan sebagai orang yang mampu, penting, berhasil
lain sebagainya. dan berharga atau tidak berharga.
Wawancara langsung yang Berdasarkan pendapat di atas dapat
dikemukakan oleh beberapa karyawan bidang disimpulkan bahwa harga diri adalah evaluasi
pemasaran yang dilakukan oleh peneliti diri yang dilakukan oleh individu yang
menunjukkan adanya kelelahan yang ditandai dinyatakan sebagai perasaan mampu, berhasil
dengan munculnya rasa bosan, sakit kepala, dan berharga, memperoleh kepuasan terhadap
mual-mual, pegel linu, kejang otot, rentan pekerjaannya dan dihargai oleh rekan kerja
terhadap penyakit, gelisah, merasa gagal, sia- atau konsumen, sedangkan bagi karyawan
sia, mudah tersinggung, cemas, suka marah, bidang pemasaran yang mengevaluasi dirinya
acuh tak acuh, adanya ketidakpuasan dengan sebagai individu yang kurang mampu, kurang
pekerjaannya, kurang dapat akrab dengan rekan yakin terhadap pekerjaan, selalu merasa gagal
kerja, kurang menghargai dirinya sendiri, dalam pekerjaan artinya karyawan tersebut
munculnya gejala-gejala tersebut dapat disebut mempunyai harga diri yang rendah sehingga
dengan burnout. Gejala tersebut dapat hal tersebut dapat menimbulkan tekanan-
mempengaruhi konsentrasi pekerjaan dan tekanan dalam diri dan dapat menguras
akhirnya berdampak pada terkurasnya sumber tenaga apabila memikirkannya, dalam
energi dalam diri karyawan. Dampak lain bagi mengeluarkan tekanan-tekanan tersebut
perusahaan adalah tidak optimalnya penjualan tentunya akan menggunakan segenap energi
produk akibatnya pendapatan semakin yang dimiliki sehingga akan mengakibatkan
menurun sehingga perusahaan tidak dapat munculnya kelelahan baik kelelahan fisik,
memenuhi target pendapatan. emosional dan mental yang lebih lanjut
Seorang karyawan bidang pemasaran disebut dengan burnout .
yang memiliki harga diri rendah akan Burnout merupakan penyakit
merasakan dirinya kurang berharga, kurang psikologis yang lebih parah daripada stres,
bermanfaat, kurang dicintai serta kurang yakin karena hal tersebut sampai mengakibatkan
akan kemampuannya, kurang percaya diri, keluar atau penarikan dirinya dari perusahaan
tidak mampu mengeksresikan dirinya tempat ia bekerja, hal ini dikemukakan oleh
dilingkungan kerja, sehingga adanya tekanan- Ringgo (dalam Adriani dan Subekti, 2004).
tekanan tersebut akan menimbulkan rasa Menurut Dessler (2000) burnout
bersalah yang akhirnya akan menguras sumber merupakan hasil dari sebuah reaksi terhadap
energi dalam diri karyawan dan akan harapan dan tujuan yang tidak realistis
memunculkan kelelahan yang mengakibatkan terhadap pekerjaan yang dijalani serta tujuan
burnout. Lingkungan kerja merupakan ruang jangka panjang yang sulit dicapai merupakan
sosialisasi bagi karyawan dalam menjalankan kecenderungan seseorang untuk bisa
tugas dan tanggung jawabnya, salah satu mengalami burnout.
konsekwensi yang harus diterima seorang Pines dan Aronson (dalam Tetrich dan
karyawan ketika terlibat dalam lingkungan Quich, 2002) mendefinisikan burnout yang
kerja adalah saling mempengaruhi antara memiliki tiga aspek. Pertama kelelahan fisik,
seseorang dengan lingkungannya. Dengan yaitu kelelahan yang dapat dilihat pada
3
gejala-gejal sakit fisik yang terjadi pada pada norma. Selain itu dia juga membagi
seseorang, seperti sakit kepala, demam, sakit harga diri menjadi tiga kategori yaitu
punggung (rasa ngilu), rentan terhadap kelompok harga diri tinggi, sedang dan
penyakit, tegang pada otot leher dan bahu, rendah.
susah tidur, sering terkena flu, mual-mual, Menurut Walgito (1991) harga diri
gelisah, dan perubahan kebiasaan makan, adalah cara seseorang menghargai dirinya
energi yang rendah serta rasa letih yang parah. sendiri, dapat positif dan dapat negatif. Harga
Kedua kelelahan emosional, yaitu kelelahan diri mempunyai peranan penting dalam
pada individu yang berhubungan dengan perilaku manusia pada kehidupan sehari-
perasaan pribadi yang ditandai dengan rasa harinya dan akan mempengaruhi
tidak berdaya yang pada akhirnya penampilannya, harga diri ini dipengaruhi
mengakibatkan depresi, seperti rasa bosan, oleh lingkungan sosial, jika lingkungan sosial
mudah tersinggung, perasaan individual yang berbeda maka pengaruh terhadap harga diri
tidak mau menolong orang lain, mengeluh berbeda pula.
secara terus menerus, sering marah-marah, Menurut Bonner (dalam mursyidah,
gelisah, tidak peduli terhadap tujuan, sia-sia, 2003) harga diri terbentuk ketika seseorang
putus asa, sedih dan tertekan. Ketiga kelelahan telah dapat memberikan reaksi terhadap
mental, yaitu kondisi kelelahan individu yang gambaran dirinya yaitu ketika seseorang
berhubungan dengan rendahnya penghargaan merasa dirinya atau tidak berharga, merasa
akan diri sendiri yang akhirnya berujung pada dirinya berarti atau tidak berarti, yang dapat
tindakan yang kasar, hal ini seperti merasa dilihat dari manifestasi sikap dan perilakunya
tidak berharga, rasa benci, gagal, tidak peka, yang disesuaikan dengan taraf harga diri yang
sinis, kurang bersimpati pada orang lain, dimilikinya.
mempunyai sikap negative pada orang lain, Fleming dan Courtnery (dalam
merasa bodoh dengan dirinya, acuh tak acuh, Wulandari, 2000) melihat harga diri dari
pilih kasih, selalu menyalahkan, ketidakpuasan faktor demi faktor atau dipandang sebagai
terhadap pekerjaan, konsep diri yang rendah, sesuatu yang multifaktor yang mencakup
merasa tidak mampu dengan segala hal, merasa antara lain adalah lingkungan sosial,
tidak kompeten, dan tidak puas dengan jalan lingkungan keluarga, faktor internal individu,
hidup. kondisi fisik dan jenis kelamin.
Sutjipto (2001) menyatakan bahwa Coopersmith (1967) menunjukkan
selain bekerja dengan keras seseorang yang bahwa perilaku kerja seorang karyawan pada
mengalami burnout dipengaruhi oleh beberapa dasarnya didasarkan pada pelaksanaan konsep
faktor antara lain karakteristik individu yang diri, karyawan tersebut bekerja dengan
mengacu pada faktor kepribadian, salah satu menggunakan variasi dalam melaksanakan
faktor kepribadian adalah harga diri, selain itu tugasnya agar sesuai dengan evaluasi dirinya
ada lingkungan kerja. Harga diri merupakan baik positif maupun negative sehingga dalam
salah satu masalah kepribadian yang taraf harga dirinya dibagi dalam tiga
mempengaruhi perilaku manusia dalam kelompok yaitu kelompok tinggi, sedang dan
organisasi dan perlu mendapatkan perhatian. rendah.
Menurut Coopersmith (1967) harga diri Kelompok tinggi dicirikan dengan
merupakan hasil evaluasi individu terhadap diri individu yang cenderung aktif, ekspresif,
sendiri yang diekspresikan dalam sikap berhasil dalam bidang akademik dan social,
terhadap diri sendiri, evaluasi mencakup sikap mempunyai dorongan yang kuat untuk
penerimaan atau penolakan dan menunjukkan mengutarakan pendapatnya, tidak peka
seberapa besar individu percaya bahwa dirinya terhadap kritik, mudah menolak, jarang
mampu, berarti, berhasil, berharga menurut tergantung pada perasaan cemas dan
standar pribadinya yang terdiri dari beberapa mempunyai pandangan positif terhadap orang
aspek yaitu keberartian indidvidu, keberhasilan lain.
seseorang, kompetensi dan ketaatan individu
4
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh akan menimbulkan rasa bersalah dan apabila
koefisien korelasi ( rxy ) sebesar – 0,615. terlalu dipermasalahkan akan menguras
Hal ini berarti bahwa hipotesis yang energi dalam diri individu atau dengan kata
menyatakan adanya hubungan yang negatif lain kegagalan dalam menyelesaikan tekanan
antara harga diri dengan burnout diterima. yang muncul akibat dari aktivitas kerja
Semakin tinggi harga diri, semakin rendah mengakibatkan individu tersebut akan
burnout dan sebaliknya semakin rendah harga mengalami kelelahan fisik, mental dan emosi
diri semakin tinggi burnout pada karyawan yang dapat dikatakan sebagai burnout.
bidang pemasran. Variabel harga diri Pendapat di atas dikemukakan jika
memberikan sumbangan efektif terhadap karyawan memiliki tingkat burnout yang
variabel burnout sebesar 37,8 % dan sisanya tinggi dan mempunyai harga diri yang rendah,
62,2 % dipengaruhi oleh variabel lain yang maka gejala-gejala serta dampak yang
tidak terlibat dalam penelitian ini. ditimbulkan dapat terrealisasi seperti yang
Hasil yang diperoleh dalam penelitian telah dikemukakan di atas. Penelitian ini
ini sesuai dengan pendapat Schultz dan Schultz menunjukkan bahawa karyawan mempunyai
(1994) bahwa seseorang akan mengalami tingkat harga diri yang cukup tinggi dan
burnout jika efikasi dirinya rendah, adanya tingkat burnout yang relatif rendah sehingga
pengurangan energi, harga dirinya rendah, hal-hal seperti gejala-gejala kelelahan fisik,
keterlibatannya dalam pekerjaan rendah dan emosional dan mental yang ditimbulkan dapat
munculnya gejala-gejala fisik dan psikologis. diminimalisir.
Sebaliknya jika seseorang mempunyai harga Wawancara yang dilakukan oleh
diri tinggi, keterlibatan dalam pekerjaan tinggi peneliti bahwa adanya dukungan sosial yang
dan tidak pernah mengalami gejala-gejala fisik ditunjukkan dengan hubungan yang harmonis
dan psikologis maka seseorang tersebut dapat antar karyawan bidang pemasaran dan beban
terhindar dari burnout yang akan kerja yang menurut mereka tidak begitu berat
menyerangnya. serta lingkungan kerja yang sangat kondusif
Fakta dilapangan melalui wawancara menunjukkan karyawan tersebut mampu
yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan mengekspresikan dirinya secara leluasa dan
bahwa mereka rata-rata mampu mengatasi menikmati pekerjaannya. Hal ini memberikan
beban kerjanya dan mampu menyesuaikan asumsi bagi peneliti bahwa keadaan atau
dengan kondisi lingkungan kerja yang ada kondisi tersebut akan mengurangi munculnya
dengan baik tanpa kendala suatu apapun serta burnout dan meningkatkan harga diri
mampu menjalin hubungan kerja sama yang karyawan tersebut.
baik antara rekan kerja maupun dengan Terbuktinya hipotesis penelitian
konsumen, sehingga dapat dikatakan bahwa menunjukkan bahwa didalam diri seorang
karyawan tersebut mampu memiliki penilaian karyawan bidang pemasaran, adanya harga
diri dan orang lain secara positif dan selalu diri yang tinggi dipengaruhi oleh beberapa
aktif dalam pekerjaannya. Hal ini yang menjadi faktor antara lain lingkungan sosial,
penyebab terhindarnya kemunculan gejala lingkungan keluarga, faktor internal individu
burnout pada karyawan tersebut. yang terdiri dari kesuksesan, nilai, aspirasi
Harga diri yang rendah ditandai dengan dan mekanisme pertahanan, selain itu kondisi
rasa kurang puas dengan pekerjaan, gagal, fisik dan jenis kelamin juga turut
cemas, tidak percaya diri, pasrah, kurang mempengaruhi. Sedangkan tingkat burnout
berharga, kurang bermanfaat, tidak dicintai, yang relatif rendah dipengaruhi oleh faktor
kurang aktif dalam lingkungan kerja, rasa ingin karakteristik individu dan lingkungan kerja.
keluar dari pekerjaan sangat tinggi, akan Karakteristik individu mengacu pada
memunculkan tekanan-tekanan dalam diri karakteristik kepribadian individu sedangkan
karyawan tersebut. Menurut Gunarso dn lingkungan kerja mengacu pada beban kerja,
Gunarso (dalam Rahman, Prihartanti dan dukungan sosial dan konflik peran, oleh
Rosyid, 1997) bahwa tekanan-tekanan tersebut karena itu karena banyak sekali faktor yang
6
mempengaruhi munculnya burnout maka harga terhadap kinerja karyawan dan lakukan
diri memberi peran sebesar 37,8 % saja. kebijakan pembinaan yang dapat
Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi meningkatkan kepuasan kerja karyawan,
apakah seeorang karyawan bidang pemasaran sedangkan upaya perusahaan untuk diri
mengalami gejala burnout atau tidak. karyawan itu sendiri adalah misalnya melalui
pelatihan-pelatiahan untuk meningkatkan
KESIMPULAN DAN SARAN harga diri dan tingkat burnout yang dialami.
Kesimpulan menyatakan bahwa ada
hubungan negatif antara harga diri dengan DAFTAR PUSTAKA
burnout pada karyawan bidang pemasaran
yang sangat signifikan dengan koefisien
korelasi –0,615 (p < 0,01) yang Adriani, R.dan Subekti, A.,2004, Pengaruh
menggambarkan bahwa semakin tinggi harga Persepsi Mengenai Kondisi
diri yang dimiliki karyawan bidang pemasaran Lingkungan Kerja dan Dukungan
maka akan semakin rendah burnout yang Sosial terhadap Tingkat Burnout pada
dialami karyawan tersebut dan sebaliknya. Perawat IRD RSUD dr. Soetomo
Variabel harga diri memberi sumbangan efektif Surabaya, INSAN, No. 1 Vol 6, hal.
terhadap variabel burnout sebesar 37,8 % yang 50-57, Fakultas Psikologi,
berarti harga diri yang tinggi memberi Universitas Airlangga
kontribusi terhadap turunnya burnout yang
dialami karyawan bidang pemasaran dan masih Afiatin, T.,2003, Pengaruh Program
ada variabel-variabel lain yang mempengaruhi Kelompok Aji dalam Peningkatan
burnout sebesar 62,2%. Harga Diri, Asertifitas dan
Hasil kategorisasi harga diri dengan pengetahuan Mengenai NAPZA untuk
burnout pada karyawan bidang pemasaran Prevensi Penyalahgunaan NAPZA
diperoleh, untuk burnout 59,26% subjek pada Remaja, Disertasi tidak
mengalami tingkat burnout yang sedang dan diterbitkan, Universitas Gajah Mada,
38,89 % subjek mengalami tingkat burnout Yogyakarta
yang rendah serta 57,41 % subjek memiliki
Amsy, E.,2001, Hubungan Harga Diri dengan
tingkat harga diri yang tinggi dan 42,59%
Kemampuan Menjalin Hubungan
subjek memiliki tingkat harga diri yang sedang,
Interpersonal pada Remaja, Skripsi
sehingga secara umum dapat dikatakan bahwa
tidak diterbitkan, Fakultas Psikologi,
subjek memiliki tingkat harga diri yang tinggi
Universitas Wangsa Manggala,
dan tingkat burnout yang sedang mendekati
Yogyakarta
rendah.
Saran untuk penelitian selanjutnya
Azwar,S,1997a, Reliabilitas dan Validitas,
sebaiknya meneliti faktor-faktor lain yang
Pustaka Pelajar, Yogayakarta.
berpengaruh terhadap munculnya burnout pada
Azwar, S, 1999b, Penyususnan Skala
karyawan bidang lain, selain karyawan bidang
Psikologi, Pustaka Pelajar,
pemasaran.
Yogyakarta.
Saran untuk perusahaan diharapkan
Azwar, S.,2001c, Dasar-dasar Psikometri,
mampu mempertahankan atau bahkan
Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
meningkatkan harga diri karyawan dan mampu
Coopersmith, S.,1967, The Antecedents Of
meminimalisir munculnya burnout dengan
Self Esteem, W.H,Freeman and
menciptakan lingkungan sosial dalam
Company, San Fransisco.
perusahaan yang baik melalui hubungan yang
Crolly, J.P.,1989, Human Relation In Industy,
harmonis antar karyawan, menciptakan
Prentice Hall International Inc, New
birokrasi yang tidak otoriter, melakukan
Jersey.
dukungan sosial yang baik dengan karyawan,
memberi umpan balik yang konstruktif
7