Anda di halaman 1dari 8

1

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN BURNOUT


PADA KARYAWAN BIDANG PEMASARAN

Lisa Nurvia
Ranni Merli Safitri
Fakultas Psikologi Universitas Wangsa Manggala Yogyakarta

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untukmengetahui hubungan antara harga diri dengan


burnout pada karyawan bidang pemasaran. Hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara harga diri dengan burnout pada
karyawan bidang pemasaran. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 54 orang. Data
dikumpulkan dengan skala harga diri dan skala burnout.
Hasil analisis koralasi product moment menunjukkan rxy = -0,615 (p<0,01), berarti
hipotesis bahwa ada hubungan negatif antara harga diri dengan burnout pada
karyawan bidang pemasaran diterima. Besarnya sumbangan variabel harga diri
terhadap burnout sebesar 37,8% artinya harga diri memprediksikan penurunan
burnout pada karyawan bidang pemasaran sebesar 37,8%. Hal tersebut
menunjukkan masih ada 62,2% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain.

Kata kunci: Harga diri, Burnout

PENDAHULUAN fisik. Timbulnya kelelahan karena karyawan


Usaha dibidang air minum dalam bekerja dengan keras, merasa tidak berdaya,
kemasan saat ini berkembang begitu pesat. Hal merasa tidak ada harapan, malu dan akhirnya
ini dapat dilihat pada banyaknya air minum mengakibatkan munculnya kelelahan fisik,
dalam kemasan yang beredar dipasaran, dan mental dan emosional, hal ini yang dapat
menyebabkan persaingan dagang dalam produk disebut sebagai burnout.
ini begitu ketat sehingga untuk menghadapi Menurut Gehmey (dalam Sutjipto,
persaingan pasar maka dibutuhkan karyawan 2001) burnout merupakan suatu problem
yang tekun, mau berusaha, mempunyai yang disebabkan karena seseorang mencapai
kepuasan dalam pekerjaan, jauh dari stres kerja tujuan yang tidak realistis dan pada akhirnya
dan mampu menyesuaikan diri dengan kondisi mereka kehabisan energi dan kehilangan
kerja yang ada. Salah satu sumber daya perasaan tentang dirinya dan terhadap orang-
manusia yang mempunyai peranan yang cukup orang lain. Hal tersebut menyebabkan mereka
penting adalah karyawan bidang pemasaran. merasakan adanya tekanan-tekanan yang
Karyawan ini bertanggung jawab pada berasal dari dalam diri mereka sendiri, maka
pemasaran produk. Tugas tersebut dapat hal itu dapat menimbulkan rasa bersalah,
berjalan lancar dan terpelihara apabila individu kurang percaya diri, tidak yakin akan
dalam bekerja memiliki emosi, pemikiran yang kemampuannya yang pada mulanya
stabil, matang dan rasa percaya terhadap diri disebabkan karena harga diri karyawan
sendiri sangat. Hal ini dapat membuat individu tersebut rendah.
mampu mengatasi kelelahan dan stres kerja Menurut Pines dan Aronson (dalam
yang muncul, tetapi apabila individu kurang Sutjipto, 2001) mendefinisikan burnout
mampu menghadapi tantangan dalam pekerjaan sebagai kelelahan secara fisik, mental dan
ini maka individu tersebut akan mengalami emosional, lebih lanjut mereka menyatakan
kelelahan dan kejenuhan secara mental ataupun bahwa burnout memiliki tiga aspek yaitu
2

kelelahan fisik yang dapat dilihat pada gejala- adanya penghargaan, penerimaan serta
gejala sakit fisik yang terjadi, seperti sakit perlakuan yang diterima dari lingkungan
kepala, demam, sakit punggung, rentan dalam hal ini lingkungan kerja, maka
terhadap penyakit dan lain-lain. Kelelahan karyawan tersebut akan memiliki persepsi
emosional yang ditandai dengan rasa tidak khusus tentang dirinya sendiri yang dapat
berdaya, depresi, bosan, mudah tersinggung, disebut sebagai harga diri.
perasaan tidak menolong, suka marah, gelisah Menurut Coopersmith (1967) harga
dan lain-lain. Kelelahan mental misalnya diri adalah evaluasi diri yang diekspresikan
merasa sia-sia, sedih, tertekan, tidak yakin, dengan sikap setuju atau tidak setuju, takut,
tidak puas dengan hasil kerja, tidak memiliki keyakinan individu terhadap dirinya sendiri,
apa-apa untuk diberikan kepada orang lain dan sebagai orang yang mampu, penting, berhasil
lain sebagainya. dan berharga atau tidak berharga.
Wawancara langsung yang Berdasarkan pendapat di atas dapat
dikemukakan oleh beberapa karyawan bidang disimpulkan bahwa harga diri adalah evaluasi
pemasaran yang dilakukan oleh peneliti diri yang dilakukan oleh individu yang
menunjukkan adanya kelelahan yang ditandai dinyatakan sebagai perasaan mampu, berhasil
dengan munculnya rasa bosan, sakit kepala, dan berharga, memperoleh kepuasan terhadap
mual-mual, pegel linu, kejang otot, rentan pekerjaannya dan dihargai oleh rekan kerja
terhadap penyakit, gelisah, merasa gagal, sia- atau konsumen, sedangkan bagi karyawan
sia, mudah tersinggung, cemas, suka marah, bidang pemasaran yang mengevaluasi dirinya
acuh tak acuh, adanya ketidakpuasan dengan sebagai individu yang kurang mampu, kurang
pekerjaannya, kurang dapat akrab dengan rekan yakin terhadap pekerjaan, selalu merasa gagal
kerja, kurang menghargai dirinya sendiri, dalam pekerjaan artinya karyawan tersebut
munculnya gejala-gejala tersebut dapat disebut mempunyai harga diri yang rendah sehingga
dengan burnout. Gejala tersebut dapat hal tersebut dapat menimbulkan tekanan-
mempengaruhi konsentrasi pekerjaan dan tekanan dalam diri dan dapat menguras
akhirnya berdampak pada terkurasnya sumber tenaga apabila memikirkannya, dalam
energi dalam diri karyawan. Dampak lain bagi mengeluarkan tekanan-tekanan tersebut
perusahaan adalah tidak optimalnya penjualan tentunya akan menggunakan segenap energi
produk akibatnya pendapatan semakin yang dimiliki sehingga akan mengakibatkan
menurun sehingga perusahaan tidak dapat munculnya kelelahan baik kelelahan fisik,
memenuhi target pendapatan. emosional dan mental yang lebih lanjut
Seorang karyawan bidang pemasaran disebut dengan burnout .
yang memiliki harga diri rendah akan Burnout merupakan penyakit
merasakan dirinya kurang berharga, kurang psikologis yang lebih parah daripada stres,
bermanfaat, kurang dicintai serta kurang yakin karena hal tersebut sampai mengakibatkan
akan kemampuannya, kurang percaya diri, keluar atau penarikan dirinya dari perusahaan
tidak mampu mengeksresikan dirinya tempat ia bekerja, hal ini dikemukakan oleh
dilingkungan kerja, sehingga adanya tekanan- Ringgo (dalam Adriani dan Subekti, 2004).
tekanan tersebut akan menimbulkan rasa Menurut Dessler (2000) burnout
bersalah yang akhirnya akan menguras sumber merupakan hasil dari sebuah reaksi terhadap
energi dalam diri karyawan dan akan harapan dan tujuan yang tidak realistis
memunculkan kelelahan yang mengakibatkan terhadap pekerjaan yang dijalani serta tujuan
burnout. Lingkungan kerja merupakan ruang jangka panjang yang sulit dicapai merupakan
sosialisasi bagi karyawan dalam menjalankan kecenderungan seseorang untuk bisa
tugas dan tanggung jawabnya, salah satu mengalami burnout.
konsekwensi yang harus diterima seorang Pines dan Aronson (dalam Tetrich dan
karyawan ketika terlibat dalam lingkungan Quich, 2002) mendefinisikan burnout yang
kerja adalah saling mempengaruhi antara memiliki tiga aspek. Pertama kelelahan fisik,
seseorang dengan lingkungannya. Dengan yaitu kelelahan yang dapat dilihat pada
3

gejala-gejal sakit fisik yang terjadi pada pada norma. Selain itu dia juga membagi
seseorang, seperti sakit kepala, demam, sakit harga diri menjadi tiga kategori yaitu
punggung (rasa ngilu), rentan terhadap kelompok harga diri tinggi, sedang dan
penyakit, tegang pada otot leher dan bahu, rendah.
susah tidur, sering terkena flu, mual-mual, Menurut Walgito (1991) harga diri
gelisah, dan perubahan kebiasaan makan, adalah cara seseorang menghargai dirinya
energi yang rendah serta rasa letih yang parah. sendiri, dapat positif dan dapat negatif. Harga
Kedua kelelahan emosional, yaitu kelelahan diri mempunyai peranan penting dalam
pada individu yang berhubungan dengan perilaku manusia pada kehidupan sehari-
perasaan pribadi yang ditandai dengan rasa harinya dan akan mempengaruhi
tidak berdaya yang pada akhirnya penampilannya, harga diri ini dipengaruhi
mengakibatkan depresi, seperti rasa bosan, oleh lingkungan sosial, jika lingkungan sosial
mudah tersinggung, perasaan individual yang berbeda maka pengaruh terhadap harga diri
tidak mau menolong orang lain, mengeluh berbeda pula.
secara terus menerus, sering marah-marah, Menurut Bonner (dalam mursyidah,
gelisah, tidak peduli terhadap tujuan, sia-sia, 2003) harga diri terbentuk ketika seseorang
putus asa, sedih dan tertekan. Ketiga kelelahan telah dapat memberikan reaksi terhadap
mental, yaitu kondisi kelelahan individu yang gambaran dirinya yaitu ketika seseorang
berhubungan dengan rendahnya penghargaan merasa dirinya atau tidak berharga, merasa
akan diri sendiri yang akhirnya berujung pada dirinya berarti atau tidak berarti, yang dapat
tindakan yang kasar, hal ini seperti merasa dilihat dari manifestasi sikap dan perilakunya
tidak berharga, rasa benci, gagal, tidak peka, yang disesuaikan dengan taraf harga diri yang
sinis, kurang bersimpati pada orang lain, dimilikinya.
mempunyai sikap negative pada orang lain, Fleming dan Courtnery (dalam
merasa bodoh dengan dirinya, acuh tak acuh, Wulandari, 2000) melihat harga diri dari
pilih kasih, selalu menyalahkan, ketidakpuasan faktor demi faktor atau dipandang sebagai
terhadap pekerjaan, konsep diri yang rendah, sesuatu yang multifaktor yang mencakup
merasa tidak mampu dengan segala hal, merasa antara lain adalah lingkungan sosial,
tidak kompeten, dan tidak puas dengan jalan lingkungan keluarga, faktor internal individu,
hidup. kondisi fisik dan jenis kelamin.
Sutjipto (2001) menyatakan bahwa Coopersmith (1967) menunjukkan
selain bekerja dengan keras seseorang yang bahwa perilaku kerja seorang karyawan pada
mengalami burnout dipengaruhi oleh beberapa dasarnya didasarkan pada pelaksanaan konsep
faktor antara lain karakteristik individu yang diri, karyawan tersebut bekerja dengan
mengacu pada faktor kepribadian, salah satu menggunakan variasi dalam melaksanakan
faktor kepribadian adalah harga diri, selain itu tugasnya agar sesuai dengan evaluasi dirinya
ada lingkungan kerja. Harga diri merupakan baik positif maupun negative sehingga dalam
salah satu masalah kepribadian yang taraf harga dirinya dibagi dalam tiga
mempengaruhi perilaku manusia dalam kelompok yaitu kelompok tinggi, sedang dan
organisasi dan perlu mendapatkan perhatian. rendah.
Menurut Coopersmith (1967) harga diri Kelompok tinggi dicirikan dengan
merupakan hasil evaluasi individu terhadap diri individu yang cenderung aktif, ekspresif,
sendiri yang diekspresikan dalam sikap berhasil dalam bidang akademik dan social,
terhadap diri sendiri, evaluasi mencakup sikap mempunyai dorongan yang kuat untuk
penerimaan atau penolakan dan menunjukkan mengutarakan pendapatnya, tidak peka
seberapa besar individu percaya bahwa dirinya terhadap kritik, mudah menolak, jarang
mampu, berarti, berhasil, berharga menurut tergantung pada perasaan cemas dan
standar pribadinya yang terdiri dari beberapa mempunyai pandangan positif terhadap orang
aspek yaitu keberartian indidvidu, keberhasilan lain.
seseorang, kompetensi dan ketaatan individu
4

Kelompok sedang bercirikan seorang individu pada norma. Masing-masing aspek


individu yang memiliki gejala sama dengan dijabarkan oleh peneliti menjadi butir positif
individu yang mempunyai gejala sama dengan dan negative. Skala ini terdiri dari 50 butir
individu yang mempunyai harga diri tinggi, aitem dan 10 butir tambahan. Variabel
perbedaannya adalah individu yang tergantung adalah burnout yaitu kelelahan
mempunyai harga diri sedang cenderung untuk yang disebabkan karena seseorang karyawan
bergantung pada penerimaan social dan sangat bidang pemasaran bekerja dengan keras,
mendukung system nilai masyarakat tuntutan pekerjaannya meningkat, harapan
menengah. dan tujuan yang ingin dicapai tidak realistis,
Kelompok individu dengan harga diri cenderung menguras tenaga, memiliki
rendah dicirikan dengan individu yang diliputi hubungan yang tidak harmonis dengan teman
dengan kekhawatiran tentang interaksi social kerja sehingga menimbulkan kelelahan fisik,
dan tidak yakin akan keberhasilannya. Orang emosi serta mental yang akhirnya
dengan harga diri yang rendah digambarkan memunculkan perasaan yang kuat untuk
mempunyai sifat-sifat depresif, terlalu lemah keluar dari pekerjaan. Burnout diukur dengan
untuk melawan kekurangn diri, disibukkan oleh skala yang mengacu pada teori Pines dan
persoalan pribadi, cenderung terisolir, tidak Aronson.
mampu mengekspresikan diri dan peka Skala-skala yang digunakan dalam penelitian
terhadap kritik. Lebih lanjut menurut Townend ini terdiri dari empat alternative jawaban
(dalam Afiatin, 2003) individu yang kurang yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak
percaya diri memiliki harga diri rendah akan sesuai (TS) dan sangat tidak sesuai (STS).
cenderung menilai diri dan orang lain secara Bagi aitem favourable SS memiliki skor 4, S
negative sehingga mengalami kesulitan memiliki skor 3, TS memiliki skor 2, dan STS
berhubungan dengan orang lain. memiliki skor 1. Sebaliknya untuk aitem
Hubungan antara harga diri dengan unfavourable SS memiliki skor 1, S memiliki
burnout bahwa jika seseorang tersebut skor 2, TS memiliki skor 3, dan STS memiliki
mengevaluasi dirinya secara negatif, tidak skor 4.
mampu dalam bekerja, kurang percaya diri, Subjek penelitian ini adalah karyawan
kurang dihargai rekan kerjanya, maka hal bidang pemasaran, pendidikan SMU dan S1,
tersebut apabila dipikirkan akan timbul jenis kelamin laki-laki dan perempuan, usia
tekanan-tekanan yang dapat menguras tenaga dewasa awal sampai dengan dewasa akhir
sehingga dapat menimbulkan kelelahan baik (N=54).
secara fisik, emosional maupun mental, Pengujian hipotesis menggunakan
munculnya gejala tersebut dalam diri karyawan tehnik product moment dari Pearson.
disebut dengan burnout. Dari pendapat di atas
diajukan hipotesis negarif artinya semakin HASIL DAN DISKUSI
rendah harga diri maka semakin tinggi burnout Uji prasyarat yaitu uji normalitas dan
dan sebaliknya. uji linieritas. Uji normalitas menggunakan
One- Sample Kolmogorov - Smirnov Test. Uji
METODE normalitas variabel burnout menunjukkan
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah KS-Z = 0,063 (p > 0,05) yang berarti sebaran
harga diri yaitu evaluasi diri karyawan terhadap data variabel burnout adalah normal. Uji
dirinya sendiri dalam perusahaan tempat ia normalitas variabel harga diri menunjukkan
bekerja khususnya bagian pemasaran dan KS-Z = 0,159 (p > 0,05) yang berarti sebaran
tentang perasaan mampu, berharga dan berhasil data variabel harga diri adalah normal.
dalam pekerjaannya.. Teori ini mengacu pada Sedangkan untuk uji linieritas nilai
pendapat Coopersmith (1967) yang diukur signifikansi linearitas 0,000 (p < 0,05) yang
dengan menggunakan Self Esteem Inventory, artinya adanya hubungan yang linear antara
yang terdiri dari: keberartian individu, variabel bebas dan variabel tergantung
keberhasilan seseorang, kompetensi, ketaatan dengan koefisien lineritas sebesar F = 34,636.
5

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh akan menimbulkan rasa bersalah dan apabila
koefisien korelasi ( rxy ) sebesar – 0,615. terlalu dipermasalahkan akan menguras
Hal ini berarti bahwa hipotesis yang energi dalam diri individu atau dengan kata
menyatakan adanya hubungan yang negatif lain kegagalan dalam menyelesaikan tekanan
antara harga diri dengan burnout diterima. yang muncul akibat dari aktivitas kerja
Semakin tinggi harga diri, semakin rendah mengakibatkan individu tersebut akan
burnout dan sebaliknya semakin rendah harga mengalami kelelahan fisik, mental dan emosi
diri semakin tinggi burnout pada karyawan yang dapat dikatakan sebagai burnout.
bidang pemasran. Variabel harga diri Pendapat di atas dikemukakan jika
memberikan sumbangan efektif terhadap karyawan memiliki tingkat burnout yang
variabel burnout sebesar 37,8 % dan sisanya tinggi dan mempunyai harga diri yang rendah,
62,2 % dipengaruhi oleh variabel lain yang maka gejala-gejala serta dampak yang
tidak terlibat dalam penelitian ini. ditimbulkan dapat terrealisasi seperti yang
Hasil yang diperoleh dalam penelitian telah dikemukakan di atas. Penelitian ini
ini sesuai dengan pendapat Schultz dan Schultz menunjukkan bahawa karyawan mempunyai
(1994) bahwa seseorang akan mengalami tingkat harga diri yang cukup tinggi dan
burnout jika efikasi dirinya rendah, adanya tingkat burnout yang relatif rendah sehingga
pengurangan energi, harga dirinya rendah, hal-hal seperti gejala-gejala kelelahan fisik,
keterlibatannya dalam pekerjaan rendah dan emosional dan mental yang ditimbulkan dapat
munculnya gejala-gejala fisik dan psikologis. diminimalisir.
Sebaliknya jika seseorang mempunyai harga Wawancara yang dilakukan oleh
diri tinggi, keterlibatan dalam pekerjaan tinggi peneliti bahwa adanya dukungan sosial yang
dan tidak pernah mengalami gejala-gejala fisik ditunjukkan dengan hubungan yang harmonis
dan psikologis maka seseorang tersebut dapat antar karyawan bidang pemasaran dan beban
terhindar dari burnout yang akan kerja yang menurut mereka tidak begitu berat
menyerangnya. serta lingkungan kerja yang sangat kondusif
Fakta dilapangan melalui wawancara menunjukkan karyawan tersebut mampu
yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan mengekspresikan dirinya secara leluasa dan
bahwa mereka rata-rata mampu mengatasi menikmati pekerjaannya. Hal ini memberikan
beban kerjanya dan mampu menyesuaikan asumsi bagi peneliti bahwa keadaan atau
dengan kondisi lingkungan kerja yang ada kondisi tersebut akan mengurangi munculnya
dengan baik tanpa kendala suatu apapun serta burnout dan meningkatkan harga diri
mampu menjalin hubungan kerja sama yang karyawan tersebut.
baik antara rekan kerja maupun dengan Terbuktinya hipotesis penelitian
konsumen, sehingga dapat dikatakan bahwa menunjukkan bahwa didalam diri seorang
karyawan tersebut mampu memiliki penilaian karyawan bidang pemasaran, adanya harga
diri dan orang lain secara positif dan selalu diri yang tinggi dipengaruhi oleh beberapa
aktif dalam pekerjaannya. Hal ini yang menjadi faktor antara lain lingkungan sosial,
penyebab terhindarnya kemunculan gejala lingkungan keluarga, faktor internal individu
burnout pada karyawan tersebut. yang terdiri dari kesuksesan, nilai, aspirasi
Harga diri yang rendah ditandai dengan dan mekanisme pertahanan, selain itu kondisi
rasa kurang puas dengan pekerjaan, gagal, fisik dan jenis kelamin juga turut
cemas, tidak percaya diri, pasrah, kurang mempengaruhi. Sedangkan tingkat burnout
berharga, kurang bermanfaat, tidak dicintai, yang relatif rendah dipengaruhi oleh faktor
kurang aktif dalam lingkungan kerja, rasa ingin karakteristik individu dan lingkungan kerja.
keluar dari pekerjaan sangat tinggi, akan Karakteristik individu mengacu pada
memunculkan tekanan-tekanan dalam diri karakteristik kepribadian individu sedangkan
karyawan tersebut. Menurut Gunarso dn lingkungan kerja mengacu pada beban kerja,
Gunarso (dalam Rahman, Prihartanti dan dukungan sosial dan konflik peran, oleh
Rosyid, 1997) bahwa tekanan-tekanan tersebut karena itu karena banyak sekali faktor yang
6

mempengaruhi munculnya burnout maka harga terhadap kinerja karyawan dan lakukan
diri memberi peran sebesar 37,8 % saja. kebijakan pembinaan yang dapat
Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi meningkatkan kepuasan kerja karyawan,
apakah seeorang karyawan bidang pemasaran sedangkan upaya perusahaan untuk diri
mengalami gejala burnout atau tidak. karyawan itu sendiri adalah misalnya melalui
pelatihan-pelatiahan untuk meningkatkan
KESIMPULAN DAN SARAN harga diri dan tingkat burnout yang dialami.
Kesimpulan menyatakan bahwa ada
hubungan negatif antara harga diri dengan DAFTAR PUSTAKA
burnout pada karyawan bidang pemasaran
yang sangat signifikan dengan koefisien
korelasi –0,615 (p < 0,01) yang Adriani, R.dan Subekti, A.,2004, Pengaruh
menggambarkan bahwa semakin tinggi harga Persepsi Mengenai Kondisi
diri yang dimiliki karyawan bidang pemasaran Lingkungan Kerja dan Dukungan
maka akan semakin rendah burnout yang Sosial terhadap Tingkat Burnout pada
dialami karyawan tersebut dan sebaliknya. Perawat IRD RSUD dr. Soetomo
Variabel harga diri memberi sumbangan efektif Surabaya, INSAN, No. 1 Vol 6, hal.
terhadap variabel burnout sebesar 37,8 % yang 50-57, Fakultas Psikologi,
berarti harga diri yang tinggi memberi Universitas Airlangga
kontribusi terhadap turunnya burnout yang
dialami karyawan bidang pemasaran dan masih Afiatin, T.,2003, Pengaruh Program
ada variabel-variabel lain yang mempengaruhi Kelompok Aji dalam Peningkatan
burnout sebesar 62,2%. Harga Diri, Asertifitas dan
Hasil kategorisasi harga diri dengan pengetahuan Mengenai NAPZA untuk
burnout pada karyawan bidang pemasaran Prevensi Penyalahgunaan NAPZA
diperoleh, untuk burnout 59,26% subjek pada Remaja, Disertasi tidak
mengalami tingkat burnout yang sedang dan diterbitkan, Universitas Gajah Mada,
38,89 % subjek mengalami tingkat burnout Yogyakarta
yang rendah serta 57,41 % subjek memiliki
Amsy, E.,2001, Hubungan Harga Diri dengan
tingkat harga diri yang tinggi dan 42,59%
Kemampuan Menjalin Hubungan
subjek memiliki tingkat harga diri yang sedang,
Interpersonal pada Remaja, Skripsi
sehingga secara umum dapat dikatakan bahwa
tidak diterbitkan, Fakultas Psikologi,
subjek memiliki tingkat harga diri yang tinggi
Universitas Wangsa Manggala,
dan tingkat burnout yang sedang mendekati
Yogyakarta
rendah.
Saran untuk penelitian selanjutnya
Azwar,S,1997a, Reliabilitas dan Validitas,
sebaiknya meneliti faktor-faktor lain yang
Pustaka Pelajar, Yogayakarta.
berpengaruh terhadap munculnya burnout pada
Azwar, S, 1999b, Penyususnan Skala
karyawan bidang lain, selain karyawan bidang
Psikologi, Pustaka Pelajar,
pemasaran.
Yogyakarta.
Saran untuk perusahaan diharapkan
Azwar, S.,2001c, Dasar-dasar Psikometri,
mampu mempertahankan atau bahkan
Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
meningkatkan harga diri karyawan dan mampu
Coopersmith, S.,1967, The Antecedents Of
meminimalisir munculnya burnout dengan
Self Esteem, W.H,Freeman and
menciptakan lingkungan sosial dalam
Company, San Fransisco.
perusahaan yang baik melalui hubungan yang
Crolly, J.P.,1989, Human Relation In Industy,
harmonis antar karyawan, menciptakan
Prentice Hall International Inc, New
birokrasi yang tidak otoriter, melakukan
Jersey.
dukungan sosial yang baik dengan karyawan,
memberi umpan balik yang konstruktif
7

Dessler, G,2000, Human Recaurce rumah Sakit Swasta, Psikologika, No.


Management, edisi 8, Prentice Hall 4, Th. II, hal. 52-56.
International Inc, New Jersey. Sabtiyanti F.,2000, Hubungan Harga Diri
Farhati, F.,1996, Peran Tingkat Karakterisitik dengan Berfikir Positif pada Remaja,
Pekerjaan dan Dukungan Sosial Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas
terhadap Tingkat Burnout Karyawan Psikilogi, Universitas Wangsa
Radiant Utama Group di Jakarta, Manggala, Yogayakarta.
Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Schultz, D.P.,dan Schultz, S.E., 1994,
Psikologi, Universitas Gajah Mada, Psychology and Work Today and
Yogyakarta. Introduction an Industrial and
Freudenberger, 07 Februari 2002, Cari Variasi Organization Psychology, Six Edition,
Sebelum Terkena Burnout, Kompas New York Mac Millan Publishing
Cyber Media, http://www.google.com. Company.
Hadi, S, 2000, Statistik, Jilid 2, Andi, Sutjipto, 2001, Apakah Anda Mengalami
Yogyakarta. Burnout?, http:/www.google.com
Koentjoro dan Lestari,2002, Pelatihan Berfikir Sugiyanto, Mulandari, dan Astuti, 2001,
Optimis untuk Meningkatkan Harga Petunjuk Penyusunan Skripsi,
Diri Pelacur yang Tinggal di Panti dan Fakultas Psikologi, Universitas
Luar Panti sosial, Indigenous, No. 2 Wangsa Manggala.
Vol. 6, hal. 134-146, Jurnal Ilmiah Swargering, M.S., 2004, Perbandingan
Berkala Psikologi, Universitas Gajah Tingkat Potensi Burnout Karyawan
Mada. Berdasarkan Variabel Demografi di
Kreitner R. dan Kinicki A.,2004, Perilaku Hotel Quality Yogyakarta, Tesisi tidak
Organisasi, Salemba Empat, Jakarta. diterbitkan, Universitas Gajah Mada,
Kumoro, A.,2005, Kecenderungan Berperilaku Yogyakarta.
Delinkuen Ditinjau dari Harga Diri dan Tarwaka, 2004, Ergonomi untuk Kesehatan,
Tempat Tinggal pada Siswa SMM, Keselamatan Kerja dan Produktivitas
Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Kerja, Uniba Press, Surakarta.
Psikologi, Universitas Wangsa Tetrich dan Quich, 2002, Job-Related
Manggala, Yogyakarta. Burnout, Occupational Health
Mardiana dan Muafi, 2001, Studi Empiris Psychology, American Assosiasion
Pengaruh Stressor Terhadap Kinerja, Psychology.
Siasat Bisnis, No.6 Vol 1, hal. 165-179, Walgito, B., 1991, Hubungan Antara Persepsi
Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Mengenai Sikap Orang tua terhadap
Indonesia. Harga Diri Para Sisiwa SMU di
Mursyidah, S.,2003, Hubungan Antara Harga Propinsi Jawa Tengah, Tesisi tidak
Diri dengan Perilaku Diet pada Remaja diterbitkan, Universitas Gajah Mada,
Putri, Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Yogyakarta.
Psikologi, Universitas Wangsa Widodo Budi Prasetyo, 2004, Harga Diri dan
Manggala, Yogyakarta. Kebutuhan akan Privasi pada Remaja,
Prawasti dan Napitupulu, 2002, Peranan Jurnal Psikologi Universitas
Dimensi Gaya Kepemimpinan Atasan Diponegoro, No. 2 Vol. 1, Universitas
Yang Dipersepsi Terhadap Burnout Diponegoro.
Pada guru SMU Swasta Di Jakarta, Worterklaerungen,18 September 2004,
Jurnal Psikologi Sosial, No 1 Vol 6, Burnout, http://www.yahoo.com.
hal. 37-49, Fakultas Psikologi, Wulandari, S.,2000, Hubungan Harga Diri
Universitas Indonesia. dengan Tingkat Stres Kerja pada
Rahman, Prihartanti dan Rosyid, 1997, Karyawan PT Cambrics Primisima
Hubungan Antara Dukungan Sosial Medari Sleman, Skripsi tidak
dengan Burnout pada Perawat Putri di
8

diterbitkan, Fakultas Psikologi,


Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai